Anda di halaman 1dari 7

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

GALERI

1. Agama sebagai Sumber Moral

A. Pengertian Agama

Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-


undang ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia di alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan
kesentosaan di akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada
manusia yang berisi sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo


kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus
tata cara peribadatan manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau
tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia dan
hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan.

B. Pengertian Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

a) Pengertian Moral

Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi
moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan
tertentu atau kesatuan sosial tertentu.

Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya


manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan
norma-norma dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat.
Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

b) Pengertian Susila dan Budi Pekerti


Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang
susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila
adalah orang yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat
yang berkembang di masyarakat setempat tentang suatu perbuatan itu tabu
atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikian susila menunjuk pada
arti perilaku baik yang dilakukan seseorang.

Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang
terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah
perbuatan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku
manusia.

c) Pengertian Akhlak

Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:

1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai


kehendak yang biasa dilakukan.

2) Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq,


mendefinisikan akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan sebelumnya”

3) Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak


sebagai: “segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai
pertimbangan.”

Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut
tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut.

Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal
penting tentang akhlak, yaitu:
1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak

2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan


perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia


sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal
dari jiwa tapi ia tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam
perbuatan.

d) Pengertian Etika

Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku
manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori
tentang laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk
sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam
tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-
Qur’an dan Hadits.

C. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih
bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana
yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak
berbicara soal baik buruk, benar salah, layak atau tidak layak. Sementara etika
lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa perbuatan itu
buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang yang
baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu
dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun
akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika,
moral, dll. bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa
semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam
sangat membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena Islam
mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam
menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai budaya suatu
masyarakat.

Kalaupun adat local menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar


mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap.

D. Agama Sebagai Sumber Moral

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam
sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama


bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan


tawakal

2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani


berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh


sifat-sifat mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia,


salah satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari
Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan
manusia agar tidak melakukan tindakan amoral.

2. Akhlak Mulia dalam Kehidupan

A. Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela

Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan


perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak
sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi
perbuatan-perbuatan baik, yaitu:

1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan
salah

2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan


amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu


keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.

4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.

Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu


jujur, suka member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela
kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.

Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah :

1) Keji, pintar busuk, bodoh

2) Tidak bisa dikekang

3) Rakus dan statis

4) Aniaya

Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang
tercela yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah,
malas, kikir, dll. yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun
orang lain.

B. Akhlak Mulia dalam Kehidupan

1) Akhlak kepada Allah


Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain :

Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah


yang wajib disembah oleh kita.
Beribadah
Bersyukur
Berdoa
Berdzikir
Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2) Akhlak kepada Diri Sendiri

Perwujudannya yaitu :

Kreatif dan dinamis


Sabar
Benar
Amanah / Jujur
Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong
3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga

Perwujudannya yaitu :

Berbakti kepada kedua orang tua


Mendoakan orang tua
Adil terhadap saudara
Membina dan mendidik keluarga
Memelihara keturunan
4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat

Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai
dengan akhlak, antara lain:

Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan


Melakukan silaturahmi
Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan
Bersikap adil
Bersikap pemaaf dan penyayang
Bersikap dermawan
Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)
Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun
persamaan dalam hukum
Tasamuh, yaitu saling menghormati
Bermusyawarah
Menjalin perdamaian
5) Akhlak kepada Alam

Perwujudannya yaitu :

Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam


Memanfaatkan alam

Anda mungkin juga menyukai