Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2

Nama : Gebrina Sephira


NIM : 031073655
Program Studi : 310 / Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan!

1) Jelaskan pengertian moral, budi pekerti, akhlak, etika dan hubungan di antara
semuanya!
2) Jelaskan pengertian tasamuh, taawun, dan musawah diserta ayat al-Qur’an!
3) Bagaimana perwujudan akhlak terhadap alam?
4) Jelaskan klasifikasi agama dalam pelbagai kategori !
5) Jelaskan fungsi profetik agama !

Jawaban :

1) Pegertian Moral, Budi Pekerti, Akhlak, dan etika

a. Moral

Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk jamak dari more,
artinya adat atau kebiasaan. Secara terminologi, moral adalah ajaran tentang
tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah, baik atau buruk.

Sidi Gazalba mengartikan moralsebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum


diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi
moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan
tertentu atau kesatuan sosial tertentu.

Sementara itu dalam The Advances Leaner’s Dictinary of Current English


dikemukakan pengertian moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang berkenan dengan
benar dan salah, baik dan buruk; 2) kemampuan untuk memahami perbedaan antara
benar dan salah; dan 3) ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

1
Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik dan buruknya
manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-
norma dan nila-nilai serta sikap moral seseorang atau masyarakat.”

Lebih mendalam lagi, definisi tentan moral adalah tindaan yang dilakukan oleh
seseorang yng mempunyai nlai baik atau buruk, salah atau benar, layak atau tidak
layak.

Terkait dengan masalah moral adalah kesadaran moral yang merupakan


pengetahuan bahwa ada yang baik dan ada yang buruk yang dengan
pengetahuannya ia memilih untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada paksaan
dari siapapun. Kesadaran moral sendri timbul karena: pertama, perasan wajib atau
keharusan untuk melakukan tindakan yang baik. Kedua, objektif dan rasional.

b. Susial dan Budi Pekerti

Secara etimologis kata susial berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su berarti baik,
bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup, atau norma. Secara
terminologi, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk.

Sementara budi pekerti merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Kata
budi berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sadar, menyadarkan, alat
kesadaran. Secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh aka. Sedangan pekerti apa yang dilihat pada manusia
karena didorong oleh perasaan. Dengan begitu, budi pekerti adalah perpaduan dari
hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.

c. Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari
khuluq. Secara bahasa akhla berarti tabiat, perangai, kebiasaan, atau karakter.
Menurut kamus al-Munjid, kata akhlak mempunyai akar yang sama dengan kata
khalqun (kejadian), khaliqun (pencipta), dan makhluqun (yang diciptakan). Dalam
arti bahasa akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.

2
Berikut pengertian akhlak secar istilah oleh berbagai ulama:

- Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai


kehendak yang biasa dilakukan.
- Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A’raq,
mendefinisikan akhlak sebagai: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan (sebelumnya).”
- Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak
sebagai: “Segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-
kegitan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai
pertimbangan.”

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan
yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran lebih
lanjut.

Dari uraian singkat di atas, maka dapat diambil dua hal penting tentang akhlak,
yaitu:

- Akhalk berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak.


- Akhalak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan
yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

Dengan demikian, akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia


sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa.

d. Etika

Etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Secara istilah, etika adalah ilmu yang membicarakan tentang
tingkah laku manusia. Sebagian hli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan
buruk sejauh yang dapat ditentukan akal.

3
Ahmad Amin, mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Soegarda Poerbakawatja, mengartika etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang


baik dan buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan juga merupakan
pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.

Dalam van Dale’s Grootwoordenbooek dikemukakan etika sebagai filsafat praktis,


yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran tentang filsafat rohani umumnya.

Ensiklopedi Winkler mendefinisikan etika sebagai bagian dari filsafat yang


memperkembangkan teori tentang tindakan, dalil-dalilnya dan tujuan yang
diarahkan kepada makna tindakan.

A handbook of Christian Ethics, menyebutkan etika sebagai ilmu normatif yang


memandang manusia sebagai tenaga moral, mempertimbangkan tindakan
kebiasaannya dan karakter dengan tinjauan tentang benar dan salahnya,
kecenderungannya kepadanya yang baik dan yang buruk.

Berikutnya dalam Enchyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral,


yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik,
buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.

Selanjutnya Frankena, sebagaimana juga dikutip Ahmad Charris Zubair


mengatakan bahwa etika adalah sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau
pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral.

