Anda di halaman 1dari 15

KETENTUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Materi PAI SMP/SMA”

Dosen Pengampu:
Atin Hasanah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Rois Suryah Indarti

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap kita haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW yang di nantikan syafa’at nya di hari akhir kelak Amin ya
robbal’alamin.
Makalah ini kami susun berdasarkan tugas mata kuliah Materi PAI
SMP/SMA yang berjudul Ketentuan Pernikahan dalam Islam. Makalah ini
tidak dapat terselesaikan tanpa adanya pengarahan, dukungan dan motivasi
disertai doa yang tulus dari berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak
mengucapkan terimakasih kepada ustadzah Atin Hasanah selaku dosen
pengampu mata kuliah “Materi PAI SMP/SMA”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempatan. Oleh
karena itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi memperbaiki makalah ini. Semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin yaa robbal ‘alamiin

Ponorogo, 6 Juni 2023


Penulis,

Rois Suryah Indarti

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian Pernikahan ..................................................................... 3
B. Dasar Hukum Pernikahan ............................................................... 4
C. Rukun dan Syaratnya Pernikahan ................................................... 5
D. Hukum Pernikahan .......................................................................... 7
E. Penyebab tidak Sahnya Pernikahan ................................................ 8
F. Tujuan Pernikahan .......................................................................... 9
G. Hikmah diadakannya Pernikahan .................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................. 11
A. Kesimpulan .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan
didalam dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari
seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada
pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata
cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli
ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal
ini tidak banyak diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah
Swt.
Kehidupan berkeluarga cerminan semua makhluk ciptaan Allah SWT,
sehingga kelangsungan kehidupan di dunia akan terus menerus berkembang.
Manusia adalah salah satu makhluk yang sangat sempurna di bandingkan
dengan makhluk lainnya. Manusiapun di takdirkan untuk hidup berpasang -
pasangan satu dengan yang lainnya yakni yang berlainan jenis.
Dengan jalan nikah inilah yang paling baik untuk dapat melangsungkan
keturunan. Nikah adalah fitra yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia
sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat
jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan
jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis,
yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta
yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian pernikahan?
2. Bagaimana dasar hukum pernikahan?
3. Apa saja rukun dan syarat pernikahan?
4. Apa saja hukum dalam pernikahan?
5. Apa saja yang menyebabkam pernikahan tidak sah?

1
6. Apa saja tujuan pernikahan?
7. Apa hikmah dari pernikahan?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan
2. Untuk mengetahui dasar hukum pernikahan
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat sahnya pernikahan
4. Untuk mengetahui hukum-hukum dalam pernikahan
5. Untuk mengetahui penyebab tidak sahnya pernikahan
6. Untuk mengetahui tujuan pernikahan
7. Untuk mengetahui hikmah dari diadakannya pernikahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Kata “nikah ( ‫ ”) نكاح‬term yang terdapat dalam bahasa Arab yang berasal
dari akar kata na-ka-ha, yang dalam bahasa Indonesia kawin atau
perkawinan. Kata kawin adalah terjemahan dari kata nikah dalam bahasa
Indonesia. Kata menikahi berarti mengawini, dan menikahkan sama dengan
mengawinkan yang berarti menjadikan bersuami. Dengan demikian istilah
pernikahan mempunyai arti yang sama dengan perkawinan. Dalam fiqih
Islam perkataan yang sering dipakai adalah nikah atau zawaj. Pengertian
nikah atau zawaj secara bahasa syari’iah mempunyai pengertian secara hakiki
dan pengertian secara majazi. Pengertian nikah atau ziwaj secara hakiki
adalah bersenggama (wathi’) sedang pengertian majazinya adalah akad.
Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat
kuat untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan
ibadah.1
Sedangkan Menurut istilah syara’, nikah itu berarti melakukan suatu akad
atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang bertujuan penghalalkan hubungan kelamin antara keduanya
dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang diridhoi oleh
Allah SWT Dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan yang sakinah,
mawaddah dan rahmah.2 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum pernikahan
masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang
berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.

