Anda di halaman 1dari 13

Kemajuan Peradaban dan Kebudayaan Islam di masa Khalifah Abu Bakar

Asshiddiq

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Dr. Mat Solikhin, M. Ag.

Disusun Oleh :

Zakiyyul Warda (1903026017)

Muhimmatul Ulya (1903026018)

Zulfiyatul Inayah (1903026021)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu „alaikum Wr. Wb


Puji dan Syukur kehadirat Allah Swt. Yang mana atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami telah menuntaskan penulisan Makalah “Kemajuan Peradaban
dan Kebudayaan di masa Khalifah Abu Bakar Asshiddiq” yang penulis susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam.
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya. Terima kasih penulis haturkan
kepada bapak Dr. Mat Solikhin, M. Ag. selaku Dosen mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam.
Penulis mengakui dalam makalah yang sederhana ini mungkin banyak sekali
terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
berharap kepada semua pihak untuk kiranya memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat bahan
tambahan bagi penilaian dosen bidang studi Sejarah Pendidikan Islam dan mudah-
mudahan isi dari makalah ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang
membaca makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusun makalah ini terselesaikan.
Demikian ini, penulis memohon maaf yang sebesarnya karena masih begitu
banyak kekurangan disini dalam menyusun makalah ini.

Wassalamu „alaikum Wr. Wb

Semarang, 24 September 2020

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1

PEMBAHASAN.................................................................................................................. 2

A. Biografi Abu Bakar Asshiddiq................................................................................ 2

B. Proses pemilihan dan pengangkatan Abu Bakar Asshiddiq sebagai Khalifah........ 3

C. Peradaban dan kebudayaan Islam masa Abu Bakar Asshiddiq............................... 5

PENUTUP........................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah pada 11 H (632 M), tugas
keagamaan dan kenegaraan diteruskan oleh para penggantinya yaitu empat sahabat
terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui perkawinan, untuk
menggantikan pemimpin kaum muslimin. Keempat khalifah ini dalam sejarah Islam
dikenal dengan Khulafaur Rasyidin.

             Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan khalifah yang pertama dalam Khulafaur Rasyidin.
Abu Bakar yang secara demokratis terpilih menjadi pemimpin umat Islam menggantikan
setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

             Sebagai seorang muslim kita harus mengetahui bagaimana sejarah peradaban Islam,
bagaimana kepemimpinan Islam pada waktu itu setelah Nabi wafat. Setelah Nabi Muhammad
SAW wafat kepemimpinan berada di tangan Khulafaur Rasyidin. Maka dari itu pemakalah
akan menguraikan tentang khulafaur Rasyidin yang pertama yaitu pada masa Abu Bakar Ash-
Shidiq.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Khalifah Abu Bakar Asshiddiq?
2. Bagaimana pemilihan dan pengangkatan Abu Bakar Asshiddiq sebagai Khalifah?
3. Bagaimana peradaban dan kebudayaan Islam masa Abu Bakar Asshiddiq?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Abu Bakar Asshiddiq
2. Untuk mengetahui proses pemilihan dan pengangakatan Abu Bakar Asshiddiq sebagai
Khalifah
3. Untuk mengetahui peradaban dan kebudayaan Islam masa Abu Bakar Asshiddiq

