Pada akhir abad kedelapan hijriah dan pertengahan abad kesembilan hijriah termasuk masa
keemasan para ulama dan terbesar bagi perkembangan madrasah, perpustakaan dan halaqah
ilmu, walaupun terjadi keguncangan sosial politik. Hal ini karena para penguasa dikala itu
memberikan perhatian besar dengan mengembangkan madrasah-madrasah, perpustakaan dan
memotivasi ulama serta mendukung mereka dengan harta dan jabatan kedudukan. Semua ini
menjadi sebab berlombanya para ulama dalam menyebarkan ilmu dengan pengajaran dan
menulis karya ilmiah dalam beragam bidang keilmuan. Pada masa demikian ini muncullah
seorang ulama besar yang namanya harum hingga kini Al-Haafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Berikut biografi singkat beliau:
Nama dan Nashab
Beliau bernama Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad
bin Hajar Al-Kannani Al-Asqalani Al-Mishri. (Lihat Nazhm Al-Uqiyaan Fi Ayaan Al-Ayaan,
karya As-Suyuthi hal 45)
Gelar dan Kunyah Beliau
Beliau seorang ulama besar madzhab Syafii, digelari dengan ketua para qadhi, syaikhul islam,
hafizh Al-Muthlaq (seorang hafizh secara mutlak), amirul mukminin dalam bidang hadist dan
dijuluki syihabuddin dengan nama pangilan (kunyah-nya) adalah Abu Al-Fadhl. Beliau juga
dikenal dengan nama Abul Hasan Ali dan lebih terkenal dengan nama Ibnu Hajar Nuruddin
Asy-Syafii. Guru beliau, Burhanuddin Ibrahim Al-Abnasi memberinya nama At-Taufiq dan
sang penjaga tahqiq.
Kelahirannya
Beliau dilahirkan tanggal 12 Syaban tahun 773 Hijriah dipinggiran sungai Nil di Mesir kuno.
Tempat tersebut dekat dengan Dar An-Nuhas dekat masjid Al-Jadid. (Lihat Adh-Dahu Al-Laami
karya imam As-Sakhaawi 2/36 no. 104 dan Al-badr At-Thaali karya Asy-Syaukani 1/87 no. 51).
Sifat beliau
Ibnu Hajar adalah seorang yang mempunyai tinggi badan sedang berkulit putih, mukanya
bercahaya, bentuk tubuhnya indah, berseri-seri mukanya, lebat jenggotnya, dan berwarna putih
serta pendek kumisnya. Dia adalah seorang yang pendengaran dan penglihatan sehat, kuat dan
utuh giginya, kecil mulutnya, kuat tubuhnya, bercita-cita tinggi, kurus badannya, fasih lisannya,
lirih suaranya, sangat cerdas, pandai, pintar bersyair dan menjadi pemimpin dimasanya.
Saat ketidakpuasan dengan apa yang didapatkan akhirnya Ibnu Hajar bertemu dengan Al-Hafizh
Al-Iraqi yaitu seorang syaikh besar yang terkenal sebagai ahli fikih, orang yang paling tahu
tentang madzhab Syafii. Disamping itu ia seorang yang sempurna dalam penguasaan tafsir,
hadist dan bahasa Arab. Ibnu Hajar menyertai sang guru selama sepuluh tahun. Dan dalam
sepuluh tahun ini Ibnu Hajar menyelinginya dengan perjalanan ke Syam dan yang lainnya.
Ditangan syaikh inilah Ibnu Hajar berkembang menjadi seorang ulama sejati dan menjadi orang
pertama yang diberi izin Al-Iraqi untuk mengajarkan hadits. Sang guru memberikan gelar Ibnu
Hajar dengan Al-Hafizh dan sangat dimuliakannya. Adapun setelah sang guru meninggal dia
belajar dengan guru kedua yaitu Nuruddin Al-Haitsami, ada juga guru lain beliau yaitu Imam
Muhibbuddin Muhammad bin Yahya bin Al-Wahdawaih melihat keseriusan Ibnu Hajar dalam
mempelajari hadits, ia memberi saran untuk perlu juga mempelajari fikih karena orang akan
membutuhkan ilmu itu dan menurut prediksinya ulama didaerah tersebut akan habis sehingga
Ibnu Hajar amat diperlukan.
