Disusun Oleh;
Robiatul Adawiyah (0360)
Sittina Nafsah (03)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sejarah
hidup Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Sejarah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………...i
Daftar isi………………………………………..……………..ii
BAB I …………………………………………………………1
PENDAHULUAN…….………………………………………1
A. Latar belakang…….…………………………………...1
B. Rumusan masalah….…………………………………..1
C. Tujuan penulisan………………………………………1
D. Manfaat penulisan……………………………………..1
BAB II…………………………………………………………2
PEMBAHASAN………………………………………………2
A. Biografi khalifah Abu Bakar………………...………….2
B. unsur” seni rupa…………………………………………2
C. fungsi seni rupa………………………………………….3
D. contoh seni rupa…………………………………………5
BAB III………………………………………………………...6
PENUTUP…………………..…………………………………6
A. Kesimpulan……………………………………………..6
B. Penutup…………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang
kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang
dinamakan “Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin
(pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan
melestarikan hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu
berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan
Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut.
Dalam Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi
tidak memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum
baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan kilafah pada masa Abu Bakar
yang dimulai sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang telah diberikanya
untuk islam dan masyarakat.
A. Rumusan masalah
1. Siapa sayyidina Abu Bakar Asshiddiq?
2. Bagaimana Kepemimpinan Abu Bakar Asshiddiq?
B. Tujuan penulisan
1. Mengenal sayyidina Abu Bakar Asshiddiq
2. Mengetahui kepemimpinan Abu Bakar Asshiddiq
C. Manfaat Penulisan
Untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenal sayyidina abu bakar asshiddiq agar
dapat meneladani sifat-sifatnya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-
Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya
berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah
yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau
meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar : ”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang
datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya
adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah
para Shahabat?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan
Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau
cintai?” beliau bersabda : ”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab :
“ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan
beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia
menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai
kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :
”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan
dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya”, lalu Abu
bakar menangis dan menangis, lalu berkata : ”Ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu”. Abu Sa`id
berkata : “Yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah orang yang
paling tahu diantara kami”. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak
memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar.
Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain
rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah
persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup,
melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632 M),
dilakukan musyawarah dikalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang
akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat islam atau khalifah
islam.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu
Bakar sebagai Khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber
perpecahan pertama dalam islam dimana umat islam terpecah menjadi kaum sunni dan syi’ah.
Disatu sisi kaum syi’ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib yang menjadi pemimpin
dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum sunni berpendapat
bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa
Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin, sementara muslim syi’ah
berpendapat berpendapat kalau Rasulullah dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah
makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan
apalagi masalah kepemimpinan umat terakhir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi’ah
tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali
sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai’at) kepada Abu Bakar dan dua Khalifah
setelahnya (Umar dan Utsman). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan
yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Dan Sementara kaum
syi’ah menggambarkan bahwa Ali melakukan bai’at tersebut secara pro forma, mengingat beliau
berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan-bulan lamanya dan setelah itu ia
menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan
gawat. Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai
pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang
pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani
Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap
sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir.
2. Perang Riddah
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dab
stabilitas komunitas dan negara islam saat itu muncul. Beberapa suku arab yang berasal dari
Hijaz dan Nejed membangkang kepada Khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa
diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama islam secara utuh.
Beberapa yang lain kembali memeluk berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya
memiliki komitmen denan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak
berlaku lagi.
Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi Muhammad jatuh sakit.
Ketika tersiar berita kemangkatan Nabi Muhammad, maka gerakan belot agama itu meluas di
wilayah bagian tengah, wilayah bagian timur, wilayah bagian selatan sampai ke Madinah Al-
Munawarah serta Makkah Al-Mukaramah itu sudah berada dalam keadaan terkepung.
Gerakan riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang mengaku dirinya Nabi, guna
menyaingi Nabi Muhammad SAW, yaitu: Musailamah, Thulhah, Aswad Al-Insa. Musailamah
berasal dari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah, Tulaiha seorang kepala suku Bani
Asad, Sajah seorang wanita Kristen dari Bani Yarbu yang menikah dengan Musailamah. Masing-
masing orang tersebut berupaya meluaskan pengikutnya dan membelakangi agama Islam.
Abu Bakar sebagai seorang Khalifah, tidak mendiamkan kejadian itu terus berlanjut.
Beliau memandang gerakan murtad itu sebagai bahaya besar, kemudian beliau menghimpun para
prajurit Madinah dan membagi mereka atas sebelas batalion dengan komando masing-masing
panglima dan ditugaskan keberbagai tempat di Arabia. Abu Bakar menginstruksikan agar
mengajak mereka kembali pada Islam, jika menolak maka harus perangi.
Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak mau
menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan melawan
mereka, dalam hal ini Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalam
perang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah seorang penuntut kenabian
yang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal
menundukan Musailamah, kemudia Abu Bakar mengutus Kholid untuk melawan nabi palsu dari
Yaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan
membunuhnya dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut “Taman Maut”
1. Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi
sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya
dikalangan sahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju dengan
kebijaksanaan Khalifah ini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu
timbul gejala kemunafikan dan kemurtadan yang merambah untuk menghancurkan Islam
dari dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah untuk menyerbu Romawi,
sebab menurutnya hal itu merupakan perintah Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah ke
Romawi di bumi Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis dan
membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam dalam
keadaan tegang akan tetapi muncul interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan Islam
cukup tangguh. Sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat
mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern (Said bin al
Qathani, 1994:166-167).
2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi
terputus. Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu :
3. Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang
meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.
4. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan
mengeluarkannya.
Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada prinsipnya yaitu
memerangi mereka sampai tuntas.
1. Mengembangkan wilayah Islam keluar Arab. Ini ditujukan ke Syiria dan Persia. Untuk
perluasan Islam ke Syiria yang dikuasai Romawi (Kaisar Heraklius), Abu akar
menugaskan 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sufyan ditempatkan di Damaskus,
Abu Ubaidah di Homs, Amir bin Ash di Palestina dan Surahbil bin Hasanah di Yordan.
Usaha tersebut diperkuat oleh kedatangan Khalid bin Walid dan pasukannya serta
Mutsannah bin Haritsah, yang sebelumnya Khalid telah berhasil mengadakan perluasan ke
beberapa daerah di Irak dan Persia (Misbach dkk., 1994:9). Dalam peperangan melawan
Persia disebut sebagai “pertempuran berantai”. Hal ini karena perlawanan dari Persia yang
beruntun dan membawa banyak korban.
Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan oleh
kaum riddat yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban dan keamanan
diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutkan membebaskan lembah Mesopotamia yang didiami
suku-suku Arab. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar bagi kepentingan agama Islam
adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah-naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari
simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad
SAW pada masa hidupnya, dan menyimpan keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW,
yakni Siti Hafshah.
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang agama
Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang paling singkat
bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya.
Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu bakar, Umar menjadi khalifah
yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar.
B. Saran
Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan tantangan.
Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa putus asa, penuh kesabaran,
kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon kepada-Nya serta lebih mempererat ukhuwah
Islamiyyah, agar tercipta suatu tatanan masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera
dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekeliruan, untuk itu membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, aamiin,,,
DAFTAR PUSTAKA
v http://dedhymaesycoery.blogspot.com/2011/03/islam-pada-masa-abu-bakar- ash- siddiq.html?
zx=823f0bc892f5ba9d
v http://gemene2010.wordpress.com/2011/06/07/propil-sdn-016-tampan/
v http://www.masbied.com/2011/02/12/sejarah-khulafaur-rasyidin/#more-7625
v http://www.dadangsadkar.com/agama/65-khalifah-umar-bin-khatab.html
v http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html