Anda di halaman 1dari 13

MEMAHAMI HUKUM BACAAN WAQAF DAN WASHAL

KELOMPOK VII/ PAI-1 SEMESTER IV


FALDY ANANTA NIM 0301182103
MUHAMMAD TAUFIQ BONA PARTE NIM 0301181037
MULKAN WILDANIL AKBAR NIM 0301183245
SITI MUTIAH SIREGAR NIM 0301183287
A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad
untuk dijadikan pedoman atau pegangan bagi umat manusia. Mempelajari Al-Qur’an hukumnya
adalah wajib, mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah dan menggunakan ilmu tajwid
dalam membaca Al-Qur’an hukumnya fardhu ‘ain. Dalam membaca Al-Qur’an ada kaidah-
kaidah atau aturan yang harus dipelajari, kaidah dan aturan membaca Al-Qur’an ini dipelajari
dalam ilmu tajwid. Allah Swt. berfirman:

‫َو َرتِّ ِل ۡٱلقُ ۡر َءانَ ت َۡرتِياًل‬

Artinya: “Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S Al-Muzzammil/73: 4)


Salah satu bab yang dipelajari dalam ilmu tajwid ini adalah tentang waqaf dan washal.
Secara ringkasnya waqaf ini adalah memutuskan suara pada akhir kalimat saat membaca Al-
Qur’an dengan niat melanjutkan bacaan sedangkan washal adalah menyambung bacaan tanpa
bernafas meskipun sebenarnya boleh berhenti. Penting membelajari waqaf dan washal ini karena
jika kita salah tempat dalam berhenti atau salah tempat dalam melanjutkan bacaan bisa jadi
merubah makna dari ayat tersebut.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang waqaf dan washal yang mana sub
pembahasannya terdiri dari: 1) Definisi waqaf, 2) Pembagian waqaf, 3) Tanda-tanda waqaf, 4)
Cara membunyikan bacaan waqaf, 5) Definisi Washal, 6) Jenis-jenis washal.

B. Waqaf
1. Definsi Waqaf
Dari segi Bahasa waqaf berasal dari Bahasa Arab yakni waqafa, waqifu, waqfan dari kata
waqfan atau waqf berat diucapkan di lidah maka menjadi waqaf untuk memudahkan bacaan,
bahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi waqaf.1 Dalam kamus Bahasa Arab juga diartikan
berdiri setelah duduk, berhenti setelah berjalan, dan seterusnya. Jadi dalam bahasa waqaf sama
dengan stop atau berhenti setelah berjalan.2 Maksud waqaf disini adalah berhenti atau
memutuskan suara bacaan pada akhir kata, akhir kalimat, atau akhir ayat, karena keterbatasan
kekuatan Panjang dan pendek napas seseorang atau dengan sengaja berhenti karena ada tanda
waqaf
Waqaf adalah salah satu tanda baca dalam Al-Qur’an. Tanda waqaf artinya berhenti.3
Waqaf ialah memutus suara sesaat pada akhir kata tanpa bernafas sejenak dengan niat
melanjutkan bacaan. 4 Waqaf artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur’an, baik di
akhir ayat maupun di tengah-tengah ayat yang disertai nafas, sedangkan berhenti ketika
melakukan tilawah Al-Qur’an memerlukan pengetahuan yang dengan tanpa nafas disebut saktah.
khusus agar tilawah terdengar bagus. Ali bin Abi Thalib ra. Menafsirkan kata-kata at-tartil
dalam surat Al-Muzzammil ayat empat dengan:

‫ْرفَةُ ُوقُ ْوفِ ِه‬


ِ ‫تَجْ ِوي ُدهُ َو َمع‬

“Membaguskan dan mengetahui tempat-tempat pemberhentian yang tepat”.