1
Hikmatullah, Fiqh Munakahat Pernikahan dalam Islam, (Jakarta: Edu Pustaka, 2021),
hlm. 18-19.
2
Ibid., hlm.20.

3
B. Dasar Hukum Pernikahan
Dasar disyariatkana perkawinan terdapat firman Allah dalam Al- Qur’an,
diantarana QS. Ar-rum ayat 21 yang berbunyi :

‫َو ِم ْن اٰيٰ ِت ِه ا َ ْن َخ َلقَ لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َوا ًجا ِلِّت َ ْس ُكنُ ْوٓا اِلَ ْي َها‬
َ‫َو َج َع َل َب ْينَ ُك ْم َّم َودَّة ً َّو َر ْح َمةً ٓا َِّن ِف ْي ذٰ ِل َك َلٰيٰت ِلِّقَ ْوم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬
artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (QS: Ar-rum : 21)
Berdasarkan ayat diatas, bahwa perkawinan memang mempunyai dasar
hukum yang bersumber dari firman Allah SWT yaitu Al-qur’an dan Hadis
Nabi Muhammad SAW, jelas bahwa Islam mensariatkan adanya perkawinan
yang diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud RA yang berbunyi: “Dari
Abdullah Ibn Mas’ud berkata: Rasululah telah bersabda kepada kami; Wahai
para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah, maka
menkahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih
memelihara kemaluan. Dan barangsiapayang tidak mampu, maka hendaklah
ia berpuasa, karena berpuasa dapat menekan hawa nafsu” (Muttafaqun
‘Alaih)
Sebagai umat yang menjalankan perintah Allah dan Rasulnya, maka
menurut adanya kepatuhan, rasa cinta dan keimanan kepada Allah dan
Rasulnya. Adapun dasar hukum perkawinan dalam Islam adalah bersumber
dari dalil Al-qur’an surat An-nahl ayat 72:

ِ ‫َوال ِّلٰهُ َجعَ َل لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َوا ًجا َّو َجعَ َل لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ا َ ْز َو‬
َ‫اج ُك ْم بَنِيْن‬
‫ت ال ِّلٰ ِه ُه ْم‬ ِ ‫اط ِل يُؤْ ِمنُ ْونَ َوبِنِ ْع َم‬ ِ َ‫تٓ اَفَبِ ْالب‬ ِ ٰ‫الط ِيِّب‬ َّ َ‫َو َحفَدَة ً َّو َرزَ قَ ُك ْم ِ ِّمن‬
ٓ َ‫َي ْكفُ ُر ْون‬

4
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS
An-nahl : 72)
Berdasarkan ayat diatas jelaslah bahwa perintah atau anjuran menikah
adalah perintah Allah dan menjadikan sesuatu itu dengan berpasang-
pasangan, dengan adanya perkawinan maka Allah akan memberikan rizki
atau karunia kepada manusia yang dianggap baik untuk menerimanya.3
C. Rukun dan Syaratnya Pernikahan
Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat yang harus
dipenuhi. Menurut bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya
suatu pekerjaan, sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk)
yang harus diindahkan dan dilakukan. Secara istilah rukun adalah suatu unsur
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau
lembaga yang menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan tersebut dan ada
atau tidaknya sesuatu itu. sedangkan syarat adalah sesuatu yang tergantung
padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu sendiri
yang ketiadaanya menyebabkan hukum itupun tidak ada. Rukun menikah ada
lima, yaitu: calon suami, calon Istri, wali, dua orang saksi, dan sighat (Ijab
dan Qabul). Adapun masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Calon Suami
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi untuk seorang
calon suami, yaitu:
a) Calon suami benar-benar laki-laki;
b) Calon suami bukanlah orang yang haram dinikahi bagi calon istri, baik
haram karena nasab, sepersusuan, atau karena ikatan pernikahan
c) Tidak terpaksa. Tidak sah menikah tanpa ada kehendak sendiri
d) Calon suami diketahui jelas identitasnya. Sudah diketahui nama

3
https://an-nur.ac.id/24254-dasar-hukum-menikah-dalam-islam2/

5
beserta orangnya;
e) Tidak sedang melakukan ihram.
2. Calon Istri
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi untuk calon istri yaitu:
a) Benar-benar perempuan;
b) Bukan wanita yang haram dinikahi, baik karena nasab, sepersusuan,
atau karena ikatan pernikahan;
c) Jelas identitasnya, sudah diketahui nama serta yang mana orangnya oleh
calon suami;
d) Tidak sedang melakukan ihram, atau dalam masa ‘iddah.
3. Wali
Syarat menjadi wali pernikahan ialah sebagai berikut:
a) Islam
b) Baligh (sudah dewasa), tidak sah anak kecil menjadi wali nikah
c) Berakal sehat
d) Merdeka, bukan seorang budak
e) Laki-laki, tidak sah wali dari perempuan
f) Urutan wali adalah Bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung, saudara
laki-laki sebapak, saudara laki-laki seibu, anak laki-laki dari saudara
seayah, anak laki-laki dari saudara kandung, anak laki-laki dari saudara
seibu, paman, anak laki-laki paman.
4. Dua orang saksi
Syarat dua orang saksi ini juga hampir sama dengan wali, yakni:
a) Islam
b) Baligh (sudah dewasa), tidak sah anak kecil menjadi saksi nikah
c) Berakal sehat
d) Merdeka, bukan seorang budak
e) Laki-laki, tidak sah saksi dari perempuan.
f) Adil