Imam Ibnu Hajar juga melakukan rihlah (perjalanan tholabul ilmi) ke negeri Syam, Hijaz dan
Yaman dan ilmunya matang dalam usia muda himgga mayoritas ulama dizaman beliau
mengizinkan beliau untuk berfatwa dan mengajar.
Beliau mengajar di Markaz Ilmiah yang banyak diantaranya mengajar tafsir di Al-madrasah AlHusainiyah dan Al-Manshuriyah, mengajar hadits di Madaaris Al-Babrisiyah, Az-Zainiyah dan
Asy-Syaikhuniyah dan lainnya. Membuka majlis Tasmi Al-hadits di Al-Mahmudiyah serta
mengajarkan fikih di Al-Muayyudiyah dan selainnya.
Beliau juga memegang masyikhakh (semacam kepala para Syeikh) di Al-Madrasah AlBaibrisiyah dan madrasah lainnya (Lihat Ad-Dhau Al-Laami 2/39).
Para Guru Beliau
Al-Hafizh Ibnu Hajar sangat memperhatikan para gurunya dengan menyebut nama-nama mereka
dalam banyak karya-karya ilmiahnya. Beliau menyebut nama-nama mereka dalam dua kitab,
yaitu:
1. Al-Mujam Al-Muassis lil Mujam Al-Mufahris.
2. Al-Mujam Al-Mufahris.
Imam As-Sakhaawi membagi guru beliau menjadi tiga klasifikasi:
1. Guru yang beliau dengar hadits darinya walaupun hanya satu hadits
2. Guru yang memberikan ijazah kepada beliau
3. Guru yang beliau ambil ilmunya secara mudzkarah atau mendengar darinya khutbah atau
karya ilmiahnya.
Guru beliau mencapai lebih dari 640an orang, sedangkan Ibnu Khalil Ad-Dimasyqi dalam kitab
Jumaan Ad-Durar membagi para guru beliau dalam tiga bagian juga dan menyampaikan
jumlahnya 639 orang.
Dalam kesempatan ini kami hanya menyampaikan beberapa saja dari mereka yang memiliki
pengaruh besar dalam perkembangan keilmuan beliau agar tidak terlalu panjang biografi beliau
ini.
Diantara para guru beliau tersebut adalah:
I. Bidang keilmuan Al-Qiraaat (ilmu Alquran):
Syeikh Ibrahim bin Ahmad bin Abdulwahid bin Abdulmu`min bin Ulwaan At-Tanukhi
Al-Bali Ad-Dimasyqi (wafat tahun 800 H.) dikenal dengan Burhanuddin Asy-Syaami.
Ibnu Hajar belajar dan membaca langsung kepada beliau sebagian Alquran, kitab AsySyathibiyah, Shahih Al-Bukhari dan sebagian musnad dan Juz Al-Hadits. Syeikh
Burhanuddin ini memberikan izin kepada Ibnu Hajar dalam fatwa dan pengajaran pada
tahun 796 H.
Syeikh Izzuddin Muhammad bin Abu bakar bin Abdulaziz bin Muhammad bin Ibrahim
bin Sadullah bin Jamaah Al-Kinaani Al-Hamwi Al-Mishri (Wafat tahun 819 H.) dikenal
dengan Ibnu Jamaah seorang faqih, ushuli, Muhaddits, ahli kalam, sastrawan dan ahli
nahwu. Ibnu Hajar Mulazamah kepada beliau dari tahun 790 H. sampai 819 H.
IV. Bidang ilmu Sastra Arab :
1. Majduddin Abu Thaahir Muhammad bin Yaqub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar
Asy-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-827 H.). seorang ulama pakar satra Arab yang paling
terkenal dimasa itu.
2. Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Abdurrazaaq Al-Ghumaari 9720
-802 H.).
V. Bidang hadits dan ilmunya:
1. Zainuddin Abdurrahim bin Al-Husein bin Abdurrahman bin Abu bakar bin Ibrahim AlMahraani Al-Iraqi (725-806 H. ).
2. Nuruddin abul Hasan Ali bin Abu Bakar bin Sulaimanbin Abu Bakar bin Umar bin Shalih
Al-Haitsami (735 -807 H.).
