Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

Khulaufur Rasyidin

Dosen Pengampu : Dr. Mursal Aziz, M.Pd.I

KELOMPOK 4
1.MHD.GALIH KHAIRI (0701212064)
2.RAFIF RASENDRIYA (0701212066)
3.SALSA NABILA ISKANDAR (0701212087)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA(UINSU)
2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh

Segala puji bagi Allah SWT, kepada-Nya kita memuji ,memohon pertolongan
dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan keburukan amal
perbuatan.Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, tidak akan ada yang
menyesatkannya dan barang siapa disesatkan oleh Allah,tidak akan ada yang mampu
memberinya petunjuk.

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Khulaufur Rasyidin” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah menyelamatkan kita dari kegelapan menuju jalan yang
terang benderang ini

Makalah yang berjudul “Khulaufur Rasyidin” dibuat untuk melengkapi tugas


mata kuliah Hadits dengan Bapak Dr. Mursal Azizm M.Pd.I kami berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan


karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan yang terbaik bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya.Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Biografi Abu Bakar As-Sidiq …………………………………………………. 1


Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ………………………… 2
Kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq …………………………………………. 3
Berakhirnya Kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq ………………………… 4
Biografi Umar Bin khattab ……………………………………………………. 5
Umar Disaat Belum Masuk Islam …………………………………………….. 6-7

Proses Terpilihnya Umar Bin Khattab ……………………………………….. 7-8

Kepemimpinan Umar Bin Khattab …………………………………………… 9

Biografi Utsman bin Affan …………………………………………………….. 10


Proses Pemilihan Utsman Bin Affan ………………………………………….. 11

Kepemimpihnan Utsman Bin Affan …………………………………………... 12

Berakhirnya Kepemimpinan Utsman Bin Affan ……………………………... 13

Biografi Ali Bin Abi Thalib …………………………………………………….. 14


Proses Terpilihnya Ali Bin Abi Thalib ……………………………………….... 15
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib …………………………………………….. 16
Peradaban Islam di Zaman Periode Abu Bakar Shiddiq
(632-634 M)

A. Biografi Abu Bakar As-Sidiq


Nama asli beliau adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah
bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi
Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan
karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar
berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang tampan,
karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan Abu Bakar gelar As-Shidiq ,
dikarenakan dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah
mengingkarinya. Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa lama setelah Nabi
Muhammad lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat
dengan Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah
Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang
menegakkan agama Allah.

Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas. Abu Bakar adalah seorang sahabat Nabi
yang terkenal akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di
Mekkah, Abu Bakar tak segansegan mengeluarkan hartanya. Salah satu kisah terkenal
yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah
dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat perantara Abu Bakar, Allah
memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya. Melalui perantara Abu
Bakar pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, seperti Usman
bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair
bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah adalah beberapa sahabat yang masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal
Awwalun. Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling
kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi
melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di
Sunh, daerah di pinggiran kota Madinah. Di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan
dengan seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di
rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat
ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama Habibah.

Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. H. Anwar Sewang, MA, Parepare Sulawesi Selatan ,Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN) 2017
B. Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

Setelah Rasulullah Saw. Wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang
berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan
mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat
Islam dalam kebingunan. Hal ini karena Mereka sama sekali tidak siap kehilangan beliau
baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai. Di
tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang
berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai
pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di
Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah
Saw., ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj. Pada waktu Saad bin
Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi
pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang
pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen
bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari
kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini
disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar. Pada saat beberapa tokoh Muhajirin
seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin
yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke
Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada saat orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani
Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk mengangkat dan membaiat Saad bin
Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh Muhajirin juga datang
maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun,
kaum Muhajirin yang diwakili abu Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin
Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya
diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar adalah merekalah yang lebih dulu
memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun
menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan
kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. Golongan Anshar tidak
dapat membantah usulannya. Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan
mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam,
bukankah di antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari
sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang
pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum
muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di

Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. H. Anwar Sewang, MA, Parepare Sulawesi Selatan ,Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN) 2017
sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu
Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara keduannya
untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari
menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu
Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru balik menunjuk
dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tanganya ke tangan
Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang
dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar
untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah. Demikianlah, proses terpilihnya
Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw.

C.Kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq


Abu bakar ash-Shiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan
dan harga dirinya. la seorang yang kaya, mempunyai pengaruh yang besar, dan memiliki
akhlak mulia Abu bakar adalah ahli hukum yang tinggi mutunya. Dalam masalah
pengambilan keputusan, Abu Bakar mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw., yakni ia
sendirilah yang memutuskan hukum di antara umat Islam di Madinah. Sedangkan para
gebernurnya memutuskan hukum di antara manusia di daerah masing-masing di luar
Madinah. Adapun sumber hukum pada Abu Bakar adalah Al-qur’an, Sunnah, dan Ijtihad
pengkajian dan musyawarah dengan para sahabat. Dijelaskan dalam buku Abdul Wahab
Najjar yang di kutip oleh Alaiddin Koto bahwa pada masa pemerintahan Abu Bakar ada
tiga kekuatan, pertama, quwwat al-syari’ah (legislatif). Kedua, quawwat alqadhaiyyah
(Yudikatif di dalamnya termasuk peradilan) dan ketiga, quwwat al-tanfiziyya (eksekutif).

