Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

KELOMPOK 3 R-001
MUNAKAHAT

Dosen Pengampu :
Dr. K. A. Rahman, M.Pd.I
Nama Anggota :
Muhammad Aryandi G1A123001
Muhammad Rafpli R G1A123017
Anisa Fadilah Iffah G1A123042
Maha Bintang Ashar G1A123059
Muhammad Rizky P G1A123065
Alya De Lathifa Hafas G1A123077
M. Rifky Edly G1A123080
Nasyala Manja R G1A123086
Assyfa Sabrina Monda G1A123091
Nabila Putri Renata G1A123092

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, kami
bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Agama “MUNAKAHAT”. Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. K. A.
Rahman, M.Pd.I yang sudah membimbing kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan
baik. Dan yang terakhir kami mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan, dan kami
menerima kritik dan saran dari pembaca.

Jambi, 22 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3
2.1 Pengertian Munakahat .......................................................................................................3
2.2 Dalil Munakahat ................................................................................................................3
2.3 Hukum Melakukan Munakahat .........................................................................................4
2.4 Tujuan Munakahat.............................................................................................................6
2.5 Prinsip-prinsip Munakahat ................................................................................................6
2.6 Manfaat Munakahat...........................................................................................................7
2.7 Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ...................................................................................8
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu
cara yang dipilih oleh Allah swt, sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang biak
dan melestarikan hidupnya

Allah swt. berfirman dalam surat An-nisa ayat 1 Artinya: “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada allah yang
dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu”. (Qs.An-Nisa:1)

Allah swt tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas
mengikuti nalurinya dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan secara anargik
atau (tidak ada aturan). Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia,
maka Allah swt. mengadakan hukum sesuai dengan martabat tersebut.

Hubungan yang dilakukan antara manusia tersebut bentuk dan jenisnya


bermacam-macam, baik hubungan pribadi, sosial dan sebagainya. Tentunya dalam
melakukan hubungan tersebut berbagai tindakan dapat saja terjadi, tergantung
bagaimana hubungan tersebut dilakukan. Memang hubungan yang dilakukan itu
mempunyai tujuan atau maksud, sesuai dengan kehendak dan keinginan masing-masing.

Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara


terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Munakahat?
2. Apa dalil dari Munakahat?

1
3. Apa hukum melakukan munakahat?
4. Apa tujuan dari Munakahat?
5. Apa saja prinsip-prinsip Munakahat?
6. Apa saja manfaat dari Munakahat?
7. Bagaimana rukun dan syarat sah Munakahat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian munakahat.
2. Untuk mengetahui dalil mengenai munakahat.
3. Untuk mengetahui hukum melakukan munakahat.
4. Untuk mengetahui tujuan munakahat.
5. Untuk mengetahui prinsip- prinsip yang ada dalam munakahat.
6. Untuk mengetahui manfaat dari munakahat.
7. Untuk mengetahui rukun dan syarat sah munakahat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Munakahat


Perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan menimbulkan hak
dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara keduanya.

Nikah adalah salah satu asas pokok kehidupan dalam masyarakat yang
sempurna, karena perkawinan merupakan salah satu jalan yang amat mulia untuk
mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Perkawinan merupakan pertalian
yang sangat kokoh dan teguh dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara
suami isteri dan keturunan, tetapi terjalin hubungan antara keluarga kedua belah
pihak. Terjalin antara keduanya kasih sayang, saling tolong menolong, hormat-
menghormati.

2.2 Dalil Munakahat


Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 3 :

Artinya:

"Maka kawinlah kamu dengan perempuan yang kamu pandang baik untukmu, dua,
atau tiga atau empat, jika kamu takut tidak dapat berlaku adil diantara mereka itu,
hendaklah kamu kawin seorang sajan.

Dan juga Munakahat merupakan sunnah Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya:

3
"Hai pemuda-pemuda, barang siapa sudah mampu diantara kamu untuk kawin,
hendaklah ia kawin. Karena sesungguhnya perkawinan itu lebih menundukkan bagi
penglihatan dan lebih memelihara bagi kehormatan. Dan barangsiapa yang tidak

mampu kawin hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu dapat


mengekang syahwaf'.