Selain beberapa yang telah disebutkan di atas, guru-guru Ibnu Hajar, antara lain:
Al-Iraqi, seorang yang paling banyak menguasai bidang hadits dan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan hadits.
Al-Ghimari, seorang yang banyak tahu tentang bahasa Arab dan berhubungan dengan
bahasa Arab.
Al-Abnasi, seorang yang terkenal kehebatannya dalam mengajar dan memahamkan orang
lain.
Al-Izzu bin Jamaah, seorang yang banyak menguasai beragam bidang ilmu.
At-Tanukhi, seorang yang terkenal dengan qiraatnya dan ketinggian sanadnya dalam
qiraat.
Murid Beliau
Kedudukan dan ilmu beliau yang sangat luas dan dalam tentunya menjadi perhatian para
penuntut ilmu dari segala penjuru dunia. Mereka berlomba-lomba mengarungi lautan dan daratan
untuk dapat mengambil ilmu dari sang ulama ini. Oleh karena itu tercatat lebih dari lima ratus
murid beliau sebagaimana disampaikan murid beliau imam As-Sakhawi.
Diantara murid beliau yang terkenal adalah:
1. Syeikh Ibrahim bin Ali bin Asy-Syeikh bin Burhanuddin bin Zhahiirah Al-Makki AsySyafii (wafat tahun 891 H.).
2. Syeikh Ahmad bin Utsmaan bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah Al-Karmaani Alhanafi (wafat tahun 835 H.) dikenal dengan Syihabuddin Abul Fathi Al-Kalutaani seorang
Muhaddits.
3. Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hasan Al-Anshari Al-Khazraji (wafat
tahun 875 H.) yang dikenal dengan Al-Hijaazi.
4. Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari wafat tahun 926 H.
5. Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu bakar bin Utsmaan As-Sakhaawi
Asy-Syafii wafat tahun 902 H.
6. Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Fahd Al-Hasyimi
Al-Alawi Al-Makki wafat tahun 871 H.
7. Burhanuddin Al-Baqai, penulis kitab Nuzhum Ad-Dhurar fi Tanasub Al-Ayi wa AsSuwar.
8. Ibnu Al-Haidhari.
9. At-Tafi bin Fahd Al-Makki.
10. Al-Kamal bin Al-Hamam Al-Hanafi.
11. Qasim bin Quthlubugha.
12. Ibnu Taghri Bardi, penulis kitab Al-Manhal Ash-Shafi.
13. Ibnu Quzni.
Al-Iraqi berkata, Ia adalah syaikh, yang alim, yang sempurna, yang mulia, yang seorang
muhhadits (ahli hadist), yang banyak memberikan manfaat, yang agung, seorang Al-Hafizh, yang
sangat bertakwa, yang dhabit (dapat dipercaya perkataannya), yang tsiqah, yang amanah,
Syihabudin Ahmad Abdul Fadhl bin Asy-Syaikh, Al-Imam, Al-Alim, Al-Auhad, Al-Marhum
Nurudin, yang kumpul kepadanya para perawi dan syaikh-syaikh, yang pandai dalam nasikh dan
mansukh, yang menguasai Al-Muwafaqat dan Al-Abdal, yang dapat membedakan antara rawirawi yang tsiqah dan dhaif, yang banyak menemui para ahli hadits,dan yang banyak ilmunya
dalam waktu yang relatif pendek. Dan masih banyak lagi Ulama yang memuji dia, dengan
kepandaian Ibnu Hajar.
Karya Ilmiah Beliau.
Al-Haafizh ibnu Hajar telah menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu dan menyebarkannya
dengan lisan, amalan dan tulisan. Beliau telah memberikan jasa besar bagi perkembangan
beraneka ragam bidang keilmuan untuk umat ini.
Murid beliau yang ternama imam As-Sakhaawi dalam kitab Ad-Dhiya Al-Laami menjelaskan
bahwa karya tulis beliau mencapai lebih dari 150 karya, sedangkan dalam kitab Al-Jawaahir
wad-Durar disampaikan lebih dari 270 karya.
Tulisan-tulisan Ibnu Hajar, antara lain:
Taghliq At-Taliq.
Komentar dan kritik atas kitab Ulum Hadits karya Ibnu As-Shalah.
Taqrib At-Tahdzib.
Tahdzib At-Tahdzib.
Lisan Al-Mizan.