Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA TENTANG SYARIAH DAN IBADAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah AGAMA

Dosen Pengajar : Musta’in Zahruddin, M.Pdl

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD CECEP NURKHOLIS

24052220051

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas segala berkat-Nya
penulis dapat mengerjakan makalah yang berjudul “Ibadah sebagian bagian
dari syari’ah”. Dan dengan kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis
banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut andil dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini dan semoga Alloh SWT melimpahkan karunianya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dan penulis
ucapkan permohonan maaf jika dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan baik dalam teknis penulisan maupun materi yang disampaikan.
Sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan untuk membantu pembuatan
makalah yang lebih baik lagi.

Garut, 13 Desember 2020

Penyusun

M.Cecep Nurkholis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariah mengatur hidup manusia sebagai


hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan
patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan,
dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan
dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata
caranya diatur sedemikian rupa oleh
Syariah Islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara total kepada Allah sebagai
pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan manusia di hadapan kemaha kuasaan Allah.
Dengan demikian salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Secara umum Ibadah berarti
mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan tugas hidup manusia.“Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adz-
Dzariyat : 56).

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Ibadah dan Syari’ah
b. Tujuan dan manfaat Ibadah dan Syari’ah
c. Ruang lingkup Ibadah dan Syari’ah
C. Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui definisi Ibadah dan Syari’ah
b. Untuk mengetahui ruang Ibadah dan Syari’ah
c. Untuk mengetahui tujuan melaksanakan Ibadah dan Syari’ah
d. Untuk mengetahui manfaat melaksanakan Ibadah dan Syari’ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah dan Syari’ah


1. Pengertian Ibadah

Ibadah; menurut bahasa terabil dari kata ‘abada-ya’budu-ibadatan, yang memiliki


arti antara lain; taat, tunduk, turut, ikut, menghambakan diri, dan do’a. Ibadah dalam
makna taat atau mentaati perintah diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an antara
lain:
Artinya : “Bukankah Aku telah memerintahkan kamu wahai anak Adam, supaya kamu
tidak menyembah syetan, sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu. Dan
hendaklah kalian menyebah kepada-Ku, inilah jalan yang lurus (QS. Yasiin: 60-61).
Sedangkan menurut istilah, pengertian ibadah adalah tunduk dan patuh, berserah diri
kepada hukum, peraturan, dan ketentuan Allah SWT. Untuk mecapai ridha-Nya.
a) Dilihat dari segi pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi empat yaitu;
 Ibadah rohaniyah yaitu ibadah yang dilakukan oleh rohani, seperti niat berbuat baik,
dzikir sirr (dalam hati)
 Ibadah jasmaniah-ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh perpaduan antara
ruhani dan jasmani, seperti shalat dan shiam.
 Ibadah rohaniyah-maliyah yaitu ibadah yang dilakukan oleh perpaduan rohani dan
hara, misalnya zakat, shadakah.
Ibadah jasmaniah, rohaniyah dan maliyah yaitu ibadah yang dilakukan oleh perpaduan
antara jasmani,rohani dan harta sekaligus seperti ibadah haji dan umrah. (Mohammad
Dau Ali; 1993;245)

b) Prinsip prinsip ibadah


 Ibadah mahdhah
merupakan bentuk ibadah yang merupakan wujud penghambaan murni
seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam ibadah mahdhah, seorang hamba seakan
terhubung langsung dengan Tuhannya melalui serangkaian ritual ibadah sesuai
dengan yang disyariatkan.
Bentuk ibadah mahdhah tidak bisa dilakukan sesuka hati, namun harus sesuai dengan
prinsip yang sudah ditetapkan. Ada empat prinsip yang perlu diperhatikan dan wajib
dipenuhi dalam menjalankan ibadah mahdhah ini, yaitu:
1. Keberadaannya sesuai dengan dalil/perintah dari Allah
Suatu ibadah mahdhah hanya bisa dilaksanakan jika ada perintah untuk
melakukannya. Baik dalam al-Qur’an ataupun sunnah. Dan jika tidak ada dasar
perintahnya, maka tidak boleh ditetapkan keberadaannya.
2. Tata cara pelaksanaannya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW
Selain itu, tata cara dan pelaksanaan suatu ibadah mahdhah juga harus sesuai dengan
cara ibadah tersebut dilakukan oleh rasul. Tidak diizinkan adanya improvisasi atau
mengada-adakan tata cara tersendiri.
3. Sifatnya supra rasional atau di luar kemampuan akal manusia
Ibadah mahdhah bukanlah ibadah yang berada dalam lingkup akal, namun wahyu.
Dalam hal ini, akal hanya berfungsi untuk memahami rahasia di balik syariat dari
penerapan ibadah tersebut dan bukan untuk menetapkan keabsahannya.
4. Dilaksanakan dengan azas ketaatan
Setiap ibadah mahdhah dilaksanakan dengan azas ketaatan atau kepatuhan kepada
Allah. Karena, pelaksanaan ibadah mahdhah adalah sebagai bukti ketaatan dan
penghambaan seorang manusia kepada Tuhannya.
Ibadah-ibadah yang termasuk ibadah mahdhah adalah wudhu, tayammum, mandi
hadats, adzan, iqamat, shalat, membaca Al-Qur’an, itikaf, puasa, haji, umrah, dan
tajhiz al-Janazah.
 Prinsip Ibadah Muamalah
Sesuai dengan namanya, ibadah muamalah adalah ibadah yang dilakukan dalam
bentuk menjaga hubungan sesama manusia yang tidak menyalahi aturan Allah. Secara
umum, prinsip dalam ibadah muamalah adalah sebagai berikut:
Tidak melakukan jual beli barang yang haram
1. Tidak menipu ataupun memanipulasi takaran, timbangan, dan kualitas barang
2. Tidak melakukan suap, sogok, atau risywah
3. Tidak melakukan kegiatan riba, termasuk bunga

c) Macam-Macamnya Ibadah Lisan dan Badan

 Sholat,
 Puasa,
 Zakat,
 Haji,
 Berkata jujur,
 Menunaikan amanah,
 Berbakti kepada kedua orang tua,
 Menyambung hubungan kekerabatan (silaturahim),
 Memenuhi janji,
 Memerintahkan kepada yang ma’ruf,
 Melarang kemungkaran,
 Jihad melawan orang-orang kafir dan munafik,
 Berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, musafir, budak dan hewan,
 Berdoa,
 Dzikir,
 Membaca Alquran, dan yang semisalnya.

d) Macam-Macam Ibadah Hati

 Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ‫ﷺ‬,


 Takut kepada Allah,
 Inabah (taubat dan bergantung) kepada Allah,
 Mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya,
 Bersyukur atas nikmat-Nya,
 Rida terhadap ketetapan-Nya,
 Tawakkal kepada-Nya,
 Berharap rahmat-Nya,
 Takut azab-Nya, dan yang semisalnya, maka semua ini termasuk ibadah (hati) kepada
Allah
2. Pengertian syari’ah

Syariah merupakan aturan, ketetapan, dan hukum yang sudah diciptakan oleh
Allah bagi seluruh makhluk-Nya. Jika kita selidiki asal-usul kata syariah serta
proses perubahannya dalam bentuk dan makna, secara etimologi kata syariah
berasal dari bahasa Arab yaitu kata syara’a yang artinya jalan. Sehingga jika
disimpulkan, kata syariah juga berarti peraturan. Sedangkan secara terminologi
atau istilah, syariah merupakan sebuah sistem aturan Tuhan yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama manusia,
maupun hubungan manusia dengan seluruh ciptaan Tuhan di alam semesta ini.

Syariah yakni berisi hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat manusia, baik muslim maupun non- muslim. Selain berisi hukum
dan aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan integral/
menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan
dunia ini.
Sebagaimana tersebut dalam Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36, bahwa sekiranya
Allah dan Rasul- Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak
diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat
dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul- Nya belum
menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri
ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al
Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan
ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.

Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani


hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori,
yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara'
dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

 Asas Syara'

Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas
Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas kedua Syara'. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan
Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.

 Furu' Syara'

Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran
dan Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada
dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil
Amri setempat sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah
kekuasaanya.

3. Landasan hukum-hukum dalam islam

 Al- Quran

Al- Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
hingga akhir zaman.[2] Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al- Quran disebut juga
sebagai sumber pertama atau asas pertama syara'.

Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya
yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al- Quran dari waktu
ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Quran namun tidak ada yang saling
bertentangan.

 Hadis

terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, di antaranya adalah:

 Sahih
 Hasan
 Daif (lemah)
 Maudu' (palsu)

 Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu putusan hukum
Islam, berdasarkan Al- Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad
SAW wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu
hukum maupun perihal peribadatan. Namun, ada pula hal- hal ibadah tidak bisa di
ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :

 Ijma', kesepakatan para ulama


 Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
 Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
 'Urf, kebiasaan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan

patuh kepada Allah.

2. Ibadah; menurut bahasa terabil dari kata ‘abada-ya’budu-ibadatan, yang memiliki arti

antara lain; taat, tunduk, turut, ikut, menghambakan diri, dan do’a.

3. Pengertian ibadah adalah tunduk dan patuh, berserah diri kepada hukum, peraturan,

dan ketentuan Allah SWT. Untuk mecapai ridha-Nya.

4. secara etimologi kata syariah berasal dari bahasa Arab yaitu kata syara’a yang artinya

jalan. Sehingga jika disimpulkan, kata syariah juga berarti peraturan.

5. secara terminologi atau istilah, syariah merupakan sebuah sistem aturan Tuhan yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama

manusia, maupun hubungan manusia dengan seluruh ciptaan Tuhan di alam semesta

ini.

B. Saran

1. Kita harus mengetahui ibadah yang baik dan benar sesuai dengan syariah islam.

2. Melaksanakan ibadah dengan baik dan selalu melaksanakannya dengan tidak lalai.

Anda mungkin juga menyukai