2.3 Hukum Melakukan Munakahat


Hukum pernikahan berlaku sesuai dengan kondisi seorang laki-laki yang akan
menikah, ada beberapa hukum yang berlaku pada pernikahan, yaitu:

1. Wajib

Pernikahan diwajibkan bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan


kemampuan untuk menikah dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina
seandainya dia tidak kawin.

Jika seseorang khawatir akan terjerumus, akan tetapi belum mampu untuk
memenuhi nafkah lahir untuk istrinya jika ia menikah, maka orang tersebut
hendaknya dia menahan dirinya untuk tidak menikah, hal ini sebagaimana
penyampaian Allah swt. Dalam QS. An-Nur/24: 33.

‫ِوَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَ يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللََُّ مِنْ فَضْلِه‬

Terjemahnya:

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya... “

Kemampuan untuk menikah ialah kesanggupan untuk memberi nafkah, bukan


kemampuan untuk berhubungan badan. Karena itu beliau memerintahkan siapa yang
tidak mampu untuk menikah agar berpuasa; sebab puasa dapat mengekang
syahwatnya.

2. Sunnah (Mustahab).

Pernikahan menjadi sunnah bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk melangsungkan pernikahan, akan tetapi jika dia tidak mela

4
ksanakan pernikahan tidak dikhawatirkan akan jatuh ke perbuatan maksiat
(perzinahan). Dalam hal seperti ini, menikah baginya lebih utama daripada segala
bentuk peribadahan. Karena praktik hidup membujang bukanlah termasuk ajaran
dalam Islam, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Tabrani dari Sa’ad bin Abu
Waqqas.

Artinya:

“Allah Swt tidak menganjurkan ke rahiban kepada kita, namun menggantikannya


dengan kesucian penuh toleransi (pernikahan)”.

3. Makruh.

Pernikahan dikategorikan makruh bila bagi orang yang mempunyai


kemampuan untuk melakukan perkawinan ia juga cukup mempunyai kemampuan
untuk menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina
sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat
untuk dapat memenuhi kewajiban suami istri dengan baik.

4. Mubah.

Pernikahan dikategorikan mubah bagi orang yang mempunyai kemampuan


untuk melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat
zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri. Perkawinan
orang tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan bukan untuk menjaga
kehormatan agama dan membina keluarga.

5. Haram.

Pernikahan diharamkan bagi orang yang dapat dipastikan bahwa ia tidak akan
mampu memberi nafkah istri, baik lahir maupun batin. Nafkah lahir yang
dimaksudkan disini adalah: membayar mahar dan segala konsekuensi-konsekuensi
dalam berumah tangga (papan, sandang dan pangan). Sedangkan nafkah batin
diantaranya adalah kemampuan untuk melakukan hubungan seksual dengan istrinya.
Termasuk juga hukumnya haram perkawinan bila seseorang kawin dengan maksud
untuk menelantarkan orang lain atau menyakiti istrinya.

5
2.4 Tujuan Munakahat
Menurut Hasbi al Shiddieqy faedah-faedah pernikahan yaitu:

1. Lahirnya anak yang akan mengekalkan keturunan seseorang dan memelihara jenis
manusia.
2. Memenuhi hajat biologis.

Pernikahan memelihara diri dari kerusakan akhlak dan keburukan yang merusak
masyarakat. Tanpa pernikahan, maka hajat biologis disalurkan lewat cara-cara yang

tidak dibenarkan agama dan akal yang sehat serta kesusilaan.

3. Menciptakan kesenangan dan ketenangan didalam diri masing-masing suami istri.


Membangun dan mengatur rumah tangga atas dasar rahmah dan mawaddah antara
dua orang yang telah dijadikan satu itu.
4. Menjadi motivasi untuk sungguh-sungguh berusaha mencari rezeki yang halal.

2.5 Prinsip-prinsip Munakahat


Adapun prinsip-prinsip perkawinan dalam Islam antara lain:

1. Memenuhi dan melaksanakan perintah agama.

Perkawinan adalah sunnah Nabi, berarti melaksanakan perkawinan itu pada


hakikatnya merupakan pelaksanaan dari ajaran agama.

