Disusun oleh:
Kelompok 13
1. M. Galih
2. Nazwa Alya Faradita
3. Salsa Nabila Iskandar
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
a) Menjelaskan pengertian dari Jinayah
b) Mendekripsikan jenis jenis hudud dan hukumannya
c) Menjelaskan jinayah dalam tinjauan integrasi keilmuan
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun jinayah menurut Bahasa (etimologi) adalah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana
yakni jinayatan yang berarti berbuat dosa (jarimah) atau bisa diartikan :
Perbuatan jahat yang dilakukan manusia yang diancam hukuman di dunia maupun di akhirat. Sebagian fuqaha
mengatakan arti jinayah adalah :
“Nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakan”
Secara terminologi, kata jinayah memiliki pengertian sebagaimana diungkapkan Imam al-Mawardi yakni
“jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman hadd
atau ta’zir”. Dalam istilah lain, jarimah disebut juga jinayah. Menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah
suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh Syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, dan lainnya”.
(Lubis dan Ritonga, 2016: 2). Berdasarkan pengertian di atas, maka pengertian jinayah atau jarimah tidak berbeda
dengan pengertian tindak pidana (peristiwa pidana), delik dalam hukum positif (pidana). Dalam pembagian jenis
jarimah yang paling penting adalah ditinjau dari segi hukumannya. Jarimah ditinjau dari segi hukumannya terbagi
dalam tiga bagian, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diyat, serta jarimah ta;zir. (Lubis dan Ritonga, 2016: 2).
Sehingga dapat diberikan pengertian jinayah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Syara' dan diancam
oleh Allah dengan hukuman. Jinayah juga dapat dipersamakan dengan istilah delik atau tindak pidana dalam hukum
pidana.
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Had secara bahasa adalah pemisah
antara dua hal supaya tidak bercampur dengan yang lainnya, atau batasan antara satu dengan yang lainnya, atau
pemisah antara dua hal yang sudah mempunyai batas. Sebagai contoh batas tanah, batas haram dan sebagainya. 1
1. Zina
1
Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arabi, Juz III, (Beirut: Li al-Tiba‘ah wa al-Nasr, 1374), hal. 140.
Zina adalah melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang belum memiliki ikatan nikah, yaitu
dengan memasukkan zakar ke dalam faraj yang haram tanpa ada syubhat dan secara naluri mengundang syahwat 2.
Larangan zina ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya surat al-Isra’ ayat 32:
ًٱلزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َس ِبيل ۟ َواَل تَ ْق َرب
ِّ ُوا
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan jalan yang
buruk (yang membawa kerusakan).
Hukuman terhadap pelaku zina adalah dicambuk seratus kali berdasarkan firman Allah swt. surat an-Nur ayat 2:
Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
Untuk menentukan seseorang telah melakukan zina harus terlebih dahulu dibuktikan di hadapan
pengadilan. Oleh karena itu hakim mempunyai peran penting untuk menghadirkan bukti-bukti yang mengarah
kepada seseorang telah melakukan zina. Adapun alat bukti zina adalah keterangan saksi (syahadah) dan pengakuan
(iqrar). Adapun ketentuan jumlah para saksi adalah empat orang sesuai dengan surat An-Nisa’ ayat 15:
2. Qadzaf
Qadhaf menurut bahasa adalah melempar. Menurut istilah syara‘ adalah menuduh orang lain telah berzina
(baik yang dituduh itu laki-laki atau perempuan), seperti perkataan; hai penzina, atau dengan perkataan; ”ألبيك لست
kamu bukan anak bapakmu”, perkataan seperti ini tuduhan bukan ditujukan kepada yang mendengarnya (mukhatab)
tetapi kepada ibunya.3 Qadzaf (penuduh zina) dengan tidak mendatangkan empat orang saksi dijilid delapan puluh
kali berdasarkan surat an-Nur 4:
ٰۤ ُ ۚ
َول ِٕىكَ هُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ ا ِباَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِيْنَ َج ْل َدةً َّواَل تَ ْقبَلُوْ ا لَهُ ْم َشهَا َدةً اَبَدًا َوا َ ْۙ والَّ ِذيْنَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح
ِ ص ٰن َ
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik
3. Sariqah (Mencuri)
Adapun yang dimaksud dengan "perbuatan mencuri" menurut bahasa ialah mengambil harta orang lain
dengan cara sembunyi-sembunyi dan dengan cara penipuan. Dalam pengertian syari‘at didefenisikan oleh para
fuqaha’ (ahli hukum fiqh) yaitu harta yang diambil oleh seorang yang sudah berakal, baligh dan dilakukan secara
diam-diam dari tempat penyimpanan yang biasa tanpa alasan yang dapat ditolerir. Hukuman terhadap pelaku pencuri
adalah potong tangan berdasarkan surat al-Maidah ayat 38:
2
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, Jilid 7, (Jakarta: PT Ichtiar van
Hoeve, 2005), hal. 365. Lihat juga Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,
Cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 6
3
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Al-Madkhal al-Fiqhi al-‘Ami, Jilid II, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1967), hal. 605 .
هّٰللا هّٰللا ۤ
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َجزَ ا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ ع
َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Larangan minuman keras dijelaskan secara tegas dalam alQur’an dan sunnah. Penetapan larangan tersebut
diturunkan secara bertahap. Mulanya dikatakan bahwa dari buah kurma dan anggur dapat dibuat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik-baik (surat an-Nahl: 67). Dan dikemukakan dalam minum keras (khamr)
mengandung dosa besar disamping ada manfaatnya. Tetapi dosanya lebih besar dibanding manfaatnya (al-Baqarah:
219)
هّٰللا
ِ اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا َويَ ْسـَٔلُوْ نَكَ َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو ك َٰذلِكَ يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي
ت لَ َعلَّ ُك ْم ِ ۖ َّيَ ْسـَٔلُوْ نَكَ ع َِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع ِللن
َتَتَفَ َّكرُوْ ۙن
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar
dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.