Untuk mengetahui tempat-tempat berhenti yang tepat diperlukan pemahaman terhadap
ayat-ayat yang dibaca, sehingga setiap pemberhentian memberi kesan arti yang sempurna. Oleh
karena itu, mereka yang sudah memahami Al-Qur’an dengan baik, maka dirinya dapat
menentukan pemberhentian yang tepat walaupun tanpa terikat dengan tanda-tanda waqaf.
Oleh karena itu, mengikuti tanda-tanda waqaf yang ada dalam Al-Qur’an kedudukannya
tidaklah dihukumi wajib atau haram syari’i bagi yang melanggarnya. Kecuali dengan sengaja
untuk mengaburkan makna, sebagaimana perkataan imam Jazari:

ْ‫ير َمالَهُ َسبَب‬ ٍ ‫يس فِي القُرْ َءا ِن ِم ْن َو ْق‬


ِ ‫ف َو َجبْ * َوال َح َر ٍام َغ‬ َ َ‫َول‬

1
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at. (Jakarta: Amzah. 2008), h. 72
2
Ahmad Muzzammil, Panduan Tahsin Tilawah Kajian Ilmu Tajwid Semester I. (Jakarta: Ma’had Qur’an
Nurul Hikmah. 2009) Hal. 12
3
Kementrian Agama, Buku Siswa Al-Qur’an dan Hadis Madrasah Ibtidaiyah Kelas V, (Jakarta:
Kementrian Agama, 2015), h. 77
4
Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid: Kaidah Membaca Al-Qur’an yang
Disusun Secara Sistematis dan Aplikatif, Terj. Rosyad Nur Ilyas, (Solo: Taqiya Publishing, 2014), h, 168
“Di dalam Al-Qur’an tidak ada waqaf yang berhukum wajib syar’i, juga tidak ada yang
berhukum haram syar’I, kecuali karena satu sebab”.
Contoh waqaf yang merubah arti:

‫ق‬ ْ ُ‫ال‬xَ‫ير َون َۡح ُن أَ ۡغنِيَٓا ۘ ُء َسن َۡكتُبُ َما ق‬


ّ ٖ x‫ ِر َح‬x‫ٓا َء بِغ َۡي‬xَ‫وا َوقَ ۡتلَهُ ُم ٱأۡل َ ۢنبِي‬ ٞ ِ‫لَّقَ ۡد َس ِم َع ٱهَّلل ُ قَ ۡو َل ٱلَّ ِذينَ قَالُ ٓو ْا إِ َّن ٱهَّلل َ فَق‬
‫يق‬ ۡ َ ‫وا َع َذ‬ ْ ُ‫َونَقُو ُل ُذوق‬
ِ ‫اب ٱل َح ِر‬

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya


Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka
membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):
"Rasakanlah olehmu azab yang membakar"”. (Q.S Ali ‘imran: 181)
Berhenti pada kata faqir berarti sebuah pernyataan yang salah. Maka haram hukumnya
bila dilakukan dengan sengaja. Seharusnya berhenti pada kata yang berarti “Dan kami kaya”

ۘ‫أَ ْغنِيَآ ُء‬ ُ‫ َونَحْ ن‬5

2. Pembagian Waqaf
Waqaf itu terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Waqaf Intizhari
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan khusus dalam proses
belajar mengajar Al-Qur’an, hal ini dilakukan dalam rangka untuk menguasai cara membacanya
dan hukumnya boleh.6 Waqaf ini adalah waqaf yang dilakukan oleh sesorang yang ingin
mengumpulkan beberapa riwayat dari sepuluh qira’ah yang mutawatir. Ia berhenti setiap kata
agar bisa meneruskan yang lain dengan bermacam bacaan yang ada.7
b. Waqaf Ikhtibari
Yaitu waqaf yang berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang
ustadz dalam proses menguji muridnya, hal ini hukumnya boleh.
c. Waqaf Idhthirrari

Abdul Aziz Abdurya Rauf dan Al-Hafizh, Pedoman Dauroh Al-Qur’an: Kajian Ilmu Tajwid Disusun
5

Secara Aplikatif, (Jakarta: Markaz Al Qur’an), h. 133-134.