Adapun, langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam istinbath al-ahkam pada
kepemimipinanya yakni sebagai berikut: a. Mencari ketentuan hukum dalam Alqur’an.
Apabila ada, ia putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam Alqur’an. b. Apabila
tidak menemukanya dalam Al-qur’an, ia mencari ketentuan hukum dalam sunnah, bila
ada ia putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam sunnah. c. Apabila tidak
menemukanya dalam sunnah, ia bertanya kepada sahabat lain apakah rasulullah saw.
telah memutuskan persoalan yang sama pada zamanya. Jika ada yang tahu, ia
menyelesaikannya berdasarkan keterangan dari yang menjawab setelah memenuhi
beberapa syarat. d. Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia
mengumpulkan para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Jika ada kesepakatan diantara mereka, ia menjadikan
kesepakatan itu sebagai keputusan.
D. Berakhirnya Kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq

AbuSejarah
BakarPeradaban
hanyaIslam
sebentar
oleh Dr.memegang kendali
H. Anwar Sewang, pemerintahan
MA, Parepare Islam
Sulawesi Selatan setelah
,Sekolah Rasulullah.
Tinggi Agama

HariIslam (STAIN)
itu dia 2017 untuk mandi. Udara amat dingin mencekam. Suhu tubuhnya tiba-tiba
berniat
memanas. Panasnya semakin tinggi. Karena merasa janjinya dengan Allah sudah dekat,
Abu Bakar ingin menetapkan pengganti setelahnya Ia meminta Abdurahman bin Auf
untuk datang. Ketika ditanyakan tentang pribadi Umar bin Al-Khathab, Abdurahman
menjawab, "Ya, Umar lebih tepat, tetapi ia terlalu keras." "la keras karena melihatku
lunak. Kalau urusan ini sudah berada di tangannya, ia akan lunak," ujar Abu Bakar.
Setelah itu, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat lainnya, baik dari kaum Anshar
maupun Muhajirin. Semua setuju untuk mengangkat Umar sebagai pengganti Abu Bakar.
Setelah semuanya bubar, Abu Bakar meminta Utsman bin Affan untuk apa yang
didektikannya. Abu Bakar berkata, "Tuliskan: Bismillahirrahmanirrahim. Inilah janji
yang diminta Abu Bakar kepada umat Islam..." Tiba-tiba Abu Bakar pingsan. Namun,
Utsman meneruskan tulisannya: "Sesungguhnya aku mengangkat Umar bin Al-Khathab
sebagai penggantiku atas kalian dan aku tidak mengabaikan kebaikan untuk kalian..."
Abu Bakar sadar kembali, lalu meminta Utsman membacakan apa yang dia tulis.
Mendengar apa yang dibaca Utsman, Abu Bakar bertakbir. "Engkau mengkhawatirkan
tadi aku akan meninggalsehingga engkau khawatir umat akan berselisih (kalau tidak ada
nama yang tertulis)?" tanya Abu Bakar. Utsman mengiyakan. Panas Abu Bakar kian
meningkat. Pada Senin 22 Jumadil Akhir 13 Hijriyah, Abu Bakar wafat.6 Pada detik-
detik akhir hidupnya, Abu Bakar sempat menuliskan sebuah wasiat yang diabadikan
sejarah. Demikian isinya: "Bismillahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu
Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya dari dunia ini, untuk memasuki akhirat
dan tinggal di sana. Di tempat ini orang kafir akan percaya, orang durjana akan yakin, dan
orang yang berdusta akan membenarkan. Aku menunjuk penggantiku yang akan
memimpin kalian adalah Umar bin Al-Khathab. Patuhi dan taati dia. Aku tidak akan
mengabaikan segala yang baik sebagai kewajibanku kepada Allah, kepada Rasulullah,
kepada agama, kepada diriku, dan kepada kamu sekalian. Kalau dia berlaku adil, itulah
harapanku, dan itu pula yang kuketahui tentang dia. Tetapi kalau dia berubah, maka
setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Yang kuhendaki ialah yang
terbaik dan aku tidak mengetahui segala yang gaib. Dan orang yang zhalim akan
mengetahui perubahan yang mereka alami. Wassalamu' alaikum wa rahmatul lahi wa
barakatuh." Semoga Allah menempatkannya pada sisi yang terbaik. Amin.
Peradaban Islam di Zaman Periode Umar Bin Khattab
(634-644 M)Islam oleh Dr. H. Anwar Sewang, MA, Parepare Sulawesi Selatan ,Sekolah Tinggi Agama
Sejarah Peradaban
Islam (STAIN) 2017, Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS
UNYSurakarta, PT Media Tama, 2004

