Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN ISLAM MASA ABU BAKAR


Dosen Pengampu: Dede Ridwan,M.Pd

Disusun Oleh:
Alfian Rahman (6.2021.1.0002)
Marup Pirdaus (6.2021.1.0004)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

INSTITUT MADANI NUSANTARA


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No.74 Cikondang Kec. Citamiang Kota Sukabumi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah program studi komunikasi penyiaran islam dengan judul “Perdaban Islam Masa
Abu Bakar”. Tak lupa Shalawat dan salam dihadiahkan selalu kepada Rasul tercinta,
Muhammad SAW. Sebagai uswatun hasanah, teladan terbaik sepanjang zaman.
Perjuangan dan ketekunan beliau sangat perlu kita contoh sebagai sikap hidup dan
landasan amaliah (etos kerja) dalam mewujudkan usaha dan cita-cita.

Makalah ini tidak mungkin dapat terjadi tanpa bantuan dan dorongan serta keterlibatan
banyak pihak. Untuk itu kami selaku penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dede Ridwan,M.Pd Selaku Dosen mata kuliah Fiqih Muamalah Institut
Madani Nusantara (IMN) Sukabumi
2. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pula disampaikan kepada semua pihak
yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, begitu juga kepada rekan- rekan
Mahasiswa Institut Madani Nusantara (IMN) Sukabumi yang telah memberikan
dorongan dan semangatnya
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di
masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak. Aamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq........................................................................3

B. Proses Pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiq....................................................................4

C. Proses-Proses Berat Yang Dihadapi Abu Bakar Diawal Pemerintahannya.....................6

D. Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq...................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata ”khalifah” diambil dari bahasa Arab, yang secara harfiah berarti seseorang yang
menggantikan kedudukan orang lain karena hilang atau meninggal dunia. Dalam konteks
masyarakat Islam kata khalifah berarti pemimpin umat yang menggantikan posisi Rasulullah
Saw. sebagai pemimpin politik, militer dan segala urusan umat Islam. Sementara itu, kata
“Rasyidin” lebih ditekankan pada empat khalifah pasca-Rasulullah Saw. mulai dari Abu
Bakar Ash-Shiddiq sampai Ali Ibn bi Thalib yang dipandang sebagai tokoh Islam yang
mengagumkan dan adil. Dalam pembahasan ini dibahas secara terperincih salah satu khalifah,
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sepeninggal Rasulullah, muncul beda pendapat di antara orang Anshar dan orang Muhajirin
tentang siapa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi, karena Nabi tidak
meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang menjadi khalifah sepeninggalnya.

Lain halnya dengan Ahl al-Bait yang berpendapat bahwa Nabi telah menunjuk Ali sebagai
khalifah pengganti Rasul berdasarkan wasiat Nabi. Hal itu, dibantah pihak orang Anshar dan
orang Muhajirin. Kalau Nabi pernah berwasiat menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti
beliau, tidak mungkin orang Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari khalifah
pengganti Nabi.

Abu Bakar yang ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi berdasarkan musyawarah yang
diadakan di Tsaqifah bani Sa’idah antara orang Anshar dengan orang Muhajirin mendapat
bai’at dari mayoritas umat Islam, tetapi tidak dari Ali bin Abi Thalib kecuali enam bulan
kemudian.

Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah dapat menyelamatkan umat Islam dari krisis yang
sangat genting karena munculnya orang murtad, Nabi palsu dan yang enggan membayar
zakat, Abu Bakar bertindak tepat memerangi mereka sampai kembali kepada kebenaran. Itu
sebabnya Abu Bakar dikenal sebagai khalifah penyelamat Negara Islam.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

2. Bagaimana proses pembai’atan abu Bakar Ash-Shiddiq?

3. Bagaimana Proses-proses berat yang dihadapi Abu bakar Ash-Shiddiq?

4. Kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

2. Mengetahui proses pembaiatan Abu bakar Ash-Shiddiq.

3. Mengetahui proses-proses berat yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq.

4. Mengetahui kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar Ash-Siddiq Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr
bin Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah alTamimi, yang lebih dikenal dengan Abd al-
Ka’bah di masa Jahiliyah. Dia dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun
gajah (573 M), berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah s.a.w. Dia terkenal
sebagai seorang yang berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamar dan selalu menjaga
kehormatan diri.

