Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP AKHLAK, ETIKA DAN MORAL DALAM ISLAM


MATA KULIAH STUDI ISLAM

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Saifuddin M.Pd.I.

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD NIZAM
IRKHAMSYAH (NIM:
11230930000121)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
BAB 1
PENDAHULUA
N

1. 1. LATAR BELAKANG
Akhlak, etika, dan moral merupakan konsep penting yang menjadi landasan perilaku
umat manusia. Ketiga konsep ini memiliki keterkaitan erat satu dengan yang lain.
Dalam Islam, akhlak didefinisikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yang mendorongnya untuk berperilaku dan bertindak spontan tanpa banyak berpikir
terlebih dahulu. Sementara itu, etika dan moral lebih merujuk pada prinsip-prinsip dan
panduan tentang perilaku benar atau salah yang bersumber dari filsafat pemikiran
manusia (etika) ataupun agama/kepercayaan kepada Tuhan (moral).

Islam memiliki konsep akhlak, etika dan moral yang lengkap dan rinci yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, seperti hubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan alam semesta. Nilai dan prinsip akhlak, etika dan
moral dalam Islam bersumber dari Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Perilaku Rasulullah juga menjadi suri tauladan konkrit implementasi akhlak dan
moralitas Islami.

Dalam perkembangannya, pemikiran dan diskursus tentang akhlak, etika dan moral
dalam Islam terus berkembang seiring dengan munculnya fenomena dan problematika
kehidupan kontemporer yang memerlukan panduan moralitas, misalnya dalam bidang
ekonomi, politik, sosial, lingkungan hidup, kedokteran, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, kajian mendalam tentang akhlak, etika dan moral dalam perspektif Islam
masih relevan untuk dilakukan.

1. 2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak, etika, dan moral?
2. Apa saja jenis-jenis akhlak, etika, dan moral?
3. Dari mana akhlak, etika, dan moral berasal?
4. Bagaimana kedudukan akhlak, etika, dan moral?
5. Apa saja fungsi dari akhlak, etika, dan moral?
6. Apa perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral?

1. 3. TUJUAN
1. Memahami pengertian dari akhlak, etika, dan moral
2. Memahami jenis-jenis akhlak, etika, dan moral
3. Memahami sumber akhlak, etika, dan moral
4. Memahami fungsi dari akhlak, etika, dan moral
5. Memahami kedudukan akhlak, etika, dan moral
6. Memahami perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral
BAB 2
PEMBAHASAN

2. 1. AKHLAK
A. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ اﺧﺎﻟق‬jama’ dari khuluqun
yang berarti “perangai, tabiat, tingkah laku”. Kata “Akhlak” juga berasal dari kata
“khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya dengan al-khaliq
yaitu pencipta dan makhluq, artinya yang diciptakan. Dengan demikian, kata khulq
dan akhlak yang mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan
yang termasuk di dalamnya kejadian manusia. Sedangkan pengertian akhlak menurut
istilah adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan suatu perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.1
Dalam bahasa Indonesia kata akhlak sama dengan budi pekerti, adab, sopan santun,
susila dan tata krama. Jadi akhlak adalah sifat budi pekerti yang berasal dari dalam
manusia yang melakukannya tanpa pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Berarti bisa dikatakan akhlak dapat muncul dari kebiasaan yang dilakukannya sehari-
hari. Akhlak terpuji berasal dari kebiasaan yang baik, sedangkan akhlak tercela biasa
muncul dari kebiasaan yang jelek atau kurang baik. Baik buruknya kebiasaan juga
berasal dari lingkungannya. Berarti jika ingin mempunyai akhlak yang baik maka
sebaiknya mencari lingkungan yang baik pula.
Akhlak tidak bisa dipisahkan dengan aqidah. Aqidah dalam ajaran islam merupakan
dasar bagi segala tindakan muslim agar tidak terjerumus kedalam perilaku-perilaku
syirik. Oleh karena itu, muslim yang baik akan mampu mengimplementasikan tauhid
itu dalam empat bentuk akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Dengan demikian
terdapat hubungan yang amat erat antara aqidah dan akhlak, bahkan keduanya tidak
bisa dipisahkan.2

B. Macam-macam Akhlak
Akhlak dalam Islam memiliki dua sasaran: Pertama, akhlak dengan Allah. Kedua,
akhlak dengan sesama makhluk. Akhlak dibedakan atas dua golongan, penggolongan
Akhlak dimaksudkan di sini adalah, bahwa secara garis besarnya akhlak itu ada yang
sifatnya terpuji (mahmudah) yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, dan ada
yang sifatnya tercela (mazmumah) yang harus dijauhi dalam kehidupan. Berikut
adalah macam-macam akhlak:
a. Akhlak Mahmudah (terpuji), yaitu tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak terpuji merupakan sikap yang melekat pada diri
seseorang berupa ketaatan pada aturan dan ajaran syariat Islam yang
diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik dalam bentuk amalan
batin

1
Oemar Hamalik, (2001), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 57.
2
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Graha Ilmu, hal. 93
seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti ibadah dan
berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat.

b. Akhlak Madzmumah (tercela), merupakan tingkah laku yang tercela atau


perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat
manusia. Akhlak tercela merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang,
berupa kebiasaan melanggar ketentuan syariat ajaran Islam yang diwujudkan
dalam tingkah laku tercela, baik dalam bentuk perbuatan batin seperti hasad,
dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan lahir seperti berzina,
mendzolimi orang lain, korupsi dan perbuatanperbuatan buruk lainnya.

c. Akhlak Hasanah (baik), merupakan tindakan kebaikan dibalas dengan


kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan yang serupa.

d. Akhlak Karimah (mulia), merupakan perilaku yang diperintahkan Islam. Akan


tetapi, bila ditimpa kejahatan oleh orang lain, ia tidak membalas. Walaupun
mampu membalasnya, ia justru memaafkan. Akhlak mulia ini ditegaskan QS
asy-Syura ayat 40.