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. Biografi Abu Bakar Asshiddiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab
bin Sa’ad bin Tayim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik
Al-Quraisy al-Taimy.1 Sebelum masuk islam, Abu Bakar al-Shiddiq bernama Abdul
Ka’bah. Ketika ia masuk islam Rasulullah SAW mengganti namanya menjadi
Abdullah.2
Abu Bakar digelari dengan beberapa gelar, yaitu Atiq dan Al-Shiddiq.
Sebagian mereka mengatakan bahwa disandangkannya gelar tersebut karena
wajahnya yang Atiq (cerah dan bersih). Ada yang berpendapat bahwa ia digelari
dengan Atiq karena garis keturunannya yang bersih dan tidak ada cacatnya. 3 Pendapat
lain mengatakan bahwa ia digelari dengan Al-Shiddiq karena sikapnya yang dengan
segera membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Dengan tegas Abu
Bakar berkata, Sungguh aku membenarkan sesuatu yang lebih dari itu (peristiwa Isra’
dan Mi’raj) dan dari segala khabar yang dating dari langit.4
Abu Bakar Al-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M atau lebih
kurang 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah. Ibu Abu Bakar al-Shiddiq bernama Salma
binti Sakhar bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari dengan
Ummu al-Khair.5
Beliau menikah dengan dua istri ketika masih di Makkah, mereka adalah
Qatilah binti al-‘Azy dan ummu Rumman binti Amir bin bin Uwaimar. Dari istrinya
yang pertama ia dianugrahi anak Abdullah dan Asma dan dari istrinya yang kedua ia
dianugerahi dengan Abdurrahman dan Aisyah. Setelah masuk islam dan hijrak ke
Madinah, Abu Bakar al-Shiddiq menikah kembali dengan dua orang istri, yaitu
Habibah binti Kharijah dan Asma’ binti Umaisy. Dari Habibah ia dianugerahi Ummu
Kulsum yang lahir setelah ia meninggal. Ummu Kulsum menikah dengan Thalhah bin
Ubaidillah yang merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Sedangkan dari
Asma’ ia dianugerahi dengan Muhammad.6
1
Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman al-Dzahaby, Syiar A’lam al-Nubala’,
(Beirut: Muassasah al-Risalah,1996), Jilid ke-3, hlm. 7
2
Ali al-Thanthawy, Abu Bakar al-Shiddiq,(Jeddah: Daru al-Manarah, 1986), Cet. Ke-3, hlm.43
3
Al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthy, Tarikh al-Khulafa’, (Beirut: Daru al-Fikri,1408 H), hlm.27
4
Al-Imam Izzudin bin Ali bin Muhammad bin al-Atsir, Asadu al-Ghabah fi Ma’rifati al-Shahabah,
(Beirut: Daru al-Fikri, 1409 H), Jilid 3, hlm.204
5
Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, (Beirut: Daru
al-Kutub al-Ilmiyah, 1407 H), Jilid 2, hlm.350

6
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, Tarikh al-Umam wa al-Muluk: Tarikh al-Thabary,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1407 H), Jilid 2, hlm.351

2
Abu Bakar Al-Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah. Abu
bakar meninggal pada usianya yang ke-63 tahun. Beliau memerintah kurang lebih 2
tahun.
Ketulusannya dalam menyebarkan agama Allah SWT dan keteguhannya
dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam menyeru manusia kepada
kebaikan menjadikan kedudukannya lebih istimewa diantara sahabat yang lain.
Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Bakar al-Shiddiq antara lain:
1. Abu Bakar Al-Shiddiq diabadikan dalam al-Qur’an
2. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang pertama masuk surga
3. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang senantiasa bersegera untuk kebaikan
4. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW
5. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah mufti pada masa Rasulullah SAW
6. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang kepercayaan Rasulullah SAW
7. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang sangat Tawadhu’

B. Proses Pemilihan dan Pengangkatan Abu Bkar As-Shiddiq Sebagai Khalifah


Salah satu sejarahwan yang bernama Ibnu Ishaq al-Thabari menceritakan
bahwa kondisi masyarakat muslim di Madinah sangat tidak menentu sesaat setelah
Rasululloh SAW wafat. Para sahabat pun masih banyak yang belum percaya akan hal
itu. Namun, kaum muslim segera berusaha untuk mencari penggantinya, karena
Rasululloh bukan hanya pembawa risalah, tetapi juga pemimpin masyarakat, sehingga
para sahabat merasa adanya kekosongan kepemiminan masyarakat.
Pertentangan akan siapa yang pantas menggantikan Rasululloh SAW sebagai
khalifah berlangsung dramatis. Perkumpulan antara kaum Muhajirin dan Ansor di
Saqifah Bani Sa’idah pun tak lepas dari perdebatan. Selain itu, di sebagian kawasan di
Jazirah Arab juga mulai memperlihatkan tanda-tanda memisahkan diri, bahkan
muncul sejumlah orang yang mengaku nabi.7
Kaum Ansor mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-
Khajrj sebagai pengganti Nabi. Dalam kondisi tersebut, Abu Bakar, Umar, dan Abu
Ubaidah bergegas menyampaikan pendirian kaum Muhajirin, yaitu agar menetapkan
pemimpin dari kalangan kaum Quraisy. Namun, pendapat tersebut langsung mendapat
perlawanan keras dari al-Hubab bin Munzir (kaum Ansor). Di tengah perdebatan

7
https://m.republika.co.id/amp/neau899, Diakses pada tanggal 24 September 2020 pukul 21.57 WIB

3
tersebut Abu Bakar mencalonkan dua khalifah, yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan
Umar bin Khattab, namun keduanya malah menolak usulan tersebut.
Umar bin Khattab tidak ingin membuat musyawarah semakin rumit, sehingga
beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah dengan suara yang lantang, lalu diikuti
oleh Abu Ubaidah. Proses pembaiatan pun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh
Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut. Keesokan
harinya, Abu Bakar dibaiat secara umum di masjid Nabawi. Para sahabat yang hadir
di Tsaqifah juga hadir dalam baiat umum tersebut.
Di sisi lain, untuk menghindari peseteruan yang berkepanjangan antara kaum
Muhajirin dan Ansar, dimana kaun Ansar telah berkumpul di Bani Tsaqifah untuk
mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin, Abu Bakar menghampiri mereka
dan melakukan distribusi kekuasaan. Beliau megatakan, “kami adalah pemimpinnya,
dan kalian adalah para mentrinya” (Nahnu al-Umara’ wa Antum al-Wuzara’).8
Proses pengangkatan Abu Bakar ra sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya
mulus karena ada beberapa orang yang belum memberikan ikrar. Seperti Ali bin Abi
Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Fadl bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-
Ash, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma
bin Yasir, Bara bin Azib, dan Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi pertemuan sebagian kaum
Muhajirin dan Ansar dengan Ali bin Abi Thalib di rumah Fatimah ra, mereka
bermaksud membaiat Ali bin Abi Thalib dengan anggapan bahwa beliau lebih patut
menjadi khalifah karena berasal dari Bani Hasyim yang berarti ahlul bait.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah menunjukkan betapa
seriusnya masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu,
karena kepemimpinan suku-suku Arab masih didasarkan pada sistem senioritas dan
prestasi, tidak diwariskan secara turun temurun.
Pasca pengangkatan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, ia diber gelar khalifat
rasullulloh (pengganti Rasululloh. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar tidak
mengklaim dirinya sebagai pemimpin umat Islam atau amirul mukminin. Adapun
gelar amirul mukminin ada ketika kekhalifahan al-Rasyidin berada dibawah sahabat
Umar bin Khattab.

C. Peradaban dan kebudayaan Islam masa abu bakar Ash-shiddiq

8
https://bincangsyariah.com/khazanah/sejarah-pengangkatan-khalifah-abu-bakar-al-shiddiq/., Diakses
pada tanggal 24 September 2020 pukul 21.11 WIB

4
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun (khatam al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau
yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah
yang dinamakan “khalifah” artinya yang menggantikan nabi menjadi kepala kaum
muslimin (pimpinan komunitas islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang
benar dan melestarikan hukum hukum agama Islam. Dialah yang menegakkan
keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran. Maka setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, pemuka-pemuka Islam segera bermusyawarah untuk mencari pengganti
Rasulullah SAW yang kemudian disingkat menjadi khalfah atau Amirul Mu’minin.
Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum
beliau wafat dan menyerahkannya pada forum musyawarah para sahabat merupakan
produk budaya islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan Negara dan
pemerintah secara bijaksana dan demokratis. Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah
yang pertama dalam ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep
islam.

Abu bakar menerima jabatan khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan
krisis dan gawat, yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan
terjadinya berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang
masih baru. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama
(musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama
kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam,
bahkan dijadikan presepsi bahwa Islam telah berakhir.9

Abu bakar Menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang ditimbulkan oleh suku suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintahan Madinah. Karena sikap keras kepala dan pertentangan mereka
yang dapat membahayakan agama dan pemerintah, Abu Bakar menyelesaikan
persoalan ini dengan apa yang disebut perang Riddah (perang melawan kemurtadan)
dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang tersebut adalah khalid bin walid.

Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama
kurang lebih dua tahun Antara lain:

9
Shofiyun Nahidloh, Pengantar Studi Islam, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2019). hlm. 87-88.

5
a. Perbaikan sosial (masyarakat)
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat).

b. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam


Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah
Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang
dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan
Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan
untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu
Persia dan Bizantium.

c. Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an


Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan
Al-Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam
peperangann, terutama waktu memerangi para nabi palsu. Alasan lain karena ayat-
ayat Al-Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis pada daun, kulit kayu, tulang
dan sebagainnya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak dan hilang.

d. Sebagai kepala Negara dan pemimpin umat Islam.


Kemajuan yang diemban sebagai kepala Negara dan pemimpin umat Islam,
Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku Rasulullah SAW. Bahwa prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap
sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.

e. Meningkatkan kesejahteraan umat


Sedangkan kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum,
Abu Bakar membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas Negara atau lembaga
keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi SAW

6
yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula
lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khattab.
Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat menunjuk Umar bin Khattab sebagai
khalifah yang berikutnya.10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
https://www.wattpad.com/688610427-agama-islam-sejarah-peradaban-islam-pada-masa/page/3
diakses pada hari kamis 24 September 2020 pukul 21.58 WIB

7
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab
bin Sa’ad bin Tayim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin
Malik Al-Quraisy al-Taimy.
Abu Bakar Al-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M atau lebih
kurang 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah. Ibu Abu Bakar al-Shiddiq bernama
Salma binti Sakhar bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayim bin Murrah. Ia
digelari dengan Ummu al-Khair
Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Bakar al-Shiddiq antara lain:
1. Abu Bakar Al-Shiddiq diabadikan dalam al-Qur’an
2. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang pertama masuk surga
3. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang senantiasa bersegera untuk
kebaikan
4. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah
SAW
5. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah mufti pada masa Rasulullah SAW
6. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang kepercayaan Rasulullah SAW
7. Abu Bakar Al-Shiddiq adalah orang yang sangat Tawadhu’

Proses pemilihan dan pengangkatan Abu Bakar as-Shiddiq berlangsung


dramatis. Masing-masing dari kaum Ansar dan Muhajirin telah menunjuk salah
seorang dari kaum mereka untuk menggantikan posisi Rasululloh SAW sebagai
khalifah. Saat Abu Bakar as-Shiddiq mencalonkan Abu Ubaidah bin Zahrah dan
Umar bin Khattab, keduanya menolak. Bahkan Umar bin Khattab langsung
membaiat Abu Bakar yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir di
Tsaqifan Bani Sa’idah. Keesokan harinya, beliau di baiat lagi secara umum di
Masjid Nabawi. Dengan ini, Abu Bakar as-Shiddiq diberi gelr khalifat rasululloh
atau pengganti rasulullloh.

Peradaban dan kebudayaan Islam masa Abu Bakar Asshiddiq antara lain:
1. Memperbaiki sosial (masyarakat)
2. Memperluas dan mengembangkan wilayah Islam
3. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
4. Sebagai kepala Negara beliau selalu mengikuti Rasulullah SAW
5. Meningkatkan kesejahteraan umat

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, Al-Imam.1407.Tarikh al-Umam wa al-Muluk,

8
Beirut.Daru al-Kutub al-Ilmiyah.
al-Thanthawy, Ali.1986. Abu Bakar al-Shiddiq.Jeddah.Daru al-Manarah.
Izzudin bin Ali bin Muhammad bin al-Atsir, Al-Imam.1409.Asadu al-Ghabah fi Ma’rifati al-
Shahabah.Beirut.Daru al-Fikri.
Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthy, Al-Hafidz.1408.Tarikh al-Khulafa’.Beirut.Daru al-
Fikri.
Muhammad bin Jarir al-Thabary, Abu Ja’far.1407.Tarikh al-Umam wa al-Muluk: Tarikh al-
Thabary, Beirut. Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman al-Dzahaby, Al-Imam.1996.Syiar A’lam al-
Nubala’.Beirut.Muassasah al-Risalah.
Nahidloh, Shofiyun.2019.Pengantar Studi Islam.Pamekasan.Duta Media Publishing.

https://m.republika.co.id/amp/neau899, Diakses pada tanggal 24 September 2020 pukul 21.57


WIB
https://bincangsyariah.com/khazanah/sejarah-pengangkatan-khalifah-abu-bakar-al-shiddiq/.,

Diakses pada tanggal 24 September 2020 pukul 21.11

https://www.wattpad.com/688610427-agama-islam-sejarah-peradaban-islam-pada-masa/page/3

Diakses pada hari kamis 24 September 2020 pukul 21.58 WIB

Anda mungkin juga menyukai