Mengenai gelar Abu Bakr Ash-Shiddiq yang dibawanya dalam kehidupan sehari-hari,
menurut para penulis karena ia orang yang paling dinih masuk Islam. Ayahnya bernama
Utsman Ibn Amir dan di juluki Abu Quhafah, ibunya bernama Ummu Al-Khair Salma binti
Sakhr. Nasabnya bertemu Rasulullah Saw. Pada kakeknya, Murrah Ibn Ka’ab Ibn Lu’ai. Abu
bakar berasal dari Kabilah Taim Ibn Murrah Ibn Ka’ab, Kabilah Taim adalah satu dari dua
belas cabang dari suku Quraisy. Namun, kabilah ini bukanlah kabilh yang besar.

Abu Bakar Ash-Shiddiq bertubuh kurus dan berkulit putih. Aisyah putri Abu Bakar
mengatakan bahwa ia berkulit putih, kurus, kedua pelipisnya tipis, kecil pinggangnya
(sehingga kainnya selalu turun dari pnggangnya), wajahnya lancip, matanya hitam,
keningnya lebar, dan urat-urat tangannya tampak jelas, karena hal ini pulalah banyak sumber
mengatakan Abu Bakar Ash-shiddiq mendapat julukan Atiq.

Abu Bakar telah mengharamkan minuman keras untuk dirinya pada masa jahiliyah. Bahkan,
dia tidak pernah menyembah dan bersujud pada sebuah berhala apapun. Dia adalah sahabat
Rasullullah yang dianggap sebagai orang kedua dalam islam setelah Rasullullah.

Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di makkah. Lepas masa anak-
anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat
sukses. Dalam usia muda ini ia menikah dengan Kutailah binti Abdul Uzza, dari perkawinan

3
ini Abu Bakar memiliki dua anak yaitu Abdullah dan Asma’ (Zatun-ni-taqoin). Sesudah
dengan Kutailah ia menikah lagi dengan Umm Rauman binti Amir bin Awaimar dari
perkawinan ini Abu Bakar memiliki anak Abdurrahman dan Aisyah. Kemudian di Madinah
Abu Bakar menikah dengan Habibah binti Kharij, setelah itu menikah dengan Asma’ binti
Umais melahirkan seorang putra bernama Muhammad.

Abu Bakar selalu senantiasa menemani Rasullullah sejak masuk islam hingga wafat
Rasullullah. Dia behijrah bersama Rasullullah ke Madinah dan bersama-sama pula
bersembunyi di gua Tsur, pada malam permulaan hijrah sebelum melanjutkan perjalanan.
Abu Bakar dikenal sebagai salah seorang pemberani yang selalu gagah didalam segala medan
perang, dia dikenal sebagai sosok yang dermawan dan menginfakan sebagian hartanya di
jalan Allah.

Pada perang Tabuk Abu Bakar menyedekahkan hartanya untuk bekal pasukan Islam.
Sedangkan, panji Islam dalam perang ini berada ditangannya. Banyak sabahat yang masuk
Islam melaui perjuangan dakwahnya bersama Rasullullah, diantaranya adalah Utsman Ibn
Affan, Zubair Ibn Awwam, dan Abdurrahman Ibn Auf. Dia telah membeli dan membebaskan
sejumlah budak yang mendapat siksaan keras dari tuannya, diantarannya adalah Billal Ibn
Rabbah, Amir Ibn Fuhairah, Zanirah, dan yang lainnya.