6
Ibid, h. 134
7
Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid: Kaidah Membaca Al-Qur’an yang
Disusun Secara Sistematis dan Aplikatif, Terj. Rosyad Nur Ilyas, h. 169.
Yaitu waqaf pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan dalam keadaan darurat,
terpaksa atau tidak sengaja karena kehabisan nafas, lupa, bersin, batuk, menguap, menjawab
salam dan sebagainya. Hal ini diperbolehkan.
d. Waqaf Ikhtiyari
Waqaf ini juga disebut waqaf Ijtihadi, yaitu berhenti dengan pilihan sendiri. Hal ini
hanya dapat dikuasai oleh orang yang memahami kaidah bahasa arab.
Karena memilih sendiri tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat untuk berhenti,
maka waqaf khitiyari bisa terjadi empat kemungkinan, yaitu:
a. Al-Waqfu At-Tammu
yaitu waqaf pada ayat yang sudah sempurna artinya dan tidak ada hubungan dengan ayat
sesudahnya, baik secara lafaz maupun arti. Oleh karena itu pembaca setelah berhenti membaca
langsung memulai dengan ayat berikutnya. Hal ini terjadi ketika waqaf ini berada di ujung ayat
atau waqaf pada akhir sebuah cerita. Seperti waqaf pada ayat:

ِ ‫ك يَ ۡو ِم ٱلد‬
‫ِّين‬ ِ ِ‫ٰ َمل‬
ُ ‫ك ن َۡعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن َۡستَ ِع‬
‫ين‬ َ ‫إِيَّا‬
Artinya: “Yang menguasai dihari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Q.S Al-Fatihah: 4-5)
Ayat ke lima menjelaskan tentang pemujaan kepada Allah, dan ayat setelahnya
merupakan ungkapan komunikasi dengan Allah.

ٓ ٓ
َ‫ك هُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬َ ِ‫ك َعلَ ٰى هُ ٗدى ِّمن َّربِّ ِهمۡ ۖ َوأُوْ ٰلَئ‬َ ِ‫أُوْ ٰلَئ‬
َ‫ُوا َس َوٓا ٌء َعلَ ۡي ِهمۡ َءأَن َذ ۡرتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُن ِذ ۡرهُمۡ اَل ي ُۡؤ ِمنُون‬
ْ ‫إِ َّن ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
Ujung ayat yang pertama penetapan bahwa orang-orang yang bertaqwalah yang
mendapat hidayah dan beruntung, ayat yang kedua menjelaskan keadaan orang-orang kafir.
Boleh jadi waqaf ini terjadi sebelum akhir ayat.
b. Al-Waqfu Al-Kaafii
Yaitu waqaf pada ayat yang sudah sempurna artinya, namun ayat selanjutnya masih ada
hubungan lafaz. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk langsung memulai dari ayat
selanjutnya.
Contoh:
xَ ُ‫ُوا َس َوٓا ٌء َعلَ ۡي ِهمۡ َءأَن َذ ۡرتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُن ِذ ۡرهُمۡ اَل ي ُۡؤ ِمن‬
‫ون‬ ْ ‫إِ َّن ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
ۖ
ِ ‫ة َولَهُمۡ َع َذابٌ ع‬ٞ ‫م ِغ ٰ َش َو‬xۡ‫ص ِر ِه‬
‫يم‬ٞ ‫َظ‬ َ ٰ ‫َختَ َم ٱهَّلل ُ َعلَ ٰى قُلُوبِ ِهمۡ َو َعلَ ٰى َسمۡ ِع ِهمۡۖ َو َعلَ ٰ ٓى أَ ۡب‬
Artinya:
6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.
Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al-Baqarah: 5-6)
Berhenti pada kata Laa Yu’minuun adalah sebuah ungkapan yang sempurna. Perkataan
selanjutnya secara arti masih terkait dengan yang sebelumnya, namun dari segi lafaz merupakan
susunan kata yang baru
c. Al-Waqfu Al-Hasanu
Yaitu waqaf pada ayat yang sempurna artinya. Namun secara arti dan lafaz masih
terdapat hubungan. Oleh karena itu sangat dianjutkan untuk memulai dari ayat sebelumnya,
kecuali berhenti di akhir ayat.
Contoh:

َ‫صلَ ٰوةَ َو ِم َّما َرزَ ۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬ ِ ‫ٱلَّ ِذينَ ي ُۡؤ ِمنُونَ بِ ۡٱلغ َۡي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ٱل‬
Berhenti pada kata Yuqiimuunash Shalaat adalah sebuah ungkapan yang sempurna, tetapi
lebih dianjurkan memulai kembali dari Wa Yuqiimuunash Shalaat karena ayat selanjutnya masih
ada hubungan arti dan lafaz. Dalam bahasa arab diistilahkan ma’tuf, kecuali apabila diakhir ayat.
Maka sebagian ulama menetapkan tidak perlu memulai dari kata sebelumnya, karena sebuah
riwayat mengatakan bahwa Rasulullah selalu berhenti di akhir ayat.

َ‫هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬


َ‫صلَ ٰوةَ َو ِم َّما َرزَ ۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬ ِ ‫ٱلَّ ِذينَ ي ُۡؤ ِمنُونَ بِ ۡٱلغ َۡي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ٱل‬
Artinya
2. …. Perunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
3. yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. (Q.S Al-Baqarah: 2-3)
d. Al-Waqfu Al-Qabiih
Yaitu waqaf pada ayat yang belum sempurna artinya karena adanya keterkaitan dengan
kata berikutnya, baik secara lafaz maupun arti, sehingga menimbulkan kesan arti yang tidak
bagus atau yang merusak, contoh:
َ‫ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬.… ِّ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ َرب‬
Waqaf seperti diatas hukumnya tercela, apabila dilakukan dengan sengaja kecuali karena darurat,
yang disebabkan nafas tidak kuat, bersin, menguap dan hal lainnya. Sedang yang merusak arti
seperti contoh yang kami sebutkan, contoh lain:
‫ إال هللا‬....‫ال إله‬
Jika berhenti pada kata Ilaaha menunjukkan kesan arti yang bertentangan dengan
aqidah.8
3. Tanda-tanda Waqaf.
a. Lazim ( ‫)م‬
Lazim artinya harus, maksudnya harus berhenti atau lebih utama waqaf dari pada di
washalkan (disambungkan/ tidak waqaf). Contohnya sebagaimana dalam surat Al-An’am
ayat 36.

َ‫ُونَ َو ۡٱل َم ۡوت َٰى يَ ۡب َعثُهُ ُم ٱهَّلل ُ ثُ َّم إِلَ ۡي ِه ي ُۡر َجعُون‬
ۘ ‫۞إِنَّ َما يَ ۡستَ ِجيبُ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡس َمع‬
b. Laa Waqfa Fihi (‫)ال‬
Menunjukkan dilarang berhenti. Contohnya pada surat Al-Baqarah ayat 2.

َ ۛ ‫ٰ َذلِكَ ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬


َ‫ب فِي ۛ ِه هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬
c. Al-Washl Aula (‫)صلى‬
Menunjukkan waqaf atau washal, namun tidak berhenti lebih utama, seperti dalam Surat
Muhammad ayat 10.

ٞ ‫اشفَ لَ ٓۥهُ إِاَّل هُ ۖ َو َوإِن يَمۡ َس ۡسكَ بِخ َۡي ٖر فَهُ َو َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِد‬
‫ير‬ ُ ِ‫َوإِن يَمۡ َس ۡسكَ ٱهَّلل ُ ب‬
ِ ‫ض ٖ ّر فَاَل َك‬

d. Jaiz (‫)ج‬
Tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja, keduana boleh dilakukan,
contohnya pada surat Al-Anfal ayat 13.

ِ ‫ق ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ فَإ ِ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ۡٱل ِعقَا‬


‫ب‬ ْ ُّ‫ٰ َذلِكَ بِأَنَّهُمۡ َشٓاق‬
ِ ِ‫وا ٱهَّلل َ َو َرسُولَ ۚۥهُ َو َمن يُ َشاق‬
e. Al-Waqaf Aula (‫)قلى‬

8
Abdul Aziz Abdurya Rauf dan Al-Hafizh, Pedoman Dauroh Al-Qur’an: Kajian Ilmu Tajwid Disusun
Secara Aplikatif, hlm. 134-138.
Tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti walaupun nafas masih kuat. Contoh
pada surat Fushshilat ayat 43.