‫ّ ظِﻠ ِﻣ ْﯾن‬ ۤ
‫ﻻ ب‬ ّ ‫وﺟ ٰز ﱢﯾ َﺋﺔ ﱢﯾ َﺋﺔ ْ ﮭﺎ َ و َ ﻓﺎَ ٗ َ ﻠ‬
‫ﯾﺣ اﻟ‬ ‫ُؤا ﺳ ﺳ ﺛﻠُ َﻓﻣن ﻔ اَ ﻠ ﺟ ه ﻰ ِﷲ‬
‫ﻋ ِا ﱠﻧ ٗﮫ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬
‫ر‬ ‫ﺻ‬ ‫ﻋ‬
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi
barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”
e. Akhlak Adzimah (Agung), merupakan perilaku ketika mendapat keburukan
dari orang lain, balasan yang diberikan tidak hanya sekedar memaafkan orang
tersebut, tetapi berada di tingkat yang lebih tinggi, yaitu dengan berbuat baik
kepada orang jahat tersebut.3

C. Sumber dan Objek Kajian Akhlak


Akhlak baik atau akhlak islami bersumber dari wahyu Allah yang terdapat dalam al-
Quran dan merupakan sumber utama dalam ajaran agama Islam.
Sumber akhlak adalah al-Quran dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada pandangan konsep etika dan moral. Jadi dapat dipahami
bahwa dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau
tercela, semata-mata karena syara’ (al-Quran dan Sunnah) yang universal.
Menjadikan akhlaq sebagai pegangan dan pedoman dalam kehidupan ini berarti
berjalan diatas petunjuk dan tuntunan Allah dan Rasulnya oleh sebab itu akhlaq
merupakan bagian dari syariat yang menerangi, membimbing dan penghubung, jalan
yang lurus menuju keselamatan.
3
M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 352-359.
Objek kajian ilmu akhlak dalam Islam mencakup berbagai aspek perilaku, sikap, dan
moralitas manusia. Dalam Islam, akhlak berkaitan erat dengan cara seorang manusia
dapat menghayati nilai-nilai hidup secara sungguh-sungguh sebagaimana petunjuk
Allah Swt. Objek kajian ilmu akhlak mencakup:
1. Akhlakul Mahmudah dan Akhlakul Mazmumah: Objek kajian ilmu akhlak
mencakup penelitian terhadap akhlakul mahmudah (terpuji) dan akhlakul
mazmumah (tercela) menurut ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur'an dan
hadis Nabi Muhammad SAW.
2. Perilaku Manusia: Objek dari ilmu akhlak adalah perilaku manusia dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah SWT, dengan diri
sendiri, dengan manusia lain, maupun dalam hubungan dengan alam.
3. Fitrah dan Naluri: Selain itu, objek kajian ilmu akhlak juga mencakup fitrah
manusia, naluri, adat kebiasaan, lingkungan, kehendak, cita-cita, suara hati,
motif yang mendorong berbuat, dan masalah pendidikan akhlak.
Dengan demikian, objek kajian ilmu akhlak dalam Islam meliputi berbagai
aspek perilaku, sikap, dan moralitas manusia, serta nilai-nilai yang diatur oleh
ajaran Islam.4

D. Fungsi Akhlak
Fungsi Akhlak dalam Islam adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan
dan keteguhan bagi masyarakat. Selain Al-Syaibani, Mahmud Yunus mengemukakan
secara lebih luas tentang tujuan akhlak. Akhlak bertujuan membentuk manusia
berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik
tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatan, suci murni
hatinya.
Dalam tatanan sosial Islam, jiwa manusia yang bersih dari penyakit dan dihiasi oleh
akhlak mulia menjadi dasar tegaknya masyarakat Islam yang madani. Melalui akhlak
terwujud kehidupan yang aman sejahtera dan penuh kasih sayang. Hal ini tidak pernah
ada selama jiwa manusia dipenuhi oleh penyakit hati.
Berikut adalah beberapa penjabaran fungsi akhlak:
a. Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt. Seperti yang telah
ditegaskan oleh Allah bahwa manusia diciptakan di dunia hanya untuk
menyembah kepada-Nya dan menjalankan peraturan-peraturan-Nya.
b. Membentuk manusia yang suka tolong-menolong. Manusia dalam hidupnya
tidak sendirian, tetapi hidup bersama-sama (bermasyarakat). Dalam kehidupan
itu, manusia diarahkan untuk suka tolong-menolong kepada sesamanya.
c. Membentuk manusia yang jujur, adil, dan berani. Akhlak Islam menganjurkan
setiap manusia yang merasa dirinya Muslim untuk berbuat kejujuran, memiliki
keberanian, serta melaksanakan keadilan dalam segala bidang. Dalam
melaksanakan tiga sikap tersebut, tidak boleh dipandang bulu dengan
semboyan berani karena benar.
d. Membentuk manusia yang saling hormat-menghormati. Akhlak Islam
menganjurkan setiap manusia dalam pergaulan sehari-hari untuk saling
4
Mudhor Ahmad, Etika dalam Islam, t.t hlm. 15
hormat-menghormati. Hal ini mencegah terjadinya olok-olokan dan cela antara
satu dengan yang lain. Dengan demikian, melalui pendidikan aqidah akhlak
yang baik, manusia dapat membentuk sikap hormat terhadap sesamanya,
karena pendidikan aqidah akhlak mendidik dan mengarahkan kepada keadilan
dan kebenaran.
e. Membentuk manusia yang tabah dan percaya pada diri sendiri. Manusia dalam
hidupnya pasti memiliki tujuan dan cita-cita, namun akan menghadapi banyak
rintangan dan halangan yang menjadi ujian bagi dirinya. Oleh karena itu,
akhlak Islam mengajarkan kepada manusia agar tabah dan percaya pada diri
sendiri dalam menempuh jalan hidupnya. Membekali manusia dengan
ketakwaan, kesabaran, dan kepercayaan pada diri sendiri serta menghindarkan
diri dari rasa putus asa.
f. Membentuk manusia yang sopan santun. Pendidikan Akhlak memberikan
didikan kepada manusia untuk selalu membiasakan menjalankan perbuatan-
perbuatan yang baik, bertingkah laku yang sopan, berkata yang baik, dan
lemah lembut terhadap siapa saja.

