DISUSUN OLEH :
ADAM ABDURRAHMAN
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,saya
bersyukur kepada Allah atas segala rahmat, taufik, kekuatan, dan
kemudahanyang telah diberikan kepada kita semua sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam pembuatan makalah ini pasti ada beberapa kesalahan atau kekurangan
yang mungkin dapat di maklumi adanya, karena kesempurnaan hanya miliki Allah
SWT, dan kita sebagai umatnya selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat pada pembaca dan juga penulis,
dan dapat menambah wawasan kita semua, adapun akan menjadi jariyah bagi
penulis.
Pembahasan
Secara bahasa, kata zina merupakan bentuk mashdar dari kata kerja bahasa Arab
zana yang memiliki arti berbuat jahat. Sedangkan secara terminologi, zina
diartikan sebagai perbuatan bersenggama antara perempuan dan laki-laki yang
bukan mahramnya tanpa melalui jalur pernikahan yang sah.
Definisi di atas merupakan pengertian zina besar. Selain zina besar, ada pula yang
disebut dengan dengan zina kecil. Hal itu diartikan sebagai perbuatan yang dapat
menghantarkan seseorang melakukan zina besar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa zina terbagi menjadi dua kategori, yaitu zina besar
dan zina kecil.
Zina kemaluan disebut juga dengan zina besar, yakni hubungan seksual yang
dilakukan laki-laki dan perempuan tanpa adanya akad nikah. Sedangkan zina
anggota tubuh termasuk dalam zina kecil. Hal ini dijelaskan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagian dosa dari zina yang tidak
mustahil dalam menjalaninya. Kedua mata zinanya melihat, lisan zinanya bicara
(kotor), dan hati yang membayangkan atau mengangan-angannya. Semua itu akan
ditindak lanjuti atau ditolak oleh kemaluan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan buku Hadits Tarbawi oleh H. Sholeh, dari hadis di atas dapat
diketahui contoh zina tubuh, di antaranya sebagai berikut:
Zina kedua mata adalah zina yang melihat sesuatu yang tidak halal untuk dilihat.
Contohnya melihat lawan jenis yang bukan mahramnya.
Zina lisan adalah berbicara, yaitu membicarakan lawan jenis. Zina ini bisa juga
diartikan sebagai zina mulut, yakni ketika seseorang berciuman bukan dengan
mahramnya.
Zina tangan merupakan zina yang dilakukan oleh dua orang yang bergandengan
tangan dengan yang bukan mahramnya.
Zina kaki adalah zina yang terjadi saat seseorang melangkahkan kakinya menuju
perzinahan.
Zina hati atau zina pikiran, yaitu zina yang dilakukan saat seseorang berangan-
angan atau memikirkan tentang lawan jenis. Zina ini hampir sama dengan zina
nafsu.
Dalam fiqh ada dua jenis jarimah (tindak kejahatan yang dilarang oleh syariat
Islam) zina, yaitu zina muhsan dan ghairu muhsan.
Zina muhsan ialah zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda, atau
janda.Artinya, pelaku adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau
pernah menikah secara sah.Adapun ghairu muhsan ialah zina yang pelakunya
belum pernah menikah secara sah dan tidak sedang dalam ikatan pernikahan
(perkawinan).
hukuman bagi pelaku zina yang berstatus muhsan disini para ulama selain
Khawarij bersepakat adalah dirajam dengan batu hingga mati dan hukum ini tidak
membedakan antara pezina laki-laki dan pezina wanita.
Hal ini berdasarkan sejumlah dalil dari asSunnah yang mutawatir, dalil ijma’,
serta dalil logika.
Dari Ibnu Mas’ud ra dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tidak halal
(menumpahkan) darah seorang muslim yang bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan
selain Allah Swt dan bahwasanya aku adalah utusan Allah kecuali terhadap salah
satu dari tiga orang, yaitu orang yang telah menikah berzina, jiwa dengan jiwa
membunuh (pembunuh), dan orang yang meninggalkan agamanya (murtad) yang
memisahkan diri dar jama’ah (Mutaffaq Alaih)(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tafsir Ayat Tentang Zina
1.QS.Al-isra ayat 32
Pendapat Mufassir
Dan Ibnu Katsir menafsirkan pada surat Al-Isra‟ ayat 32 bahwa sesungguhnya
Kesimpulan yang saya dapat adalah bahwa bagaimana kejinya praktik zina dan kata
(fāḥishah) yang mempunyai makna perbuatan keji atau perbuatan kotor yang mana
perbuatan tersebut telah mencapai level paling atas (tinggi) dan diakui oleh setiap orang
yang berakal atas apa kekejian yang diakibatkan oleh perzinaan.
akibat dari pada perbuatan zina adalah sebuah perbuatan atau jalan yang amat buruk.
Dikarenakan dengan adanya ataupun terjadinya perbuatan perzinaan itu mengakibatkan
membuka jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaaan di alam dunia, serta yang paling
mengerikan yaitu di akhirat kelak yang berupa siksa dan azab.
2.QS.An-nur ayat 2
اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ فِ ْي ِد ْي ِن
ِ اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو
َهّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕىفَةٌ ِّمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
Terjemahan
Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian
orang-orang yang beriman.
Pendapat Mufasir
Tafsir jalalayn
(Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina) kedua-duanya bukan muhshan atau
orang yang terpelihara dari berzina disebabkan telah kawin. Hadd bagi pelaku zina
muhshan adalah rajam, menurut keterangan dari Sunah. Huruf Al yang memasuki kedua
lafal ini adalah Al Maushulah sekaligus sebagai Mubtada, mengingat kedudukan
Mubtada di sini mirip dengan Syarat, maka Khabarnya kemasukan huruf Fa,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikutnya, yaitu, (maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera) yakni sebanyak seratus kali pukulan. Jika
dikatakan Jaladahu artinya ia memukul kulit seseorang; makna yang dimaksud adalah
mendera. Kemudian ditambahkan hukuman pelaku zina yang bukan muhshan ini
menurut keterangan dari Sunah, yaitu harus diasingkan atau dibuang selama satu tahun
penuh. Bagi hamba sahaya hanya dikenakan hukuman separuh dari hukuman orang
yang merdeka tadi (dan janganlah belas kasihan kalian kepada keduanya mencegah
kalian untuk menjalankan agama Allah) yakni hukum-Nya, seumpamanya kalian
melalaikan sesuatu dari hudud yang harus diterima keduanya (jika kalian beriman
kepada Allah dan hari akhirat) yaitu hari berbangkit. Dalam ungkapan ayat ini
terkandung anjuran untuk melakukan pengertian yang terkandung sebelum syarat.
Ungkapan sebelum syarat tadi, yaitu kalimat "Dan janganlah belas kasihan kalian kepada
keduanya, mencegah kalian untuk menjalankan hukum Allah", merupakan Jawab dari
Syarat, atau menunjukkan kepada pengertian Jawab Syarat (dan hendaklah hukuman
mereka berdua disaksikan) dalam pelaksanaan hukuman deranya (oleh sekumpulan dari
orang-orang yang beriman) menurut suatu pendapat para saksi itu cukup tiga orang
saja; sedangkan menurut pendapat yang lain, bahwa saksi-saksi itu jumlahnya harus
sama dengan para saksi perbuatan zina, yaitu sebanyak empat orang saksi laki-laki.
اح َشةً اَوْ ظَلَ ُم ْٓوا اَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هّٰللا َ فَا ْستَ ْغفَرُوْ ا لِ ُذنُوْ بِ ِه ۗ ْم َو َم ْن يَّ ْغفِ ُر
ِ ََوالَّ ِذ ْينَ اِ َذا فَ َعلُوْ ا ف
Pendapat Mufasir
Tafsir Kemenag RI
Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia
menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya
menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau
menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada
pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera
mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Sungguh
Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah?
Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu,
sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan
menyadarkan mereka untuk segera bertobat.
Demikianlah Allah menggariskan kehidupan orang yang beriman yang mestinya mereka
tempuh; iman, amal, takwa, usaha. Membentuk ciri, kasih sayang dan rahmat. Pemurah
dan dermawan, walaupun miskin. Selalu berusaha memperbaiki diri, Orang Mukmin
yang memohon ampun sungguh-sungguh dari ketelanjurannya, itulah yang tadi
disambut Allah dengan firman-Nya. Karena Siapakah lagi yang akan memberi ampun
kalau bukan Allah.