Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH LARANGAN BERZINA

Dosen Pengampu: Dr. Septiawadi, M.Ag

Disusun oleh :

Ahmad Musyafa Zaidan(2231030001)

Abdul Qodir(2231030025)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADIN INTAN LAMPUNG
TP: 2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat kepada kita
berupa tenaga, kesehatan, waktu luang, dan banyak lagi nikmat yang Allah berikan sehingga
dengan nikmat itu makalah yang berjudul “LARANGAN BERZINA” dapat diselesaikan dengan
baik.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, mendoakan, menyuport, dan memotivasi kami dalam pembuatan makalah ini.
Dan tidak lupa juga kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ahkam, Dr. Septiawadi, M.Ag.
yang telah memberi kesempatan kepada kami penulis untuk membuat makalah ini. Penulis
meyakini Tiada yang sempurna melainkan Allah SWT maka dari itu penulis mohon kritik dan
saran yang sekiranya ada bisa disampaikan, untuk perbaikan penulis membuat makalah
kedepannya.

Penulis sangat berharap kepada pembaca maupun pendengar, makalah ini bisa jadi pengetahuan
dan referensi untuk wawasan pembaca dan pendengar makalah ini. Juga bisa bermanfaat bagi
kelangsungan hidup kita bersama

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, ataupun ada
ketidaksuaian materi yang tertulis didalam makalah ini, penulis mohon maaf. Penulis sangat
membuka bagi siapapun yang ingin memberikan kritik dan saran pada makalah ini agar penulis
bisa lebih baik kedepannya.

Bandar Lampung, 1 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................

BAB 1 .............................................................................................................................

PENDAHULUAN ..........................................................................................................

Latar belakang.................................................................................................................

Rumusan masalah ...........................................................................................................

Tujuan.............................................................................................................................

BAB II ............................................................................................................................

PEMBAHASAN .............................................................................................................

Pengertian zina ................................................................................................................

Hukuman bagi pelaku zina ..............................................................................................

Syarat orang yang dijatuhi zina .......................................................................................

Syarat menjadi saksi ........................................................................................................

BAB III ...........................................................................................................................

PENUTUP ......................................................................................................................

Kesimpulan .....................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Islam menggalakkan dan menganjurkan pernikahan, karena nikah adalah cara yang paling tepat
untuk menyalurkan hasrat seksual. Nikah merupakan sarana paling ideal untuk melahirkan
keturunan yang akan dididik dan dibesarkan bersama oleh pasangan suami dan istri; ditanamkan
perasaan cinta dan kasih sayang, ketulusan, kesucian, kemuliaan, ketabahan, dan harga diri.
Tujuannya, agar mereka dapat memikul beban tanggung jawab dan memberi andil terciptanya
kehidupan yang lebih maju dan mulia.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa Pengertian zina


2. Apakah ada hukuman yang dijatuhkan bagi orang yang berzina
3. Apa saja syarat oraang dijatuhi hukuman
4. Apa saja syarat menjadi saksi

1.3 Tujuan

Tujuan mempelajari materi ini adalah agar kita terhindar dari perzinahan yang mana itu adalah
tindakan tercela dan menjerumuskan pelaku kepada kemaksiatan
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Zina

Zina adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan), atau seorang perempuan yang bukan istrinya dengan
seorang laki-laki yang bukan suaminya

Kata zina secara etimologi berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf zai, nun, dan ya, artinya
‘berbuat zina’ atau melakukan hubungan badan tanpa ikatan yang sah menurut agama (hukum
Islam)

Dalil atas pengharaman zina

Dalil atas pengharaman zina ada di Quran surat Al-isra 32 yang berbunyi:

َ ‫س ۤا َء‬
ً‫سبِّيْل‬ َ ‫شةً َۗو‬
َ ِّ‫الز ٰن ٓى ِّانَّهٗ َكانَ فَاح‬
ِّ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬

Yang artinya: Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji
dan jalan terburuk.

Berdasarkan tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 5, dijelaskan bahwa isi dalam
ayat tersebut merupakan bentuk pengharaman Allah SWT kepada hamba-Nya untuk berzina
yang diungkapkan pada kalimat, "Jangan mendekati zina."

Allah SWT ingin menyampaikan melalui ayat tersebut bahwa jika seseorang mendekati
perzinaan saja sudah dilarang, apalagi jika melakukannya. Sehingga dalam ayat tersebut Allah
menekankan mendekati dan melakukan zina itu diharamkan.

Adapun zina yang dimaksud yaitu berhubungan intim di luar pernikahan Hal yang memicu
seseorang melakukan perzinaan, yaitu menonton atau membaca sesuatu yang membangkitkan
syahwat, pergaulan yang tak terkontrol antara lawan jenis, dan perbuatan lainnya yang tidak
diperkenankan.

Hukuman bagi orang yang berzina

Hukuman Orang yang berzina di kategorikan menjadi dua ada yang menikah dan ada yang masih
bujang, atau kedua istilah ini dinamakan muhshan dan ghairu muhsan
Hukuman bagi pezina lajang sesuai kesepakatan fuqoha’ bahwa laki-laki ataupun perempuan
dihukum dengan 100x deraan, dalilnya adalah an-nur ayat 2 yang berbunyi:
َ ْ ْ ْ ِۚ ٰ ْ ْ ‫ِّ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ٌ ْ ْ ه ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ ه‬ َ َّ ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫الز‬َّ ‫َا َّلزان َي ُة َو‬
‫اّٰلل َوال َي ْو ِم اَل ِخ ِر َول َيش َهد َعذ َاب ُه َما‬
ِ ‫اّٰلل ِان كنتم تؤ ِمنون ِب‬
ِ ‫ان فاج ِلدوا كل و ِاح ٍد منهما ِمائة جلد ٍة ۖوَل تأخذكم ِب ِهما رأفة ِ يف ِدي ِن‬‫ي‬ ِ ِ
‫ي‬َ ْ ‫َط ۤاى َف ٌة ِّم َن ْال ُم ْؤمن‬
ِِ ِٕ

Yang artinya: Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya
seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir.
Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.