E. Kedudukan Akhlak
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam agama Islam. Pentingnya
kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk
perkataan) Rasulullah Saw., menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai
misi dalam sejarah penyampaian Islam di muka bumi ini.5

‫ﻣﻛ َ م ﺧﻼق‬ ‫ت‬ ِ ‫إ ﱠﻧﻣﺎ‬


َ ِ
ُ
‫ﻷ َﺗ م ﺎ اﻷَ ر‬ ‫ﻌ‬
‫ْﺛ‬
‫ﻣ‬ ‫ﺑ‬
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(HR.
Bukhari).
Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat. Seperti hadist Rasulullah Saw bersabda

‫ا ْﻟ‬ ‫وإ َ ﷲ‬ ِ ‫ا ْ ﻟ ِ ﻘ ﺔ ﺧ ﻠ ﺣﺳ‬ ‫ﻣﺎ ﺷﻰء أَْ ﺛ َﻘ ﻓﻰ ﻣﯾز ا ْ ؤﻣ‬


‫َﻔﺎﺣش‬ ‫َﯾﺎﻣ ﯾ ْو ﻣن ق ن ن ﻟ َﯾ ْﺑ‬ ‫ل ا ْﻟ ن ﻣ‬
‫ض‬ ‫َﻐ‬ ‫َم‬ ‫ن‬
‫ا ْﻟ َﺑ ِذىء‬
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain
akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR.
Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih)
Juga dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ﺻﺎ ﺣﺳن ﺧﻠ ﻟ َﯾ ْﺑﻠُﻎ‬ َْ


ِ ‫ﺿﻊ ﻣﯾز أ ﺛ ل ﺣﺳن ﺧﻠ‬
‫وإ‬ ‫ﻣﺎ ﻣن ﺷﻰء‬
‫ا ْﻟ ق‬ ‫ﺣب‬ ‫ا ْﻟ ق ن‬ ‫ﻓﻰ ا ْﻟ ا َﻘ ﻣن‬ ‫ﯾو‬
‫ن‬
َ ‫ﺻ‬
‫ﻼ ِة‬ ‫ﺻ ب ْ وم‬ ‫ﺑﮫ درﺟ َﺔ‬
‫ﺎﺣ اﻟ واﻟ ﺻ‬
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari
akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat

5
Haryo Kunto Wibisono, Linda Novi Trianta, Sri Widagdo, “Dimension of Pancasila Ethic in Bureaucracy:
Discourse of Governance,” Jurnal Fokus Vol. 12, No. 7 2015
orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 2003. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Selain penjelasan di atas berikut uraian mengenai kedudukan Akhlak lainnya;
a. Akhlak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari iman dan akidah. Ketika
Rasulullah ditanya, "Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?"
Maka beliau menjawab, "Yang paling baik akhlaknya." (HR. At-Tirmidzi, no.
1162 dan Abu Dawud, no. 4682). Allah juga menamakan iman dengan
kebaikan dalam firman-Nya: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi." (Al-Baqarah: 177). Kata "al-birr" merupakan nama bagi semua
jenis kebaikan, mulai dari akhlak, perkataan, dan perbuatan. Oleh karena itu,
Nabi Muhammad menyatakan, "Yang disebut dengan al-birr (kebaikan)
adalah akhlak yang baik." (HR. Muslim, no. 2553).

b. Akhlak merupakan tujuan utama diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul


yang diutus kepada semua makhluk.
Allah berfirman: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka." (Al-Jumuah: 2). Allah memberikan anugerah
kepada orang beriman dengan mengutus nabi untuk mengajari mereka tentang
Al-Qur'an dan mensucikan mereka. Mensucikan dalam konteks ini berarti
membersihkan hati mereka dari syirik dan akhlak tercela, seperti dendam dan
iri hati, serta membersihkan perkataan dan perbuatan mereka dari kebiasaan
buruk. Nabi Muhammad dengan tegas menyatakan, "Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (Al-Baihaqi, no. 21301). Oleh
karena itu, salah satu alasan diangkatnya Nabi Muhammad sebagai nabi adalah
untuk memperbaiki akhlak individu dan masyarakat.

c. Akhlak memiliki keterkaitan dengan segala bentuk ibadah, setiap kali Allah
memerintahkan suatu ibadah, ia juga menegaskan tujuan akhlaknya dan
dampaknya bagi jiwa dan masyarakat. Contoh-contoh nyata meliputi:
■ Shalat: "Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (Al-Ankabut: 45).
■ Zakat: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka." (At-Taubah: 103).
Meskipun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia,
tujuannya juga adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari
akhlak yang buruk.
■ Puasa: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 183).
Tujuan puasa adalah agar seseorang bertakwa kepada Allah,
melakukan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Nabi
Muhammad juga menyampaikan, "Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya, maka tidak ada bagi
Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya
(yaitu Allah tidak menerima
puasanya)." (HR. Al-Bukhari, no. 1804). Jika puasa tidak mengubah
akhlak seseorang terhadap sesama, berarti puasanya belum mencapai
tujuan yang sesungguhnya.

2. 2. ETIKA
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, watak, sikap, cara berpikir. Pengertian etika
secara etimologis dari kata ethos memiliki makna sifat, watak, adat, kebiasaan, dan
tempat yang baik
Adapun menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni ethic,
sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body of moral principle or value
Ethic, arti sebenarnya adalah kebiasaan. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa yang
disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu).6
Etika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan pemikiran tentang benar dan salah.
Etika dalam bahasa arab disebut akhlak, merupakan jamak dari kata khuluq yang
berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab, dan agama. Istilah etika diartikan
sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang memimpin individu.
Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang
dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan aman,
nikmat, dan harmonis. Tanpa aturan ini, kehidupan bisa seperti neraka, atau seperti di
Rimba yang kuat akan menang dan yang lemah akan tertindas.
Menurut Muhammad Alfan, dalam bukunya "Filsafat Etika Islam”, etika dalam Islam
merupakan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk, serta
menentukan standar perilaku yang benar dan moral yang dilakukan seseorang. Etika
dalam Islam juga mencakup akhlak pribadi Islami yang didefinisikan sebagai wujud
budi pekerti yang melekat dan dilaksanakan oleh orang Islam berdasarkan sumber
ajaran Islam.
Dengan demikian, etika dalam Islam mencakup prinsip-prinsip moralitas, perilaku,
dan tata krama yang diatur oleh ajaran agama Islam, serta menekankan pentingnya
perilaku yang baik dan moralitas yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari.7

B. Macam-macam Etika
Etika terbagi menjadi dua yaitu:
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah etika yang sifatnya menggambarkan realitas moral atau
akhlak yang terdapat pada suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Etika
deskriptif fungsinya untuk melukiskan norma-norma yang berkembang dan
dijadikan pedoman berperilaku pada masyarakat tertentu dan pada masa

