Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA TENTANG AKHLAK

Disusun Oleh : Muhamad Cecep Nurkholis


NIM: 24052220051

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GARUT
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas segala berkat-Nya penulis dapat
mengerjakan makalah yang berjudul “Akhlak”. Dan dengan kerendahan hati dan penuh rasa
hormat penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut andil dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini dan semoga Alloh SWT melimpahkan karunianya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Dan penulis ucapkan permohonan maaf jika dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan baik dalam teknis penulisan maupun
materi yang disampaikan. Sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan untuk membantu
pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

Garut, 11 Januari 2021

Penyusun

M.Cecep Nurkholis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia.
Akhlak dapat mencerminkan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya sehari-
hari. Nabi Muhammad Saw. juga diturunkan untuk memperbaiki akhlak buruk yang
dipelihara oleh masyarakat dan disebut dengan masa kebodohan atau masa jahilliyah.
Tanpa akhlak, seseorang akan kehilangan pijakan hidup tanpa bisa membeedakan
mana yang baik dan buruk yang berarti ia akan bersikap seenaknya dalam
menjalankan kehidupannya. Akhlak sendiri sangat rekat bila dikaitkan dengan
perbuatan, karena ketika seseorang melakukan perbuatan baik maka orang itu bisa
dikatakan mempunyai akhlak mulia. Sedangkan bila seseorang melakukan perbuatan
buruk maka perbuatan tersebut bisa dikatakan dengan akhlak yang buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak, hikmah dan sumber akhlak?
2. Bagaimana pembagian akhlak?
3. Apa saja objek akhlak?
4. Bagaimana pembinaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa hubungan akhlak dan ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak, hikmah dan sumber akhlak
2. Untuk mengetahui pembagian akhlak
3. Untuk mengetahui objek akhlak
4. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari
5. Untuk mengetahui hubungan akhlak dan ekonomi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Hikmah dan Sumber Akhlak


1. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah
sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan
sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik.
Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut
harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan
perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh
motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan
terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.Dalam Encyclopedia Brittanica
akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang
sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah
dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
2. Hikmah Akhlak
Hikmah mempelajari akhlak adalah:
a. Menjadi umat sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
b. Memiliki kedudukan bersama Rasulullah Saw. dan Menjadi hamba yang
paling dicintai.
c. Menjadi sosok yang dihormati dan mampu menjadi teladan akan akhlak yang
baik
d. Mempelajari akhlak yang baik adalah salah satu bentuk benteng terhadap diri
pribadi. Mempelajari akhlak yang baik dapat membendung dan mencegah kita
secara terus-menerus untuk tidak terperangkap kepada keinginan-keinginan
nafsu yang senantiasa mengajak kepada kemungkaran.
e. Sebaliknya, mempelajari akhlak akan mengajak manusia untuk melakukan
segala hal yang baik dan mulia.
f. Orang yang memiliki ilmu akhlak yang mendalam akan menjadi orang yang
bijak.

Hikmah memiliki akhlak terpuji adalah:

a. Disenangi oleh org lain.


b. Mempunyai banyak teman.
c. Disayang oleh Allah SWT.
d. Terjauh dari Api Neraka.

3. Sumber Akhlak
Dalam Islam, Al Qur’an dan As-Sunnah selain dijadikan sebagai pegangan hidup
juga dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat seseorang.
Apa yang baik menurut Al Quran dan As-Sunnah itu berarti baik dan harus
dijalankan, sedangkan apa yang buruk menurut Al Quran dan Sunnah berarti tidak
baik dan harus dijauhi. Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber
akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.

B. Pembagian Akhlak
Menurut Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Di dalam bukunya akidah akhlak yang
mengutip dari buku al-Islam (Muammalah dan Akhlak) di jelaskan, bahwa Akhlak
dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya.
1. Pembagian akhlak berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang
mulia). Yang termasuk akhlak karimah (mahmudah), di antaranya: ridha
kepada Alah SWT, cinta dan beriman kepada Allah SWT, beriman kepada
malikat, kitab, rasul, hari akhir, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah
(menerima terhadap pemberian Allah SWT), tawakal (berserah diri), sabar,
syukur, tawadhu’ (merendah hati), dan segala perbuatan yang baik menurut
pandangan Al-Qur’an dan Hadits.

b) Kedua, akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah (akhlak


yang jelek). Adapaun yang termasuk akhlak mazhmumah ialah: kufur, syirik,
murtad, fasik, riya’, takabur, mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam,
khianat, memutus silaturrahim, putus asa, dan segala perbuatan tercela
menurut pandangan Islam.