Ulama sepakat mengenai hukuman deraan yang ditimpakan untuk pezina, tetapi ulama berbeda
pendapat soal ditambahkan dengan pengasingan. Asy-syafi’I dan Ahmad berpendapat bahwa
deraan harus dengan pengasingan. Imam malik dan al-auza’I berpendapat bahwa jika pezina
laki-laki wajib diansingkan sedangkan perempuan tidak karena takut menjadi fitnah, kemudian
yang terakhir pendapat abu hanifah tidak boleh menggabungkan hukuman dera dengan
pengasingan, kecuali jika pemerintah memandang ada kemaslahatan

Hukuman bagi Pezina yang telah Menikah (Muhshan) Seluruh fuqaha' sepakat, pezina yang telah
menikah wajib dirajam hingga mati, baik laki-laki maupun wanita. Dalil yang mereka
kemukakan sebagai berikut.

1. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa seorang lelaki menemui Rasulullah saw. di masjid
seraya berseru, "Wahai Rasulullah, sungguh, aku telah berzina." Rasulullah saw. tidak
menghirau kannya. Tapi orang tersebut terus mengulang-ulang pernyataannya hingga
empat kali. Setelah menyampaikan empat kali pengakuan Nabi saw. memanggilnya dan
bertanya, "Apakah engkau gila!" Lelaki itu menjawab, "Tidak." Nabi saw. kembali
bertanya, "Apakah engkau telah menikah?" lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi saw. berkata
kepada orang-orang di sekitarnya, "Bawalah dia dan rajamlah." Ibnu Syihab menjelaskan,
"Aku diberi tahu oleh orang yang mendengar penuturan Jabir bin Abdullah ra. bahwa
Jabir ra. berkata, Aku termasuk yang merajamnya. Kami merajamnya di tempat terbuka
yang biasa digunakan shalat. Ketika bebatuan mulai menghujani rubuhnya dia lari, maka
kami pun mengejarnya hingga di Harrah. Di sanalah kami menuntaskan rajamnya."
(Muttafaq alaih)
Hadits ini menunjukkan bahwa pembuktian status telah menikah (ihshan) cukup dengan
sekali pengakuan. Dan, jawaban, "Ya," dianggap sebagai pengakuan.
2. Ibnu Abbas ra. menuturkan bahwa Umar ra. berpidato, "Sesungguh- nya, Allah swt.
mengutus Muhammad saw. dengan kebenaran dan menurunkan Al-Kitab kepadanya. Di
antara wahyu yang diturunkan adalah ayat rajam. Kami pun membaca dan menghafal-
nya. Rasulullah saw. pernah merajam dan kami pun merajam. Sesungguhnya, aku
khawatir, jika di masa-masa yang akan datang, ada orang yang mengaku, 'Kami tidak
menemukan ayat rajam dalam Al-Qur'an.' Akibatnya, mereka sesat karena meninggalkan
kewajiban yang diturunkan Allah swt. Rajam adalah hukuman yang benar bagi orang
yang berzina baik laki-laki maupun perempuan, selama statusnya telah menikah dan
terbukti, atau hamil, atau membuat pengakuan. Demi Allah, jika bukan karena akan ada
yang mengatakan, 'Umar telah menambahkan ayat Al-Qur'an, niscaya akan kutulis (ayat
tersebut)."" (h.r. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i) Sebagian
diriwayatkan secara panjang dan ada pula yang pendek.

Syarat-syarat Muhsan antara lain adalah mukallaf, merdeka, berhubungan badan dengan ikatan
pernikahan yang asli

Syarat pelaksanaan hudud bagi pezina

Diantara syaratnya ada berakal, balig, kerelaan, tau hukum zina adalah haram, jadi anak kecil,
orang gila, dan orang yang dipaksa tidak masuk kedalam kategori syarat pelaksanaan hudud

Penetapan hukum hudud

Hudud dilaksanakan atau ditetapkan atas dua hal taitu dengan saksi dan pengakuan, syarat-syarat
saksi diantaranya adalah

 Saksi harus 4 orang


 Balig
 Berakal
 Adil
 Beragama Islam
 Menyaksikan langsung
 Eksplisit
 Kesaksian disampaikan pada satu waktu dan tempat
 laki-laki, kalau perempuan berarti harus 8
 tidak menunda-nunda
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

1. Zina adalah perbuatan tercela yang dilarang oleh agama Islam, zina adalah melakukan
hubungan senggama antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan pernikahan
2. Pelaku zina dalam Islam dijatuhi hukuman, hukuman yang diterima oleh pelaku zina
dikategorikan menjadi dua yaitu muhsan(sudah menikah) dan ghair muhsan(lajang), bagi
pelaku zina muhsan dijatuhi rajam dan pelaku zina ghair muhsan di dera sebanyak 100x
3. Syarat orang dijatuhi hukuma ialah berakal, balig, kerelaan, mengetahui hukum
4. Pelaksanaan hukuman harus di lakukan dengan disaksikan oleh sebgian kaum muslimin
dan deraan yang diberikan tidak boleh kena kepala dan kemaluan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6616784/penegasan-larangan-zina-dalam-surah-al-isra-
dan-alasannya

Sayyid Sabiq, Fiqih sunnah jilid 2,2011, Al I’tishom

Anda mungkin juga menyukai