6
Mockh. Sya’roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia, Vol. 25 No. 1, 2014
7
Maidiantius Tanyid, Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak Pada
Pendidikan, Jurnal Jaffray, Vol. 12, 2 2012.
tertentu pula, maka etika deskriptif memiliki relasi dengan berbagai ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan sejarah. Pemaparan oleh
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial tentang seluk-beluk moral yang pernah ada
dalam kehidupan masa lalu merupakan ciri utama dari sifat etika deskriptif.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan sebuah gagasan yang berusaha menetapkan bentuk
perilaku ideal yang seharusnya dipraktekkan oleh seseorang pada kurun waktu
tertentu. Yang menjadi ciri utama pada etika normatif ini ialah penetapan
nilai-nilai atas perilaku. Jadi etika normatif tidak hanya berbicara akan bentuk
moral atau akhlak, akan tetapi juga berbicara tentang nilai atas semua bentuk
perilaku akhlak dan moral. K. Bertens menyebutkan bahwa etika normatif
bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan
secara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.
Adanya pemaparan akan nilai yang dimiliki oleh norma akhlak dan moral akan
sangat berguna dalam memotivasi kepada setiap orang untuk bertindak.
Karena itu nilai atau norma dalam teori etika normatif berfungsi sebagai
pendorong bagi seseorang untuk bertindak melakukan perbuatan baik dan
menghindari perbuatan tercela.
K. Bertens dalam buku Etika menyebutkan keutamaan etika normatif, karena
etika normatif tidak hanya mendeskripsikan melainkan preskriptif
(memerintahkan), tidak melukiskan tapi menentukan benar tidaknya tingkah
laku atau anggapan moral. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.

C. Sumber dan Objek Kajian Etika


Dalam Islam, sumber etika berasal dari al-Quran dan as-Sunnah. Al-Quran merupakan
sumber utama dalam Islam yang memberikan pedoman mengenai perilaku, sikap, dan
moralitas yang seharusnya dimiliki oleh umat Muslim. Al-Quran juga menekankan
perlunya memperbaiki akhlak dan menjauhi perilaku yang buruk. Selain itu, as-
Sunnah, yaitu praktik, perilaku, dan kalimat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
orang-orang Muslim yang mengikuti ajarannya, juga menjadi teladan dan
mengautoritas dalam Islam. Dengan demikian, al-Quran dan as-Sunnah menjadi
sumber utama dalam menentukan etika yang baik dalam Islam, serta memberikan
pedoman mengenai perilaku, sikap, dan moralitas yang seharusnya dimiliki oleh umat
Muslim.8
Dalam Islam, objek etika mencakup berbagai aspek kehidupan yang dianggap sebagai
penting dan harus diperhatikan oleh umat Muslim. Berikut adalah beberapa objek
etika dalam Islam:
1. Allah: Adab kepada Allah: berinteraksi dengan Allah dan syariat-Nya, seperti
beribadah, berdoa, bertawakal, berprasangka, bersyukur, dan takut kepada
Allah.

8
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat Indonesia,
(Yogyakarta:kanisius 1990), hal.90
2. Al-Quran: Adab kepada Al-Qur'an: berinteraksi dengan Al-Qur'an, misalnya
membacanya, menghafalnya, menjaganya, dan mengamalkannya.
3. Rasulullah: Adab kepada Rasulullah: berinteraksi dengan Rasulullah dan
ajarannya, seperti mencintai, mentaati, dan memuliakan dia.
4. Diri sendiri: Adab kepada diri sendiri: menyucikan dirinya, baik secara zahir
maupun batin.
5. Hubungan manusia: Adab terhadap sesama manusia: menjaga hubungan yang
sehat dan mengancam dengan baik.
6. Hubungan hamba terhadap Allah: Menjaga hubungan yang sehat dan
mengancam dengan baik.
7. Ibadah: Melakukan ibadah dengan sebenarnya, seperti berdoa, bertawakal,
dan beribadah.
8. Ajaran Islam: Mengikuti ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah dan
as-Sunnah.
9. Ilmu: Mengumpulkan ilmu pengetahuan agama dan kehidupan, seperti fiqh,
akhlak, dan tawbah.
10. Mandi, menuntut, dan beribadah: Melakukan kebersihan, mandi, dan
beribadah dengan baik.
Dalam Islam, etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada
lainnya. Etika dalam Islam mengajarkan pentingnya perilaku yang baik,
moralitas yang tinggi, dan sikap yang sesuai dengan ajaran agama. Etika Islam
juga mencakup hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan antar
manusia, serta tata cara dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari9

D. Fungsi Etika
Etika dalam Islam memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:
1. Pedoman Perilaku: Etika Islam memberikan pedoman tentang perilaku yang
baik dan buruk dalam berinteraksi dengan sesama manusia, sehingga menjadi
landasan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Pembinaan Akhlak: Etika Islam berperan dalam membina akhlak yang mulia,
seperti kejujuran, keadilan, dan kedamaian, serta mengajarkan konsep ihsan,
yaitu cara pandang dan perilaku manusia dalam hubungan sosial hanya untuk
mengabdi pada Tuhan tanpa pamrih.
3. Etika dalam Berbagai Aspek Kehidupan: Etika Islam juga berperan dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bisnis, pemerintahan, dan hubungan
sosial, dengan menekankan pentingnya berbuat baik, menjunjung tinggi fitrah
manusia, dan mematuhi aturan-aturan yang ada dalam Islam.
Dengan demikian, etika dalam Islam memiliki fungsi yang sangat penting
dalam membimbing umat Islam untuk menjalani kehidupan yang sesuai
dengan ajaran agama mereka.10

9
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat Indonesia, hal.91
10
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) cet. II hal. John Locke Beberapa
Pemikiran Perihal Pendidikan. Hal 15
E. Kedudukan Etika
Etika dalam Islam memiliki kedudukan penting dan berkaitan erat dengan akhlak dan
adab yang baik. Berikut ini beberapa aspek penting dari etika dalam Islam:
1. Adab dan Akhlak: Adab dan akhlak adalah dua aspek penting dalam ajaran
Islam. Adab melacakan berinteraksi dengan Allah dan syariat-Nya, sementara
akhlak melibatkan interaksi yang baik dengan sesama manusia. Etika Islam
menekankan pentingnya keseimbangan antara adab dan akhlak dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Kedudukan Adab dan Akhlak: Kedudukan adab dan akhlak yang baik di dalam
ajaran Islam dapat ditemui dalam lima objek, seperti adab kepada Allah, adab
kepada Al-Qur'an, dan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Islam
menangani etika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ruang Lingkup Akhlak Mulia: Etika Islam menyediakan beberapa sifat yang
wajib dimiliki oleh setiap orang Islam, seperti khusyu' (tenang) dalam
menjalankan ibadah dan setiap keadaan, tawadhu' (rendah hati) dengan cara
tidak melihat dirinya lebih mulia daripada siapapun karena dia melihat dan
mengakui dirinya pasti pernah melakukan dosa, kesalahan, dan kecerobohan,
serta khauf (takut) pada azab Allah.
4. Daftar Akhlak Mulia dalam Islam: Etika Islam menyediakan daftar akhlak
mulia yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh setiap orang Islam. Sebagai
contoh, "Sebaik-baik teman di sisi Allah Ta’ala adalah yang paling berbuat
baik kepada temannya" (HR. Tirmidzi, shahih).
5. Etika dalam Pemerintahan: Etika Islam juga membahas tentang cara ber
pemerintahan yang baik, seperti cara yang dilakukan oleh pemimpin dan
pemangku kepentingan.
6. Etika dalam Bisnis: Etika bisnis dalam Islam menekankan pentingnya berbuat
baik kepada temannya dan mematuhi aturan-aturan Islam dalam bisnis.
Secara keseluruhan, etika dalam Islam menjadi pedoman bagaimana
berinteraksi dengan Allah, sesama manusia, dan dalam berbagai situasi
kehidupan sehari-hari. Dengan memahami dan menerapkan etika dalam
kehidupan, umat Islam dapat menjaga keseimbangan dan meningkatkan
kualitas perilaku mereka.11