ُ‫ ه‬x‫ك ِّم ۡن‬


ّ ٖ ‫ض َي بَ ۡينَهُمۡۚ َوإِنَّهُمۡ لَفِي َش‬ َ ِّ‫ة َسبَقَ ۡت ِمن َّرب‬ٞ ‫ٱختُلِفَ فِي ۚ ِه َولَ ۡواَل َكلِ َم‬
ِ ُ‫ك لَق‬ َ َ‫َولَقَ ۡد َءات َۡينَا ُمو َسى ۡٱل ِك ٰت‬
ۡ َ‫ب ف‬
‫يب‬
ٖ ‫ُم ِر‬
f. Mu’anaqah (titik tiga berjumlah dua)
Tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata. Contoh ada pada surat Al-Baqarah ayat
2.

َ ۛ ‫ٰ َذلِكَ ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬


َ‫ب فِي ۛ ِه هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬
Sebagian tanda waqaf memakai istilah lain seperti:
a. Muthlaq (‫)ط‬. Boleh berhenti boleh terus, namun lebih baik berhenti.
b. Mustahabbu (‫)قف‬. Anjuran untuk berhenti
c. Mujawwaz (‫)ز‬. Tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah lebih utama.
d. Murakhkhash (‫)ص‬. Sama dengan Mujawwaz.
e. Qila Waqaf (‫)ق‬. Sebagian ulama berpendapat bahwa disini boleh waqaf, namun washal
lebih bagus.
f. Waqaf Munazzal (‫)سى‬. Waqaf yang menunjukkan bahwa ditempat itulah jibril berhenti
ketika menyampaikan wahyu. Istilah ini hanya dikenal di sebagian mushaf saja.9
4. Cara Membunyikan Bacaan Waqaf
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam membunyikan bacaan wakaf, di
antaranya adalah10:

a. Menghilangkan tanda bacaan tanwin dan diganti dengan tanda bacaan aslinya, seperti
fathatain diganti dengan fathah. Sedang tanwin lainnya, yakni kasratain dan dhammatain
diganti dengan sukun atau mati. Adapun contohnya:

NO Tertulis Dibaca

1 ً‫َح َرا ًما َو َحاَل ال‬ ‫َح َرا ًما َو َحاَل اَل‬

Abdul Aziz Abdurya Rauf dan Al-Hafizh, Pedoman Dauroh Al-Qur’an: Kajian Ilmu Tajwid Disusun
9

Secara Aplikatif, hlm. 138-141.

10
Marzuki, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2 SMP, (Surakarta: Mediatama, 2006), hlm. 11-14.
2 ٍ َ‫َذاتَ لَه‬
‫ب‬ ْ‫َذاتَ لَهَب‬

3 ‫هُ َو هللاُ أَ َح ٌد‬ ‫هُ َو هللاُ أَ َح ْد‬

b. Mematikan huruf terakhir pada lafazh yang diwaqafkan. Cara ini dapat dilakukan pada
hal-hal di bawah ini:
1) Huruf terakhir pada lafazh yang diwaqafkan sudah mati. Cara membacanya seperti
apa adanya. Contoh:
NO Tertulis Dibaca

1 ْ َ‫لَهَا َما َك َسب‬


‫ت‬ ْ َ‫لَهَا َما َك َسب‬
‫ت‬

2 ‫َو الضُّ حى‬ ‫َو الضُّ حى‬

3 ِ ‫َو ال َّش ْم‬


‫س وضُحيهَا‬ ِ ‫َو ال َّش ْم‬
‫س وضُحيهَا‬

2) Huruf terakhir berharakat tanwin kasratain dan dlammatain, seperti dijelaskan dan
dicontohkan di atas.
3) Huruf terakhir berharakat fathah, kasrah, atau dlammah. Contoh:

NO Tertulis Dibaca

1 َ ‫َو َما َك َس‬


‫ب‬ ْ‫َو َما َك َسب‬

2 ‫اَلَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬ ‫اَلَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ْم‬

