Surat Al Muzammil 20 (perintah baca al Qur’an): ْ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ُؤ فاقر ا ما تيسسر ِمن القر ِأن Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an Liahat surat Al Muzammil 4 (baca al Qur’an dengan tartil) Lihat Surat al Anfal 2(dengan membaca al Qur’an iman tambah kuat) Lihat surah al A’raf 204 (mendengarkan bacaan al Qur’an) Hadits Riwayat Imam Ahmad sbb: هللا َع َل ْيه َو َس َّل َمْ :اق َر ُءوا ْال ُق ْر َآن؛ َف َّن ُه َيْأ تي َشفيعاً ص َّلى ُ ال َر ُسو ُل هللا ََ َ ق ِ ِ ِإ ِ ِ َْ َ ْ َ َ َ يوم ال ِقيام ِة ِلص ِاح ِب ِه Rasulullah saw bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat )kepada pemilik (pembaca, pengamalnya Hadits Riwayat Ibnu Mas’ud: الل ُه َع َل ْيه َو َس َّلمَ: َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َّ َ َّ َّ ى ل ص ه الل ود ،يقول :قال رسول ٍ ع س م ن ب ه الل د ب ع عن ِ َ َ َ ٌ َ َ َ َ ُ َ ْ َأ ْ َ َ اَلِ ِ ُ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َأ َ ْ ً اب َأ الل ِه فله ِب ِه حسنة ،والحسنة ِبعش ِر مث ِالها، ِ َأمن قر حرفا ِمن ِكت َ ْ ٌ َ َ ْ ٌ َ ْ ٌ َ اَل ٌ َ ْ ٌ َ ٌ َ ْ ٌ ُ ُ قول الم حرف ،ول ِكن ِلف حرف و م حرف و ِميم حرف • Membaca Al-Quran juga termasuk ke dalam ibadah paling utama di antara ibadah-ibadah lainnya. Sebagaimana yang sudah diriwayatkan oleh an- Nu‘man ibn Basyir: • Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al- Qur’an.” (HR. al-Baihaqi) • Menurut hadits riwayat Abu Dawud: Orang mukmin yang suka membaca Al-Quran seperti buah yang manis dan harum. Sementara, bagi orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran akan digambarkan seperti buah yang manis namun tidak harum. Keutamaan khusus: Surah Yasin Surah Al Kahfi Surah Ar Rahman Surah al Waqi’ah Surah Al Mulk Surah Al Kafirun Surah Al falaq Surah An Naas Surah Al Ikhlas Dll Ayat-ayat tertentu Keutamaan membaca Al Qur’an: 1. Dinilai ibadah (mendapat pahala) 2. Dapat memberi pertolongan di hari Kiamat 3. Menenteramkaan hati. 4. Menyinari kehidupan manusia. 5. Mendapat kedudukan yang tinggi di akhirat. 6. Di akhirat kumpul bersama malaikat. 7. Dan lain-lain Cara membaca al Qur’an: 1. Berpedoman ilmu tajwid. Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Alquran. Macam-macam bacaan Al Qur’an: 2.Bacaan mim sukun 3.Bacaan nun sukun dan tanwin 3. Bacaan yang berhubungan dengan idghom 4. Bacaan lam ta’rif 5. Bacaan qalqalah 6. Bacaan mad 7. Makharijul huruf al Qur’an 8. Waqaf dan Washal 2. Berpedoman ilmu qiroat Menurut Al Jazari, qira’at adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara mengucapkan katakata Al-Qur’an dan perbedaan perbedaannya dengan cara menisbahkan kepada penukilnya. Menurut Azzarkasyi qira’at adalah perbedaan cara-cara melafalkan Al-Qur’an, baik mengenai huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut seperti takhfif (meringankan), tasqil (memberatkan) atau yang lainnya. Syarat qiraat yang benar 1. Qiraat harus sesuai dengan kaidah bahasa arab, misalnya dalam segi kefasihannya. 2. Qiraat harus sesuai dengan rasm Utsmani. Jika terdapat sedikit perbedaan dalam qiraat ini, masih bisa ditoleransi. 3. Qiraat harus memiliki sanad yang sahih. Jika tidak memenuhi salah satu dari ketiga syarat ini, bacaan tersebut tidak benar. Macam-macam Qiroat: 1. Ditinjau dari segi kuantitas: a. Qira’at Sab’ah (qira’at tujuh) yaitu qira’at yang disandarkan kepada tujuh imam qira’at yang tujuh, yakni: Abdullah al-Katsir al-Dari, Nafi’ bin Abdrrahman bin Abi Naim, Abdullah al- Yasibi, Abu Amar, Ya’kub, Hamzah dan Ashim b. Qira’at ‘Asyarah (qira’at sepuluh), yaitu qira’at tujuh ditambah tiga ahli qira’at yaitu Yazid bin al-Qa’qa alMaksumi al-madani, Ya’kub bin Ishak dan Khallaf bin Hisyam. c. Qira’at Arba’ah ‘Asyarah (qira’at empat belas), yaitu qira’at sepuluh ditambah empat imam qira’at yaitu: Hasan Basri, Muhammad bin Abdul Rahman, Yahya bin al-Mubarak dan Abu al-Farj Muhammad bin Ahmad asy-Syambusy. 2. Ditinjau dari segi Kualitas: a. Qira’at mutawatir yaitu qira’at yang disampaikan oleh sekolompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Sebagian ulama sepakat yang termasuk dalam kelompok ini adalah qira’ah sab’ah, qira’at asyarah, dan qira’at arba’ah asyarah. b. Qira’at masyhur yaitu, qira’at yang memiliki sanad yang shahih, tetapi tidak sampai pada kualitas mutawatir, hanya sesuai dengan kaedah bahasa Arab dan tulisan mushaf usmani. c. Qira’at ahad yaitu, qira’at yang memiliki sanad shahih, tetapi menyalahi tulisan mushaf usmani dan kaedah bahasa Arab. d. Qira’at syadz yaitu qira’at yang sanadnya tidak shahih. e. Qira’at yang menyerupai hadis mudraj (sisipan) yaitu adanya sisipan pada bacaan dengan tujuan penafsiran. Sebab-sebab timbulnya