2. 3. MORAL
A. Pengertian Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk
jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara, kebiasaan, atau adat-istiadat. Dalam
kamus bahasa Indonesia, moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Moral merupakan kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, dan berdisiplin. Moral juga
diartikan sebagai ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Kebiasaan-
kebiasaan yang baik dalam kehidupan hendaknya senantiasa menyelaraskan dengan
kebiasaan umum yang universal.12
11
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hal.26
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Jakarta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 755.
Kata moral memuat dua hal, yaitu: (1) sebagai cara seseorang atau kelompok
bertingkah laku dengan orang atau kelompok lain, (2) adanya norma-norma atau nilai-
nilai yang menjadi dasar bagi cara bertingkah laku tersebut.
Moral dalam Islam secara identik dikaitkan dengan akhlak (budi pekerti). Hal ini
merujuk pada kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa, menjadi bagian dari
kepribadian, dan menghasilkan berbagai macam perbuatan yang dilakukan secara
spontan tanpa rencana dan tanpa melalui proses pemikiran.

B. Macam-macam Moral
Nilai moral adalah kemampuan yang terbentuk setelah orang belajar teori-teori nilai,
dalam rangka memahami teori-teori tersebut termasuk memahami aplikasi mereka.
Dengan begitu, seseorang dapat menghasilkan suatu perbuatan yang secara umum
dapat diterima oleh masyarakat sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan
secara universal. Nilai tersebut meliputi :
1. Moral Ketuhanan
Nilai moral ketuhanan merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan. Nilai moral ketuhanan dalam Novel Kuhapus
Namamu dengan NamaNya meliputi keikhlasan, tawakkal, dan takwa kepada
Allah.
● Keikhlasan
Keikhlasan adalah kesadaran agama yang memperlihatkan kedekatan
hubungan seseorang dengan Tuhannya. Keikhlasan seseorang dapat
bertingkat-tingkat sesuai dengan kedekatannya dengan Tuhan. Tingkat
pertama adalah ikhlas yang ada pada kelompok al-abrar atau orang-orang yang
baik. Adanya keikhlasan yang terletak pada perbuatan yang mereka kerjakan
membuat mereka betul-betul terbebas dari sifat riya’, namun, tetap ada pamrih
dari perbuatan mereka, yaitu mengharap pahala dari Tuhan dan mengharap
dijauhkan diri dari neraka. Inilah tingkat ikhlas pertama, yang merupakan
realisasi dari firman Tuhan “iyyaka na’budu” yang artinya hanya kepada-Mu
kami menyembah.
Tingkat kedua adalah ikhlas yang dimiliki oleh kelompok al muqorrobin atau
orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan. Sikap tulus kelompok
ini telah jauh melampaui ikhlas yang ada pada kelompok pertama. Mereka
benar-benar bekerja tanpa pamrih tidak melihat perbuatannya karena daya dan
upayanya sendiri tetapi semata-mata karena Tuhan. Inilah ikhlas yang
membuat pemiliknya benar-benar berada di jalan tauhid. Hal ini merupakan
makna dan realisasi dari firman Tuhan “wa iyyaka nasta’in” yang artinya
hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.13

13
Ilyas Ismail, Pilar-Pilar Takwa: Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan Spiritual (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2009), 15-16.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ikhlas merupakan bersih hati, tulus hati,
memberikan atau meyerahkan dengan tulus hati. Allah berfirman dalam al-
Qur’an surat al-Maidah ayat 85 yang berbunyi:

‫ت ﺗﺣ ِﺗ ا َْﻻ ْﻧ ِ د ْ ﮭ ۗﺎ‬ ‫َﻓﺎ َﺛﺎ ﺑﮭم ّ ﺑﻣ ْ وا ﺟ‬


َ
‫ﺧﻠ ﯾ‬
ِ ‫ﺗﺟري ﻣن ٰﮭر ﮭﺎ ْﯾن‬ ُ‫ﷲ ﺎ ﻗﺎﻟ‬
‫ّﻧ‬
‫ﻓ‬
‫ا ﺳ ِ ﻧ ْﯾن‬ ‫ذﻟك ﺟ‬ِ ٰ‫و‬
‫ز ْﻟﻣﺣ‬
‫ء‬ ‫ۤا‬
“Maka Allah memberi pahala kepada mereka atas perkataan yang telah mereka
ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Q.S. Al Maidah :85)
● Tawakal
Kata tawakal berasal dari tawakala-yatawakkalutawakkulan, yakni tawakkul.
Sebutan yang benar seharusnya tawakkul, bukannya tawakkal. Akan tetapi,
bangsa Indonesia tampaknya lebih familiar dengan term tawakal. Tawakal
merupakan pekerjaan jiwa manusia dan hatinya, segala perintah Allah
diorientasikan terhadap jiwa, dengan tujuan mendidik dan memperbaiki
kualitasnya. Jiwa yang semakin berkualitas akan menampilkan perilaku
lahiriah yang semakin berkualitas pula.
Jadi, jiwa yang tawakal adalah jiwa yang dalam setiap langkah mengisi
kehidupan, perbuatan, dan aspek kehidupan apapun senantiasa bersandarkan
atau melaporkanya hanya kepada Allah Swt.