Kata-kata Abu Bakar mengenai Isra’ Mi’raj menunjukkan pemahamannya yang dalam
tentang wahyu dan risalah, yang tidak dapat ditangkap oleh kebanyakan orang. Disinilah pula
Allah telah memperlihatkan kebijakan-Nya tatkala Rasulullah memilih seorang teman dekat
saat ia di pilih oleh Allah menjadi Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat
munusia. Itulah pula bukti kuat, bahwa kata yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
tertanam kukuhdan cabangnya (menjulang) ke langit, dengan jejak yang abadi sepanjang
zaman, dengan karunia Allah. Ia tak akan di kalahkan oleh waktu, tak akan dilupakan.

Rasullullah mengutus Abu Bakar sebagai ketua rombongan Haji pada tahun 9 Hijriyah atau
630M, tatkala Rasullullah ditimpa sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda, “Suruhlah Abu
Bakar untuk menjadi imam shalat”.

B. Proses Pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi wafat adalah politik, yaitu
mengenai pengganti Nabi sebagai kepala negara dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di

4
Madinah, sedang kedudukannya sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh siapapun.
Sementara Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang yang akan
menggantikannya sebagai kepala negara sepeninggalnya.

Karena itu, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah
tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di balai Tsaqifah Bani Sa’idah Madinah. Mereka
bermusyawarah

untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi
perdebatan yang sangat alot karena masing-masing kelompok di antara dua kelompok
tersebut menganggap bahwa kelompoknya yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai
khalifah.

Orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa mereka yang paling berhak menjadi khalifah
karena mereka lah yang mula-mula masuk Islam dan Nabi berasal dari kalangan mereka.
Sementara orang-orang Anshar menyebutkan mereka pula yang paling berhak karena mereka
lah yang telah membantu dan melindungi Nabi dari serangan kaum Quraisy pada waktu
hijrah ke Madinah.

Abu Bakar mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya
dari kaum Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat
dua orang pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan
alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar
terhadap hadits Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.

Oleh sebab itu beliau mengusulkan agar Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, usul
itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada beliaulah yang paling
pantas menjadi khalifah. Akhirnya Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul Umar bin
Khaththab, ketika itu usia Abu Bakar 61 tahun.

Kemudian menyusul, Abu Ubaidillah memberikan ikrar: “Engkaulah dikalangan Muhajirin


yang paling mulia.” Lalu pembai’atan itu diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain, diantaranya,
Basyir Ibn Sa’ad, Hubab Ibn al-Munzir, dan sahabat lainnya, tidak ketinggalah pula Usaid
Ibn Hudair, pemimpin Bani Aus ikut membai’at Abu Bakar, sambil menoleh kepada
kaumnya yang juga sedang memperhatikan para sahabat yang sedang membai’at Abu Bakar.
Usaid Ibn Hudair berkata: “kalau sekali khazraj memerintah kita, maka akan tetap mereka

5
mempunyai kelebihan atas kita dan dengan mereka sama sekali kita tidak akan mendapat hak
apa-apa. Maka marilah sekarang kita baiat Abu Bakar.”

Ketika itu Aus segera bertindak memberikan ikrah kepada Abu Bakar, kemudian disusul oleh
Khazraj yang sudah merasa puas, mereka juga cepat-cepat membaiat, sehingga tempat di
Saqifah itu penuh sesak. Karena makin banyak orang yang datang memberi ikrar.

Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah beliau berpidato. Dalam pidatonya itu
dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Dibawah ini kita kutip prinsip”
yang diucapkan Abu Bakar dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata:

“Wahai manusia!!! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan
baik, ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka benarkanlah!! Orang yang kamu
pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak daripadanya, sedang
orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan
haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, tetapi bilamana aku tidak menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku.”

Ketika pelantikan Abu Bakar selesai sudah di Saqifah, jenazah Nabi di rumah masih
dikelilingi keluarga: Ali Ibn Abi Talib, Abbas Ibn Abdul Muttalib bersama beberapa orang
yang ikut menyelenggarakan. Tidak jauh dari mereka, di dalam masjid ada juga beberapa
orang dari kalangan Muhajirin.

