OLEH:
KELOMPOK 9
Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian nikah
1
2. untuk mengetahui konsep pernikahan dalam islam
3. untuk mengetahui ta’aruf dalam rangka khitbah (peminangan)
4. untuk mengetahui dasar hukum nikah
5. untuk mengetahui rukun dan syarat nikah
6. untuk mengetahui maksud mahar dan walimatul ‘ursy
7. untuk mengetahui hak dan kewajiban suami-istri
8. untuk mengetahui maksud putusnya perkawinan
9. untuk mengetahui hukum pacaran dan hamil diluar nikah
10. untuk mengetahui hikmah dan filosofi nikah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Ta’aruf dalam Rangka Khitbah (Peminangan)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan
untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh
Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus
dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan
tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda
ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian
tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan,
namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan
calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota
yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata
lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai) Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang
wanita yang telah bertunangan:
"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))
4
berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan
bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat tertentu.
Menurut Al-Qur’an, Surat Al A’raaf ayat 189 berbunyi :
“Dialah yang menciptakan kamu dari suatu zat dan daripadanya Dia menciptakan istrinya
agar Dia merasa senang.” (Al A’raaf : 189).
Sehingga perkawinan adalah menciptakan kehidupan keluarga anatar suami istri dan anak-
anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram (Sakinah), pergaulan
yang saling mencintai (Mawaddah) dan saling menyantuni (Rohmah).
b. Dalil As-Sunnah
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang bersabda, “Wahai para
pemuda, barangsiapa dioantara kalian memiliki kemampuan, maka nikahilah, karena itu dapat
lebih baik menahan pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak memiiki
kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab puasa itu merupakan kendali baginya.
(H.R.Bukhari-Muslim).
5
e. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
3. Adanya mempelai wanita.
Syarat mempelai wanita adalah :
a. Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) & mukallaf
b. Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa ‘iddah & bukan mahrom
dari calon suami).
c. Tidak dipaksa.
d. Orangnya jelas.
e. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
4. Adanya wali.
Syarat wali adalah :
a. Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b. ‘Adil
c. Tidak dipaksa.
d. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
5. Adanya saksi (2 orang pria).
Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya adalah saksi, tetapi
Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria yang jujur lagi adil agar pernikahan
tersebut menjadi sah. Syarat saksi adalah :
a. Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b. ‘Adil
c. Dapat mendengar dan melihat.
d. Tidak dipaksa.
e. Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
6. Mahar.
Beberapa ketentuan tentang mahar :
a. Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan lainnya) dari seorang
suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun pada saat aqad nikah. Lihat QS. An
Nisaa’ : 4.
6
b. Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan kepada/milik
mertua.
c. Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya persetubuhan.
d. Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan dengan kerelaan.
e. Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai.
7
2. Hak dan kewajiban Suami
Hak:
Ketaatan istri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah tangga termasuk di dalamnya
memelihara dan mendidik anak, selama suami menjalankan ketentuan-ketentuan Allah SWT
yang berhubungan dengan kehidupan suami istri.
Kewajiban suami
Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta menjaga dan
bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.
Memberi nafkah sesuai kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga terutama
sandang, pangan dan papan.
8
5. Li’an
Li’an ialah perkataan suami sebagai berikut “Saya persaksikan kepada Allah bahwa saya
benar terhadap tuduhan saya kepada istri saya bahwa dia telah berzina. Kalau ada anak yang
diyakininya bukan anaknya, hendaklah diterangkan pula bahwa anak itu bukan anaknya.
Perkataan tersebut hendaklah diulanginya empat kali, kemudian ditambahkan lagi dengan
kalimat, Laknat Allah akan menimpaku sekiranya aku dusta dalam tuduhan ini”
6. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu saja
(hanya untuk bersenang-senang), misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa
berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah mut’ah telah dilarang oleh rasulullah saw.
7. Iddah
di dalam agama Islam adalah sebuah masa di mana seorang perempuan yang telah diceraikan
oleh suaminya, baik diceraikan karena suaminya mati atau karena dicerai ketika suaminya hidup,
untuk menunggu dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain.
9
melakukan hubungan intim tanpa ada ikatan pernikahan. Bahkan ketika si laki-laki mengirimkan
pesan pendek kepada si perempuan, itu juga mendekati zina.
Bahkan, bisa jadi sudah termasuk dalam zina hati dan pikiran. Memikirkan betapa bahagianya
saat mengirimkan pesan tersebut sambil membayangkan wajah satu sama lain, bertambahlah lagi
dosanya.
2. Menghilangkan konsentrasi
Ada yang bilang pacaran itu bisa menjadi penyemangat untuk belajar atau bekerja? Sungguh
salah pemikiran yang demikian. Nyatanya, pacaran itu hanya menguras otak dan membuyarkan
konsentrasi. Fokus belajar justru hilang dan pekerjaan jadi terabaikan. Pacaran itu tidak mudah,
sebab melibatkan dua kepala, bahkan bisa tiga, empat, dan seterusnya, dengan prioritas utama
adalah “bagaimana-caranya-membahagiakan-si-pacar.”
