DOSEN PEMBIMBING :
IRHAM MUHAMMAD AZAMA, Lc.M.A.
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD REZA FURQONI (1801060020)
2. RADITYA ARYA PERDANA (1801060026)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga
memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan
dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan
kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi,
tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki
aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah
karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku
seseorang.
Nabi Muhammad SAW. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa
kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak
mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi
misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang
cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan
pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak
untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah
(aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat
Islam pada waktu itu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian akhlak
2. Mengetahui perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral
3. Mengetahui sumber-sumber akhlak dalam islam
4. Mengetahui akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli
seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan
watak yang merupakan bawaan seseorang.
Abdullah Dirroz dalam Tatapangarsa (1984) menegaskan“ Akhlak adalah
suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam hal
akhlak baik ) atau pihak yang jahat ( dalam hal akhlak yang tidak baik ).
Imam Ghozali menyatakan akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
Akhlak yang baik disebut akhlakul karimah (akhlak mahmudah).Akhlak yang
buruk disebut akhlakul mazmumah
Secara formal perbedaan ketiga istilah tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
3
7. Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai suatu
perbuatan.
8. Akhlak berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat
umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam
(termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah
akhlak itu sendiri.
9. Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik
dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan
local.
10. Akhlak juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan individual/
komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari ilmu, adab
pergaulan keluarga dan lain-lain.
Akhlak, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-
sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali
berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yan berakhlak, beretika, bermoral, dan
sekaligus orang yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di
sebut orang yang tidak berakhlak, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang
tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat
positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual dalam
komunitas sosialnya.
Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan
yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai
dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan
menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner
yang tidak pernah bertemu dan tidak pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh ada
jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya. Keempat istilah tersebut sama-
sama mengacu pada perbuatan manusia yang selanjutnya ia diberikan kebebasan
untuk menentukan apakah mau memilih jalan yang berniai baik atau buruk, benara
atau salah berdasarkan kepeutusannya. Tentu saja, masing-masing pilihan mempunyai
konsekuensi berbeda.
4
Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan
suatu proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus terus-
menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia – manusia yang
memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian terefleksikan ke dalam bentuk
perilaku pada tataran fakta empiric di lapangan sosial dimana manusia tinggal.
Kesadaran terhadap arah yang positif ini menjadi penting ditanamkan, agar supaya
tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi menjadi kenyataan sesuai titah Allah
SWT. Bukankah Allah telah membekali manusia berupa sebuah potensi fitri, jika
manusia mampu memeliharanya, maka ia akan mencapai drajad yang lebih mulia dari
pada malaikat. Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh ke posisi drajad
binatang dan bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa betapa
perilaku manusia itu harus senatiasa dibina, di bombing, di arahkan bahkan harus di
kontrol melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan yang
benar dan lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan suatu
proses yang panjang sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.
5
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (QS.Al-Isra’: 23)
Surat Al-Hujurat : 12
6
seumpanya ada seseorang yang bersikap ramah tamah, sabar, rendah hati, dermawan, adil,
jujur, dan sebagainya, orang akan menilai bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang
baik dan terpuji.
Akhlak memang merupakan batas pemisah antara yang orang berakhlak dengan
orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak
samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Karena salah satu misi yang dibawa oleh
Rasulullah SAW ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para
nabi yang terdahulu.
Selain itu juga, akhlak ialah ciri-ciri kelebihan di antara manusia karena akhlak
merupakan simbol kesempurnaan iman, ketinggian takwa dan kealiman manusia yang berakal.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang sempurna imannya
ialah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan
Hakim, Shahihul Jaami’ No. 1230)
Akhlak merupakan jati diri bagi setiap orang karena setiap orang yang berakhlak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu akan sangat jauh berbeda. Akhlak tidak
dapat dinilai atau digambarkan dengan mata uang apapun, akhlak merupakan wujud jati diri
seseorang di dalam pribadi seorang insan yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua
serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka.
Terbentuknya sebuah masyarakat diibaratkan sama seperti membangun sebuah
bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga
dengan membentuk masyarakat mesti di mulai dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu.
Jika asas yang dibina sangat kokoh maka tegaklah masyarakat tersebut. Jika lemah maka
runtuhlah apa yang telah dibina diatasnya.
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.Al-Qashas: 77)
Akhlak memang sangat penting karena merupakan asas yang telah dilakukan oleh
baginda Rasulullah SAW ketika memulai pembentukan masyarakat Islami. Sungguh akhlak itu
sangat penting artinya dalam kehidupan bermasyarakat, dapat dibayangkan seperti apa jadinya
bila suatu masyarakat tidak di bangun dengan asas akhlak yang mulia? Sungguh akan terjadi
suatu kehancuran pada masyarakat tersebut.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Secara
terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-
sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+PAI+UNY+-
+BAB+10.+Konsep+Akhlak+Islam.pdf
https://almanhaj.or.id/12286-zuhudlah-niscaya-engkau-dicintai-allah-dan-dicintai-manusia-
2.html
https://tafsirweb.com › 9782-surat-al-hujurat-ayat-12
https://muslimah.or.id/2803-hadits-membagi-masakan-kepada-tetangga.html
https://tafsirweb.com/4627-surat-al-isra-ayat-23.html