‫ﺣ ﻓﺎﻋف‬ ‫ْ وا‬‫ْ ت ﻓ ﻏ ْ ﻟ ﻻ ْﻧ‬ َ ‫ت ﻟﮭ‬ ّ ‫رﺣﻣﺔ‬ ‫ﻓ ِﺑﻣﺎ‬


‫ْوﻟِك‬ ‫ﻣن‬ ‫ﻧ ّظﺎ ِﻠ َﻘ ْﻠ َﻔ‬ ‫ْم ﻟ‬ ‫ﻣن ِﷲ‬
‫ﺿ‬ ‫ْﯾ ظ ب‬ ‫ْو‬ ‫ﻟِ ْﻧ‬
‫ﻛ‬
‫ا‬ ‫و‬
‫ﻓ َﺗ َ ﻠ ّ ِﷲ‬ ‫ا ْﻻَ ْﻣ ِ ﺎ ﻋ‬ ْ ‫وﺷﺎو‬ ْ ‫ﻋ ْﻧ ْ واﺳ َﺗ‬
‫ۚر ﻓﻰ َذا ز َوﻛل ﻰ‬ ‫ر م‬ ‫م ْﻐ ِﻔر م‬
‫ﻓ ْﻣ‬ ِ
‫ت ﻋ‬ ‫ﻟﮭ‬
‫ھ‬ ‫ﮭ‬
‫ان ّ َﷲ ا َ ﻛﻠِ ْﯾن‬
‫ﯾﺣ ْﻟ ﺗ‬
‫ب َو‬
‫ﻣ‬
“ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal.” (Q.S Ali Imran : 159)
Jadi, jika kita orang-orang beriman, maka konsekuensinya wajiblah bertawakal
hanya kepada Allah karena Dia sebagai AlWakil atau Tuhan tempat bersandar.
Tujuan tawakal adalah menciptakan optimisme dalam jiwa bahwa semua
perbuatan, lahir dan batin disandarkan kepada Dzat yang memang sebaik-baik
tempat menyandarkan segala urusan manusia, dengan harapan semua
perbuatan yang direncanakan, sedang dan akan diperbuat, tidaklah sia-sia.14

14
Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Muslim (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 219.
● Takwa
Takwa merupakan syarat untuk dapat melaksanakan syariat Allah Swt dan
bekal terbaik untuk menuju kampung akhirat. Takwa kepada Allah adalah
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

‫ﱠﻧ ﺔ ﺿﮭ ٰ ت وا ر ُ ض‬ ‫ْ ٍة‬ ‫وﺳﺎر ٓ ٰاﻟ‬


ْ
‫َْﻻ‬ ‫ﻐ ﻣن ﺑ م و ﻋر ﺎ اﻟ ﻣ‬ ‫وا ﻰ‬
‫ٰو‬ ‫ﺟ‬ ‫ر‬ ‫ِﻔ‬ ‫ﻋ‬
‫ر‬
‫ﺳ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﻣ‬
‫ْﯾ ۙ َن‬ ‫ُاﻋ ﱠد ت ﻣ ﱠﺗ ِﻘ‬
‫ِﻟْ ﻠ‬
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang
yang bertakwa,” (Q.S Ali Imran : 133)
2. Moral Individual
Nilai moral individual merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan kehidupan pribadi atau cara manusia memperlakukan diri
sendiri. Nilai moral individual dalam Novel Kuhapus Namamu dengan
NamaNya meliputi disiplin, kerja keras, dan kesederhanaan.15
● Disiplin
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seseorang yang
belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok. Tujuan seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang diterapkan kelompok budaya,
tempat individu itu diidentifikasi. Empat unsur pokok cara mendisiplin
peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan
dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksanya, hukuman
untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang
sejalan dengan peraturan yang berlaku. Adapun fungsi disiplin yaitu, menata
kehidupan bersama, membangun kepribadian, melatih kepribadian,
pemaksaan, hukuman dan mencipta lingkungan kondusif.
● Kerja Keras
Kerja keras adalah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan. Kerja keras artinya
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang diinginkan. Orang
yang bekerja keras akan menjalankan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Ia
tidak akan pantang menyerah, meskipun gagal ia akan mencobanya kembali.
Islam sangat mengajarkan tentang kerja keras karena tidak ada keinginan atau
cita-cita yang tercapai tanpa kerja keras. Bekerja yang dilandasi niat ikhlas
merupakan amal kebajikan yang bernilai ibadah. Rezeki yang diperoleh dapat
digunakan sebagai bekal untuk mencukupi keperluan hidupnya. Di samping itu
rezeki yang diperoleh dapat digunakan untuk beramal sholeh sebagai sarana
ibadah kepada Allah. Perintah mencari rizki itu diwajibkan Allah Swt agar
manusia berbahagia dalam hidupnya dan dapat menolong sesamanya.
15
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Quran, 126-128.
‫ورﺳ ْ ْ ﻣ ُﻧ ُ ﺗ ﱡد ٰاﻟ ِ م ا ْﻟ‬
ْ ‫ّ ﻋ‬ ُ
‫وﻗل ا ﻋﻣﻠ َ ﯾرى‬
ِ ‫ْوﻟُ ٗﮫ ﻟ ؤ ْو و ْون ﻰ َﻐ ْﯾب‬
‫ﻋﻠ‬ ‫ﷲ ﻣ م‬ ‫ْوا ﻓﺳ‬
‫َن ﺳ ر‬ ‫وا‬ ‫َﻠ‬
‫ﻣ‬ ‫ﻛ‬
‫ُ ﺗ ْ ﻣﻠُ ْون‬ ‫واﻟ ﺷﮭﺎ َ ﻧ ْ ﺑﻣ‬
‫ْم ﻌ‬ ‫َد ِة ﱢﺑ ُﺋ م ﺎ‬
‫ﻛ‬ ‫ﻓ‬
‫ﺗ‬ ‫ُﯾ ﻛ‬
‫ْﻧ‬
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At Taubah : 105)
Ayat di atas memberikan dorongan kepada kita untuk berusaha dengan keras,
karena semua usaha kita akan diperhitungkan Allah Swt. Orang Islam dilarang
malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban datang menghampirinya.
● Kesederhanaan
Hemat (hidup sederhana) merupakan bagian yang terletak antara kikir dan laba
(pemborosan). Yang dimaksud dengan hemat, yaitu menggunakan segala
sesuatu yang tersedia baik berupa benda maupun tenaga dan lain-lain menurut
keperluan dan tidak berlebihan.
● Islam menganjurkan supaya orang hidup sederhana. Patokan atau totok ukur
hidup sederhana yang dianjurkan oleh pemerintah itu telah banyak dibahas
oleh orang. Namun, secara konkret batasan tolak ukur hidup sederhana itu
masih kabur sebab masing-masing yang turut membahas masalah tersebut
belummempunyai kesepakatan pendapat. Hidup sederhana bukan berarti
melarat atau miskin atau hidup yang serba kekurangan. Hidup sederhana
adalah hidup yang wajar yang terletak di antara hidup yang serba kekurangan
dan hidup yang mewah dengan kata “hidup secara bersahaja atau seimbang”.