perbedaan qiraat: 1. Berdasarkan Latar belakang Historis Qira’at sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi saw., walaupun pada saat itu qira’at bukan merupakan suatu disiplin ilmu, karena perbedaan para sahabat melafazkan Al-Qur’an dapat ditanyakan langsung kepada Nabi saw., sedangkan Nabi tidak pernah menyalahkan para sahabat yang berbeda itu, sehingga tidak panatik terhadap lafaz yang digunakan atau yang pernah didengar Nabi. 2. Berdasarkan Cara Penyampaian Sesuai dengan latar belakang historis bahwa setelah para sahabat tersebar, maka mereka membacakan qira’at Al-Qur’an kepada murid- muridnya secara turun temurun, sehingga pada akhirnya murid-murid lebih suka mengemukakan qira’at gurunya dari pada mengikuti qira’at imam-imam yang bukan gurunya. Perbedaan bentuk cara melafadzkan antara mereka diantaranya seperti berikut: a. Perbedaan dalam I’rab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat. Misalnya dapat dilihat dalam Qs. an-Nisa/4: 37 (kata bil-bukhli yang berarti kikir dapat dibaca fathah pada huruf ba-nya, sehingga dapat dibaca bil-bakhli tanpa perubahan makna). b. Perubahan pada I’rab dan harakat, sehingga dapat merubah maknanya. Misalnya dalam Qs. Saba’/34:19 (Kata baa’id artinya jauhkanlah, yang kedudukannya sebagai fi’il amr, boleh juga dibaca ba’ada yang kedudukannya menjadi fi’il madhi, sehingga maknanya berubah, yakni “telah jauh”. c. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisan, sedang makna berubah. Misalnya dalam Qs.al-Baqarah/2: 259 (Kata nunsyizuha “kami menyusun kembali” ditulis dengan huruf za’ diganti dengan huruf ra’, sehingga berubah bunyi menjadi nunsyiruha yang berarti “khidupkan kembali”). d. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisan, tapi makna tidak berubah. Misalnya dalam Qs. al-Qari’ah/101: 5 (Kata ka-al- ‘ihni “bulu-bulu” kadang dibaca kaash-shufi “bulu-bulu domba”). Perubahan ini berdasarkan ijmak ulama, namun tidak dibenarkan karena bertentangan dengan mushaf Usmani. Berikut ini beberapa contoh variasi qiroat dariayat keempat surat al-Fatihah, baik yang dapat dipakai maupun yang tidak dapat dipakai karena termasuk ahad (tidak mutawatir) atau bahkan syadz (menyalahi yang lebih kuat): Qiroaat yang mutawatir, dan dipakai sampai sekarang: 1- Qiraat Ashim, al Kisa'i, Ya'qub dan Khalaf bin Hisyam:ما ِل ِك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن َ 2- Qiraat Nafi', Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu Amir dan Hamzah: َملِ ِك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن Qiroat-qiroat yang tidak dipakai karena riwayat nya ahad atau syadz adalah sbb: 1- Diriwayatkan dari Aisyah dan Sa'ad bin Abi Waqqash: َملِ ُك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن 2- Diriwayatkan dari Anas bin Malik: َملِ َك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن 3- Bacaan al A'mash dan al Mathu'i, diriwayatkan dari Abu Hurairah:َما ِل َك يَ ْو ِم ا ل ِّد ْي ِن 4- Bacaan Yahya bin Ya'mar dan Abu Hanifah, diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib:َملَ َك يَ ْو َم ا ل ِّدي ِْن 5- Bacaan as Sya'bi dan Abu Usman an Nahdy: ِم ْل ِك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن 6- Bacaan Ashim al-Juhduri, diriwayatkan dari Abu Hurairah: َم ْل ِك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن 7- Bacaan Aun bin Abi Syaddad al-Aqiily, diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz: ك يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن ُ ِٰمل 8- Bacaan Abu Ubaid dan Aun al-Aqiily:َما ِل ٌك يَ ْو َم ا ل ِّدي ِْن 9- Bacaan Abu Raja al-Athaaridy, diriwayatkan dari Ubay bin Kaab:َملِي ِْك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن 10- Bacaan Ibnu Abi Ashim:ِم ْل ًكا يَ ْو َم ا ل ِّدي ِْن 11- Dalam sebuah riwayat di kitab al Bahrul Muhith tanpa menyebut nama: َماّل ِك يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن 12- Dalam sebuah riwayat di kitab al Bahrul Muhith tanpa nama:َم ْل َك يَ ْو ِم ا ل ِّدي ِْن • Bangsa Arab merupakan komunitas dari berbagai suku di mana setiap suku mempunyai dialek yang berbeda, namun demikian mereka menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa bersama dalam berkomunikasi. • Kenyataan tersebut membawa suatu konsekuensi lahirnya berbagai macam qira’at dalam melafazkan Al-Qur’an. • Namun Rasulullah saw. senantiasa membenarkan qira’at mereka, karena AlQur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf, artinya sebagai kemudahan bagi umat Islam dalam melafazkan atau membaca AlQur’an. Tugas-9 1. Tulislah contoh bacaan nun sukun/tanwin masing masing satu dan jelaskan cara membacanya. 2. Sebutkan macam-macam bacaan mad, lengkap dengan contohnya.