A. Biografi Umar Bin khattab


Dalam sejarah Islam, tak ada orang yang begitu sering disebutsebut namanya sesudah
Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam seperti nama Umar bin Khattab. Nama itu disebut-
sebut dengan penuh kagum dan sekaligus rasa hormat bila dihubungkan dengan segala
yang diketahui orang tentang sifat-sifatnya dan bawaannya yang begitu agung dan
cemerlang. Jika orang berbicara tentang zuhud meninggalkan kesenangan dunia padahal
orang itu mampu hidup senang, maka orang akan teringat pada zuhud Umar. Apabila
orang berbicara tentang keadilan yang murni tanpa cacat, orang akan teringat pada
keadilan Umar. Jika berbicara tentang kejujuran, tanpa membeda-bedakan keluarga dekat
atau bukan, maka orang akan teringat pada kejujuran Umar, dan jika ada yang berbicara
tentang pengetahuan dan hukum agama yang mendalam, orang akan teringat pada Umar.
Kita membaca tentang itu semua dalam buku-buku sejarah dan banyak orang yang
mengira bahwa hal itu dilebih-lebihkan sehingga hampir tak masuk akal, karena memang
lebih menyerupai mukjizat yang biasa dihubungkan kepada para nabi, bukan kepada
orang-orang besar yang sekalipun kehebatannya sudah terkenal.

Umar Disaat Belum Masuk Islam

Suatu hari para pemuka kaum Quraisy berkumpul dan bermusyawarah tentang siapa
yang akan membunuh Nabi Muhammad Saw. Lalu ‘Umar ibn Al-Khaththab berkata,
“Aku yang akan membunuhnya.” Mereka berkata, “Baiklah, engkau yang akan
membunuhnya!” Suatu hari yang amat panas, ‘Umar keluar dari rumahnya dengan
pedang terhunus di tangannya, bermaksud membunuh Rasulullah Saw. dan beberapa
sahabatnya, termasuk Abu Bakar, ‘Ali, dan Hamzah yang masuk Islam dari kalangan
laki-laki dan tinggal bersama Rasulullah Saw. di Makkah dan belum berhijrah ke
Habasyah. ‘Umar tahu bahwa saat itu mereka sedang berkumpul di rumah seorang
sahabat bernama Al-Arqam di bawah Gunung Shafa. Di tengah perjalanan, ‘Umar
berpapasan dengan Nu‘aim ibn ‘Abdullah Al-Nizham, yang saat itu telah masuk Islam,
tetapi menyembunyikan keislamannya karena khawatir akan diusir oleh kaumnya.

Umar bin Khattab oleh Muhammad Husain Haekal, Bogor ; Pustaka Litera AntarNusa, 2002, Sejarah Peradaban
Islam oleh Dr. H. Anwar Sewang, MA, Parepare Sulawesi Selatan ,Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) 2017
Nu‘aim lalu bertanya kepada ‘Umar, “Hendak ke manakah engkau, wahai ‘Umar?”
‘Umar menjawab, “Aku mau menemui Muhammad, orang yang telah meninggalkan
agama kaumnya, mencerai-berai urusan kaum Quraisy, membuyarkan impian mereka,
serta menghina agama, dan tuhan-tuhan mereka. Aku akan membunuhnya.” Nu‘aim
berkata, “Alangkah buruk jalan yang engkau tempuh, wahai ‘Umar. Engkau telah
memperdaya dirimu sendiri. Engkau terbuai dan menginginkan kehancuran Bani ‘Adi.
Apakah menurutmu Bani ‘Abd Manaf akan membiarkanmu hidup jika engkau
membunuh Muhammad?” Keduanya lalu berdebat hingga nada bicara mereka mulai
meninggi. ‘Umar berkata, “Menurutku engkau telah berpaling meninggalkan agama
nenek moyangmu. Seandainya aku mengetahuinya lebih awal, engkau adalah orang
pertama yang aku bunuh!” Setelah mendengar bahwa saudara perempuannya, Fathimah,
dan suaminya, Sa‘id ibn Zaid, telah masuk Islam, ‘Umar pun naik pitam dan langsung
menuju rumah mereka. Ketika ‘Umar mengetuk pintu, sang adik dan suaminya bertanya,
“Siapakah yang mengetuk pintu?” ‘Umar menjawab, “Ibn Al-Khaththab.” Saat itu
mereka sedang membaca sebuah lembaran bersama sahabat Nabi Saw., Khabbab ibn Al-
Arats. Khabbab kemudian bersembunyi sedangkan Fathimah dan suaminya berdiri, tetapi
lupa menyembunyikan lembaran yang sedang mereka baca. Ketika ‘Umar telah masuk,
Fathimah melihat wajahnya penuh kemarahan, dan segera menyembunyikan lembaran itu
di bawah pahanya. ‘Umar berkata, “Suara apakah yang tadi aku dengar dari kalian?” Saat
itu mereka sedang membaca Surah Thâ’ Hâ’. “Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan
kami berdua,” jawab mereka. “Pasti kalian telah murtad!” kata ‘Umar dengan geram.
Saudara ipar ‘Umar menjawab, “Wahai ‘Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran
bukan berada pada agamamu?” Mendengar jawaban tersebut, ‘Umar langsung memukul
iparnya dengan keras hingga terjatuh, bahkan duduk di atas dadanya. Fathimah berusaha
menarik ‘Umar dari suaminya, tetapi dia pun ditampar dengan keras hingga wajahnya
berdarah. Fathimah berkata kepada ‘Umar dengan penuh amarah, “Wahai musuh Allah,
apakah engkau memukulku karena aku mengesakan Allah?” ‘Umar menjawab, “Ya,
benar!” Fathimah berkata lagi, “Jika begitu, lakukanlah apa yang engkau hendak lakukan!
Kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan
Muhammad adalah utusan Allah. Kamitelah menyatakan Islam langsung di hadapanmu.”
Mendengar hal itu dari saudara perempuannya, ‘Umar menyesal dan bangun dari dada
iparnya, kemudian duduk dan berkata, “Berikanlah lembaran yang ada pada kalian
kepadaku agar aku dapat membacanya.” Namun, Fathimah menolaknya dan berkata,
“Aku tidak mau memberikannya kepadamu.” ‘Umar berkata lagi, “Celakalah kamu,
hatiku telah tersentuh oleh katakatamu. Berikanlah kepadaku lembaran itu, karena aku
ingin melihatnya, dan aku berjanji akan mengembalikannya kepadamu.” Fathimah
berkata, “Engkau najis, sedangkan Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-
orang yang telah bersuci. Bangun dan mandilah atau berwudhu.” Lalu, ‘Umar pergi dan
kembali lagi setelah membersihkan badannya. Fathimah pun memberikan lembaran itu
kepada ‘Umar yang berisi Surah Thâ’ Hâ’ dan beberapa surah lainnya. ‘Umar mengambil
lembaran tersebut, lalu membaca, “Bismillâhirrahmânirrahîm (Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang).” Pada kalimat “Arrahmânirrahîm” (Yang Maha
Pengasih dan Penyayang), dia berhenti dan meletakkan lembaran tersebut untuk berpikir
sejenak, lalu mengambilnya lagi. ‘Umar terus membaca, “Thâ’ Hâ’. Kami tidak
menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar engkau menjadi susah, melainkan sebagai
peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang
menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang
bersemayam di atas ‘Arsy. Milik-Nyalah apa yang ada di langit, bumi, di antara
keduanya, dan yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, sungguh
Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada Tuhan
selain Dia, yang memiliki namanama yang baik” (QS Thâ’ Hâ’ [20]: 1-8).

Mendengar perkataan ‘Umar, Khabbab langsung keluar dari persembunyiannya seraya


berkata, “Ketahuilah ‘Umar, aku sangat berharap doa yang dipanjatkan Nabi Saw. pada
Senin lalu menjadi kenyataan. Beliau berdoa ‘Ya Allah, kuatkanlah agama Islam ini
dengan orang yang paling Engkau cintai di antara kedua orang ini, yaitu ‘Umar ibn Al-
Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr ibn Hisyam.’” ‘Umar lantas berkata, “Kalau begitu,
tunjukkan kepadaku di mana Muhammad.” Karena meyakini ketulusan ‘Umar, mereka
lalu memberitahukan keberadaan Rasulullah Saw., “Beliau ada di sebuah rumah di Shafa
bersama beberapa sahabatnya.” ‘Umar kemudian membawa pedangnya dan bergegas
menemui Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya. Sesampainya di sana, ‘Umar langsung
menggedor pintu dan memanggil-manggil Rasulullah. Mendengar suara ‘Umar, beberapa
sahabat merasa kaget dan tidak ada seorang pun yang berani membukakan pintu,
mengingat kebencian ‘Umar kepada Rasulullah Saw. Hamzah ibn ‘Abdul Muththalib
melihat mereka merasa ketakutan. Dia berkata, “Ada apa dengan kalian?” Mereka
menjawab, “Yang datang adalah ‘Umar ibn Al-Khaththab.” Lalu, Hamzah berkata,
“Izinkanlah dia masuk. Jika Allah menginginkan kebaikan darinya, dia akan masuk
Islam. Jika tidak, membunuhnya sangat mudah bagi kita.” Mereka lalu membukakan
pintu untuk ‘Umar, sedangkan Hamzah bersama seorang sahabat lainnya mengawal
‘Umar untuk bertemu Rasulullah Saw. Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda, “Izinkan dia
masuk.” ‘Umar pun masuk dan Nabi bangkit menyambutnya dan menarik baju ‘Umar

Kisah ‘Umar ibn AlKhaththab oleh AHMAD ‘ABDUL 'AL AL-THAHTHAWI nDâr AlGhaddi AlJadîd ,
Kairo , Mesir PT Mizan Pustaka April 2016.
dengan kuat dan berkata, “Apa yang membuatmu datang ke sini, wahai putra Al-
Khaththab? Demi Allah, menurutku engkau tidak akan berhentisampai Allah menurunkan
bencana atasmu!” ‘Umar segera menjawab, “Wahai Rasulullah, aku datang kepadamu
untuk menyatakan keimananku kepada Allah dan Rasul-Nya serta apa yang dibawanya
dari sisi Allah.” Maka, Rasulullah Saw. mengucapkan takbir. Mendengar hal itu, seisi
rumah pun tahu bahwa ‘Umar telah masuk Islam. Para sahabat bangkit dari tempatnya
masing-masing. Mereka merasa lebih dimuliakan oleh Allah ketika ‘Umar masuk Islam
bersama Hamzah ibn ‘Abdul Muththalib, dan mengetahui bahwa mereka akan membela
Rasulullah Saw. dari musuh-musuhnya.

