PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pengertian ketiga diatas dapat dinyatakan bahwa akhlak atau khulaq itu
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul seccul secara
3
spontan bilamana diperlukan.tanpa memerlukan atau pertimbangan terlebih dahulu,
serta tidak memerlukan dorongan dari luar.1
A. Dasar Akhlak
Dasar akhlak berinduk pada tiga perbuatan yang utama, yaitu: hikah (bijaksana)
syaja”ah ( perwira atau kesatria). Dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan
maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini mucul dari ikap adil yaitu sikap pertengahan
atau seimbangan dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat data diri
manusia yaitu aql (pemikiran) yang tepusat di kepala ghadab (amarah) yang berpusat di
dada dan Nafsu syahwat (dorongsn seksual) yang berpusat di perut.
B. Sumber Akhlak
Sebagaimana kese;uruhan ajaran islam sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah
bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan
moral. Dalam konsep akhlak segala sesuatu dinilai baik atau buruk terpuji atau tercela
semata-mata karena Syara’)Al-Quran dan Sunah)menilainya demikan.
C. Macam-Macam akhlak
1. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari bahasa arab akhlaq mahmudah
mahmudah merupakan bentuk maf ‘ul dari kata hamidah yang berarti”terpuji”.
Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq akarimah ( akhlak mulia) atau makarim
al-akhlaq (akhlak mulia) atau akhlaq munjiyat (akhlakyang menyelamatkan
pelakunya)
Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan
kepada ALLAH AWT sehingga mempeajari dan mengamalkannya merupakan
kewajiban individu setiap muslim.
a. Menurut Al-Mawardi, akhlak terpuji adalah perangai yang baik dan
ucapan yang baik.
b. Menurut Ibnu Hazm, pangkal akhlak terpuji ada empat yaitu adil paham
keberanian dan kedermawanan.
1
Yunahar Yas, Kuliah Akhlak. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2004). h.1
4
c. Menurut Abu Dawud As-Sijistini, akhlak terpuji adalah perbuatan-
perbatan yang disenangi.2
2
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 2010). hlm. 87
5
terhadap Allah dan hubungan manusia dengan sesame makhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, benda-benda bernyawa dan tidak bernyawa).
6
tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Misalkan pendapat Muhammad Athiyah
al-Abrasyi yang dikutip oleh Abuddin Nata,
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan
pendidikan Islam.17. Demikian pula Ahmad Marimba berpendapat bahwa tujuan utama
pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk
menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya
dengan memeluk agama Islam.18. Menurut sebagian ahli akhlak tidak perlu dibentuk,
karena akhlak adalah instinct (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.
Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri,
yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan
dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.
Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun
tanpa dibentuk atau diusahakan. Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak
adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini
tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang yang bakatny pendek misalnya
tidak dapat dengan sendirinya meninggikan dirinya. Demikian juga sebaliknya.19.
Kemudian ada pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan,
latihan, pembinaan dan perjuangan
6 Aklak Tercela
Adalah segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebut
akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak
keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia.
1. Macam-macam akhlak tercela
a. Syirik
Secara bahasa adalah menyaakan dua hal sedangkan merupakan pengertian
istilah terdiri dari definisi umum dan definisi khusus. Definisi umum adalah
menyamakan sesuatu dari Allah dari hal-hal yang secara khusus dimiliki Allah.
b. Kufur
Secara bahasa berarti menutupi kufur merupakan kata sifat dari kafir . kafir
adalah orangnya sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara: kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya baik dengan mendustakan tau tidak.
7
7 Tujuan Pembentukan Akhlak
Telah dikatakan di atas bahwa pembentukan akhlak adalah sama dengan
pendidikan akhlak, jadi tujuannya pun sama. Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam
adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus,
jalan yang telah digariskan oleh Allah swt.21 Inilah yang akan mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan di dunia dan diakhirat.Proses pendidikan atau pembentukan akhlak
bertujuan
untuk melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia akan
terwujud secara kukuh dalam diri seseorang apabila setiap empat unsur utama kebatinan
diri yaitu daya akal, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan, Berjaya dibawa ke
tahap yang seimbang dan adil sehingga tiap satunya boleh dengan mudah mentaati
kehendak syarak dan akal. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok pembentukan akhlak
Islam ini. Akhlak
seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai – nilai
yang terkandung dalam al-Qur‟an.