3 ‫َما أَ ْعبُ ُد‬ ‫َما أَ ْعبُ ْد‬

c. Mematikan huruf terakhir dengan mengganti huruf ta’ marbuthah (‫ )ة‬menjadi ha’ (‫)ه‬.
ِ َ‫ َما ْالق‬dibaca ‫ار َع ْة‬
Contoh: ُ‫ار َعة‬ ِ َ‫َما ْالق‬
d. Mematikan dua huruf terakhir, jika huruf akhirnya hidup dan sebelumnya mati. Contoh:
‫صب ِْر‬ َ ‫ َوت‬dibaca ْ‫صبْر‬
َّ ‫َواصوْ ا بِال‬ َّ ‫صوْ ا بِال‬
َ ‫َوتَوا‬
e. Mematikan dua huruf terakhir seperti pada huruf d, hanya saja sebelum huruf terakhirnya
huruf mad (panjang). Cara membacanya harus dipanjangkan 1 alif, 2 alif, atau 3 alif,
karena menjadi bacaan mad ‘aridl lissukun atau mad lain. Contoh:

NO Tertulis Dibaca

1 َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬ ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ْن‬

2 ٍ ْ‫َوا َمنَهُ ْم ِم ْن خَ و‬
‫ف‬ ٍ ْ‫َوا َمنَهُ ْم ِم ْن َخو‬
‫ف‬

3 ٍ ‫ف قُ َر ْي‬
‫ش‬ ِ ‫إِل ِ ْياَل‬ ٍ ‫ف قُ َر ْي‬
‫ش‬ ِ ‫إِل ِ ْياَل‬

f. Memindahkan harakat huruf hidup terakhir pada huruf mati sebelum akhir. Contoh:

NO Tertulis Dibaca

1 َ ْ‫ت واأْل َر‬


‫ض‬ َ َ‫خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬ ْ‫ت واأْل َ َرض‬ َ َ‫َخل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬

2 ِ ‫بِ ْالقِس‬
‫ْط‬ ْ ‫بِ ْالقِ ِس‬
‫ط‬

C. Washal
1. Definisi Washal
Washal mempunyai akar kata dari ‫ َل‬xxxx‫ص‬
َ ‫( َو‬wa-sha-la) yang artinya sambung
menyambung.11 Menurut istilah washal berarti melanjutkan bacaan tanpa disertai bernafas,
meskipun boleh berhenti (waqaf). Artinya seorang yang membaca al-Qur’an dengan washal
berarti dia harus membaca terus bacaannya atau bacaan selanjutnya tanpa berhenti dan tanpa
bernafas.12 Ulama qurra’ menjelaskan bahwa washal adalah menyambungkan dua ayat yang
11
Mursal Aziz dan Zulkifli Nasution, Metode Pembelajaran Baca Tulis Alquran, (Medan: Pusdikra MJ,
2020), hlm.
12
Marzuki, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2 SMP, hlm. 10.
semestinya boleh berhenti. Karena nafas masih kuat dan kedua ayat tersebut boleh secara makna
untuk disambung dan tidak menyalahi secara lafaz dan makna.

Contohnya adalah ketika kita membaca surat Al-Ikhlas ayat 1 dan 2. Maka bacaannya
menjadi13:

َّ ‫قُلْ ه َُو هللاُ اَ َح َد ِن هللاُ ال‬


‫ص َم ُد‬
Walaupun sebenarnya boleh dibaca:
َّ ‫قُلْ ه َُو هللاُ اَ َح ًد * هللاُ ال‬
‫ص َم ُد‬

2. Jenis-jenis Washal
a. Washlul Isti’adzah bil Basmalah
Yaitu menyambung bacaan Isti’adzah dan Basmalah dalam satu nafas bacaan. Contohnya
adalah:

ِ ‫اَ ُعوْ ُذبِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِ الر‬


‫َّجي ِْم بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم‬
b. Washlul Jami’
Yaitu menyambung bacaan isti’adzah, basmalah dan awal surat dalam satu nafas bacaan.
Contohnya adalah:

‫اَ ُعوْ ُذبِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِ ال َّر ِجي ِْم بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم قُلْ هُ َو هللاُ أَ َح ٌد‬
c. Cara Membaca Basmalah Antara Dua Surat
1) Qoth’u Kulli
Memisahkan bacaan akhir surat, basmalah dan awal surat. Sehingga masing-masing
tersebut dibaca secara sendiri-sendiri. Cara ini merupakan yang terbaik. Contohnya:

ِ َّ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس َد * بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم * قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬
‫اس‬