Seperti kita lihat, bai’at ini selesai dalam keadaan yang membuat beberapa sumber
menghubungkan kata-kata ini pada Umar: “peristiwa sangat tiba-tiba sekali.”

Tetapi sumber-sumber lain berpendapat, bahwa Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah sudah
sepakat, bahwa pimpinan memang akan berada di tangan Abu Bakar. Apapun yang akan
dikatakan kedua sumber itu, yang tak jelas ialah, bahwa keputusan Saqifah ini telah
menyelamatkan Islam yang baru tumbuh itu dari malapetaka, yang hanya Allah saja yang
tahu akan segala akibatnya.

C. Proses-Proses Berat Yang Dihadapi Abu Bakar Diawal


Pemerintahannya

6
Banyak proses-proses berat yang di hadapi Abu Bakar di awal pemerintahannya, adapun
beberapa kesulitan yang dihadapi oleh khalifah Abu Bakar misalnya adalah, banyak umat
Muslim yang murtad atau keluar dari Islam akibat enggan membayar zakat, mereka
menganggap membayar zakat hanya berlaku pada masa Rasulullah masih hidup. Adapun
pemurtadan yang lain itu akibat timbul banyak nabi-nabi palsu, dan disitulah banyak umat
muslim yang ikut ajaran nabi palsu tersebut.

1. Memerangi Kaum Murtad

Ada tiga golongan pembangkang yang muncul sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang
murtad, orangorang yang enggan membayar zakat dan Nabi-nabi palsu. Orang-orang murtad
muncul di Bahrain, sedangkan orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan terdapat di
Yaman, Yamamah dan Oman. Adapun Nabi-nabi palsu muncul di Yaman (al-Aswad),
Yamamah (Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir
ini paling banyak pengikutnya, apalagi dia menikah dengan Musailamah.

Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat
terkemuka. Diputuskan bahwa semua kaum penyeleweng itu harus diperangi sampai mereka
kembali kepada kebenaran. Kemudian Abu Bakar membentuk 11 pasukan, antara lain
dipimpin oleh Khalid bin Walid, Amr bin Al-Ash, Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin
Hasanah. Kepada mereka dinasehatkan agar hanya menyerang orang-orang yang menolak
diajak ke jalan yang benar. Perang ini disebut dengan “Perang Riddah” (perang melawan
kemurtadan).

Khalid bin Walid yang memimpin perang melawan Musailamah yang berhasil
mengumpulkan 40.000 orang berlangsung sengit. Dalam perang itu ribuan orang meninggal,
termasuk Musailamah. Pasukan lain berhasil juga mencapai sasarannya sehingga 6 bulan
kemudian para penyeleweng yang masih hidup kembali kepada kebenaran, termasuk Nabi
palsu Sajah, kecuali Thulaihah masuk Islam di masa khalifah Umar.

Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah menyelamatkan Negara Islam yang
masih muda itu. meslipun untuk itu harus dibayar mahal dengan gugurnya 70 orang
penghafal Al-Qur’an. Bagaimana pun juga, Abu Bakar telah bertindak tepat dalam mengatasi
krisis itu dan untuk itu ia pantas disebut sebagai “juru selamat Islam”.

1. Gerakan Terhadap Orang-orang yang Enggan Membayar Zakat

7
Kekacauan yang menimpa kawasan Arab itu berkesudahan dengan berbaliknya mereka dari
Islam, sementara diantara yang lain tetap dalam Islam tetapi tidak mau membayar zakat
kepada Abu Bakar. Keengganan membayar zakat itu baik karena kikir dan kelihaian mereka
seperti kelihainnya dalam mencari dan menyimpan uang, atau kerena anggapan bahwa
pembayaran itu sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah tiada, dan boleh
dibayarkan kepada saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Madinah. Mereka
mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak
tunduk kepada Abu Bakar.

Demikian yang terjadi dengan kabilah-kkabilah yang dekta dengan Madinah, terutama
kabilah Abs dan Zubyan. Untuk memerangi mereka tidak mudah setelah Abu Bakar
melaksanakan perintah mengirimkan Usamah, sebab sudah tidak ada lagi pasukan untuk
mempertahankan Madinah.

