Anda di halaman 1dari 31

ILMU AKHLAQ

 
SILABUS ; ILMU AKHLAQ
TINGKAT SATOE, SEMESTER SATOE........
ILMU AKHLAK : 2 SKS
 Tujuan :

 Membekali Mahasiswa tentang dasar-dasar akhlak


Islami, agar mereka berakhlak Islami dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam pengembangan profesinya
maupun perannya dalam kehidupan di masyarakatnya.
TOPIK INTI :

 1.Pengertian akhlak, etika dan moral;


 2. landasan normative; filosofis, ilmiyah dan metodologis;
 3. Wilayah kajian akhlak; pembagian akhlak dan macam-macamnya;
 4. indicator akhlak baik dan buruk berdasar agama, filasat, ilmu dan budaya;
 5. potensi insani dalam mewujudkan baik dan buruk; hubungan aqidah, syari'ah, iptek
dengan akhlak;
 6. rekaman al-qur'an tentang peran individu yang berakhlak baik dan buruk;
 7. peran individu yang berakhlak baik dan buruk dalam perjalan sejarah ummat;
 8. factor pembangkit akhlak baik dan buruk;
 9. langkah-langkah menumbuhkan akhlak yang baik;
 10.aplikasi akhlak yang baik dalam ibadah ritual;
 11.aktivitas pendidikan ekonomi, hokum polotik, seni budaya, kemasyarakatan, kesehatan, dan
lingkungan;
 12.implikasi akhlak baik dan buruk dalam kehidupan realitas;
 13.pertanggungjawaban akhlak baik dan buruk di hadapan Tuhan, umat manusia, dan
lingkungan;
 14.implikasi akkhlak baik dan buruk dalam kehidupan realitas.
REFERENSI:

 A.l.:
 1. Al-ghazali, Ihya 'Ulumu al-Din

 2. ………………., al- mungidz min al- dalil

 3. …………………., al-Tibru wa al-masbuk fi al-nasihah


al-muluk
 4. A.amin, Etika ( Ilmu Akhlak);

 5.Hamzah Ya'kub, Etika Islam pembinaan


akhlaqulkarimah.
AKHLAK, ETIKA, MORAL
(TINJAUAN DEFINITIVE DAN KARAKTERISTIK DALAM AJARAN
ISLAM)
 Pendahuluan
 Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan
yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya
sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam
kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
 Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan
tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
 Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun
dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal
yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya
sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai
subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu.[1]
 Pembahasan
 Dalam berbagai literature tentang ilmu akhlak islami, dijumpai uraian tentang
akhlak yang secara garis besar dapat dibagi dua bagia, yaitu; akhlak yang baik
(akhlak al-karimah), dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Berbuat adil,
jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah misalnya termasuk dalam akhlak
yang baik. Sedangkan berbuat yang dhalim, berdusta, pemarah, pendendam,
kikir dan curang termasuk dalam akhlak yang buruk.
 Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk pada tiga perbuatan
yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja'ah (perwira/ksatria) dan iffah
(menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat).
 Hukum-hukum akhlak ialah hokum-hukum yang bersangkut paut dengan
perbaikan jiwa (moral); menerangkan sifat-sifat yang terpuji atau keutamaan-
keutamaan yang harus dijadikan perhiasan atau perisai diri seseorang seperti
jujur, adil, terpercaya, dan sifat-sifat yang tercela yang harus dijauhi oleh
seseorang seperti bohong, dzalim, khianat. Sifat-sifat tersebut diterangkan dalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah dan secara Khusus dipelajari dalam Ilmu Akhlak
(etika) dan Ilmu Tasawuf.[2]
T I A N
GE R
PEN
 a. Akhlak
 Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
 Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din
(agama).
 Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas,
sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini,
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim
jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
tersebut memang sudah demikian adanya.
 Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
D APAT
PEN

 Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam
(pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
 Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita
dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu;
 pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,
sehingga telah menjadi kepribadiaannya.
 Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
 Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
 Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara.
 Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin
dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.[3]
HAD ETIKA
 b. Etika
 Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
 Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
 Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya.
 Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
 Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai
filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari
konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
ETIKA
 Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal
sebagai berikut.
 Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh
manusia.
 Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah,
memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang
memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi
dan sebagainya.
 Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap
sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-
nilai yang ada.
 Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.
 Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai
pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya
humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia.
PENG. MORAL
 c. Moral
 Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
 Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.
 Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau
salah.
 Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki
objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
ETIK N MORL
 Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
konsep-konsep, sedangkan MORAL berada dalam dataran realitas dan muncul dalam
tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
 Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
 Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.
 Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb,
fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal.
 Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
 Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan
yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
 Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
MORAL
 Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu
kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai
atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman.
 Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan
wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan.
 Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri
seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya
sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat
melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau
paksaan dari luar.
AKHLAK ISLAMI

 d. Karakteristik dalam ajaran Islam


 Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam
atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal
menempati posisi sebagai sifat.
 Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya
yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan
akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
 Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai
universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local dan temporal
sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini,
bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun
etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama
(akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara
sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika
digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika atau moral.
 Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup
berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
AKHLQ,ETIKA, MORAL & SUSILO