6
5. Sighat (Ijab dan Qabul)
Syarat dari ijab-qabul dalam pernikahan adalah:
a) Ijab-qabul dilaksanakan dalam keadaan bersambung. Artinya antara
pelafalan ijab dengan qabul (penerimaan) tidak berselang lama.
b) Tidak ditambahi dengan keterangan jangka waktu tertentu. Misalnya
saya terima nikah si fulanah dalam waktu sebulan.
c) Lafadz jelas maksudnya, dan tidak disangkutkan dengan makna yang
lain. Misalnya saya nikahkan engkau dengan anakku jika engkau tetap
menjadi pengusaha.
d) Ijab dan qabul menggunakan kalimat “nikah, tazwij, atau turunannya
yang semakna.”
e) Boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab.4
D. Hukum Pernikahan
Hukum asal melaksanakan pernikahan adalah mubah (boleh). Hukum ini
dapat berubah disebabkan pada keadaan tertentu. Berikut penjelasan ringkas
terkait hukum menikah:
1. Sunah
Hukum sunah menikah ditujukan untuk orang yang sudah mampu dari segi
lahir dan batin untuk menikah namun masih sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
2. Wajib
Hukum wajib menikah ditujukan untuk orang yang telah mampu menikah.
Mampu dari segi lahir maupun batin. Sedangkan apabila seseorang
tersebut tidak menikah, ia khawatir akan terjerumus ke dalam perzinaan.
3. Mubah artinya dibolehkan
Seseorang dihukumi mubah untuk menikah apabila faktor-faktor yang
mengharuskan maupun menghalangi terlaksananya pernikahan tidak ada
pada diri seseorang tersebut.

4
Umar Haris Sanjaya, Hukum Pernikahan Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2017), hlm.
79.

7
4. Makruh
Hukum menikah menjadi makruh apabila orang yang akan melakukan
pernikahan telah memiliki keinginan atau hasrat tetapi ia hanya memiliki
bekal untuk biaya pernikahan namun belum mempunyai bekal untuk
memb erikan nafkah.
5. Haram
Hukum menikah menjadi haram bagi orang yang akan melakukan
pernikahan tetapi ia mempunyai niat yang buruk, seperti niat menyakiti
perempuan atau niat buruk lainnya. Hukum menikah juga haram apabila
seseorang yang hendak menikah namun tidak memiliki biaya untuk
melaksanakan perkawinan dan dipastikan tidak mampu memberi nafkah
dan hak-hak istri serta keluarganya.5
E. Pernikahan yang tidak sah
Di antara pernikahan yang tidak sah dan dilarang oleh Rasulullah Saw adalah
sebagai berikut.
1. Pernikahan Mut`ah, yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu
tertentu, baik sebentar ataupun lama. Imam Madzhab empat sepakat bahwa
pernikahan ini haram dilakukan.
2. Pernikahan syighar, yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa
pemberian mahar. Dasarnya adalah hadis nomor 1415 yang disebutkan
dalam Kitab Shahih Muslim berikut :Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah saw melarang nikah syighar, yaitu seseorang menikah dengan
putri orang lain dengan syarat putrinya harus menikah dengannya tanpa
ada maskawin.” (HR. Muslim)
3. Pernikahan muhallil, yaitu seseorang menikahi wanita yang telah dicerai
tiga kali oleh suaminya untuk diceraikan lagi agar halal dinikahi kembali
oleh suaminya yang pertama, dan ini dilakukan atas perintah suami
pertama.
4. Pernikahan orang yang sedang ihram, baik ihram Haji atau Umrah serta
belum memasuki waktu tahallul. Dalam Kitab Shahih Muslim Nabi

