Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
a. Latar Belakang
Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam.
Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa
dengan adanya akhlak, moral dan etika yang membatasi perilaku mereka. Di zaman sekarang
ini akidah-akidah islam seperti itu tidak terlalu dihiraukan dan dijadikan pedoman dalam
hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika,
moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran akhlak, moral dan etika sudah diperkenalkan sejak kita berada di
sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan kewarganegaraan. Namun ternyata
pelajaran akhlak, moral dan etika itu hanya dibiarkan saja tanpa di aplikasikan ke dalam
perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia.
Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi
penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah
ini agar menjadi acuan dalam perbaikan akhlak, moral dan etika masyarakat.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian akhlak, moral dan etika itu?
2) Perbedaan dan persamaan antara akhlak, moral dan etika?
3) Sumber akhlak yang ada dalam islam?
4) Apakah akhlak bisa sebagai acuan moral sosial bagi keberhasilan hidup seseorang?
c. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika.
2) Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara akhlak, moral dan etika.
3) Untuk mengetahui sumber akhlak yang ada dalam islam.
4) Untuk mengetahui apakah akhlak bisa menjadi acuan moral sosial bagi keberhasilan hidup
seseorang
d. Manfaat
1) Memperluas wawasan masyarakat mengenai pengetahuan tentang akhlak, moral dan etika
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang membaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Q.S. Ar-Ruum).
Seperti yang telah disebutkan di atas Akhlak juga dibagi kedalam 2 jenis yaitu,
Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik dan
dibenarkan oleh Allah. Sedangkan Akhlak Mazmumah adalah akhlak yang tidak dibenarkan
oleh Allah.
b. Pengertian Moral
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.
Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi,
berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi,
berarti kerusakan moral.
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian
diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud
dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan
tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan,
perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya
“lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi
susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.
Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek
kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah
kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama,
dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang
dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.
c. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang
berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu
apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah,
bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga
disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang
memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan,
etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang
baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas
keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar.
Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu
tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain
tentang moral.
Sumber akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak
wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan manusia,
melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu, setiap
muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh bikinan
manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits meliputi perkataan, ketetapan dan
tingkah laku Rasulullah SAW.
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
َ<ان يَرْ ُج<<وا هللا َ <ان لَ ُك ْم فِ ْي َر ُس< ْو ِل هللاِ ُأ ْس< َوةٌ َح َس<نَةٌ لِّ َم ْن َكثِ ْي<رًا َك
َ لَقَ ْد َك
ََو ْاليَ ْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هللا
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu sabda Nabi:
Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada dunia, dan
menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi sesuatu yang
dicintai selain berjumpa dengan dzat ilahi rabbi, dan tidak menggunakan semua hartanya
kecuali karenanya…"
Jelaslah, al-Ghazāli menempatkan kebahagiaan jiwa manusia sebagai tujuan akhir dan
kesempurnaan dari akhlak. Kebahagiaan tertinggi dari jiwa berarti mengenal adanya Allah
tanpa keraguan ( ma’rifatullah).
Allah merupakan sumber cinta dalam manusia dan kebenaran yang memuaskan
rohani. Implikasi etis, jiwa manusia meninggalkan segala hal duniawi supaya mengalami
kebahagiaan jiwa. Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan
hidupnya secara bijak. Semua perbuatannya/amalnya diyakini keterarahan kepada Allah yang
telah menanamkan segala yang baik dalam ciptaan. Dengan keseimbangan jiwanya, ia tidak
membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material sejauh hal itu bisa menambah
kesempurnaan akhlak.
Kebahagiaan itu diyakini mampu diwujudkan dalam keutamaan-keutamaan hidup.
Jalan keutamaan itu sendiri perlu dilatihkan dan diterangi dengan prinsip akhlak di mana
terjadi perpaduan anugerah Tuhan dan rasionalitas manusia untuk terarah pada kebaikan
moral. Bahkan, dalam daya jiwa difokuskan suatu perbuatan mesti diorientasikan pada
tindakan yang mengarah pada keadilan dan memandang kebebasan mutlak setiap individu.
Kesuksesan hakiki akan dapat diraih jika mengikuti konsep 7B, yaitu:
1. Beribadah dengan benar
2. Bertakwa dengan baik
3. Belajar tiada henti
4. Bekerja keras dan ikhlas
5. Bersahaja dalam hidup
6. Bantu sesama dan
7. Bersihkan hati selalu
Dengan 7 konsep tersebut kita dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari – hari namun
tetap dengan akhlak yang baik maka kesuksesan akan dengan mudah kita dapat, baik
kesuksesan dunia maupun akhirat.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada
hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur”(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara
spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.
ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan
petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan
keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, dan moral.
Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan
manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. Ilmu akhlak bukanlah tingkah laku
manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu
dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.
B. Saran
Dari Penulisan ini, yang kami kutip dari referensi-referensi yang kami anggap
terpercaya semoga dapat menambah wawasan, terutama bagi penulis dan bagi pembacanya,
di samping itu semoga penulisan ini dapat membawa kita kepada berbudi pekerti luhur dan
dapat menjadi akhlakul karimah. Dan apabila ada kesalahan dan kesilapan dalam penulisan
ini harap di perbaiki dan kami mohon kritikan ke arah membangun.
DAFTAR PUSTAKA
https://af008.wordpress.com/etika-etiket-dan-moral
http://dewi-w-n-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104158-%20Sosial%20Politik-Definisi
%20Etika,%20Etiket,%20Moralitas,%20dan%20Sikap%20Santun.html
http://tradisional.co.id
Margiono, 2011, Akidah Akhlak, Jakarta Timur, Erlangga.
Mukni’ah, 2011, Materi Pendidikan Agama Islam, Jogjakarta, Ar-ruzz media.
http://sanrhadita..com/2012/11/08/akhlaktasawuf-persmaan-dan-perbedaad-sertaketerkaitan-
akhlak-etoka-moral-kesusilaan-dan-kesopanan
http://abdmajid.staf.upi.edu/2013/08/27/akhlaq-tolok-ukur-kesuksesan-hidup-2/