 Penutup
 Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan
akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriyah.
 Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik
buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.
 Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral
dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral
dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
 Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasala dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan
baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan
yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila
berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
REFRENSI
 Daftar Pustaka
 Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
 Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera.
Jakarta.
 Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa. Bandung.
 Halim, Ridwan. 1987. Hukum Adat dalam Tanya Jawab. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
 Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam. Yogyakarta.
 Kusumamihardja, Supan dkk. 1978. Studia Islamica. Pt Giri Mukti Pasaka.
Jakarta.
 Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan
Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
 Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
 Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
 Rifa'i, Mohammad. 1987. 300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi
Muslim. Wicaksana. S
WASSALAM
 Al-Faqiiiiir
PENGRTIAN- 2
AHKLAQ,ETIKA, MORAL, NORMA & NILAI

 Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan


manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan
Khaliq atau dengan sesama makhluk.

 Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya hamba yang


paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya".

Penrtian
ahlaq
A. AKHLAK
 A. AKHLAK
Ada   dua   pendekatan   untuk   mendefenisikan   akhlak,  
 yaitu   pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan
terminologi (peristilahan). Akhlak   berasal dari bahasa arab yakni 
khuluqun    yang menurut loghat diartikan:   budi  pekerti, perangai,  
tingkah   laku   atau   tabiat.  
 Kalimat   tersebut   mengandung   segi-segi persesuaian denga
perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan
dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk
dan antara makhluk dengan makhluk.
LANJUTAN AKHLAK 1
 Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari
kata budi dan pekerti.
 Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio
atau character.
 Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena
didorong oleh hati, yang disebut behavior.
 Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil
rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan
tingkah laku manusia
LANJUTAN AKHLAK2
 Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang
ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan
tanpa intervensi akal/pikiran.
 Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam
jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa
banyak pertimbangan lagi.
 Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu
adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan
sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit
(timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-
hari
LANJUTAN 3
 Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri
yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
 Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
 Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur dan gila.
 Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah
ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
 Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan
main-main atau karena bersandiwara
 Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang
atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
 Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah
ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
B.  ETIKA
 B.  ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos
yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

 Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan
sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti
adat kebiasaan.
 Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan
berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi
kebiasaan bagi pecandu rokok.
 Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
 Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
LANJUTAN ETIKA
 Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan
memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku
manusia.
 Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang
baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan
tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk
mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
 Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara
jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak.
 Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji,
dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku
dan perbuatan manusia.
 Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis atau
landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.
LANJUTAN ETIKA2
 Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal
sebagai berikut.
 Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbutaan yang dilakukan oleh manusia.
 Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan
filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan
tidak pula universal.
 Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif
yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

 Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. MORAL
 C. MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos
yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
moral diartikan dengan susila.
 Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
 Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada
pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori,
sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
 Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku
perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral
secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran
itu.
LANJUTAN MORAL
 Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran
moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan


manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah
menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia,
baik buruknya sebagai manusia.
D. NORMA
 D. NORMA
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu
alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma
sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai
untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Jadi secara terminologi kiat dapat mengambil kesimpulan menjadi dua macam. Pertama,
norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu keharusan. Kedua makna
tersebut lebih kepada yang bersifat normatif. Sedangkan norma norma yang kita perlukan
adalah norma yang bersifat prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-
perbuatan konkret
Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi brutal.
Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah laku
manusia bersifat senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat
praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak
menuntup kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis
E.  NILAI
 E.  NILAI
Dalam membahas nilai ini biasanya membahas tentang pertanyaan
mengenai mana yang baik dan mana yang tidak baik dan bagaimana
seseorang untuk dapat berbuat baik serta tujuan yang memiliki nilai.
Pembahasan mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan
pembahasasn etika. Kajian mengenai nilai dalam filsafat moral
sangat bermuatan normatif dan metafisika.
Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak
yang menimapa umat, kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-
nilai yang konkret yang telah disepakati islam, yaitu nilai-nilai
absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut
adalah tersebut adalah kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai
yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat secara individual dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
 DAFTAR PUSTAKA
•    Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1996
•    Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi
Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004
•    Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV
Diponegoro, 1988
(artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah
akhlak tasawuf)
 Prev: PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MODERN-
KONTEMPORER
Next: Dihantui Tata Bahasa
WASSALAM

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai