Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama islam. Akhlak yang baik
akan menitik beratkan timbangan kebaikan seseorang pada hari kiamat, orang
yang paling dicintai dan yang paling dekat dengan Rasulullah saw pada hari
kiamat adalah yang paling baik akhlaknya. Salah satu misi utama agama Islam
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam
HR Ahmad dan Baihaqi:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." (HR: Ahmad dan


Baihaqi).

Akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam merupakan orientasi yang harus
dipegang oleh setiap muslim. Akhlak merupakan ukuran kemanusiaan yang hakiki
dan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, bahkan untuk
membedakan antara hewan dan manusia terletak pada akhlaknya. Manusia yang
tak berakhlak sama halnya dengan hewan, kelebihannya manusia hanya pandai
berkata kata. Krisis akhlak terjadi karena sebagian besar orang tidak mau lagi
mengindahkan tuntunan agama, yang secara normative mengajarkan kepada
pemeluknya untuk berbuat baik, dan meninggalkan perbutan-perbuatan maksiat.

Selain keluarga dan lingkungan, pendidikan merupakan factor penting yang


memberikan pengaruh dalam pembentukan akhlak. Sebab dalam pendidikan ini,
anak didik akan diberikan didikan untuk dapat membedakan akhlak yang baik dan
buruk, menyalurkan dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang akhlak
tersebut kedalam kehidupan sehari-hari, agar bermanfaat pada dirinya dan bagi
masyarakat sekitarnya. Karena akhlak merupakan faktor mutlak dalam

1
menegakkan keluarga sejahtera, kerukunan antar tetangga juga dalam pergaulan
sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak ?


2. Apa saja macam-macam akhlak?
3. Bagaimana proses pembentukan akhlak yang?
4. Apa saja ruang lingkup dalam akhlak?
5. Apa saja keutamaan beakhlak dalam islam?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang akhlak


2. Untuk mengetahui macam-macam akhlak
3. Untuk mengetahui cara membentuk akhlak yang baik
4. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dalam akhlak
5. Untuk mengetahui keutamaan dalam berakhlak

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak

1. Pengertian Akhlak secara Etimologi


Secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab yang
merupakan jamak dari kata khuluq, yang berarti adat kebiasaan, perangai,
tabiat, dan muru'ah. Dengan demikian, secara etimologi, akhlak dapat
diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat. Dalam bahasa Inggris, istilah
ini sering diterjemahkan sebagai character.
Dalam bahasa sehari-hari, ditemukan pula istilah etika atau moral, yang
artinya sama dengan akhlak. Walaupun sebenarnya, kesamaan antara
istilah istilah tersebut terletak pada pembahasannya, yaitu persoalan
mengenai baik dan buruk.
Menurut Ibnu Al-Jauzi (w. 597 H), al-khuluq adalah etika yang
dipilih seseorang. Disebut khuluq, karena etika bagaikan khalqah, atau
biasa dikenal dengan istilah karakter pada diri. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa khuluq, adalah etika yang menjadi pilihan dan
diusahakan oleh seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat
bawaan, disebut al-khaym.
Meskipun seringkali akhlak dengan etika atau moral dianggap
sama, sesungguhnya kata akhlak lebih luas cakupannya dibanding etika
atau moral, yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Akhlak
meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku seseorang, secara lahiriah
dan batiniah. Perumusan pengertian akhlaq menjadi media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluq, dan
antara makhluq dengan makhluq.
2. Pengertian Akhlak secara Terminologi
Adapun pengertian akhlak secara terminologi, menurut para ulama
sebagai berikut.

3
a. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
"Akhlak adalah hay'at atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu
tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, ia
dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang
jahat, maka ia dinamakan akhlak yang buruk."
b. Ibnu Maskawaih (941-1030 M)
"Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya ada pula yang
diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya
tindakan itu melalui."
c. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
"Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat
tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut
pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi
juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan."
d. Syekh Makarim Asy-Syirazi
"Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batin
manusia."
e. Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H)
"Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yang
mandiri dalam jiwa, darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa didahului perenungan dan pemikiran."
f. Dr. Ahmad Muhammad Al-Hufi
"Akhlak adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki
keberadaannya. Dengan kata lain, akhlak adalah uzimah (kemauan yang
kuat) tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi
adat (kebiasaan) yang mengarah kepada kebaikan atau keburukan."

