Anda di halaman 1dari 20

 Etika merupakan ajaran yang membahas kebaikan

dan keburukan berdasarkan ukuran akal.


 Moral merupakan ajaran yang membahas kebaikan
dan keburukan berdasarkan ukuran tradisi yang
berlaku dan berkembang dalam suatu masyarakat
tertentu.
 Akhlak merupakan ajaran yang membahas kebaikan
dan keburukan berdasarkan ukuran ajaran agama.
Kata Akhlak berasal dari bahasa arab Khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa artinya
perangai,tabiat,dan agama.juga bersesuaian dengan kata kholaq
(kejadian/penciptaan),Kholiq(pencipta),dan makhluq (yang diciptakan).
1.Menurut Ibnu Maskawih (941-1030 M) ; Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Keadaan ini terbagi menjadi dua,ada yang berasal dari tabiat aslinya,ada pula yang diperoleh
dari kebiasaan yang berulang-ulang.
2.Imam Al-Ghozali (1055-1111 M) dalam kitab Ihya ulumuddin menyatakan ; akhlak adalah
daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang
spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi,akhlak merupakan sifat yang melekat
pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
3.Muhyiddin Ibnu Arabai (1165-1240 M) ; Keadaan jiwa seseorang yang mendorong
manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan
tersebut pada diri seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan,dan b oleh bjadi
merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.
ASPEK ETIKA MORAL AKHLAK
Obyek Prilaku manusia Prilaku Prilaku
Kajian terkait baik dan manusia manusia
buruk terkait baik terkait baik
dan buruk dan buruk

Parameter Akal Manusia Adat Istiadat Agama


Tertentu
Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw.:
”Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang
apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunah Rasul-Nya.”

Sumber Akhlak , yaitu:


a. Al – Qur’an
b. Hadist Nabi

Selain itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang


dimilikinya, manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang
berfungsi sebagai pembeda antara perbuatan baik dan
buruk
Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pembahasan tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya
apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong buruk.

Ruang lingkup akhlak meliputi:


a. Akhlak (tata krama) kepada Allah SWT
b. Akhlak kepada Rasul Allah saw.
c. Akhlak untuk diri pribadi.
d. Akhlak dalam keluarga.
e. Akhlak dalam masyarakat.
f. Ahlak bernegara.
1. Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi. Hubungan antara keduanya
sangat erat sekali. Sosiologi mempelajari perbuatan manusia
yang menjadi obyek kajian ilmu akhlak.Ilmu akhlak mendorong
mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi
pokokpersoalan sosiologi.
2. Ilmu Akhlak dengan Psikologi. Ilmu akhlak berhubungan juga
dengan ilmu psikologi. Psikologi menyelidiki dan membicarakan
tentang kekuatan perasaan, paham, mengenal,i ngatan,
kehendak, kemerdekaan, khayal, dan rasa kasih yang
kesemuanya dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
3. lmu Akhlak dengan Ilmu Hukum. Pokok pembicaraan ilmu akhlak
dan ilmu hukum adalah perbuatan manusia.Tujuannyapun
hampir sama,yaitu mengatur perbuatan manusia demi
terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan
kebahagiaan.
4. Ilmu Akhlak dengan Filsafat. Ilmu akhlak adalah cabangnya ilmu
filsafat. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu,maka
ilmu akhlak berdiri sendiri.
5. Ilmu Akhlak dengan Imu Tasawuf (irfan). Kewajiban terhadap
Allah,dan RosulNya. Sebagian besar pembicaraan ilmu tasawuf
berkaitan dengan pengetahuan tentang ketuhanan (al ma’arif al
ilahiyah) tetapi bukan dengan jalan ilmu dan pebuktian
ilmiah,melainkan dengan jalan penyaksian “esoterik” ( asy-
syuhud al bathini). Ini berarti bahwa hati manusia harus berfungsi
bagaikan cermin yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat
dan menyingkap tirai kehidupan.
6. Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan (tarbiyah). Pendidikan
akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis
pendidikan, seperti pendidikan etika,pendidikan akal,pendidikan
ilmu,dsb. Semua jenis pendidikan di atas harus tunduk pada
kaidah-kaidah akhlak.
7. Ilmu Akhlak dengan Akidah dan Ibadah. Islam telah
menghubungkan secara erat antara akidah dan akhlak. Dalam
islam,akhlak bertolak dari tujuan-tujuan akidah. Akidah
merupakan barometer bagi perbuatan,ucapan,dengan segala
bentuk interaksi sesama manusia. Berdasarkan keterangan Al-
Qur’an dan As-Sunnah, iman kepada Allah SWT menunut
seseorang mempunyai akhlak yang terpuji.
Akhlak dalam ajaran agama Islam memiliki posisi
yang sangat penting. Hal ini dibuktikan dalam Hadis
yang menyatakan :
‫الخلاق‬‫مكارم‬‫لاتم‬‫بعثت‬‫انما‬
”innama Buistum Li utamima Makarimal Akhlaq”
artinya : ”sesungguhnya aku (Muhammad) di utus
untuk menyempurnakan akhalak kamu sekalian”
1. Islam telah menjadikan akhlak sebagai ‘illat (alasan)
kenapa agama Islam diturunkan.
2. Islam menganggap orang yang paling tinggi derajat
keimanan
3. Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang
baik.
4. Islam menganggap bahwa akhlak yang baik adalah
merupakan amalan yang utama dapat memberatkan
neraca amalan baik di akhirat kelak.
5. Dalam ajaran islam dinyatakan bahwa mereka yang
berjaya memenangi kasih sayang Rasulullah dan
mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan
Rasulullah pada akhirat ialah orang yang lebih baik
akhlaknya.
Pembagian Akhlak

Akhlak Akhlak yang baik,


Karimah/Mahmudah dan mulia

Akhlak Madzmumah Akhlak yang


tercela dan jelek
Akhlak Mahmudah/Karimah
A. Pengertian.
Akhlak mahmudah, maf’ul dari hamida-yahmadu berarti terpuji. Disebut juga
akhlakul karimah (akhlak mulia),atau makarimul akhlak, atau al-akhlak al-
munjiat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).
Pendapat para ulama :
1. Menurut Al-Ghozali : Sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT.
2. Al-Quzwaini ; Ketepatan jiwa dengan perilaku yang baik dan terpuji.
3. Al-Mawardi :perangai yang baikdan ucapan yang baik.
4. Ibnu Qoyyim :pangkal akhlak adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi.
5. Ibnu Hazm : pangkal akhlak ada empat; adil,paham,keberanian,dan
kedermawan.
6. Abu Dawud : akhlak terpuji adalah perbuatan-perbuatan yang
disenangi,sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan yang harus dihindari.
Macam-macam Akhlak Mahmudah
A.Terhadap Allah SWT.
1. Manauhidkan Allah SWT.
2. Berbaik sangka (husnud dhon)
3. Zikrulloh
4. Tawakkal.
B. Terhadap diri sendiri :
1. Sabar (dari maksiyat,taat pada perintah,dari musibah)
2. Syukur
3. Benar dan jujur.
4. Menepati janji
5. Memelihara kesucian diri
C. Terhadap keluarga ;
1. Berbakti kepada orang tua
2. Bersikap baik kepada keluarga
D. Terhadap masyarakat ;
1. Berbuat baik terhadap tetangga
2. Suka menolong orang lain.
E. Terhadap lingkungan.
Bersumber dari fungsi sebagai Kholifah,yaitu berinteraksi dengan
sesama manusia dan alam. Mengayomi,memelihara,membimbing agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Contohnya; tidak boleh
mengambil buah sebelum matang, semua makhluk saling
bergantung,dilarang menganiaya,dsb.
A.Pengertian.
Madzmumah artinya tercela (Ihya’u ulumud diin, Ar-risalatul
Qusairiyah), Masawi’ al akhlaq (as-Syamiri). Segala bentuk
akhlak yang bertentangan akhlak terpuji,yaitu tingkah laku yang
dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan
martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak tercela
bisa berkaitan dengan dirinya,keluarganya,masyarakat,dan alam
sekitarnya.
1. Syirik (Syirik rububiyah,Asma’iyah was-sifat,dan syirik
uluhiyah), ada syirik akbar (besar) dan asghor (kecil)
2. Kufur.(kufur besar;mendustakan rosul,karena enggan dan
sombong,karena ragu terhadap kebenaran rosul,berpaling
secara menyeluruh dari agama dan apa yang dibawa
rosul,karena nifaq,yaitu nifak i’tikad)
3. Nifak dan fasik. Ada nifak i’tikodi dan nifak amali.Nifak
i’tikaodi ada enam ; mendustakan rosul,apa yang dibawa
rosul membenci rosul,apa yang dibawa rosul,merasa
gembira kemunduran islam,dan benci kemenangan islam)
4. Takabur dan ujub (kepada Allah,Rosulnya,dan kepada
manusia).
5. Dengki/hasad ; yaitu munculnya perasaan/tidak
senang pada diri seseorang setelah melihat apa yang
dimiliki orang lain sementara dirinya tidak punya. Al-
Ghozali membagi dengki menjadi empat , yaitu ;
1) menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang
lain,meski tidak pindah ke dirinya,
2) menginginkan lenyapnya kenikmatan karena ia
menginginkannya,
3) Tidak menginginkan kenikmatan itu,tapi menginginkan
kenikmatan serupa,
4) Menginginkan kenikmatan serupa,tapi tidak
menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang lain.
6. Gibah (mengumpat)
a. Raghib Al-Ashfani ; membicarakanb aib orang lain dan
tidak ada keperluan dalam penyebutannya.
b. Al-Ghozali ;menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan
orang lain yang jika terdengar yang bersangkutan,ia tidak
suka.
c. Ibnu Atsir ; membicarakan keburukan orang lain yang tidak
pada tempatnya walaupun keburukan itu memang ada
padanya.
d. An-Nawawi ;menuturkan keburukan orang lain, baik yang
dibicarakan itu ada pada badanya, agamanya, dunianya,
dirinya, kejadiannya, akhlaknya, hartanya,orang tuanya,istri
atau suaminya,pembantu rumah tangganya, pakaiannya,
gaya berjalannya, gerakannya, senyumnya, cemberutnya,
air mukanya, atau lainnya.

Anda mungkin juga menyukai