Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan representasi dari pemikiran seseorang yang nampak
dari luar. Akhlak sering dijadikan parameter baik buruknya seseorang dilihat dari
sudut pandang manusia. Akhlak bersifat relative dalam hal penilaian walaupun
hanya disandingkan dari dua sisi, yaitu baik dan buruk.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada tiga hubungan
yang mengharuskan untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia
dengan dirinya sendiri. Ketiga hubungan tadi mengharuskan kita untuk
menentukan sikap yang harus diambil sesuai dengan pemikirannya, termasuk
akhlak yang akan dibahas lebih mendalam pada tulisan ini.
Di era kemajuan teknologi yang pesat seperti sekarang ini, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan akhlak pada umat muslim. Dapat kita amati
sekarang bahwa perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari
ajaran islam, sehingga banyak kejadian masyarakat, khususnya muslim dan
muslimah, yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik. Namun,
kita dapat mencontohkan akhlak kita pada Rasulullah SAW dan juga para Nabi
dan Rasul yang dapat memberikan teladan bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini, kami akan membahasa tentang Akhlak, mulai
dari jenis-jenis akhlak, yaitu akhlak terpuji dan tercela; akhlak para Nabi dan
Rasul; akhlak terpuji dan tercela terhadap Allah SWT; akhlak terpuji dan tercela
terhadap manusia; hingga teladan dari Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, kami merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Akhlak itu sendiri?
2. Apa saja jenis-jenis Akhlak?
2

3. Bagaimana Akhlak dari para Nabi dan Rasul kita?


4. Apa saja Akhlak terpuji kepada Allah SWT yang perlu kita terapkan?
5. Apa saja Akhlak terpuji kepada manusia yang perlu kita terapkan?
6. Apa saja Akhlak tercela kepada Allah SWT yang perlu kita hindarkan?
7. Apa saja Akhlak tercela kepada manusia yang perlu kita hindarkan?
8. Bagaimana teladan dari Rasul kita yakni Nabi Muhammda SAW agar kita
dapat mencontohkan Akhlak yang baik dari beliau?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui apa itu Akhlak;
2. Dapat mengetahui jenis-jenis Akhlak;
3. Dapat mengetahui Akhlak dari para Nabi dan Rasul;
4. Dapat mengetahui Akhlak terpuji kepada Allah SWT yang patut diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari;
5. Dapat mengetahui Akhlak terpuji kepada manusia yang patut diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari;
6. Dapat mengetahui Akhlak tercela kepada Allah SWT yang patut dihindari
dalam kehidupan sehari-hari;
7. Dapat mengetahui Akhlak tercela kepada manusia yang patut dihindari
dalam kehidupan sehari-hari;
8. Dapat mengetahui teladan dari Rasul kita yakni Nabi Muhammad SAW
agar kita dapat mencontohkan Akhlak yang baik dari beliau.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti
tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan
terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal
sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela
Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas
dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
4

dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.


Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian. (Amiruddin.2010)

B. Jenis-Jenis Akhlak
Akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di antaranya
yaitu:
1. Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia dan terpuji artinya
menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan
dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan
mencintainya.
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan
tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini
dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula.
Akhlak yang terpuji dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 
a. Taat Lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan
Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan
dan dikerjakan oleh anggota lahir.
b. Taat Batin
Taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan
oleh anggota batin (hati).
2. Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak madzmumah atau akhlak tercela
ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia
yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang
bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.
5

Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan


jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Pada dasarnya, sifat dan perbuatan yang tercela dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Maksiat Lahir
Yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena
melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang
diwajibkan oleh syariat Islam.
b. Maksiat Batin
Yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf, karena
melakukan perbuatan yang dilarang yang dilakukan oleh anggota batin
(hati).

Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan


madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang
lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah
berfirman dalam Q. S. At-Tin : 4-6, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang
beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”

C. Akhlak Para Nabi dan Rasul


Teladan dari Nabi Nuh as
1. Ikhlas dalam berdakwah
“Tidak ada satu penghalang pun yang menghalangi kalian untuk
beriman. Aku tidak meminta upah kepada kalian dengan dakwah dan
nasihatku ini, yang kalau aku meminta upah tentu kalian berat menanggung
utang. Hanya saja balasan (amalku ini) menjadi tanggungan
Allah Rabbul ‘alamin, Dzat yang memelihara mereka dengan nikmat-Nya,
yang mencurahkan keutamaan serta kedermawanan-Nya kepada mereka,
terkhusus para wali dan nabi.”
2. Kasih sayang terhadap anaknya
6

“Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat


yang jauh terpencil, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan
janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya
menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi
hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan
gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu
termasuk orangorang yang ditenggelamkan.” (Hud: 42—43)

Teladan dari Nabi Ibrahim as

1. Kasih sayang tehadap Ayahnya


Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab
(al- Qur’an) ini. Sesungguhnya ia seorang yang sangat membenarkan dan
seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai bapakku,
mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat,
dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (Maryam: 41—42)

2. Sabar
Kesabaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam melaksanakan perintah
Allah Subhanahu wata’ala untuk menyembelih anak lelaki satu-satunya saat
itu, yang dicintainya, Isma’il ‘Alaihissalam. Demikian pula kesabaran Nabi
Isma’il ‘Alaihissalam membantu ayahnya berbuat taat kepada
Allah Subhanahu wata’ala.

3. Memuliakan Tamu
Beliau melayani tamunya sendiri tanpa mengutus pembantu atau
yang lainnya, menyajikan makanan kambing yang utuh dan bukan beliau
beri pahanya atau sebagian saja, Beliau pun memilih daging dari kambing
yang gemuk. Ini menunjukkan bahwa beliau melayani tamunya dengan
harta yang sangat berharga.

Teladan dari Nabi Musa as


1. Pemberani
7

Meskipun raja fir'aun adalah penguasa yang sangat kejam dan


sewenang-wenang, namun Nabi Musa a.s. tidak pernah takut untuk
menyampaikan kebenaran. Beliau tetap menyampaikan kebenaran dengan
mengajak Fir'aun untuk menyembah allah Swt. semata. Padahal pada saat
itu raja Fir'aun mengaku bahwa dirinya adalah tuhan yang berkuasa.
2. Taat kepada Allah
Nabi Musa telah memberi contoh bahwa yang perlu kita sembah dan
mintai pertolongan hanya Allah semata. Allah adalah Tuhan Yang Maha
Esa. Dialah yang menciptakan alam semesta ini dan seisinya. Dialah yang
berkuasa atas segalanya di alam ini. keyakinan kita kepada Allah haruslah
bulat.
3. Membela yang benar
Ketika Raja Fir'aun berkuasa,bani Israil ditindas dan diperlakukan
dengan sewenang-wenang. Jika terjadi perselisihanantara bani israil dengan
kaum Fir'aun, maka yang dimenangkan adalah kaum Fir'aun, maka yang
dimenangkan adalah kaum Fir'aun walaupun yang bersalah kaum Fir'aun.
seperti pertengkaran antara Fa'tun pemuda kaum Fir'aun dan samiri pemuda
dri bani israil, yang kemudian dibela oleh Nabi Musa a.s. sehingga Fa'tun
meninggal dunia. karena yang meninggal dunia adalah kaum Fa'tun maka
Nabi Musa a.s. dikejar-kejar dan akan dipenjarakan.

Teladan dari Nabi Isa as


1. Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang sebenarnya
tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa,
meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun
namun dia bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi
tidak lain adalah karena kekuasaan Allah semata. Atas kejadian yang
menimpanya, Maryam tetap  tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
2. Iman yang kuat
Nabi Isa mendapatkan tantangan yang berat dari kaumnya dalam
berdakwah. Meskipun demikian dia tetap menyampaikan wahyu yang
diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya
8

hanya sedikit, walau begitu dia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-
orang ke jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan
iman Nabi Isa, bahkan dia semakin bertambah imannya ketika cobaan-
cobaan itu menimpanya.
3. Sifat penolong
Di antara mukjizat Nabi Isa adalah dapat menurunkan makanan dari
langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas ijin Allah
agar Nabi Isa dapat menolong orang-orang yang membutuhkannya. Sewaktu
Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya
hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu adalah orang yang
membangkang terhadap ajarannya.