Proses Terpilihnya Umar Bin Khattab

Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam, Abu
Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang
penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang jauh
membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikannya. Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi
penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai Umar. Ia
bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair al anshari,
said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada
umumnya,para sahabat itu memuji dan menyanjung Umar,Setelah semua sepakat
mengenai Umar, Khalifah abu Bakar lantas memanggil Utsman. Kepada Utsman, Abu
Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya Maka
demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai
khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato: Kalau bukan karena
harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang terkuat atas kamu, dan yang
paling sadar akan apa yang “Wahai manusia, aku telah ditetapkan berkuasa atas kamu.
Namun penting dalam menangani urusanmu, aku tidak akan menerima amanat darimu.
Cukuplah suka dan duka bagi Umar menunggu perhitungan untuk memberikan
pertanggung jawaban mengenai zakatmu, bagaimana aku menariknya darimu dan
bagaimana akau menyalurkannya dan caraku memerintah kamu, bagaimana aku harus
memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku, karena Umar tidak akan dapat
menyandarkan pada kekuasaan ataupun strategi yang cerdas, kecuali jika Tuhan
mempercepat rahmat, pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya”.
Kepemimpinan Umar Bin Khattab

Umar ibnu
Sejarah Khatthab
Peradaban Islam merupakan salah
oleh Dr. H. Anwar satuMA,
Sewang, sosok pemimpin
Parepare yang ,Sekolah
Sulawesi Selatan tegas, jujur dan adil
Tinggi Agama
Islam (STAIN) 2017
dalam Islam. Dalam mengambil keputusan hukum khalifah Umar ibn khattab sama
dengan Abu Bakar. Sebelum mengumpulkan sahabat
untuk bermusyawarah, ia bertanya kepada sahabat lain: “Apakah kalian mengetahui
bahwa Abu Bakar telah memutuskan kasus yang sama?” Jika pernah, ia mengikuti
keputusan itu. Jika tidak ada,ia mengumpulkan sahabat dan bermusyawarah untuk
menyelesaikannya. Sebagaimana yang dikutip dari (Umar Sulaiman al-Asyqar, 1991:75)
kemudian dikutip lagi oleh Alaidin koto dijelaskan salh satu wasiat Umar ra. Kepada
seorang qadhi (hakim) pada zamanya, yaitu syuraih. Wasiat tersebur adalah:
1. Berpeganglah kepada Al-Qur’an dalam menyelesaikan kasus
2. Apabila tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, hendaklah engkau berpegang kepada
Sunnah.
3. Apabila tidak didapatkan ketentuannya dalam sunnah, berijtihadlah.
Sejarah Para Khalifah oleh Hepi Andi Bastoni, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2008

Peradaban Islam di Zaman Periode Utsman bin Affan


(644 – 656 M)

A.Biografi Utsman bin Affan


Pada masa jahiliyah, ‘Utsman r.a. termasuk orang paling terpandang dalam kaumnya.
Dia seorang yang terhormat, kaya raya, sangat pemalu, dan halus budi bahasanya. Karena
itulah kaumnya sangat mencintainya. Dia juga tidak pernah bersujud kepada berhala
sekali pun, tidak pernah berbuat keburukan dan meminum khamar setetes pun sejak
sebelum Islam datang. Dia berpendapat tentang khamar, “Khamar itu menghilangkan
akal. Padahal, akal adalah sesuatu yang paling mulia yang Allah anugerahkan kepada
manusia. Karena itulah manusia seharusnya memuliakan akal, bukan melawannya.”

Berkenaan dengan masuk Islamnya ‘Utsman ibn ‘Affan r.a., ada sebuah kisah yang
senantiasa disampaikan oleh para perawi. Ketika mendengar berita bahwa Nabi
Muhammad telah menikahkan putrinya, Ruqayyah r.a., kepada putra pamannya (putra
Abu Lahab).

Ketika dibaiat sebagai khalifah, ‘Utsman r.a. berdiri di hadapan orang banyak untuk
berkhutbah, “Ammâ ba‘du. Sungguh, aku telah diberikan beban dan aku pun
menerimanya. Ingatlah, sesungguhnya aku hanya akan mengikuti, tidak akan membuat
hal baru. Ingatlah, sesungguhnya bagi kalian ada tiga hal yang harus aku lakukan setelah
memenuhi tuntutan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, yaitu mengikuti orang-orang
sebelumku dalam perkataan yang kalian sepakati dan telah dibiasakan oleh kalian;
melaksanakan sunnah orang-orang baik yang biasa mereka lakukan bersama; melindungi
kalian, kecuali jika kalian melakukan hal yang mengundang hukuman. Sungguh, dunia itu
indah dan menggoda manusia. Telah banyak orang yang cenderung kepadanya. Maka,
janganlah kalian cenderung kepada dunia. Jangan pula kalian percaya kepadanya. Sebab,
dunia itu tidak dapat dipercaya. Ingatlah, dunia tidak akan meninggalkan, kecuali orang
yang mau meninggalkannya.”
B.Proses Pemilihan Utsman Bin Affan

Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami
Kisah Utsman ibn Affan oleh AHMAD ‘ABDUL 'AL AL-THAHTHAWI, nDâr AlGhaddi AlJadîd , Kairo ,
shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia milik
Mesir PT Mizan Pustaka April 2016. Akidah Ahlak oleh Sekhudin S.Ag, M.Pd.I, Tegal, FGP Press Tahun 2019
Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah Fairuz. Setelah penikaman, Umar
masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan
yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin
Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman
bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota
Dewan Syura adalah para sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat
itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang
menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah. Sepeninggalan Umar bin Khatab,
Dewan Syura mulai bersidang untuk me-nentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf
ditunjuk sebagai ketua sidang. Sidang berjalan a lot sehingga selama tiga hari lamanya.
Pada hari terakhir, Ab-durrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan
Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang
tersisa hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Utsman bin Affan sebagai khalifah. Ketika
dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu
Thalib sebagian karena pertimbangan usia. Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan
kaum muslimin : “Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan
hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat
mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah
sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam.
Ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terpedaya oleh
kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah.
Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”

C.Kepemimpinan Utsman Bin Affan

Metode kepemimpinan ‘Utsman ini juga sudah beliau sampaikan di awal khutbah
kepemimpinannya. Yaitu dengan menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman
kemudian petunjuk dua khalifah yang mendahuluinya. Kenyataan ini tentu mengingatkan
kita pada sebuah kaidah kepemimpinan yang masyhur, yaitu sebuah ungkapan, “Mulailah
dengan apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu. Jangan memulai dari apa yang
telah dimulai orang-orang terdahulu.” Maksudnya ketika memimpin atau aktifitas lainnya
hendaknya dilakukan dengan meneruskan apa yang sudah dilakukan orang-orang
terdahulu, bukan malah memulai sebagaimana orang-orang terdahulu memulai. Dari
sekian banyak corak kepemimpinan ‘Utsman bin ‘Affan ialah perhatiannya terhadap
keadaan orang-orang yang dipimpinnya. Keadaan di sini meliputi seluruh aspek
kehidupan, terutama dalam menjalin hubungan antara diri seorang hamba dengan Rab-
nya dengan selalu memperhatikan batasan-batasan yang telah digariskan-Nya dan tidak
melampauinya. Dengan demikian, kehidupan akan berjalan lurus dan kejayaan akan dapat
dengan mudah digapai. Abu Bakar bin ‘Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam
meriwayatkan, dari ayahnya, ia berkata, “Aku mendengar ‘Utsman bin Affan
menyampaikan khutbah di hadapan orang-orang. Beliau berkata, ‘Jauhilah khamr oleh
kalian. Sebab, khamr merupakan porosnya segala kejelekan…’ Pada akhirnya beliau
berkata, ‘Jauhilah khamr. Demi Allah, iman dan candu khamr tidak akan pernah bersatu
dalam diri seseorang’”. Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Aku menyaksikan ‘Utsman
dalam khutbahnya menyuruh agar anjing dapat dibunuh dan merpati dapat disembelih.”
Sementara itu Zubaid bin Ash-Shalt mengatakan, “Aku mendengar ‘Utsman berkata di
atas mimbar, “Wahai manusia, jauhilah perjudian –maksudnya dadu. Sebab ada yang
mengabariku bahwa ada dadu di rumah beberapa orang di antara kalian. Oleh sebab itu
apabila ada dadu di rumahnya, hendaklah ia membakarnya atau menghancurkannya”. Di
lain kesempatan ‘Utsman juga berkata di atas mimbar, “Wahai manusia, aku sudah
mengajak kalian bicara tentang dadu ini. Namun aku tidak melihat kalian membuangnya.
Sungguh aku sudah berkeinginan agar kayu-kayu bakar itu dikumpulkan lantas
kekirimkan ke rumah-rumah yang menyimpan dadu sehingga aku membakarnya di
hadapan mereka”. Jual-beli merupakan aktifitas mutlak yang tidak bisa ditinggalkan oleh
siapa pun. Dari aktifitas ini orang dapat memenuhi kebutuhannya. Ia salah satu kegiatan
penting masyarakat. Oleh karena itu Utsman juga sangat memperhatikan aktifitas jual beli
ini. Salah satunya mengenai harga barang-barang di pasaran. Sebab harga kerap kali
menjadi keluhan masyarakat, terutama di masa sekarang ini. Semakin tinggi harga
kebutuhan di masyarakat, maka asumsi kemiskinan semakin bertambah akan semakin
nampak jelas. Yang miskin bertambah miskin, sementara yang kaya lambat laun berubah
miskin. Demikian teori yang dinyatakan sebagian pakar. Oleh sebab itu tolak ukur harga
hendaknya diberikan sepenuhnya pada pemerintah yang sah agar orang-orang pasar tidak
sembarangan menentukan harga dagangannya yang pada gilirannya hanya akan
menimbulkan keresahan masyarakat.
C.Kepemimpihnan Utsman Bin Affan
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Dr. H. Abdul Helim, M.Ag, Yogyakarta PT K-MEDIA 2019
Visi dan Misi Khalifah Utsman bin Affan, dalam pidato pelantikan Utsman bin Affan
tergambar bahwa beliau adalah sebagai seorang Sufi, dan citra pemerintahannya lebih
bercorak agama ketimbang corak politik, dalam pidato itu Usman mengingatkan beberapa
hal penting :