Secara umum Ali Abdul Halim Mahmud menjabarkan halhal yang termasuk akhlak
terpuji yaitu :
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud tujuan pembentukan akhlak setidaknya memiliki
tujuan yaitu:
8
a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selaluberamal sholeh. Tidak ada
sesuatu pun yang menyamai amalsaleh dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak
ada pula yang menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan seseorang
kepada Allah dan konsistensinya kepada manhaj Islam
b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalanikehidupannya sesuai dengan
ajaran Islam; melaksanakan apa yang diperintahkan agama dengan meninggalkan apa
yang diharamkan; menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala
sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela, dan munkar
c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan
sesamanya, baik dengan orang muslim maupun nonmuslim. Mampu bergaul dengan
orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan mencari ridha Allah, yaitu dengan
mengikuti ajaran-ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya, dengan semua ini
dapat tercipta kestabilan masyarakat dan kesinambungan hidup umat manusia.
d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke
jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar24 dan berjuang fii sabilillah
demi tegaknya agama Islam
e. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang mau merasa bangga dengan
persaudaraannya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan
tersebut, mencintai dan membenci hanya karena Allah, dan sedikitpun tidak kecut oleh
celaan orang hasad selama dia berada di jalan yang benar.
f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa dia adalah bagian dari
seluruh umat Islam yang berasal dari daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap
melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia
mampu3
3
Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 57.
9
Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecenderungan, bakat akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik
Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri
manusia, dan hal ini kelihatannya terkait erat dengan pendapat aliran intuisisme dalam
penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan di atas. Aliran ini tampak kurang
menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan atau pembentukan dan
pendidikan
Kemudian menurut aliran empirisme bahwa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan
yang diberikan . jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik,
maka baiklah anak itu.
Demikian juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan
yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi berbeda dengan
pandangan aliran konvergensi, aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan atau
pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Fitrah atau kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri
manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat
dipahami dari surat An-Nahl ayat, 78;
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberikan kamu pendengaran,penglihatan,
dan hati agar kamu bersyukur ( QS An-Nahl ayat 78
10
9.Ruang Lingkup Akhlak
Dalam keseluruhan ajaran islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan
sangat penting antara lain
11
7) Didalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak,
baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian dan pahala yang
diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larangan
berakhlak yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya.
4
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah. Adapun perilaku yang dikerjakan adalah:
Manusia diperintahkan untuk memuji dan bersyukur kepada Allah karena orang
yang bersyukur akan mendapat tambahan nikmat sedangkan orang yang ingkar akan
mendapat siksa.5
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2012), hlm. 166
5
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma‟arif, 1980), Cet
IV, hlm. 48-49
12
c) Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa.Dasar
yang digunakan sebagai pedoman akhlak terhadap lingkungan adalah tugas
kekhalifahannya dibumi yang mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan pencitaannya.6
6
Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya Filosof
Islam di Indonesia, (Solo: CV. Ramadhani, 1991), Cet .3, hlm. 12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang
yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.
Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka secara
sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan cerminan dari agama
islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia mencerminkan sebuah kebaikan,
kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan menggapai rido allah swt.
Yang menjadi ukuran baik dan burukna ahlak adalah syarak, iaitu apa yang
diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah
yang buruk. Perkembangan teknologi dapa mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan
masyarakat. Apabila dalam dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok
yang kuat, niscaya keruntuhan Ahlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai
dengan hilangnya norma-norma dalam masyarakat tersebut.
B. Saran
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan
kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah kita secara sadar
dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah islam dalam
jiwa kita degan sebaik-baiknya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16