Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH USHUL FIKIH

Fikih Jinayah Serta Penerapannya Dalam Integrasi Keilmuan


Mata Kuliah: Ushul Fikih
Dosen Pengampu: Ali Darta, M.A

Disusun oleh:
Kelompok 13
1. M. Galih
2. Nazwa Alya Faradita
3. Salsa Nabila Iskandar

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUMATERA UTARA
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
gunamemenuhi tugas kelompok tugas kelompok untuk mata kuliah Ushul Fikih, dengan judul :
“Fikih Jinayah Serta Penerapannya Dalam Integrasi Keilmuan”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepaskan dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengeaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangkan dunia
pendidikan.

Medan, Mei 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam hukum islam ada yang dikenal dengn istilah Jinayat (Jinayah) yang merupakan salah satu bagian dari
syari’at islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam makalh ini kami mencoba untuk
membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami miliki.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang dipapakan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok dalam
makalah ini adalah :

1) Apa pengertian dari Jinayah?


2) Apa saja jenis jenis hudud dan hukumannya
3) Bagaimana Jinayah dalam Tinjauan Integrasi Keilmuan

1.3. TUJUAN
a) Menjelaskan pengertian dari Jinayah
b) Mendekripsikan jenis jenis hudud dan hukumannya
c) Menjelaskan jinayah dalam tinjauan integrasi keilmuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jinanyah


Fikih jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan jinayah. Fiqh (‫ )الفقه‬secara Bahasa berasal dari lafal faqiha
yafqahu faqhan . yang berarti fahmun amiq ‫( فهم عميق‬paham secara mendalam). Ia lebih dari sekedar mengerti dan
paham. Pengertian fikih secara istilah yang dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf adalah sebagai berikut

‫ من أدلتها التفصيلية‬O‫الفقه هو العلم باألحكام الشرعية العملية المكتسب‬


Fikih adalah ilmu tentang hukum hukum syara’ praktis yang digali dari dalil dalil yang terperinci (Khallaf, tt.)

Adapun jinayah menurut Bahasa (etimologi) adalah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana
yakni jinayatan yang berarti berbuat dosa (jarimah) atau bisa diartikan :

‫ما يفعله اإلنسان من التعدي الذي يستحق به العقاب في الدنيا أو في األخرة‬

Perbuatan jahat yang dilakukan manusia yang diancam hukuman di dunia maupun di akhirat. Sebagian fuqaha
mengatakan arti jinayah adalah :

‫إسم لما يجنيه المرء من شر وما اكتسبه‬

“Nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakan”

Secara terminologi, kata jinayah memiliki pengertian sebagaimana diungkapkan Imam al-Mawardi yakni
“jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman hadd
atau ta’zir”. Dalam istilah lain, jarimah disebut juga jinayah. Menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah
suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh Syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, dan lainnya”.
(Lubis dan Ritonga, 2016: 2). Berdasarkan pengertian di atas, maka pengertian jinayah atau jarimah tidak berbeda
dengan pengertian tindak pidana (peristiwa pidana), delik dalam hukum positif (pidana). Dalam pembagian jenis
jarimah yang paling penting adalah ditinjau dari segi hukumannya. Jarimah ditinjau dari segi hukumannya terbagi
dalam tiga bagian, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diyat, serta jarimah ta;zir. (Lubis dan Ritonga, 2016: 2).

Sehingga dapat diberikan pengertian jinayah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Syara' dan diancam
oleh Allah dengan hukuman. Jinayah juga dapat dipersamakan dengan istilah delik atau tindak pidana dalam hukum
pidana.

JENIS – JENIS HUDUD DAN HUKUMANNYA

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Had secara bahasa adalah pemisah
antara dua hal supaya tidak bercampur dengan yang lainnya, atau batasan antara satu dengan yang lainnya, atau
pemisah antara dua hal yang sudah mempunyai batas. Sebagai contoh batas tanah, batas haram dan sebagainya. 1

Bentuk jarimah hudud dan hukumannya, yaitu:

1. Zina

1
Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arabi, Juz III, (Beirut: Li al-Tiba‘ah wa al-Nasr, 1374), hal. 140.
Zina adalah melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang belum memiliki ikatan nikah, yaitu
dengan memasukkan zakar ke dalam faraj yang haram tanpa ada syubhat dan secara naluri mengundang syahwat 2.
Larangan zina ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya surat al-Isra’ ayat 32:

ً‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َس ِبيل‬ ۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan jalan yang
buruk (yang membawa kerusakan).