2. Pembagian akhlak berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua:


pertama, akhlak kepada khalik. Kedua, akhlak kepada makhluk, yang terbagi
mejadi:
a) Akhlak kepada Rasulullah,
b) Akhlak kepada keluarga,
c) Akhlak tehadap diri sendiri,
d) Akhlak terhadap sesama/orang lain, dan
e) Akhlak terhadap lingkungan alam.
C. Objek Akhlak
Perbuatan-perbuatan manusia ini dapat di bagi dalam tiga macam perbuatan, dari tiga
perbuatan ini ada yang termasuk perbuatan akhlak dan ada pula yang tidak termasuk
perbuatan akhlak.
1. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu berbuat dia berbuat dan
disengaja.Berarti perbuatan tersebut adalah perbuatan akhlak, bisa perbuatan baik
atau perbuatan buruk tergantung kepada sifat perbuatannya.
2. Perbuatan yang dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar di waktu dia
berbuat, tapi perbuatan itu di luar kemampuannya dan dia tidak bisa
mencegahnya. Perbuatan demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua
macam:
a) Reflex action, al-a’maalul- mun’akiyah
Umpamanya, seseorang ke luar dari tempat gelap ke tempat terang, matanya
berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walaupun
dia berhadap-hadapan dengan seseorang yang seakan-akan di kedipi. Atau
seseorang karena digigit nyamuk, dia menamparkan pada yang digigit nyamuk
tersebut.
b) Automatic action, al-a’maalul-’aliyah
Model ini seperti halnya dengup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
Dapat kita ambil kesimpulan sementara bahwa, perbuatan reflex action dan
automatic action adalah suatu perbuatan di luar kemampuan seorang manusia
sehingga tidak termasuk perbuatan akhlak.
3. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat. Yang dimaksud
samar-samar/tengah-tengah, yaitu mungkin suatu perbuatan dapat di masukkan
perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukanlah perbuatan akhlak,
tapi mungkin perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga berlaku
hukum akhlak baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau perbutan buruk.
Perbuatan yang termasuk samar-samar umpamanya; lupa, khilaf, dipaksa,
perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Maka perbuatan di atas tidak termasuk
perbuatan akhlak.
Pada prinsipnya yang menjadi lapangan pembahasan ahklak adalah tingkah laku atau
perbuatan manusia di tinjau dari segi baik dan buruknya. Oleh para pemikir Islam,
lapangan pembahasannya meliputi yang berkaitan dengan:
1. Menyelidiki sejarah etika dan berbagai teori (aliran) lama dan baru tentang
tingkah laku manusia.
2. Membahas tentang cara-cara menghukumkan sampai menilai baik dan buruknya
suatu pekerjaan.
3. Menyelidiki factor-faktor penting yang mencetak, mempengaruhi dan mendorong
lahirnya tingkah laku manusia yang meliputi faktor manusia itu sendiri, fitrahnya
(naluri), adat kebiasaannya, lingkungannya, kehendak dan cita-citanya, suara
hatinya, motif yang mendorongnya berbuat, dan masalah pendidikan akhlak.
4. Menerangkan mana akhlak yang baik (akhlak al-mahmudah) dan mana pula
akhlak yang buruk (akhlak al-mazmumah) menurut ajaran Islam yang bersumber
pada al-qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
5. Mengajarkan cara-cara yang ditempuh, juga meningkatkan budi pekerti kejenjang
kemulian. Misalnya, dengan cara melatih diri untuk mencapai perbaikan bagi
kesempurnaan pribadi.
6. Menegaskan arti dan tujuan yang sebenarnya, sehingga dapatlah manusia
teransang secara aktif mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kelakuan yang
buruk dan tercela.
Dari beberapa literatur di atas, dapat kita ambil suatu intisarinya bahwa lapangan
pembahasan akhlak itu adalah menyelidiki segala hal-hal yang berhubungan dengan
perbuatan manusia, yang dengan perbuatan tersebut dapat ditetapkan hukumnya
apakah perbuatan itu bersifat baik atau bersifat buruk.
Namun demikian, bukanlah semua perbuatan manusia itu dapat dikatakan akhlak,
karena perbuatan manusia tersebut ada yang timbul tiada dengan akhlak, seperti
bernafas, detik jantung, dan memicingkan mata dengan tiba-tiba waktu berpindah dari
gelap kecahaya atau sebaliknya, maka ini bukanlah persoalan akhlak dan tidak dapat
pula dikatakan perbuatan baik atau buruk, dan bagi orang yang menjalankannya tidak
dapat kita sebut orang yang bersifat baik atau orang yang bersifat buruk dan tidak
dapat kita tuntut.
D. Pembinaan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-hari
Pembinaan akhlak adalah proses, perbuatan, tindakan, penanaman nilai-nilai perilaku
budi pekerti, tingkah laku baik terhadap Allah SWT., sesama manusia, diri sendiri
dan alam sekitar yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Langkah-Langkah Pembinaan Akhlak