Dari definisi di atas, etika dapat dipahami dari empat sudut; (1) dilihat dari objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. (2) dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau
filsafat. Karena itu, etika merupakan hasil dari pergumulan akal dalam upaya
memahami perbuatan manusia dari sudut nilai baik, buruk, benar, salah, layak tidak
layak, sesuai dengan kemampuan penelitian akal manusia. (3) dilihat dari segi
fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu

4
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina, dan sebagainya. (4) dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif. Karena etika bersumber dari akal sedangkan akal
manusia tidak sama, maka etika yang dihasilkan oleh seseorang bukanlah sebuah
kebenaran mutlak yang wajib diikuti oleh yang lainnya.

Etika sebagai sebuah ilmu sama dengan ilmu akhlak, yakni kajian tentang laku
perbuatan manusia dari segi baik dan buruk, harus dilakukan dan tidak boleh
dilaukan berdasarkan akal. Namun, ilmu akhlak dan etika Islam tidak hanya
bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadist.

Hubungan moral, susila, budi pekerti, ahlak, dan etika dari segi fungsinya, semuanya
berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan
yang baik dan mana yang buruk. Kemudian dari sisi sumbernya, etika bersumber pada
rasio sedangkan akhlak bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Qur’an dan Hadist.
Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada ketentuan
atau kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat. Selain itu, etika (ilmu akhlak) besifat
teoretis, sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis.

2) Pengertian Tasamuh, Taawun, dan Musawah

a. Tasamuh, yakni sifat toleransi. Di mana keyakinan yang berbeda-beda harus


dihormati. Kebebasan beragama sangat dijamin oleh Islam. Firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah/2:256

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa
ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang

5
(teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah/2:256)

Atas dasar sikap tasamuh inilah, tidak dibenarkan umat Islam menghina umat
agama lainnya. Allah berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-
An’am/6:108)

b. Taawun, ialah saling tolong menolong dalam kebajikan. Sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-Ma’idah/5:2

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)

6
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah/5:2)

c. Musawah, dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan


dalam hukum. Berkenaan persamaan dalam arti luas, Allah berfirman:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-
Hujurat/49:13)

3) Alam adalah ciptaan Allah dan diperuntukkan bagi manusia untuk kebaikan dan
pengabdian kepada-Nya. Karena itu, akhlak yang harus diwujudkan terhadap alam,
antara lain:

a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam


b. Memanfaatkan alam

7
4) Ahmad Abdullah al-Masdoosi mengklasifikasikan agama ke dalam tga kategori, antara
lain:

a. Wahyu dan non-wahyu

Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman
kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya serta
pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia. Sebaliknya, agama non-
wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata aturan ilahi di
atas.

Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di luar itu adalah
agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha, Confusionisme.

Perbedaan antara agama wahyu dan non-wahyu adalah sebagai berikut:

- Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama non-
wahyu tida demikian.
- Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-wahyu tidka
- Sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu adalah kitab suci
sedangkan dalam agama non-wahyu, itab suci bukanlah sumber utama
- Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu
diluar area tersebut
- Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di bawah pengaruh
ras semitik, sedangkan agama non-wahyu lahir di luar wilayah pengaruh ras
semitik
- Sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan agama
non-wahyu tidak
- Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu kabur dan
elastis
- Agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi pemeluknya,
sedangkan agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja.

b. Misionaris dan non-misionaris

8
Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan penganutnya
meyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-misionaris tidak
memuat tuntutan tersebut.

Menurut al-Masdoosi agama yang tergolong misionaris hanya Islam. Aka tetapi, pada
perkembangan berikutnya, Kristen dan Budha menjadi agama misionaris.

c. Rasial dan Universal

Ditinjau dari segi Rasial dan geografis, agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan: 1)
semitik; 2) arya; dan 3) mongolia. Yang termasuk agama semitik adalah Yahudi, Kristen,
dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme,
Zoaterianisme. Sedangkan yang tergolong mongolia adalah Confusionisme, Taoisme, dan
Shintoisme.

5) Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga
memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya batin manusia yang
baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang bermoral (agama sebagai sumber moral).

Menurut A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

a. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah dan tawakal, ulet,
serta percaya pada diri sendiri
b. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi berani berjuang
menegakkan kebenaran dan kadilan dengan kesiapan mengabdi dan berkorban,
serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggaran yang menjurus kepada
dosa dan noda
c. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, penyantun, toleransi, dan manusiawi.

9
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Materi Pokok Pendidikan Agama Islam (MKDU 4221)

- Materi Inisiasi 5

- https://www.slideshare.net/mushif/fungsi-profetik-agama-dalam-hukum-islam

- https://tafsirq.com/

10

Anda mungkin juga menyukai