4
g. Dr. Ahmad Amin
"Akhlak adalah kebiasaan kehendak. Artinya, apabila kehendak itu
mem biasakan sesuatu, kebiasaannya itu disebut sebagai akhlak."
h. Al-Qurthubi
"Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adah kesopanannya
disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya."
i. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
"Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia,
yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan
cara yang disengaja."
Adapun definisi akhlak dalam pandangan penulis, adalah suatu
keadaan yang melekat pada jiwa seseorang, yang darinya akan lahir
perbuatan-perbuatan secara spontan; tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan
yang terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam, ia adalah akhlak
yang baik. Namun, jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang buruk
dan tercela, ia adalah akhlak yang buruk. Dari beberapa definisi di atas,
menjadi jelas bahwa akhlak sesungguhnya berasal dari kondisi mental
yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang. la telah menjadi kebiasaan,
sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, seseorang tidak perlu
lagi memikirkannya. Bahkan seolah perbuatan tersebut telah menjadi
gerak refleks.
Istilah akhlak sebenarnya merupakan istilah yang netral, yaitu
mencakup pengertian perilaku baik dan buruk seseorang. Jika perbuatan
yang dilakukan seseorang itu baik, disebut dengan istilah al-akhlaq al-
karimah (akhlak yang mulia). Namun jika perbuatan yang muncul dari
seseorang itu buruk, disebut dengan al-akhlaq al-madzmumah (akhlak
tercela).
Ketika akhlak dipahami sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri
seseorang, maka suatu perbuatan baru bisa disebut akhlak jika memenuhi

5
beberapa syarat berikut. Pertama, perbuatan tersebut dilakukan secara
berulang ulang. Artinya, jika suatu perbuatan hanya dilakukan sesekali,
tidak dapat disebut akhlak. Kedua, perbuatan tersebut muncul dengan
mudah, tanpa dipikirkan terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar
merupakan suatu kebiasaan. Artinya, jika perbuatan tersebut timbul karena
terpaksa, sebab beberapa pertimbangan atau berbagai motif yang lain,
tidak bisa dikatakan akhlak.

2.2. Macam-Macam Akhlak

Menurut Islam, macam akhlak ada dua yaitu akhlakul karimah


(akhlak terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun
defenisinya sebagai berikut:

1. Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah atau disebut dengan akhlak yang terpuji
merupakan salah satu golongan macam akhlak yang harus dimiliki setiap
umat muslim. Adapun contoh macam akhlak tersebut diantarannya sikap
rela berkorban, jujur, sopan, santun, tawakal, adil, sabar dan lain
sebagainya. Sebagai umat muslim sudah seharusnya kita selalu menjaga
akhlakul karimah dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Akhlakul Mazmumah
Akhlak Mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu
tindakan buruk yang harus dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi
karena akhlakul mazmumah dapat mendatangkan mudharat bagi diri
sendiri maupun orang lain. Contoh dari macam akhlak akhlakul
mazmumah yaitu sombong, iri, dengki, takabur, aniaya, ghibah dan lain
sebagainya. Sebagai orang muslim sudah seharusnya kita menghindari
akhlakul mazmumah atau akhlak tercela.

2.3. Proses Pembentukan Akhlak

Akhlak tidak cukup hanya dipelajari, tanpa ada upaya untuk


membentuk pribadi yang ber-akhlaq al-karimah. Dalam konteks akhlak,

6
perilaku seseorang akan menjadi baik jika diusahakan pembentukannya.
Usaha tersebut dapat ditempuh dengan belajar dan berlatih melakukan
perilaku akhlak yang mulia. Pertanyaannya, bagaimana proses
pembentukan akhlak pada diri seseorang? Di samping diperlukan
pemahaman yang benar tentang mana yang baik dan mana yang buruk
(ilmu), untuk membentuk akhlak seseorang diperlukan proses tertentu.
Berikut ini proses pembentukan akhlak pada diri manusia.