Abu Bakar mengadakan rapat dengan para sehabat besar itu guna meminta saran
dalam memrangi mereka yang tak mau menunaikan zakat. Umar Ibn Khattab dan beberapa
orang sahabat berpendapat untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan lebih baik meminta bantuan kepada mereka dalam menghadapi musuh
bersama dan sebagian kecil yang lain menghendaki jalan kekerasan. Abu Bakar melibatkan
diri mendukung gerakan minoritas, betapa kerasnya ia membela pendiriannya itu, tampak
dari kata-katnya ini: “demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepadaku, yang
dulu mereka lakukan kepada Rasulullah, akan aku perangi”.

D. Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 634 M.
dalam usia sekitar 62 tahun. Ia di makamkan di samping makam Rasullulah Saw. Ada
pelajaran menjelang wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia memegang tampuk pemerintahan
sepeninggalan Rasulullah Saw. Periode pemerintahan yang singkat yaitu selama dua tahun
tiga bulan sepuluh hari , di tandai oleh keteguhannya meneruskan kebijakan Rasulullah Saw.
dalam berbagai bidang, kendati tidak jarang di usulkan untuk diubah. Dalam hal itu ia juga di
kenal sebagai orang yang lemah lembut tetapi tidak menurangi sikap tegasnya sebagai
khalifah. Sumber yang dapat diterima mengenai sakitnya Abu Bakar sampai meninggalnya,
dengan mengacu kepada puterinya, ummul mukminin Aisyah dan kepada puteranya

8
Abdurrahman. Mereka berkata: “Abu Bakar sakit dimulai pada saat hari yang sangat dingin ia
mandi, lalu selama lima belas hari ia merasa demam, tidak keluar rumah untuk melaksanakan
shalat, ia meminta Ummar Ibn Khattab mengimami shalat.

Tetapi selama dua minggu dalam sakit sampai wafatnya itu pikiran Abu Bakar selalu
tertumpu pada nasib kaum muslimin, selalu membuat perhitungan dengan dirinya, apa yang
telah dilakukannya sejak ia memegang pimpinan ummat.sejak sakitnya itu kuat sekali
perasaannya bahwa ajal sudah dekat, dan dia akan bertemu tuhan. Menghadapi itu ia merasa
gembira, puas, karena saat itu sudah mencapai usia ketika Rasulullah berpulang ke
Rahmatullah, dan dia merasa sudah melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Suatu hari
pernah ada yang berkata padanya: mengapa tidak meminta pertolongan dokter?”, ia
menjawab: “dia sudah melihatku”. “lalu apa katanya kepadamu?”, dia menjawab:”aku boleh
berbuat sesuka hatiku”. Hal ini menandakan bahwa dia telah menyerahkan segala persoalan
kepada Allah, dan apa yang sudah menjadi kehendak Allah dia sudah merasa bahagia dan
yang sangat didambakannya sekiranya Allah menempatkannya di sisi-Nya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah pengganti pemerintahan (khalifah) pertama setelah


Rasulullah wafat, ia dipilih secara demokrasi oleh kaum Muslimin dan di bai’at oleh
para sahabat.
2. Banyak kesulitan yang di hadapi Abu Bakar dalam awal pemerintahannya, karena di
masa Abu Bakar inilah masa transisi setelah wafatnya Rasulullah, proses-proses sulit
itu dihadapinya dengan baik, mulai dari perang Riddah, menumpas nabi palsu, dan
memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat.
3. Abu bakar mejadi kholifah selama 2 tahun 3bulan 10 hari, sampai akhir hayatnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
CloudFront.net,”Jurnal Sejarah Peradaban Islam”, 12 April 2022.
http://cloudfront.net/Jurnal-sejarah-peradaban-islam/>(Diakses,12 April 2022)

11

Anda mungkin juga menyukai