3. Moral Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari orang lain.
Manusia pasti melakukan hubungan dengan manusia lain dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara.
Adapun penjelasan dari nilai-nilai moral diatas, sebagai berikut:
● Berbakti kepada orang tua
Birrul Walidain atau berbuat baik kepada orang tua merupakan tingkah laku,
baik berupa lisan maupun perbuatan yang tidak melanggar norma-norma
agama, sehingga keduanya Ridha. Ibu dan bapak sebagai orang tua sudah
selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya.
● Persahabatan
Persahabatan dapat diibaratkan pintu yang akan mengantar manusia menuju
surga atau neraka karena persahabatan dapat menimbulkan kebaikan dan dan
keburukan sekaligus. Untuk itu, persahabatan dan persaudaraan harus
ditegakkan nilai-nilai atau sifat-sifat yang terpuji. Diantaranya sifat saling
tolong-menolong dalam kebaikan.
‫ﻋن ا ِ د ﺣرا ِم‬ ْ ‫ﱡد‬ ‫ﱠﻧ ْ َ ﻧ ْ و ٍم‬ ‫ﺻطﺎ ُد‬ ‫وِ ا ُ ﺗ ْم‬
‫اَن‬ ‫ْﻟﻣﺳ ا ْﻟ‬ ‫ْو م‬ ٰ َ
‫ذا ﻓﺎ ﺣ ْوا ۗ َو ﻻ ﯾﺟرﻣ م ﺎن اَن ﻗ‬
َ
‫ﺟ‬ ‫ﺻ‬ ‫ﺷ‬ ‫َﻠ ْﻠ‬
‫ﻛ‬ ‫ﻛ‬
ْ ‫ا ِْﻻ ْﺛ م‬ ‫ﱠﺗ ْ ﻘ َ َ و ُﻧ‬ ‫ْ ﻌ َﺗ َ ﻌﺎ َو ا ْﻟ ِﺑر‬
‫ْ د ن ۖ َوا ّ َﷲ‬ ِ
‫ﱠﺗﻘُوا‬ ‫ﻋ َﻠﻰ ﻟ َوا‬ ‫ُد ْۘوا ﺗ ُﻧ ْوا و ﻋ َﻠﻰ ٰوى واﻟ ﻻ ْوا ﺗ‬
‫وا ﻌ‬ ‫َﻌﺎ‬ ‫َﺗ‬
‫و‬
‫ان ّ ﺷ ِد ْﯾ ُد ا ْﻟ ِﻌ َﻘﺎ ۗ ب‬
‫َﷲ‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S.
Al Maidah 2)
Persaudaraan dan persahabatan harus pula didasarkan pada kesamaan
idealisme dan cita-cita. Persaudaraan yang sejati adalah persaudaraan antara
dua anak manusia yang diikat oleh tali dan rasa cinta kepada Allah Swt. Lalu,
mereka hidup bersama karena Allah, berjuang karena Allah.
● Kasih Sayang
Secara moral, setiap orang yang beriman kepada Allah Swt, berkewajiban
untuk memiliki dan menumbuhkan sifat kasih sayang diantara sesama manusia
dalam kehidupannya. Kehidupan kasih sayang ini dapat diusahakan dengan
membudayakan sistem nilai yang yang mengajarkan bahwa yang tua harus
menyayangi yng muda, dan yang muda harus menghormati yang tua. Kaya
membantu yang miskin dan yang pandai membantu mengajar yang bodoh.
Begitu seharusnya sehingga harmonis yang mengembangkan sifat salih asah,
saling asih, saling asuh.16

C. Sumber dan Objek Kajian Moral


Sumber moral dalam Islam adalah Al-Qur'an dan Hadis. Al-Qur'an memberikan
pedoman etika dan moral bagi umat Islam, sedangkan Hadis mengandung ajaran dan
contoh-contoh dari Nabi Muhammad SAW yang juga menjadi sumber moral dan
akhlak. Agama Islam secara keseluruhan memberikan panduan moral yang mencakup
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan dengan Allah SWT, sesama manusia,
dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, Al-Qur'an dan Hadis merupakan sumber
utama dalam menentukan moral dan akhlak dalam kehidupan umat Islam.
Objek moral dalam Islam adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku dan
perbuatan manusia, meliputi:
1. Akhlak terhadap Allah SWT Mencakup kewajiban beribadah dan menaati
perintah-Nya serta menjauhi laranganNya. Seperti shalat, puasa, zikir, tawakal,
ikhlas, dan lain sebagainya.
2. Akhlak terhadap sesama manusia Seperti jujur, amanah, adil, ramah tamah,
suka menolong, menghargai orang lain, toleransi, anti diskriminasi, dan lain-
lain.
3. Akhlak terhadap lingkungan, peduli terhadap makhluk hidup lain dan alam
sekitar. Tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

16
Ilyas Ismail, Pilar-Pilar Takwa: Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan Spiritual, 128.
4. Akhlak terhadap diri sendiri, seperti berperilaku hemat, rendah hati, tidak
sombong, berpikir positif, menjaga kesehatan diri, mencari ilmu, dan lain
sebagainya.17

D. Fungsi Moral
Fungsi moral dalam Islam sangat penting karena moral dan akhlak menjadi landasan,
patokan, dan modal sosial manusia dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan
sosial kemasyarakatan, kebangsaan, dan keagamaan. Berikut adalah beberapa fungsi
moral dalam Islam:
1. Menjaga harmoni: Moral dalam Islam membantu menjaga harmoni antara nilai
spiritual dan nilai sosialnya, sehingga dapat mewujudkan suatu nilai moral
yang harmonis.
2. Mengajarkan perilaku: Moral dalam Islam mengajarkan bagaimana manusia
harus berperilaku terhadap sesama manusia, alam, dan Tuhan, serta
mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dalam berbagai
situasi.
3. Mendukung pendidikan: Moral dalam Islam mendukung pendidikan karakter,
yang bertujuan untuk mengimplementasikan nilai agama Islam kepada
generasi muda secara utuh dan kaffah, sehingga mereka memperoleh ilmu,
kualitas keimanan, dan kepribadian yang luhur.
4. Mengatur hubungan: Moral dalam Islam mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, serta menjadi pedoman bagi umat
dalam menjalani kehidupan dan menghadapi gejolak-gejolak dunia.
5. Mengembangkan akhlak: Moral dalam Islam mengembangkan akhlak (budi
pekerti) yang merupakan kondisi atau sifat yang sudah meresap dalam jiwa
dan telah menjadi kepribadian, yang kemudian mendorong berbagai macam
perbuatan yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran.
Secara keseluruhan, fungsi moral dalam Islam mencakup berbagai aspek
kehidupan, termasuk menjaga harmoni, mengajarkan perilaku, mendukung
pendidikan, mengatur hubungan, dan mengembangkan akhlak. Moral dalam
Islam didasarkan pada ajaran agama dan berpengaruh pada pendidikan, etika,
dan akhlak.

E. Kedudukan Moral
Kedudukan moral dalam Islam sangat penting dan mendasar. Beberapa hal yang
menunjukkan kedudukan moral dalam Islam antara lain:
1. Moral sebagai tujuan utama misi kenabian
Salah satu tugas utama para Nabi dan Rasul adalah untuk menyempurnakan
akhlak dan budi pekerti manusia.

17
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 81.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:

‫ﻟ ﺧﻠ ﻋظ ْﯾ ٍم‬ ‫و ِا ﱠ ﻧ‬
‫َٰﻌﻠﻰ ق‬
‫ك‬
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung." (QS. Al-Qalam: 4)
2. Moral sebagai cerminan iman
Akhlak yang baik merupakan bukti nyata keimanan seseorang kepada Allah
SWT. Orang beriman pastilah memiliki akhlak terpuji.
3. Moral menentukan kualitas ibadah
Ibadah dalam Islam tidak sah dan tidak sempurna kecuali jika dilandasi dengan
akhlak dan budi pekerti yang luhur sesuai tuntunan agama.
4. Moral sebagai indikator kesempurnaan takwa
Takwa yang sesungguhnya terwujud dalam kebaikan moral, bukan sekadar
ketaatan ritual belaka. Seseorang dinilai bertakwa jika memiliki akhlak terpuji.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa moral menempati kedudukan yang amat
fundamental dan menjadi keutamaan agama Islam yang membedakannya
dengan agama lain.18

2. 4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL


1. Persamaan
● Mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat,
dan perangai yang baik
● Akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
menakar martabat dan harkat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.
● Akhlak, etika, dan moral memainkan peran penting dalam membentuk dasar
bagi norma-norma yang ada di masyarakat
● Semua konsep ini melibatkan nilai dan prinsip-prinsip yang membimbing
tindakan dan keputusan. Mereka mencerminkan pandangan masyarakat
tentang kebaikan, keadilan, dan norma-norma perilaku yang dihargai.
● Melibatkan konsep pertanyaan tentang kebebasan dan tanggung jawab. Mereka
membahas sejauh mana individu bertanggung jawab atas tindakan mereka dan
sejauh mana kebebasan individu harus dibatasi oleh nilai-nilai moral yang
dianut oleh masyarakat.

18
Mudhor Ahmad, Etika dalam Islam, t.t hlm. 15
2. Perbedaan

ASPEK Akhlak Etika Moral


Kode perilaku yang Studi tentang Norma-norma
berasal dari nilai-nilai prinsip-prinsip,mor perilaku yang
agama atau filosofi al, termasuk diterapkan dalam
tertentu, sering kali analisis konsep masyarakat, sering
Definisi
digunakan dalam konteks moral dan kali bersifat
Islam. penerapannya kultural dan dapat
dalam berbagai bervariasi.
situasi.
Lebih fokus pada Melibatkan Terfokus pada
norma-norma yang berasal pemikiran kritis norma-norma
dari ajaran agama atau dan analisis perilaku yang
filosofi tertentu. tentang dasar diakui dalam
Fokus moralitas serta masyarakat,
penerapannya mencakup
dalam berbagai kebaikan, keadilan,
konteks. dan nilai-nilai yang
dihargai.
Lebih bersifat praktis dan Cenderung bersifat Lebih terkait
terkait erat dengan teoritis dan dengan
pelaksanaan nilai-nilai analitis, membahas norma-norma dan
Pendekatan moral dalam kehidupan konsep moral dan aturan perilaku
sehari-hari. prinsip-prinsip yang diterima oleh
yang masyarakat secara
mendasarinya. umum.
Bersifat universal dan Berlaku dalam Mempengaruhi
komprehensif, nilai dan berbagai disiplin tindakan dan
prinsipnya dapat ilmu dan keputusan dalam
Ruangan diterapkan oleh semua masyarakat yang berbagai konteks
Aplikasi orang mengakui sosial dan budaya.
pentingnya
pemikiran moral
dan etika.
BAB 3
PENUTU
P

3. 1. KESIMPULAN
Dengan demikian, Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki
kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses
menerapkan Aqidah dan syariah/ibadah. Akhlak terbagi menjadi banyak macam, namun yang
terpenting adalah bagaimana cara agar kita bisa menjalankan kehidupan di dunia ini dengan
akhlak yang sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran Islam, agar kita dapat menyempurnakan
iman dan Islam kita sehingga kita dapat meneladani akhlaqul karimah Rasulullah Saw. dan
mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
Di zaman perkembangan modern saat ini tentunya akhlak dari setiap individu mulai terkikis
sedikit demi sedikit menuju keburukan. Namun sebagai manusia yang bertaqwa kepada Allah
Swt., manusia harus bisa mempertahankan akhlaknya. Manusia haruslah membentengi diri
agar akhlak yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.tetap terpatri dalam diri individu
masing masing, sehingga kita tetap menjadi insan yang senantiasa bertaqwa kepada Allah
Swt. dan berakhlaqul karimah sesuai yang dicontohkan Rasulullah Saw.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, N. S. (1991). Dasar dasar pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Alfan, M. (2011). Filsafat Etika Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ali, M. D. (1998). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Bahasa, T. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ahmad, Mudhor. 1993. Etika dalam Islam. Mataram: Al-Ikhlas.
Association for Supervision and Curriculum Developement. 1998. Moral Education in
The Life of School. ASCD Panel on Moral.
Mahmud, A. (2019). Ciri dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam. Sulesana.
Ahmad, Mudhor. 1993. Etika dalam Islam. Mataram: Al-Ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai