Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan Diin
dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara
peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan
kepercayaan tersebut.
Dalam diri setiap manusia terdapat adanya dorongan untuk beragama. Ini
bersifat naluriah, sebab dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang
mempunyai landasan alamiah dalam watak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya,
manusia merasakan adanya suatu dorongan yang mendorongnya untuk mencari dan
memikirkan sang Penciptanya dan Pencipta alam semesta. Alam pun mendorongnya
untuk menyembahNya, memohon kepadaNya dan meminta pertolongan kepadaNya
setiap tertimpa malapetaka dan bencana. al-Qur’an menyebutkan bahwa dorongan
agama merupakan dorongan yang alamiah, seperti yang disebutkan dalam Q.S. Ar-
Rum/30 : 30

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”
Secara naluri manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan meyakini
adanya Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan pada Tuhan
sebenarnya telah tertanam secara kokoh dalam fitrah setiap manusia. Namun,
perpaduan dengan jasad telah membuat berbagai kesibukan manusia untuk
memenuhi berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta tipu daya duniawi yang lain
telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-kadang terlengahkan,
bahkan ada yang berbalik mengabaikannya.
Pendidikan adalah proses sepanjang masa yang terus menerus selalu
dibutuhkan manusia dalam menapaki kehidupan di dunia demi mencapai
kebahagiaan hakiki. Dalam pencapaian kebahagiaan hakiki, maka pendidikan
khususnya adalah pendidikan Islam memiliki tujuan utama yang menjadi tonggak
yaitu membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang- orang
bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, citacita benar, dan memiliki akhlak
yang tinggi serta luhur. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam. Pencapaian suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari
pendidikan.
Adapun moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Takjauh berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti.
Akhlak adalah perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan
buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa
juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara
etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada
akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya
membantu terutama dalam hal perumusan.
Berapa banyak kemaksiatan terjadi di muka bumi, dikerjakan dengan terang-
terangan tanpa malu-malu: berjudi, mabuk-mabukan, berzina, merampas harta orang
lain tanpa hak dari pencurian kelas teri hingga korupsi yang menelan harta
masyarakat trilyunan rupiah dan beragam kemaksiatan lainnya hingga mengganggu
sendi-sendi kehidupan normal di masyarakat, kesemuanya terus menerus terjadi
hingga saat ini. Dan ini adalah salah satu alasan mengapa Allah menurunkan
Muhammad SAW.
Di tengah krisis moral manusia modern, akibat menjadikan akal sebagai satu-
satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih aktif dalam menyelamatkan
manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan seperangkat moralnya yang
mutlak bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur untuk
membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Moral


Moral berasal dari kata “mores” yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah
tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum (masyarakat yang baik dan
wajar). Moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika
bersifat teoritis sedangkan moral lebih bersifat praktis. Menurut filsafat, etika
memandang perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral
memandangnya secara lokal.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari kata khuluqun yang artinya
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.23 Sedangkan menurut Ahmad Amin
dalam bukunya “Al-Khalak”, akhlak adalah kebiasaan kehendak.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling


melengkapi, dan terdapat lima ciri dalam perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-
mata karena Allah.
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya.
Akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan aqidah dan
syariah. Ibarat bangunan, akhlak mulia merupakan kesempurnaan dari bangunan
tersebut setelah fondasi dan bangunannya dibangun dengan baik. Tidak mungkin
akhlak mulia ini akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah
dan syariah yang baik.
Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa
kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan
akhlak manusia yang mulia. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi
yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang
cukup lama, yakni kurang lebih 23 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan
pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak
untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah
(aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak mulia di kalangan umat
Islam pada waktu itu.

Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada
akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah akhlak
yang sesuai dengan ketentuanketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul- Nya
sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah
dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang
bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak lahir.

Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu,
keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-
akhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-
cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah,
sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang
haram. Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh,
rakus, dan aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa:
pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.

Sumber ajaran akhlak adalah alquran dan hadist tingkah laku nabi
muhammad merupakan suri teladan bagi umat manusia semua.Ini di tegaskan oleh
allah QS al ahzab\33:21 ‘Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah’.
Akhlak yang baik (terpuji) memiliki banyak keutamaan, didunia maupun
diakhirat, baik bagi individunya maupun bagi masyarakatnya. Di antara
keutamaan-keutamaan tersebut adalah:
1. Bahwa akhlak yang terpuji merupakan realisasi perintah Allah swt.

2. Merupakan bentuk manifestasi ketaatan kepada Rasulullah saw.

3. Akhlak yang terpuji bentuk keteladanan kepada Rasulullah saw.

4. Akhlak terpuji adalah ibadah yang paling agung

5. Pengangkat derajat

6. Sesuatu yang paling agung yang masuk kedalam surga

7. Nafkah bagi hati.

8. Mempermudah segala urusan.

9. Akhlak yang terpuji akan memunculkan pembicaraan yang terpuji.

10. Kecintaan kapda Allah swt.

11. Selamat dari kejahatan mahluk.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari berbagai pendapat di atas tentang akhlak, dapat disimpulkan bahwa


akhlak adalah manifestasi dari keadaan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan atau pun tingkah laku baik itu yang berhubungan dengan makhluk
maupun Tuhannya. Dengan demikian yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu
kebiasaan seseorang dalam bertingkah laku baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat yang berhubungan dengan masalah ibadah (hubungan
denganAllah) maupun sesama manusia (muamalah).

3.2 SARAN

a. Bagi mahasiswa

diharapkan dapat lebih meningkatkan kemauan untuk membaca panduan


agama sebagai sumber moral karena pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk
akhlak dan juga moral sebagai manusia.

b. Bagi dosen
diharapkan tetap menjaga pemberian informasi dan dukungan agama sebagai
sumber moral dan juga pengetahuan tentang akhlak , ataupun pembelajaran lainnya.
Siswa juga diharapkan dapat memberikan informasi yang benar dan tepat tentang
agama sebagai sumber moral.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Bin Ibrahim Al Hamad. Akhlak-akhlak Buruk: Fenomena sebab-


sebab terjadinya dan cara penobatannya. (Bogor: Pustaka Darul Ilmi. 2007), h. 10
111.
Zahruddin AR dkk. Pengantar Studi Ahklak. (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004), h

Anda mungkin juga menyukai