Akibatnya, berbagai cara dilakukan hanya demi membuat senang satu sama lain. Rela
meninggalkan pekerjaan dan membuang waktu belajar hanya demi menemani sang Pacar
berjalan-jalan. Jika suatu saat terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang
menyebabkan semangat belajar menjadi hilang.
Bahkan hanya dengan memikirkan si Pacar saja sudah banyak menyita waktu dan
membuatnya terbuang secara sia-sia. Padahal, tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan
adalah melanggar perintah Allah SWT dan hanya menumpuk dosa semata.
3. Penyebab banyak kerugian
Salah satu bagian daripada budaya pacaran itu adalah usahanya memberikan kebahagian bagi
pasangan padahal tanpa ia sadari itu hanya sia-sia. Rela menghabiskan waktu, uang dan harapan
hanya demi seseorang yang bahkan belum tentu adala jodohnya. Padahal, lebih baik jika waktu
itu digunakan untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lalu, uang yang digunakan untuk pergi menonton film di bioskop, makan di restoran mewah,
membeli ini itu untuk pacar, disedekahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Sedekah
bahkan memberikan berkah kepada harta kita, sedangkan pacar?—Percayalah, senyum dari
mereka yang menerima bantuan kita jauh lebih indah dibandingkan senyuman pacarmu itu.
Belum lagi jika seluruh biaya yang dikeluarkan tak jarang bukan dari penghasilan sendiri
melainkan dari orang tua, sering terjadi pada remaja, bertambahlah beban orang tua.
Kalaupun dari hasil pendapatan sendiri, tetap saja tidak benar hubungan pacaran tersebut
karena jika memang seorang laki-laki itu bersungguh-sungguh, ia tidak akan datang ke rumah
10
hanya untuk mengajak jalan wanitanya, tapi lelaki yang serius akan datang ke rumah membawa
orang tua/walinya dan melamar wanita yang dicintainya tersebut dihadapan orang tuanya.
4. Mengganggu kehidupan bermasyarakat
Orang yang berpacaran sering meresahkan masyarakat dan menimbulkan berbagai fitnah,
terutama mereka yang sering berdua-duaan di tempat sepi misalnya di dalam kost-kostan. Sering
kita mendengar adanya penggrebekkan kost mesum dan menemukan banyak pasangan yang
tidak sah tertangkap. Di dalam kehidupan bermasyarakat, ini benar-benar merusak moral dan
akan menjadi contoh yang teramat buruk bagi anak-anak yang mlihatnya.
11
berbuat zina, tapi aku menyesal, “Ucapan itu di ulanginya sampai empat kali. Setelah Nabi
mendengar pernyataan yang sudah empat kali diulangi itu, lalu beliau pun memanggilnya,
seraya berkata, “Apakah engkau ini gila?’’ Tidak, jawab laki-laki itu, Nabi bertanya lagi, ‘’
Adakah engkau ini orang yang muhsan?’’‘’Ya,’’ jawabnya. Kemudian, Nabi bersabda lagi,’’
Bawalah laki-laki ini dan langsung rajam oleh kamu sekalian,’’(H.R. Bukhari dari Abu
Hurairah)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkawinan dalam fiqh berbahasa arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kata
na-kaha dan za-wa-ja terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin yang berarti bergabung,
hubungan kelamin, dan juga berarti akad.
Salah satu hikmah perkawinan adalah bisa menghindarkan perbuatan maksiat dan
melanjutkan keturunan.
Dasar hukum perkawinan menurut fiqh salah satunya yaitu disebutkan dalam Al-qur’an Surat
An-Nisa’ ayat 3 dan dalil As-Sunnah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a. dari
Rasulullah. Perkawinan diatur dalam UU Perkawinan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) dan
menurut KHI diatur dalam Pasal 2 dan 3.
Apa yang dinyatakan sah menurut fiqh munakahat juga disahkan menurut UU Perkawinan.
KHI adalah UU Perkawinan yang dilengkapi dengan fiqh munakahat atau dalam arti lain bahwa
fiqh munakahat adalah bagian dari KHI. Fiqh munakahat yang merupakan bagian dari KHI tidak
seluruhnya sama dengan fiqh munakahat yang terdapat dalam mazhab yang dianut selama ini
mazhab Syafi’iy.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://makalah-fiqh.blogspot.com/2012/05/munakahat.html
https://almanhaj.or.id/173-konsep-islam-tentang-perkawinan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam
http://scarmakalah.blogspot.com/2012/03/pengertian-dasar-hukum-dan-hikmah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Walimatul_%27ursy
http://wwwasihningrum.blogspot.com/2013/10/mahar-dan-walimah_10.html
http://pm.unida.gontor.ac.id/2019/09/11/hak-dan-kewajiban-suami-istri-dalam-dua-perspektif-
yaitu-syariat-islam-dan-menurut-uu-perkawinan/
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/10/pengertian-talak-khulu-zhihar-ila-lian.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Iddah
https://id.wikipedia.org/wiki/Rujuk
https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/pacaran-dalam-islam
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-hamil-diluar-nikah
14