2. Kerelaan dan persetujuan.


3. Perkawinan untuk selamanya.
4. Tujuan perkawinan antara lain untuk dapat keturunan dan untuk ketenangan,
ketentraman dan cinta serta kasih sayang. Kesemuanya ini dapat dicapai hanya
dengan prinsip bahwa perkawinan adalah untuk selamanya, bukan hanya dalam
waktu tertentu saja.
5. Suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 34:

‫الرِِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللُّ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا‬

‫ْأَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِم‬

6
Terjemahnya:

“Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…

2.6 Manfaat Munakahat


1. Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat, yang selamanya
menuntut adanya jalan keluar. Bilamana jalan keluar tidak dapat memuaskannya,
maka banyaklah manusia yang mengalami goncang dan kacau serta menerobos
jalan yang jahat.

“Diantara tanda kekuasaannya ia diciptakan bagi kamu pasangan dari dirimu sendiri
agar kamu hidup tenang bersamanya dan cinta kasih sesama kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi kaum yang
berfikir”. (Ar-Rumm : 21)

2. Kawin, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak


keturunan melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh islam
sangat diperhatikan sekali.
3. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup
dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan
sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan
seseorang.
4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak menimbulkan sikap
rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang.
5. Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi dan mengatur rumah tangga,
sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab
antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.
6. Dengan perkawinan dapat membuahkan diantaranya tali kekeluargaan,
memperteguh kelanggengan rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan
kemasyarakatan yang memang oleh Islam yang direstui, ditopang dan ditunjang.

7
Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayangi akan merupakan
masyarakat yang kuat lagi bahagia.

2.7 Rukun dan Syarat Sah Perkawinan


Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan terdiri atas:

1. Calon mempelai pengantin pria,


2. Calon mempelai pengantin wanita,
3. Wali dari pihak calon pengantin wanita,
4. Dua orang saksi dan ijab qabul.

Adapun Syarat Syarat dari masing masing rukun diatas yaitu:

1. Syarat-syarat calon mempelai pengantin pria.

Syari’at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon
pengantin pria berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu:

a. Calon suami beragama Islam,


b. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki laki, orangnya diketahui
dan tertentu.
c. Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.
d. Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri.
e. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan
f. Tidak sedang melakukan ihram,
g. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri
h. Tidak sedang mempunyai istri empat.

2. Syarat-syarat calon mempelai wanita:

a. Beragama islam atau ahli kitab,


b. Terang bahwa ia wanita bukan khuntsa (banci),
c. Wanita itu tentu orangnya,
d. Halal bagi calon suami,
e. Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam
‘iddah,
f. Tidak dipaksa/ ikhtiar

8
3. Syarat-syarat wali

Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai wanita atau wakilnya


dengan calon mempelai pria atau wakilnya, syaratnya adalah:

a. Wali hendaklah seorang laki-laki,


b. Muslim,
c. Baligh,
d. Berakal,
e. dan adil (tidak fasik).

4. Syarat-syarat saksi, saksi yang menghadiri akad nikah haruslah:

a. Dua orang laki-laki,


b. Muslim,
c. Baligh,
d. Berakal,
e. Melihat dan mendengar
f. serta mengerti (paham) akan maksud akad nikah.

5. Syarat-syarat ijab qabul

Perkawinan wajib dilakukan dengan ijab dan qabul dengan lisan.


Inilah yang dinamakan akad nikah (ikatan atau perjanjian perkawinan). Bagi
orang bisu sah perkawinannya dengan isyarat tangan atau kepala yang bisa
dipahami. Ijab dilakukan pihak wali mempelai perempuan atau walinya,
sedangkan kabul dilakukan mempelai laki-laki atau wakilnya

9
BAB III

KESIMPULAN

Munakahat merupakan jalan yang diberikan Allah SWT kepada Manusia


untuk melestarikan keturunan. Dengan perkawinan hubungan laki-laki dan
perempuan diatur secara terhormat, legal dan halal, dengan didahului ijab dan qabul
sebagai lambang dari adanya rasa saling ridha-meridhai, dan sebagai akad yang
membolehkan hubungan suami dan istri.

10
DAFTAR PUSTAKA
Basri, R. Fiqh Munakahat 4 Mahzab dan Kebijakan Pemerintah. 2019. Parepare: Penerbit
CV. KAAFFAH LEARNING CENTER

11

Anda mungkin juga menyukai