Hukuman terhadap pelaku zina adalah dicambuk seratus kali berdasarkan firman Allah swt. surat an-Nur ayat 2:

ِ ‫ ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ ِفي ِد‬O‫اح ٍد ِم ْنهُ َما‬


َ‫ طَاِئفَةٌ ِمن‬O‫ين هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما‬ ِ ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َو‬
َ‫ْال ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.

Untuk menentukan seseorang telah melakukan zina harus terlebih dahulu dibuktikan di hadapan
pengadilan. Oleh karena itu hakim mempunyai peran penting untuk menghadirkan bukti-bukti yang mengarah
kepada seseorang telah melakukan zina. Adapun alat bukti zina adalah keterangan saksi (syahadah) dan pengakuan
(iqrar). Adapun ketentuan jumlah para saksi adalah empat orang sesuai dengan surat An-Nisa’ ayat 15:

‫ت اَوْ يَجْ َع َل هّٰللا ُ لَهُنَّ َسبِ ْياًل‬


ُ ْ‫ت َح ٰتّى يَت ََو ٰفّىهُنَّ ْال َمو‬
Oِ ْ‫اح َشةَ ِم ْن نِّ َس ۤا ِٕى ُك ْم فَا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َعلَ ْي ِهنَّ اَرْ بَ َعةً ِّم ْن ُك ْم ۚ فَا ِ ْن َش ِه ُدوْ ا فَا َ ْم ِس ُكوْ هُنَّ فِى ْالبُيُو‬ ٰ
ِ َ‫َوالّتِ ْي يَْأتِيْنَ ْالف‬
Artinya: Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara
kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka Telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka
(wanitawanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.

2. Qadzaf

Qadhaf menurut bahasa adalah melempar. Menurut istilah syara‘ adalah menuduh orang lain telah berzina
(baik yang dituduh itu laki-laki atau perempuan), seperti perkataan; hai penzina, atau dengan perkataan; ‫”ألبيك لست‬
kamu bukan anak bapakmu”, perkataan seperti ini tuduhan bukan ditujukan kepada yang mendengarnya (mukhatab)
tetapi kepada ibunya.3 Qadzaf (penuduh zina) dengan tidak mendatangkan empat orang saksi dijilid delapan puluh
kali berdasarkan surat an-Nur 4:
ٰۤ ُ ۚ
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ ا ِباَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِيْنَ َج ْل َدةً َّواَل تَ ْقبَلُوْ ا لَهُ ْم َشهَا َدةً اَبَدًا َوا‬ َ ْ‫ۙ والَّ ِذيْنَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح‬
ِ ‫ص ٰن‬ َ
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik

3. Sariqah (Mencuri)

Adapun yang dimaksud dengan "perbuatan mencuri" menurut bahasa ialah mengambil harta orang lain
dengan cara sembunyi-sembunyi dan dengan cara penipuan. Dalam pengertian syari‘at didefenisikan oleh para
fuqaha’ (ahli hukum fiqh) yaitu harta yang diambil oleh seorang yang sudah berakal, baligh dan dilakukan secara
diam-diam dari tempat penyimpanan yang biasa tanpa alasan yang dapat ditolerir. Hukuman terhadap pelaku pencuri
adalah potong tangan berdasarkan surat al-Maidah ayat 38:
2
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, Jilid 7, (Jakarta: PT Ichtiar van
Hoeve, 2005), hal. 365. Lihat juga Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,
Cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 6
3
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Al-Madkhal al-Fiqhi al-‘Ami, Jilid II, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1967), hal. 605 .
‫هّٰللا هّٰللا‬ ۤ
ِ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َجزَ ا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ ع‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

4. Khamar (Minum yang memabukkan)

Larangan minuman keras dijelaskan secara tegas dalam alQur’an dan sunnah. Penetapan larangan tersebut
diturunkan secara bertahap. Mulanya dikatakan bahwa dari buah kurma dan anggur dapat dibuat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik-baik (surat an-Nahl: 67). Dan dikemukakan dalam minum keras (khamr)
mengandung dosa besar disamping ada manfaatnya. Tetapi dosanya lebih besar dibanding manfaatnya (al-Baqarah:
219)

‫هّٰللا‬
ِ ‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا َويَ ْسـَٔلُوْ نَكَ َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو ك َٰذلِكَ يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
‫ت لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ۖ َّ‫يَ ْسـَٔلُوْ نَكَ ع َِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع ِللن‬
َ‫تَتَفَ َّكرُوْ ۙن‬

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar
dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.

2.2. Jinayah dalam Tinjauan Integrasi Keilmuan

Anda mungkin juga menyukai