Teladan dari Nabi Muhammad SAW


1. Bersifat warak/alim dan meninggalkan perkara yang syubhat
2. Memelihara penglihatan
3. Memelihara Lidah
4. Bersifat Pemalu
5. Bersifat Lembut dan Sabar
6. Bersifat Benar dan Jujur
7. Bersifat rendah diri
8. Bersifat pemurah
9. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat
10. Qudwah Hasanah (Suri teladan yang baik)

D. Akhlak Mahmudah Kepada Allah SWT


1. Taubat
Taubat adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak akan
mengulanginya kembali (penyesalah atas semua perbuatan tercela yang
pernah dilakukan)
2. Ikhlas
9

Ikhlas artinya tanpapamrih atau tanpa mengharapkan apa pun kepada Allah
SWT. Mengerjakan sesuatu hanya mengharapkan ridho Allah SWT, tidak
mengharapkan apa pun selainnya dan kepa selain-Nya. Ikhlas adalah amalan
hati (‘amaliyah qolbiyah)
3. Tawakal
Tawakal artinya menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya
kepada Allah SWT
4. Zuhud
Zuhud secara istilah berarti tidak mementingkan hal-hal yang bersifat
keduniawian, atau meninggalkan gemerlap kehidupan yang bersifat material
dalam mengabdikan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala
5. Wara’
Wara’ adalah sikap meninggalkan semua yang meragukan diri dan
menghilangkan semua yang membuat jelek diri. Hal ini dengan
meninggalkan perkara syubuhat dan berhati-hati berjaga dari semua
larangan Allah SWT.

E. Akhlak Mahmudah Kepada Sesama Manusia


1. Husnuzan
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Husnuzan kepada
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia teah berbuat suatu
kebaikan. Husnuzan berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun
orang lain
2. Ta’aruf
Ta’aruf dapat diartikan sebagai saling mengenal, saling mengetahui manusia
satu dengan manusia lain. Saling kenal mengenal tersebut harus idasari
dengan kemanusiaan, persaudaraan kecintaan serta ketakwaan kepada Allah
SWT, tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit, pangkat jabatan,
maupun agama.
3. Tahafum
Tahafum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak
maupun latar belakang seseorang.
10

4. Jujur
Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang
sesungguhnya, tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam
bahasa arab benar atau jujur disebut sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur
perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang sebenarnya, tidak
mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Benar atau jujur dalam
perbuatan ialah melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan atau
oetunjuk agama. Apabila menurut agama itu diperbolehkan, maka itu benar,
dan apabila perbuatan itu menurut agama dilarang, berarti perbuatan itu
tidak benar.
5. Adil
Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan
menjalankan sesuai dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah
mengerjakan yang benar dan menjauhkan yang batil.
6. Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-buru
menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal
tersebut menyangkut pada masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-
dalam dipertimbangkan masak-masak baru menetapkan sikap.
7. Ta’awun
Ta’awun artinya tolong menolong. Manusia tidak dapat berbuat banyak
kalau seorangdiri, apalagi untuk kepentingan orang banyak. Karena manusia
tidak dapat hidup sendiri maka manusia memerlukan bantuan atau
pertolongan orang lain, bahkan harus mengikat kerjasama dengan orang
lain.

F. Akhlak Madzmumah Kepada Allah SWT


1. Syirik
Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain
Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rubbubiyah dan uluhiyyah.
Umumnya, menyekutukan dalam uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang
11

merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, atau
memalingkan suatu bentuk ibadah.
2. Takabur
Takabur berarti merasa besar. Orang yang takabur ialah orang yang merasa
dirinya besar (lebih dari segala-galanya dari orang lain). Jadi takabur adalah
sikap membanggakan diri dan memandang derajat orang lebih rendah
daripada dirinya atau merendahkan orang lain. Orang yangtakabur
menganggap dirinya yang paling tinggi derajat atau kedudukannya.
3. Ujub
Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri
kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Memang, setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki
oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu?
4. Nifaq
Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan
kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
5. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha
untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena
tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.

G. Akhlak Madzmumah Kepada Sesama Manusia


1. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu
pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa
merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi
setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya,
mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya
tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam
sifat itu sama-sama besar dan dahsyat.
2. Berlebih-lebihan
12

Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang


menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia
dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap
manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun
perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi
manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan
kerusakan alam
3. Hasud
Hasud artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan
dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada
dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah.
4. Aniaya
Aniaya artinya dzolim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Dengan demikian orang lain diperlakukan secara tidak sesuai dengan
semestinya.
5. Diskriminasi
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan
memperlakukannya secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan
diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban
seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu
apakah dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus
mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.

H. Rasulullah Selalu Berigstifar


Rasul dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau
adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.
Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah :

‫ك هَّللا ُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِكَ َو َما تَأ َ َّخ َر َويُتِ َّم‬
َ َ‫) لِيَ ْغفِ َر ل‬1( ‫إِنَّا فَتَحْ نَا لَكَ فَ ْتحًا ُمبِينًا‬
) ۲( ‫ص َراطًا ُم ْستَقِي ًما‬ ِ ‫ك‬ َ ‫نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي‬
َ َ‫ك َويَ ْه ِدي‬
13

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang


nyata, supaya Allah  memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah
lalu dan yang akan datang  serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan
memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)
Dalam kitab shohih, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata :
ُ‫ت عَائِ َشة‬ْ َ‫صلَّى قَا َم َحتَّى تَفَطَّ َر ِرجْ الَهُ قَال‬ َ ‫ إِ َذا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
ُ‫ك َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِكَ َو َما تَأ َ َّخ َر فَقَا َل « يَا عَائِ َشة‬
َ َ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ أَتَصْ نَ ُع هَ َذا َوقَ ْد ُغفِ َر ل‬
ُ ‫» أَفَالَ أَ ُك‬.
‫ون َع ْبدًا َش ُكورًا‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-
pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rasulullah, kenapa
engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan
akan datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR.
Muslim no. 7304)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Inilah kekhususan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seorang pun tidak ada yang
menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shohih pun yang menceritakan tentang
balasan amalan kepada selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni.
Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh
manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang yang
belakangan. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah
pemimpin (sayid) seluruh manusia di dunia dan akhirat.”
Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu.
Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam terlihat paling banyak beristigfar.
14

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.

B. Saran
15

DAFTAR PUSTAKA
https://rumaysho.com/56-nabi-kita-tidak-pernah-bosan-beristigfar.html. Diakses
pada Senin, 23 Mei 2016 pukul 18.93 WIB
https://sy42.wordpress.com/sejarah-islam/ahlak-mulia-rasulullah-saw/. Diakses
pada Senin, 23 Mei 2016 pukul 18.46 WIB
http://baskoroandhi.blogspot.co.id/?m=1. Diakses pada Selasa, 24 Mei 2016 pukul
18.52 WIB
https://id-id.facebook.com/kerajaan.cinta.islami/posts/501655523178603. Diakses
pada Selasa, 24 Mei 2016 pukul 17.00 WIB
https://ihuzaimah.wordpress.com/2012/09/08/akhlak-madzmumah/. Diakses pada
Minggu, 22 Mei 2016. Pukul 19:25 WIB
http://rsoft16.blogspot.co.id/2012/01/jenis-jenis-akhlak.html. Diakses pada Selasa,
24 Mei 2016 pukul 16.22 WIB
http://mazroat.blogspot.com/2013/12/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-
madzmumah.html?m=1. Dikases pada Selasa, 24 Mei 2016 pukul 10.55
WIB
16

Anda mungkin juga menyukai