5
Umar Haris Sanjaya, Hukum Pernikahan Islam, 50.

8
Muhammad Saw. bersabda: Artinya: Aban berkata,”Saya pernah
mendengar Utsman bin Affanmengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Orang yang sedang berihram tidak diperbolehkan untuk menikahkan,
dinikahkan dan meminang.” (HR. Muslim)
5. Pernikahan dalam masa iddah, yaitu pernikahan seorang laki-laki dengan
seorang perempuan yang masih dalam masa iddah, baik karena bercerai
atau suami meninggal dunia. Allah Swt.
6. Pernikahan tanpa wali, yaitu pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki
dengan seorang wanita tanpa dihadiri walinya.
7. Pernikahan dengan wanita musyrik (menyekutukan Allah)
8. Menikahi mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena
pernikahan atau karena sepersusuan.6
F. Tujuan Pernikahan
Seseorang harus memiliki tujuan yang baik ketika akan melakukan
pernikahan. Karena tujuan inilah yang akan memengaruhi kehidupan setelah
menikah. Tujuan menikah yang baik ialah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah).
Ketenteraman dan kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Menikah
merupakan salah satu cara supaya hidup menjadi bahagia dan tenteram.
2. Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang. Menikah merupakan salah
satu cara untuk membina kasih sayang antara suami, istri dan anak.
3. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah
dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah
tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di
samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai
menyetubuhi istripun termasuk ibadah (sedekah).
4. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi Pernikahan adalah
fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu

6
Jamaluddin, Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Press, 2016), Hlm.47.

9
dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang
diharamkan oleh Islam.
5. Untuk Membentengi Ahlak yang Luhur
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam diantaranya
ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji,
yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur.
Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana
efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan
melindungi masyarakat dari kekacauan.
6. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan di antaranya ialah untuk melestarikan dan
mengembangkan bani Adam, Allah berfirman : “Artinya : Allah telah
menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS. An-Nahl : 72).
Dan yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar
memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang
berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.7
G. Hikmah pernikahan
Hikmah pernikahan dalam Islam diantaranya :
1. Dapat melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya
2. Terbentuknya keluarga bahagia dan saling menyayangi
3. Terjalinnya hubungan yang diridhai oleh Allah antara laki-laki dan
perempuan
4. Mendapatkan generasi penerus yang sah
5. Mendatangkan pahala dan menjauhkan dari dosa besar zina
6. Terjalinnya tali silaturahmi antar keluarga dari pihak suami dan istri
7. Membukakan pintu rezeki dari Allah SWT.

7
Jamaluddin, Hukum Perkawinan,hlm.48-49.

10
BAB III
KESIMPULAN
1. Kata “nikah ( ‫ ”) نكاح‬term yang terdapat dalam bahasa Arab yang berasal dari
akar kata na-ka-ha, yang artinya kawin atau perkawinan. Sedangkan Menurut
istilah nikah berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan
diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan
penghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela
demi terwujudnya keluarga bahagia yang diridhoi oleh Allah SWT Dengan
tujuan untuk menciptakan kehidupan yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
2. Dasar disyariatkana perkawinan terdapat firman Allah dalam Al- Qur’an,
diantarana QS. Ar-rum ayat 21 dan surat An-nahl ayat 72.
3. Rukun menikah ada lima, yaitu: calon suami, calon Istri, wali, dua orang
saksi, dan sighat (Ijab dan Qabul).
4. Hukum asal melaksanakan pernikahan adalah mubah (boleh). Hukum ini
dapat berubah disebabkan pada keadaan tertentu. Diantaranya sunnh, wajib,
mubah, makruh dan haram.
5. Pernikahan yang tidak sah dan dilarang oleh rosulullah diantaranya :
pernikahan mut’ah, pernikahan syighar, Pernikahan muhallil, Pernikahan
orang yang sedang ihram, Pernikahan dalam masa iddah, Pernikahan tanpa
wali, Pernikahan dengan wanita musyrik (menyekutukan Allah), dan
Menikahi mahram.
6. Tujuan pernikahan yang baik adalah Untuk memperoleh kebahagiaan dan
ketenangan hidup (sakinah), Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang,
Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah, Untuk Membentengi Ahlak yang
Luhur, Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih.
7. Sedangkan hikmah dalam islam yaitu : Dapat melaksanakan perintah Allah
dan Rasul-Nya, Terbentuknya keluarga bahagia dan saling menyayangi,
Terjalinnya hubungan yang diridhai oleh Allah antara laki-laki dan
perempuan, Mendatangkan pahala dan menjauhkan dari dosa besar zina,
Terjalinnya tali silaturahmi antar keluarga dari pihak suami dan istri,
Membukakan pintu rezeki dari Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hikmatullah. 2021, Fiqh Munakahat Pernikahan dalam Islam. Jakarta: Edu


Pustaka.
Jamaluddin.2016, Hukum Perkawinan, Sulawesi: Unimal Press.
Sanjaya, Umar Haris. 2017, Hukum Pernikahan Islam. Yogyakarta: Gama Media.
https://an-nur.ac.id/24254-dasar-hukum-menikah-dalam-islam2/

12

Anda mungkin juga menyukai