Disusun oleh:
1. Ferisa Rinjani Sofia H. (07)
2. Nadifa Kanyadewi S. (13)
3. Nurulia Muttaqin. (14)
1
DAFTAR ISI
BAB I
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pertama yang dituju oleh Islam adalah membangun “manusia yang
shalih” yang pantas menjadi khalifah di bumi, yang telah dimuliakan oleh Allah
dengan semulia-mulianya, yang telah diciptakan-Nya dalam penciptaan yang paling
baik dan yang ditaklukan untuknya semua apa yang ada dilangit dan apa yang ada di
bumi. Ia adalah Manusia yang lengkap padanya karakteristik kemanusiaan dan
terangkat dari karakter binatang ternak ataupun binatang buas. Manusia yang shalih
inilah yang merupakan dasar keluarga yang shalih, masyarakat yang shalih dan umat
yang shalih.
Untuk menjadi manusia yang shalih tentu kita perlu mempelajari apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari atau ditinggalkan, karena hidup manusia
tidak hanya mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesuciannya, tapi kadang pula
mengarah kepada keburukan.
Hal tersebut bergantung kepada beberapa hal yang mempengaruhinya, yang
akan di jelaskan dalam pembahasan ini. Dan dalam pembahasan ini Akhlak tercela
didahulukan terlebih dahulu dibandingkan dengan akhlak yang terpuji agar kita
melakukan terlebih dahulu usaha takhliyah, yaitu mengosongkan atau membersihkan
diri atau jiwa dari sifat-sifat tercela sambil mengisinya (takhliyah) dengan sifat-sifat
terpuji. Kemudian kita melakukan tajalli, yaitu mendekatkan diri kepada Allah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Akhlak Mahmudah dan Madzmumah
2. Pembagian Akhlak Mahmudah dan Madzmumah
3. Cara Mencegah Akhlak Madzmumah Dan Meningkatkan Akhlak Mahmudah
4. Pengertian kontrol diri
5. Perilaku Sikap Kontrol Diri Yang Dapat Kita Ikuti Di kehidupan
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pengertian Akhlak
2. Mengetahui Pembagian Akhlak Mahmudah dan Madzmumah
3. Mengetahui Cara Mencegah Akhlak Madzmumah Dan Meningkatkan Akhlak
Mahmudah
3
4. Mengetahui Pengertian kontrol diri
5. Mengetahui Perilaku Sikap Kontrol Diri dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah kata jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau karakter. Kata akhlak didefinisikan sebagai
perilaku, tetapi perilaku harus diulang hanya sekali tidak cukup untuk melakukan
perbuatan baik, atau hanya kadang-kadang. Seseorang dapat dikatakan merosot jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi yang kuat dan dilakukan tanpa
4
banyak pertimbangan terutama pikir pertimbangan sering diulang, sehingga terkesan
sebagai suatu keharusan untuk melakukan.
sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Maksiat berasal dari bahasa Arab, ma’siyah, artinya “pelanggaran oleh orang yang berakal
balig (mukallaf)", karena melakukan perbuatan yang dilarang, dan meninggalkan pekerjaan
yang diwajibkan oleh syariat islam. Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
5
atau melaknat, menghina, menertawakan, atau merendahkan
orang lain, berkata dusta, dll.
2.) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaran orang lain,
mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyi yang dapat
melalaikan ibadah kepada Allah Swt.
3.) Maksiat mata, seperti melihat aurat yang bukan muhrimnya
4.) Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
memukul, dan lain sebagainya.
6
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk
berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan,dan dikerjakan oleh anggota
lahir. Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah:
1.) Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan
tingkah laku seseorang. Namun sifat penyesalannya merupakan
taat batin.
2.) Syukur, berterima kasih terhadap nikmat yang telah
dianugrahkan Allah SWT kepada manusia dan seluruh
makhluknya.
Taat Batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan oleh hati.
7
a.) Pendidikan, dengan pendidikan cara pandang seseorang akan
bertambah luas, tentunya dengan mengenal lebih jauh akibat dari
akhlak terpuji dan tercela.
b.) Menaati dan mengikuti peraturan yang ada di masyarakat dan negara.
Dan bagi seorang muslim tentunya mengikuti aturan yang digariskan
Allah dalam Al-Qur’an dan Hadist.
c.) Kebiasaan, akhlak terpuji dapat ditingkatkan melalui kehendak atau
kegiatan baik yang dibiasakan.
d.) Memilih pergaulan yang baik, sebaik-baik pergaulan adalah
berteman dengan orang beriman.
3. Melalui perjuangan dan usaha. Menurut Hamka, bahwa akhlak terpuji tidak
timbul kalau tidak dari keutamaan, sedangkan keutamaan tercapai melalui
perjuangan.
8
3.) Patuh dan taat pada norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat baik norma agama maupun adat istiadat yang
berlaku.
c.) Dalam Lingkungan Sekolah
1.) Disiplin, Patuh dan Taat pada aturan serta tata tertib yang ada
di sekolah.
2.) Menghormati guru dan karyawan sekolah serta menghargai
teman.
3.) Menjaga perilaku hidup sederhana dan tidak gengsi dengan
kondisi serta kemampuan sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Akhlak madzmumah (Akhlak Tercela) adalah suatu tingkah laku yang dapat
membawa manusia kepada kebinasaan dan kehancuran yang didorong oleh beberapa
factor yaitu dunia (harta), manusia, setan, dan nafsu. Akhlak tercela ini dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu maksiat lahir seperti berbicara hal-hal batil, menguping
pembicaraan orang lain, melihat aurat orang yang bukan muhrimnya, dan lain-lain.
Kemudian maksiat batin yaitu seperti marah, dongkol, dengki, dan sombong. Dan untuk
akhlak tercela tersebut diperlukan 2 cara yaitu perbaikan pergaulan dan member hukuman
bagi yang melakukan perbuatan buruk.
9
Adapun akhlak mahmudah (Akhlak Terpuji) yaitu menghilangkan semua kebiasaan
yang tercela sebagaimana yang telah digariskan dalam ajaran Islam serta menjauhkan diri
dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan kebiasaan yang baik, melakukannya
dan mencintainya. Akhlak terpuji ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu taat lahir seperti tobat,
amar makruf dan nahi munkar, dan syukur.
Kemudian taat batin yaitu seperti tawakal, sabar, dan qana’ah. Dan untuk
meningkatkan akhlak terpuji dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu apabila secara
lahiriah, seperti memilih pergaulan yang baik, membiasakan kegiatan yang baik, dan menaati
peraturan yang berlaku baik yang ada di Negara maupun di masyarakat. Dan apabila secara
batiniah yaitu dengan cara muhasabah, mu’aqobah, mu’ahadah, mujahadah.
10