2) Washlul Basmalah fii Awwalis Surah


Yaitu menyambung basmalah dengan permulaan surat setelahnya dan memutus
basmalah dengan akhir surat sebelumnya. Cara ini diperbolehkan walaupun tidak sebaik yang
pertama. Contohnya:

13
Al-Ikhlas, Panduan Praktis Ilmu Tajwid, (Padang: Zizi Publisher, 2020), hlm. 144.
ِ َّ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس َد * بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬
‫اس‬
3) Washlul Kulli
Yaitu menyatukan semuanya dan menjadikannya dalam satu nafas bacaan. Menyambung
akhir surat, basmalah dan awal surat. Cara ini juga boleh walaupun walaupun tidak sebaik cara
pertama. Contohnya:
ِ َّ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد إِ َذا َح َس َد بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬
‫اس‬
4) Washlul Akhiris Surah bil Basmalah
Yaitu menyambung antara akhir surat dengan basmalah dan memutus basmalah dengan
awal surat setelah basmalah. Cara ini tidak diperbolehkan oleh ulama qurra’ karena
dikhawatirkan adanya pemahaman bahwa basmalah itu bagian akhir dari suatu surat. Contohnya:

ِ َّ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس َد بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم * قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬
14
‫اس‬
D. Kesimpulan
waqaf iadalah memutuskan suara pada akhir kalimat saat membaca Al-Qur’an dengan
niat melanjutkan bacaan. Waqaf terbagi menjadi empat, yaitu Intizhari, Ikhtibari, Idhthirrari,
Ikhtiyari. Waqaf ikhtiyari terbagi lagi menjadi empat yaitu Al-Waqfu At-Tammu, Al-Waqfu Al-
Kaafii, Al-Waqfu Al-Hasanu, Al-Waqfu Al-Qabiil. Tanda tanda waqaf sendiri terdiri dari Lazim (
‫)م‬, Laa Waqfa Fihi (‫)ال‬, Al-Washl Aula (‫)صلى‬, Jaiz (‫)ج‬, Al-Waqaf Aula (‫)قلى‬, Mu’anaqah (titik
tiga berjumlah dua). Sebagian tanda waqaf memakai istilah lain seperti Muthlaq (‫)ط‬,
Mustahabbu (‫)قف‬, Mujawwaz (‫)ز‬, Murakhkhash (‫)ص‬, Qila Waqaf (‫)ق‬, Waqaf Munazzal (‫)سى‬.
Sedangkan washal adalah menyambung bacaan tanpa bernafas meskipun sebenarnya
boleh berhenti. Washal sendiri terdiri dari Washlul Isti’adzah bil Basmalah, Washlul Jami’,
Qoth’u Kulli, Washlul Basmalah fii Awwalis Surah, Washlul Kulli, Washlul Akhiris Surah bil
Basmalah.

14
Al-Ikhlas, Panduan Praktis Ilmu Tajwid, hlm. 145-146.
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. 2008. Praktikum Qira’at. Jakarta: Amzah.

Muzzammil, Ahmad. 2009. Panduan Tahsin Tilawah Kajian Ilmu Tajwid Semester I. Jakarta:
Ma’had Qur’an Nurul Hikmah.

Kementrian Agama. 2015. Buku Siswa Al-Qur’an dan Hadis Madrasah Ibtidaiyah Kelas V.
Jakarta: Kementrian Agama.

Mu’abbad, Ahmad Muhammad. 2014. Panduan Lengkap Ilmu Tajwid: Kaidah Membaca Al-
Qur’an yang Disusun Secara Sistematis dan Aplikatif. Terj. Rosyad Nur Ilyas. Solo:
Taqiya Publishing.

Rauf, Abdul Aziz Abdurya dan Al-Hafizh. T.th. Pedoman Dauroh Al-Qur’an: Kajian Ilmu
Tajwid Disusun Secara Aplikatif. Jakarta: Markaz Al Qur’an.

Marzuki. 2006. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2 SMP. Surakarta: Mediatama, 2006.
Aziz, Mursal dan Zulkifli Nasution. 2020. Metode Pembelajaran Baca Tulis Alquran. Medan:
Pusdikra MJ.

Al-Ikhlas. 2020. Panduan Praktis Ilmu Tajwid. Padang: Zizi Publisher.

Anda mungkin juga menyukai