1. Agar umat Islam selalu berbuat baik sebagai bekal ke hari akhirat.

2. Agar umat Islam tidak terpedaya dengan kemewahan dunia.

3. Agar umat Islam mau mengambil pelajaran (iktibar) dari masa lalu, mengambil yang
baik dan menjauhkan yang buruk.

4. Sebagai Khalifah ia akan menjalankan perintah Al Quran dan Sunnah.

5. Ia akan melakukan apa yang telah dilakukan pendahulunya

6. Umat Islam boleh mengkritiknya jika ia menyimpang dari ketentuan hukum.

7. Penyebaran Islam pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan

D. Berakhirnya Kepemimpinan Utsman Bin Affan

Enam tahun pertama masa pemerintahan Utsman bin Affan berjalan dengan damai,
namun enam tahun masa pemerintahan sesudahnya, terjadi pemberontakan. Sayangnya
Utsman tidak dapat menindak tegas para pemberontak ini. Beliau selalu berusaha untuk
membangun komunikasi yang berlandaskan kasih sayang dan kelapangan hati. Tatkala
para pemberontak memaksa beliau untuk melepaskan kursi kekhalifahan, beliau menolak
dengan mengutip perkataan Rasulullah , "Suatu saat nanti mungkin Allah akan
memakaikan baju padamu, wahai Utsman. Dan jika orang-orang menghendakimu untuk
melepaskannya, jangan lepaskan hanya karena orang-orang itu." Setelah terjadi
pengepungan yang lama, akhirnya pemberontak berhasil memasuki rumah Utsman dan
membunuhnya. Utsman bin Affan syahid pada hari Jumat, 17 Dzulhijjah 35 H, setelah
memerintah selama dua belas tahun, sejak tahun 23 H
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Dr. H. Abdul Helim, M.Ag, Yogyakarta PT K-MEDIA 2019
Peradaban Islam di Zaman Periode Ali Bin Abi Thalib
(656-661 M)

A.Biografi Ali Bin Abi Thalib

Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun
600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad.
Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singa. Namun sang ayah lebih
suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak Abdullah
ayahNabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah saudara sepupu. Sejak kecil Ali
hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi tentu saja
ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan
sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia
memutuskan untuk menyatakan beriman kepada Allah dan RasulNya. Keputusan ini
dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia
adalah orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak. Ibn
Ishaq meriwayatkan bahwa ‘Ali ibn Abi Thalib datang ke rumah Nabi Muhammad Saw.
ketika beliau dan istrinya, Khadijah, sedang shalat. Seusai shalat, ‘Ali bertanya,
“Muhammad, apakah yang engkau lakukan itu?” Nabi Saw. menjawab, “Inilah agama
Allah dan untuk itu Dia mengutus utusan-Nya. Aku mengajak engkau untuk masuk ke
jalan AllahYang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hendaklah engkau kafir
kepada patung Latta dan ‘Uzza.” ‘Ali berkata, “Sesungguhnya ajakan ini sama sekali
belum pernah aku dengar sampai hari ini. Karena itu, aku harus berunding dengan
ayahku, Abu Thalib. Sebab, aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia.” Namun,
Nabi Saw. mencegahnya karena khawatir kabar ajarannya akan menyebar sebelum
diperintahkan Allah untuk disiarkan. Beliau berkata, “‘Ali, jika engkau belum mau masuk
Islam, sembunyikanlah dahulu kabar ini!” Suatu malam, Allah Swt. membukakan pintu
hati ‘Ali untuk masuk Islam. Dia segera menemui Nabi dan berkata, “Bagaimanakah
ajakan yang engkau tawarkan itu, Muhammad?” Nabi menjawab, “Hendaklah engkau
bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagiNya dan hendaklah
engkau kafir terhadap patung Latta dan ‘Uzza.” ‘Ali pun menerima Islam, tetapi masih
merahasiakan kepada ayahnya.

Proses Terpilihnya Ali Bin Abi Thalib

Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Utsman, Ali mengutus dua
putra lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Utsman.
Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Utsman dan juga
kaum muslimin. Khalifah Utsman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M.
Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah,
ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan
berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apa pun.
Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk membuat
suatu keputusan dan tindakan. Setelah terus menerus didesak, Ali akhirnya bersedia
dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal
ini menyebabkan semakin banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap
saja ia mengemban jabatan khalifah.

C.Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib

Setelah diangkat menjadi Khalifah Islam keempat oleh segenap kaum Muslimin, Ali bin
Abi Thalib mengambil beberapa tindakan secara langsung, seperti memberhentikan para
pejabat yang korup, membuka kembali lahan perkebunan yang sebelumnya telah
diberikan kepada orang-orang kesayangan Utsman, dan mendistribusikan pendapatan
pajak tahunan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Umar bin Khattab.30 Ali
berkuasa selama lima tahun. Sejak awal dia selalu mendapatkan perlawanan dari
kelompok yang bermusuhan dengannya, pemberontakan kaum Khawarij dan peperangan
berkepanjangan dengan Muawiyah yang memproklamirkan dirinya sebagai penguasa
yang independen di daerah Syiria dan (kemudian) Mesir.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Dr. H. Abdul Helim, M.Ag, Yogyakarta PT K-MEDIA 2019

Kesimpulan

Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah.
Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat
petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Setelah
periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun
temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah
bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah
dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering
bertindak otoriter.

Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari
pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah
bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat
Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut
dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai
tahun jama’ah. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur
Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Daftar Pustaka

1.Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. H. Anwar Sewang, MA, Parepare Sulawesi
Selatan ,Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) 2017

2.Kisah Utsman ibn Affan oleh AHMAD ‘ABDUL 'AL

AL-THAHTHAWI, nDâr AlGhaddi AlJadîd , Kairo , Mesir PT Mizan Pustaka April


2016

3.Umar bin Khattab oleh Muhammad Husain Haekal, Bogor ; Pustaka Litera AntarNusa,
2002

4. Kisah ‘Umar ibn AlKhaththab oleh AHMAD ‘ABDUL 'AL AL-THAHTHAWI

nDâr AlGhaddi AlJadîd , Kairo , Mesir PT Mizan Pustaka April 2016

5. Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY

Surakarta, PT Media Tama, 2004

6. Sejarah Para Khalifah oleh Hepi Andi Bastoni, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2008

7.Akidah Ahlak oleh Sekhudin S.Ag, M.Pd.I, Tegal, FGP Press Tahun 2019

8. SEJARAH PERADABAN ISLAM

BUKU PANDUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) oleh Dr. H.M. Wildan
Yahya, Drs., M.Pd, Bandung, LPSK UNISBA, 2017

9. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Dr. H. Abdul Helim, M.Ag, Yogyakarta

PT K-MEDIA 2019
10. Kisah Ali Bin Abi Thalib Oleh AHMAD ‘ABDUL 'AL AL-THAHTHAWI

nDâr AlGhaddi AlJadîd , Kairo , Mesir PT Mizan Pustaka April 2016


KURIKULUM CV

DATA PRIBADI
NAMA :MHD. GALIH KHAIRI
TEMPAT,TANGGAL LAHIR :MEDAN, 9 OKTOBER 2002
JENIS KELAMIN :LAKI-LAKI
AGAMA :ISLAM
BERAT BADAN :60 KG
TINGGI BADAN :170 CM
ALAMAT :JL.ARAMA BAGELEN,GG.MADRASAH 1,
KEL.PERSIAKAN,
KEC.PADANG HULU, KOTA TEBING TINGGI
NO.HANDPHONE :085664067463
EMAIL :MFADHILISA77@GMAIL.COM
STATUS :BELUM MENIKAH

DATA PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR :SDN 164518
SMP :SMPN 1 TEBING TINGGI
SMA :SMAN 1 TEBING TINGGI
PERGURUAN TINGGI :UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

KEMAMPUAN
ILMU KOMPUTER :HAL-HAL DASAR KOMPUTER (MICROSOFT WORD,AXCEL,PPT
PC,ADOBE PREMIERE
PHOTOSHOP,WORDPRESS,DLL.
BAHASA :INDONESIA (AKTIF), INGGRIS (PASIF)
CURRICULUM VITAE

I. DATA PRIBADI

Nama : Salsa Nabila Iskandar


Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 31 Juli 2004
Alamat : JL. Halat Gg. Volly No. 112

No. Telepon/HP : +62 81367550486


Email : sniskandar04@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Umur : 17 Tahun
Tinggi / Berat Badan : 147 cm / 36 kg

II. PENDIDIKAN FORMAL

2009 – 2015 : SDN Halat Medan


2015 – 2018 : MTS Al-Ulum Medan
2018 – 2021 : SMK Telkom-2 Medan

III. SERTIFIKAT

1. Sertifikat Praktek Kerja Lapangan di PT Telkom Witel Medan


2. Sertifikat TOEIC di ILTC Medan

3. Sertifikat Table Manner di Hotel Niagara Parapat

4. Sertifikat Seminar Bahasa Inggris

5. Sertifikat PBAK UINSU Medan

6. Sertifikat Studium Generale

7. Sertifikat IT CAMP Inagurasi

IV. KUALIFIKASI

1. Mampu berkomunikasi yang baik dengan mahasiswa/i.


2. Mampu bekerja dalam team atau kelompok.
3. Mampu beradaptasi dengan orang-orang dan lingkungan yang baru.
CURRICULUM VITAE

I. DATA PRIBADI

Nama : Rafif Rasendriya

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing tinggi, 27 oktober 2002

Alamat : JL. Perjuangan No.2 Rt.05/RW.01, Cipayung, Jakarta timur

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Umur : 19 Tahun

Tinggi / Berat Badan : 161 cm / 60kg

No. Telepon : 081296909125

Email: rafifrasendriya8@gmail.com

II. DATA PENDIDIKAN

Sekolah dasar: MIN-16 CIPAYUNG

SMP : SMP 283

SMA : SMA BINA DHARMA

III. KEMAMPUAN
Bahasa : Bahasa Indonesia (Aktif) English (Pasif)

Anda mungkin juga menyukai