1. Qudwah atau Uswah (Keteladanan)


Orangtua dan guru yang biasa memberikan teladan perilaku baik,
biasanya akan ditiru oleh anak-anak dan muridnya. Hal ini berperan besar
dalam mengembang kan pola perilaku mereka. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika Imam Al-Ghazali pernah mengibaratkan bahwa orangtua
itu seperti cermin bagi anak-anaknya. Artinya, perilaku orangtua biasanya
akan ditiru oleh anak-anaknya. Ihwal ini tidak terlepas dari kecenderungan
anak-anak yang suka meniru (hubbu at-taqlid).
Keteladanan orangtua sangat penting bagi pendidikan moral anak.
Bahkan hal itu jauh lebih bermakna, dari sekadar nasihat secara lisan
(indoktrinasi). Jangan berharap anak akan bersifat sabar, jika orangtua
memberi contoh sikap yang selalu marah-marah. Merupakan suatu yang
sia-sia, ketika orangtua men dambakan anaknya berlaku sopan dan
bertutur kata lembut, namun dirinya sendiri sering berkata kasar dan kotor.
Keteladanan yang baik merupakan kiat yang mujarab dalam
mengembangkan perilaku moral bagi anak.
2. Ta'lim (Pengajaran)
Dengan mengajarkan perilaku keteladanan, akan terbentuk pribadi
yang baik. Dalam mengajarkan hal-hal yang baik, kita tidak perlu
menggunakan kekuasaan dan kekerasan. Sebab cara tersebut cenderung
mengembangkan moralitas yang eksternal. Artinya, dengan cara tersebut,
anak hanya akan berbuat baik karena takut hukuman orangtua atau guru.
Pengembangan moral yang dibangun atas dasar rasa takut, cenderung

7
membuat anak menjadi kurang kreatif. Bahkan ia juga menjadi kurang
inovatif dalam berpikir dan bertindak, sebab ia selalu dibayangi rasa takut
dihukum dan dimarahi orangtua atau gurunya.
Anak sebaiknya jangan dibiarkan takut kepada orangtua atau guru,
melainkan ditanamkan sikap hormat dan segan. Sebab jika hanya karena
rasa takut, anak cenderung berperilaku baik ketika ada orangtua atau
gurunya. Namun, ketika anak luput dari perhatian orangtua atau gurunya,
ia akan berani melakukan penyimpangan. Menjadi wajar jika ada anak
yang ketika di rumah atau di sekolah tampak baik-baik saja -penurut dan
sopan- namun ketika di luar, ia berbuat nakal dan berperilaku
menyimpang. Misalnya, mencuri, menggunakan obat-obatan terlarang,
atau melakukan tindak kriminal lainnya.
3. Ta'wid (Pembiasaan)
Pembiasaan perlu ditanamkan dalam membentuk pribadi yang
berakhlak.Sebagai contoh, sejak kecil, anak dibiasakan membaca
basmalah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, bertutur kata baik,
dan sifat-sifat terpuji lainnya. Jika hal itu dibiasakan sejak dini, kelak ia
akan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia ketika dewasa.
4. Targhib/Reward (Pemberian Hadiah)
Memberikan motivasi, baik berupa pujian atau hadiah tertentu, akan
menjadi salah satu latihan positif dalam proses pembentukan akhlak. Cara
ini akan sangat ampuh, terutama ketika anak masih kecil.
Secara psikologis, seseorang memerlukan motivasi atau dorongan
ketika hendak melakukan sesuatu. Motivasi itu pada awalnya mungkin
masih bersifat material. Akan tetapi, kelak akan meningkat menjadi
motivasi yang lebih bersifat spiritual. Misalnya, ketika masih anak-anak,
kita mengerjakan shalat jamaah hanya karena ingin mendapatkan hadiah
dari orangtua. Akan tetapi, kebiasaan tersebut lambat laun akan
mengantarkan pada kesadaran, bahwa kita beribadah karena kebutuhan
untuk mendapatkan ridha dari Allah 5.
5. Tarhib/Punishment (Pemberian Ancaman/Hukuman)

8
Dalam proses pembentukan akhlak, terkadang diperlukan ancaman
agar anak tidak bersikap sembrono. Dengan demikian, anak akan enggan
ketika akan melanggar norma tertentu. Terlebih jika sanksi tersebut cukup
berat. Pendidik atau orangtua terkadang juga perlu memaksa dalam hal
kebaikan. Sebab terpaksa berbuat baik itu lebih baik, daripada berbuat
maksiat dengan penuh kesadaran.
Jika penanaman nilai-nilai akhlak mulia telah dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari, kebiasaan tersebut akan menjadi sesuatu yang
ringan. Dengan demikian, ajaran-ajaran akhlak mulia akan diamalkan
dengan baik oleh umat Islam. Setidaknya perilaku tercela (akhlaq
madzmumah) akan dapat diminimalkan dalam kehidupan. Inilah inti dari
ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi, dengan sabdanya, "Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia."