a. Musyarathah (Penetapan Syarat)
Penetapan syarat adalah permulaan seseorang melakukan suatu kegiatan. Sebagai
contoh tuntutan orang-orang yang terlihat dalam kongsi perdagangan, ketika
melakukan perhitungan, adalah selamatkan keuntungan. Sebagaimana pedagang
meminta bantuan kepada sekutu dagangnya lalu menyerahkan harta kepadanya
agar memperdagangkan kemudian memperhitungkannya. Demikian pula akal, ia
merupakan pedagang di jalan akherat. Apa yang menjadi tuntutan dan keuntungan
tidak lain adalah tazkiyatun nafs karena dengan hal itulah keberuntungannya.
b. Muraqabah (Pengawasan)
Muraqabah atau perasaan diawasi adalah upaya menghadirkan kesadaran adanya
muraqabatullah (pengawasan Allah. Dengan kata lain muraqabah adalah upaya
diri untuk senantiasa merasa terawasi oleh Allah (muraqabatullah). Jadi upaya
untuk menghadirkan muraqabatullah dalam diri adalah dengan jalan mewaspadai
dan mengawasi diri sendiri.
c. Muhasabah (Intropeksi)
1) Hakekat Muhasabah
Muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa
segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Malaikat Raqib
dan Atid sehingga ia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar
dapat bergegas memperbaiki diri.
2) Keutamaan Muhasabah
Penyesalan ini akan dapat mendorong seseorang untuk mengevaluasi atau
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, sehingga perbuatan
yang akan dijalani dapat terkontrol dengan baik. Inilah keutamaan muhasabah.

d. Mu’aqabah (Menghukum Diri Atas Segala Kekurangan )


Selain sadar akan pengawasan (muraqabah) dan sibuk mengkalkulasi diri, maka
perlu meneladani para sahabat dan salafus-shaleh dalam meng’iqab (menghukum
atau menjatuhi sanksi atas diri mereka sendiri). Bila Umar r.a terkenal dengan
ucapan: “Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab”
e. Mujahadah (Bersungguh-Sungguh)
Mujabadah adalah upaya keras untuk bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah
kepada Allah, menjauhi segala yang dilarang Allah dan mengerjakan apa saja
yang diperintahkan-Nya.
f. Mu’atabah (Mencela Diri)
Mu’atabah mengandung arti perlunya memonitoring, mengontrol dan
mengevaluasi sejauh mana proses-proses tersebut seperti mu’ahadah dan
seterusnya berjalan dengan baik.

E. Akhlak dan Ekonomi


Islam, ajaran yang sangat mengedepankan pentingnya akhlak dalam berbagai
aktivitas kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Ekonomi Islam adalah
suatu sistem atau konsep ekonomi akhlaqiah yang tujuan utamanya mencapai
kesejahteraan untuk seluruh umat manusia. Islam mendorong umatnya untuk
melakukan berbagai ativitas ekonomi dengan landasan akhlak sehingga setiap
aktivitas ekonominya bernafaskan ilahiah dengan tujuan agar upaya mencapai
kepentingan dunia tidak berjalan liar, melanggar berbagai aturan atau menyakiti pihak
lain, namun sebaliknya dilakukan dengan batasan-batasan wajar dan menghormati
hak orang lain. Melalui konsep ini diharapkan tidak akan ada jurang pemisah antara
kepentingan dunia dan akhirat, sebab Islam tidak pernah memisahkan kehidupan
duniawi dan ukhrawi. Keduanya saling beriringan dalam upaya mencapai satu tujuan,
yakni keridhaan Allah SWT. Umat Islam didorong untuk mencapai kehidupan di
akhirat melaui dunia, dan sebaliknya mencari dunia dengan motivasi untuk
kebahagiaan di akhirat. Sehingga kesejahteraan yang akan dicapai tujuan akhirnya
adalah untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak merupakan aset penting bagi seseorang. Akhlak juga penting dalam
kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at,
perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya
dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang
paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu
‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai