Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“AKHLAK DALAM AGAMA ISLAM”

DISUSUN OLEH
M. PRADAVA ARIANSYAH
(NIT: 2302040)

DOSEN PENGAMPU
NURSYAHRUL RITONGA, ST., MPd

POLITEKNIK ADIGUNA MARITIM INDONESIA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III PELAYARAN
BIDANG KEAHLIAN TEKNIKA
MEDAN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen (utama) agama Islam adalah akidah,
syari’ah dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada
Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan
Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah,
syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan
yang berarti berbuat baik.
Di dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara
lain pada surat An-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik
kebajikan maupun kebaikan rapat hubungannya dengan akhlak
Kata akhlaq (kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak) berasal dari kata khilqun,
yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq.
Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk
dengan makhluk lain.
Menurut definisi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, akhlak adalah; suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa
telalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut
ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan
perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. (Mahyudin; 1991:5)
Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi
pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
palaksanaan atau penerapannya melalu tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negatif,
mungkin baik mungkin buruk.
Yang termasuk ke dalam pengertian positif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak dan
perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan lain-lain sifat yang baik.
Sedang yang termasuk pengertian akhlak atau budi pekerti yang buruk adalah semua tingkah
laku, perangai, watak sombong, dendam, dengki, kianat, dan lain-lain sifat yang buruk. Yang
menentukan apakah suatu perbuatan itu baik apa buruk adalah nilai dan norma agama, dan
katakan bahwa al-haq datangnya dari Tuhanmu.
BAB II
PEMBAHASAN

Akhlak dalam agama Islam adalah konsep yang sangat penting dan merujuk pada tata cara,
perilaku, dan sifat-sifat moral yang tercermin dalam tindakan dan sikap seseorang. Istilah akhlak
dalam Islam biasanya diterjemahkan sebagai "akhlaq," yang berasal dari akar kata Arab yang
berarti "tabiat" atau "sifat-sifat batin." Akhlak dalam Islam berkaitan dengan pengembangan
karakter moral yang baik dan etika yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Pentingnya akhlak dalam Islam mencakup dua dimensi utama: hubungan manusia dengan
Allah (hubungan vertikal) dan hubungan manusia dengan sesama manusia (hubungan
horizontal). Dalam dimensi vertikal, akhlak mencerminkan hubungan individu dengan Allah
SWT. Ini mencakup kualitas seperti iman, taqwa (kesadaran akan Allah), tawakal (kepercayaan
kepada Allah), dan ibadah yang ikhlas (ibadah yang tulus). Dalam dimensi horizontal, akhlak
mencakup bagaimana seseorang berinteraksi dengan sesama manusia. Ini melibatkan nilai-nilai
seperti kejujuran, kebaikan, kasih sayang, dan sikap yang adil dan bijaksana dalam segala aspek
kehidupan.
Akhlak dalam Islam juga melibatkan kesadaran tentang akhirat (kehidupan setelah kematian)
dan pertanggungjawaban individu terhadap perbuatan dan perilaku mereka. Ini mendorong orang
untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi perilaku buruk, karena mereka percaya bahwa
amal perbuatan mereka akan dihitung dan dihakimi oleh Allah pada hari kiamat.
Dalam Islam, akhlak juga merupakan cara untuk mencapai kesempurnaan diri dan menjalani
kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai moral yang baik. Ini bukan hanya tentang menjalankan
tugas agama, tetapi juga tentang menjadi individu yang berintegritas, bijaksana, dan bermanfaat
bagi masyarakat. Akhlak dalam Islam diintegrasikan dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari
dan menjadi panduan untuk menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam kehidupan.

HUBUNGAN AKHLAK DENGAN ISLAM


Hubungan antara akhlak (etika atau moral) dan Islam sangat erat dan penting. Akhlak
memainkan peran sentral dalam ajaran agama Islam dan merupakan bagian integral dari cara
hidup seorang Muslim. Berikut adalah penjelasan mengenai hubungan antara akhlak dan Islam:
Akhlak sebagai Panduan Perilaku: Akhlak dalam Islam adalah panduan untuk perilaku dan
tindakan seorang Muslim. Ini mencakup norma-norma moral yang harus diikuti dalam berbagai
aspek kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an dan Hadis (sunnah) memberikan pedoman yang jelas
mengenai bagaimana seorang Muslim seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang
lain. Dengan mengikuti prinsip-prinsip etika yang ditetapkan oleh Islam, seorang Muslim
diharapkan untuk menjalani kehidupan yang adil, jujur, dan penuh kasih sayang.
Pembentukan Karakter Moral yang Baik: Islam menekankan pentingnya pembentukan
karakter moral yang baik. Akhlak yang baik bukan hanya tentang tindakan-tindakan luar,
melainkan juga tentang sifat-sifat batin seperti kejujuran, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang.
Pembentukan karakter moral yang baik adalah upaya berkelanjutan yang melibatkan
pengembangan sifat-sifat yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Akhlak yang baik membantu
individu menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab atas perbuatan dan sikap mereka.
Hubungan dengan Iman: Dalam Islam, iman (kepercayaan) dan akhlak erat terkait.
Keyakinan yang kuat memotivasi individu untuk mempraktikkan akhlak yang baik. Akhlak yang
baik dianggap sebagai bukti dari iman yang kokoh. Seorang Muslim yang benar-benar beriman
diyakini akan menginternalisasi nilai-nilai etis Islam dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, akhlak yang baik adalah ekspresi dari keselarasan iman dan
perbuatan.
Pengaruh pada Hubungan Sosial: Akhlak yang baik memainkan peran penting dalam
membentuk hubungan sosial yang sehat dan harmonis. Islam mengajarkan pentingnya kasih
sayang, toleransi, dan adab dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Dengan menjalani
akhlak yang baik, seorang Muslim dapat membantu menciptakan lingkungan osial yang penuh
kasih, hormat, dan saling menghormati. Ini mengurangi konflik dan memperkuat ikatan
antarindividu dan kelompok.
Persiapan untuk Kehidupan Akhirat: Akhlak yang baik dalam Islam juga memiliki
konsekuensi akhirat. Individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan dan perilaku
mereka di hari kiamat. Akhlak yang baik membantu seseorang menghadapi pertanggungjawaban
ini dengan keyakinan bahwa amal perbuatan baik akan memberikan pahala dan membantu
mencapai kebahagiaan abadi dalam akhirat. Dengan menjalani kehidupan yang baik dan
berakhlak, seorang Muslim mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik setelah
kematian.
Dengan demikian, hubungan antara akhlak dan Islam adalah konsekuensial. Akhlak adalah
landasan moral bagi individu Muslim dan merupakan komponen penting dalam menjalani
kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama Islam.

IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA.


Butir-butir akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan bintang-
bintang di langit. Karena banyaknya tidak semua dicatat di ruang ini. Lagi pula, selain satu butir
dapat dilihat dari berbagai segi juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan takwa. Dalam
ruangan ini, karena itu, hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh.
1. Akhlak terhadap Allah (Khalik) antara lain adalah:
a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan
mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan;
Kecintaan kita kepada Allah diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya;

b. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridaan Allah;

c. As-Syukr; yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah;

d. Qana'ah\ yaitu menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar Ilahi setelah berikhtiar
maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi);

e. Memohon ampun hanya kepada Allah;


f. At-Taubat; bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah taubat nasuha
yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan
dengan tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;
g. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.

2. Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua:

Akhlak terhadap Manusia, dapat dirinci menjadi:


(1) . Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:
a. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya;
b. Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan;
c. Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.

(2) . Akhlak terhadap Orang tua (birrul walidain), antara lain:


a. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
c. Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
d. Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya,
tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu-bapak ridha
e. Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya
telah meninggal dunia.
(3) Akhlak terhadap Diri Sendiri, antara lain:

a. Memelihara kesucian diri.


b. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam).
c. Jujur dalam perkataan dan berbuat Ikhlas dan rendah hati.
d. Malu melakukan perbuatan jahat.
e. Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
f. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
g. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

(4.) Akhlak terhadap Keluarga, Karib Kerabat, antara lain:


a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c. Berbakti kepada ibu-bapak.
d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
e. Memelihara hubungan silahturrahim dan melanjutkan silaturrahmi yang dibina orang tua yang
telah meninggal dunia.

Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai akhlak yang buruk:

1. Akhlak buruk terhadap Allah:


a. Takabbur ( Al-Kibru ) yaitu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau
mengakui kekuasaan Allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.
b. Musyrik ( Al-Syirk ) yaitu sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya,
dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
c. Murtad ( Ar-Riddah) yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk
menjadi kafir.
d. Munafiq ( An-Nifaaq ) yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan
kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.
e. Riya’ ( Ar-Riyaa ‘) yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik yang
dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah melainkan hanya ingin dipuj i oleh sesama
manusia. Jadi perbuatan ini, kebalikan dari sikap ikhlas.
f. Boros atau Berfoya-foya ( Al-Israaf) yaitu perbuatan yang selalu melampui batas-batas
ketentuan agama. Tuhan melarang berrsikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa
terhadap-Nya, merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial, serta merusak diri
sendiri.
g. Rakus atau Tamak ( Al-Hirshu atau Ath-Thama ’u) yaitu suatu sikap yang tidak pernah
merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa
memperhatikan hak-hak orang lain. Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup ( Al-Qanaa ’ah)
dan merupakan akhlaq buruk terhadap Allah, karena melanggar ketentuan larangan-Nya.

2. Akhlak Buruk terhadap Manusia antara lain:


a. Mudah Marah ( Al-Ghadhab ) yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh
kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
b. Iri-hati atau Dengki ( Al-Hasadu atau Al-Hiqdu) yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu
menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali.
c. Mengadu-adu ( An-Namiimah ) yaitu perilaku yang suka memindahkan perkataan
seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d. Mengumpat ( Al-Ghiibah ) yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan keburukan
seseorang kepada orang lain.
e. Bersikap Congkak ( Al-Ash ’aru ) yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan
kesombongan; baik dilihat dari tingkah lakunya, maupun perkataannya.
f. Sikap Kikir ( Al-Bukhlu ) yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan
jasa kepada orang lain.
g. Berbuat Aniaya ( Azh-Zhulmu ) yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain; baik
kerugian matriil maupun non-matriil. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa seseorang yang
mengambil hak-hak orang lain, termasuk perbuatan dzalim (menganiaya). (Mahyuddin; 1991:26-
32)

Tanda-tanda akhlak mulia.


Tanda-tanda akhlak mulia terkumpul dalam banyak sifat, di antaranya:
Memiliki banyak rasa malu, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikan, jujur dalam
perkataan, sedikit berbicara, banyak bekerja, jauh dari sifat selalu ingin mengetahui urusan orang
lain, berbakti dan banyak bersilaturahmi, sabar, banyak bersyukur, ridha, lapang dada,
bersahabat, menjaga kehormatan, penyayang, tidak melaknat dan mencaci maki, tidak pula
mengadu domba dan menceritakan kejelekan orang lain, tidak tergesa-gesa, tidak dengki, tidak
kikir, tidak iri, wajah yang selalu berseri, mencintai karena Allah, ridha karena Allah, dan marah
karena Allah.
Dan seorang yang berakhlak mulia tabah dalam menghadapi kejahatan orang lain terhadap
dirinya, bahkan selalu mencari alasan untuk memaafkan segala kesalahan mereka. Dan ia selalu
menjauhi keinginan untuk mencari cari kesalahan dan membahas kejelekan-kejelekan mereka,
karena orang yang beriman tidak mungkin menjadi seorang yang buruk akhlaknya dalam
keadaan bagaimanapun jua.
Nabi Muhammad SAW dalam beberapa sikapnya telah menekankan betapa pentingnya akhlak
yang mulia dan betapa besarnya pahala orang yang memiliki budi pekerti yang agung.
Diriwayatkan dari Usamah bin Syarik ia berkata: “Tatkala kami sedang duduk bersama
Rasulullah SAW tiba-tiba datang beberapa orang kepadanya seraya berkata: “Siapakah hamba
yang paling dicintai oleh Allah Beliau bersabda: “Orang yang paling baik akhlaknya." (HR.
Tabrani).
Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah aku beritahu kepada kalian orang yang paling aku cintai
dan yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti? Mereka berkata: “Iya ya Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu.” (HR. Ahmad).

Akhlak Rasulullah SAW


Rasulullah SAW merupakan contoh yang paling tinggi di tengah-tengah para sahabatnya
dalam hal budi pekerti yang beliau perintahkan. Beliau menyemaikan budi pekerti yang sangat
tinggi dalam diri para sahabatnya dengan tindakannya, sebelum menanamkannya dengan
perkataan yang penuh dengan hikmah dan nasehat.
Diriwayatkan dari Anas ia berkata: Aku melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun,
demi Allah, beliau tidak pernah mengucapkan kepadaku perkataan “ah”, dan tidak pernah
mengatakan “Kenapa kamu lakukan seperti ini? Tidakkah kamu keri akan seperti ini?” (HR.
Muslim).
Dan diriwayatkan pula darinya, ia berkata: “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW
beliau mengenakan sebuah burdah yang tebal ujung-ujungnya, dan seorang badwi
menghampirinya lalu menariknya dengan kuat sekali, sehingga aku dapat melihat pada
permukaan leher Rasulullah SAW bekas tarikan tersebut. Kemudian orang itu berkata: “Ya
Muhammad, perintahkan untukku dari harta Allah yang ada padamu!” Maka Rasulullah SAW
menoleh kepadanya lalu beliau tertawa dan memerintahkan untuk memberinya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dan ‘Aisyah (istri Nabi Muhammad SAW) tatkala di tanya: Apa aktifitas beliau selama
berada di rumahnya? Ia menjawab: “Beliau melayani keluarganya, dan jika datang waktu shalat
beliau berwudhu lalu keluar untuk melakukan shalat.” (HR. Muslim).
Dan diriwayatkan dari Abdullah bin al Harits ia berkata: “Aku tidak pernah melihat seseorang
yang lebih banyak senyumnya dari Rasulullah (HR. Tirmidzi).
Dan telah sama-sama diketahui bahwa di antara akhlak Rasulullah SAW adalah
kedermawanan beliau, beliau tidak kikir dengan apa pun yang beliau miliki, beliau seorang
pemberani yang tidak pernah berpaling dari kebenaran, adil dan tidak berat sebelah dalam
memberikan keputusan hukum, jujur dan dipercaya dalam seluruh kehidupannya. Diriwayatkan
dari Jabir ia berkata: “Tidak pernah Nabi SAW diminta sesuatu lalu mengatakan tidak.”
(Muttafaqun “alaih).

Rasulullah SAW juga bergaul dan bersenda gurau dengan para sahabatnya, bermain dengan
anak-anak mereka serta memangkunya, memenuhi undangan dan menjenguk orang sakit, serta
menerima permohonan maaf orang yang memintanya.
Beliau juga memanggil para sahabatnya dengan nama panggilan yang paling mereka sukai,
dan tidak pernah memotong pembicaraan orang lain.
Diriwayatkan dari Qatadah ia berkata: Tatkala datang utusan raja Najasyi Nabi Muhammad
SAW melayani mereka, maka para sahabatnya berkata: Biarkanlah kami yang melayani mereka.
Maka beliau berkata: "Sesungguhnya mereka telah menghormati sahabat-sahabatku, dan aku
ingin membalas kebaikan mereka." Lalu beliau berkata: "Sesungguhnya aku seorang hamba yang
makan seperti hamba yang lain, dan duduk seperti yang lain.” Beliau juga menunggang keledai,
dan menjenguk orang-orang miskin serta berkumpul dengan orang-orang fakir.”
BAB III
KESIMPULAN

Dalam rangkuman materi di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam agama Islam
memiliki peran sentral dalam membimbing perilaku dan moral seorang Muslim. Akhlak
merupakan landasan moral yang ditekankan oleh ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Dalam Islam,
akhlak bukan hanya tentang tindakan luar, melainkan juga tentang karakter batin yang
mencerminkan nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang.
Selain itu, akhlak yang baik juga memiliki hubungan erat dengan iman. Akhlak yang baik
dianggap sebagai bukti dari iman yang kuat, sehingga seorang Muslim yang benar-benar beriman
akan mempraktikkan nilai-nilai etis Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan
demikian, akhlak yang baik adalah ekspresi dari keselarasan iman dan perbuatan.
Pentingnya akhlak dalam Islam juga terlihat dalam pengaruh positifnya pada hubungan sosial.
Islam mengajarkan pentingnya kasih sayang, toleransi, dan adab dalam berinteraksi dengan
sesama manusia. Melalui akhlak yang baik, seorang Muslim dapat membantu menciptakan
lingkungan sosial yang penuh kasih, hormat, dan saling menghormati, yang pada gilirannya
dapat mengurangi konflik dan memperkuat ikatan antarindividu dan kelompok.
Terakhir, akhlak yang baik dalam Islam juga merupakan persiapan untuk kehidupan akhirat.
Dalam Islam, individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan dan perilaku mereka di
hari kiamat, dan akhlak yang baik membantu seseorang menghadapi pertanggungjawaban ini
dengan keyakinan akan pahala yang mereka peroleh. Dengan menjalani kehidupan yang baik dan
berakhlak, seorang Muslim mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik setelah
kematian.
Dalam keseluruhan, akhlak dalam agama Islam bukan hanya sekadar panduan etika, tetapi
juga landasan moral yang kuat dalam menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai agama Islam. Akhlak yang baik merupakan cerminan dari iman yang kokoh, karakter
yang baik, dan persiapan untuk kehidupan akhirat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Muslim, JPN. “Kumpulan Buku Akhlak dalam Islam” archive.org. 2015.


https://archive.org/details/KumpulanAKHLAK/Ahlak%20Dalam%20Islam%20%5BIndonesia
%5D/page/n31/mode/2up
Cantika, Yufi. “Pengertian Akhlak: Tentang Akhlak Beserta Contohnya” gramedia.com.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/

Anda mungkin juga menyukai