2.4. Ruang Lingkup Akhlak

1. Akhlak terhadap Allah


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai Khaliq. Dalam
pelaksanaannya akhlak kepada Allah dapat dilakukan dengan cara
memujinya, yakni adanya pengakuan tiada Tuhan selain Allah yang
menguasai segalanya. Sehingga dalam merealisasikannya seorang hamba
bisa melakukannya dengan berbagai cara diantaranya: Mengesakan Allah,
beribadah kepada Allah, bertakwa kepada Allah, berdoa khusus kepada
Allah, Zikrullah, bertawakkal, bersyukur kepada Allah.
Selalu mengingat Allah SWT, pada setiap saat dan pada setiap
kondisi mengingat Allah SWT. Merupakan faktor yang terpenting yang
bisa menjadikan dada terasa lapang, begitu juga sebaliknya, lupa kepada
Allah SWT, menjadi penyebab dada terasa sesak, hati terasa sempit, sedih
dan tersiksa.

9
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak sesama manusia disini maksudnya adalah bahwa setiap orang
hendaknya didudukkan secara wajar, tidak masuk kerumah orang lain
tanpa izin, jika ketemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang
dikeluarkan adalah ucapan yang baik, tidak mengucilkan seseorang atau
kelompok lain, saling memaafkan, menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah dan mendahulukan kepentingan orang lain
dan dari pada kepentingan anda sendiri. Akhlak terhadap sesama manusia
merupakan sikap seseorang terhadap orang lain, dalam Abdullah Salim
yang dikutip oleh Yatimin Abdullah mengemukakan akhlak kepada
sesama manusia harus dikembangkan sebagai berikut:
a) Menghormati perasaan orang lain dengan cara yang baik seperti yang
disyariatkankan agama, jangan tertawa didepan orang yang sedang
bersedih, jangan mencaci sesama manusia jangan menfitnah dan
menggunjing, jangan melaknat manusia, dan jangan makan didepan
orang yang sedang berpuasa.
b) Memberi salam dan menjawab salam dengan memperlihatkan muka
manis, mencintai saudara sesama muslim sebagaimana mencintai
dirinya sendiri, dan menyenangi kebaikan.
c) Pandai berterimakasih, manusia yang baik adalah pandai
berterimakasih atas kebaikan orang lain.
d) Memenuhi janji, janji adalah amanah yang wajib dipenuhi, baik janji
untuk bertemu, janji membayar hutang, maupun janji mau
mengembalikan pinjaman.
e) Tidak boleh mengejek, mengejek berarti merendahkan orang lain.
f) Jangan mencari-cari kesalahan, orang yang suka mencari-cari
kesalahan orang lain adalah orang yang berperangai buruk (akhlakul
madzmumah).
g) Jangan menawar sesuatu yang sedang ditawar oleh orang lain dalam
berbelanja.

10
Adapun akhlak terhadap sesama manusia meliputi akhlak sebagai
anak, akhlak kepada orang tua, akhlak terhadap sesama muslim, akhlak
terhadap tetangga, akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap
guru.
3. Akhlak sebagai anak
Membentuk akhlakul karimah terhadap diri anak bukanlah suatu hal
yang mudah, maka anak-anak haruslah dibiasakan secara terus menerus
dan mengajari akhlakul karimah sebagai berikut:
a) Melarang berbuat syirik akhlak terhadap Allah.
b) Membiasakan berbakti kepada orang tua.
c) Mengajak anak mendirikan shalat, ber-amal ma'ruf nahi mungkar dan
sabar.
d) Melarang berlaku sombong, angkuh dan membanggakan diri.
e) Sopan santun dalam berbicara dan berjalan.
4. Akhlak kepada orang tua
Adapun akhlak atau perbuatan yang harus dilakukan anak terhadap
orang tua menurut Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
a) Berbakti kepada Ayah dan Ibu.
b) Berbuat baik kepada Ibu dan Ayah.
c) Berkata halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah.
d) Berkata lemah lembut kepada Ibu dan Ayah.
e) Berbuat baik kepada Ibu dan Ayah yang sudah meninggal.
5. Akhlak terhadap saudara sesama muslim
Adapun akhlak yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap
saudaranya dapat dilakukan dengan berbuat adil terhadap saudara serta
mencintai saudaranya. Selain itu akhlak sesama muslim bias dilakukan
dengan tidak saling menggelar dengan gelar yang buruk, sebagai sesama
muslim, tidak boleh saling mencemooh. Cemooh adalah bagian dari
lemparan gelar buruk terhadap seseorang. Cemooh adalah kata-kata
menghina atau memandang enteng. Kata tersebut dimaksudkan untuk

11
mengejek supaya orang tertawa atau menertawakan yang diejek.7 Baik
sama temannya maupun orang yang lebih dewasa dari siswa tersebut.
6. Akhlak terhadap tetangga
Tetangga merupakan salah satu bagian saudara yang paling dekat
hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran islam, cara
berakhlakul karimah terhadap tetangga, dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Dilarang menyakiti hati tetangga, baik dengan ucapan maupun
dengan perbuatan.
b) Berbuat baik kepada tetangga, seperti berbuat baik kepada diri
sendiri.
c) Menolongnya jika memerlukan pertolongannya.
d) Menengoknya jika ia sakit.
e) Mengucapkan selamat kepadanya jika mendapat kebahagiaan.
f) Member nasihat jika dia meminta nasihat
g) Menghormatinya dengan berbuat makruf kepadanya.
h) Saling menghargai hak miliknya.

2.5. Keutamaan Akhlak Dalam Islam

Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat


muslim kita tahu bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama
islam. Beberapa keutamaan mmeiliki akhlak yang terpuji antara lain

1. Berat timbangannya diakhirat


Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits
bahwa ia akan memiliki timbangan yang berat kelak dihari akhir atau
kiamat dimana semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW berikut:
“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang
lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang
berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan
shalat”. [HR Tirmidzi]

12
2. Dicintai Rasul SAW
Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia didunia. Dan tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia
yang memiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA; Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling
dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia
akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh
tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh
dalam berbicara, dan sombong”.[Sunan Tirmidzi: Sahih]
3. Memiliki kedudukan yang tinggi
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki
akhlak dan budi pekerti yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi
diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda:
“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada
harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak
ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak
ada tolong menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada
kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan
tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak
ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan
kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari
tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat
malu dan sabar”.[HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani]
4. Dijamin rumah disurga
Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan
keutamaan memiliki akhlak mulia sangatlah besar. Dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah rumah disurga
apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah
SAW bersabda:

13
“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan
debat sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang
yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas
surga bagi orang yang mulia akhlaknya”.[HR Abu Daud]

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan
jamak dari kata khuluq, yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat, dan muru'ah.
Dengan demikian, secara etimologi, akhlak dapat diartikan sebagai budi pekerti,
watak, tabiat. Dalam bahasa Inggris, istilah ini sering diterjemahkan sebagai
character.

Adapun secara terminologi para ulama berpendapat,yang mana dari beberapa


pendapat tersebut menjadi jelas bahwa akhlak sesungguhnya berasal dari kondisi
mental yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang. la telah menjadi kebiasaan,
sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, seseorang tidak perlu lagi
memikirkannya. Bahkan seolah perbuatan tersebut telah menjadi gerak refleks.

Menurut Islam, macam akhlak ada dua yaitu akhlakul karimah (akhlak
terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela).

Di samping diperlukan pemahaman yang benar tentang mana yang baik dan
mana yang buruk (ilmu), untuk membentuk akhlak seseorang diperlukan proses
tertentu.Diantaranya Qudwah atau Uswah (Keteladanan),Ta'lim (Pengajaran),
Ta'wid (Pembiasaan),Targhib/Reward (Pemberian Hadiah) dan Tarhib/
Punishment (Pemberian Ancaman/Hukuman).

Adapun ruang lingkup akhlak yaitu Akhlak terhadap Allah,Akhlak terhadap


sesama manusia,Akhlak sebagai anak,Akhlak kepada orang tua,Akhlak terhadap
saudara sesama muslim dan Akhlak terhadap tetangga.

Dan keutamaan akhlak dalam islam ialah Berat timbangannya


diakhirat,Dicintai Rasul SAW,Memiliki kedudukan yang tinggi dan Dijamin
rumah disurga.

15
3.2. Saran

Melihat dari kejadian-kejadian yang terjadi dikehidupan sehari-hari masih


banyak yang menyimpang, atau berakhlakul madzmumah. Kami memberikan
saran sebagai berikut:

1. Lebih memperdalam agama.


2. Lebih mencari tahu mengenai akhlakul karimah dan akhlakul
madzmumah.
3. Memberikan perhatian dan arahan kepada anak sejak dini.
4. Menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menghindari akhlakul madzmumah dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

H.Samsul Munir Amin.2016."Ilmu Akhlak".Jakarta : Hamzah.

https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-
pengertian-contoh-dan-manfaatnya-kln.html

Siti Suwaibatul Aslamiyah,Evi Zulianah,Minatul Maulai.2021."Pendidikan


Akhlak Dengan Literasi Islami".Lamongan : Nawa Litera Publishing.

https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam

17

Anda mungkin juga menyukai