Anda di halaman 1dari 18

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Al-Waqfu wa Al-Ibtida

Dosen Pengampu :

DR. H. Abdullah Munir, MA

Disusun Oleh :

Ulul Albab

NIM: S. 323241

INSTITUT PEMBINA ROHANI ISLAM JAKARTA ( IPRIJA )

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI SYARIAH

JAKARTA

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Puja dan puji
syukur kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Qiro’atil Qur’an
pada bab Waqof dan Ibtida’.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang


waqof dan ibtida’, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran
yang lebih dalam tentang masalah ini.Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang tanda waqaf (tanda-tanda berhenti dan tempatnya) dan


ibtida’ (memulai bacaan) berperan penting di dalam tatacara membaca al-Qur’an, dalam
rangka menjaga validitas makna ayat-ayat al-Qur’an, dan menghindari kesamaran serta
agar tidak jatuh ke dalam kesalahan. Dan pengetahuan ini membutuhkan pemahaman
yang mendalam tentang ilmu bahasa Arab (dengan berbagai macam cabangnya), ilmu
Qiro’at, dan ilmu Tafsir, sehingga tidak merusak makna ayat.

Seorang pembaca al-Qur’an diibaratkan sebagai seorang musafir, dan titik-titik


atau tempat di mana seorang pembaca berhenti diibaratkan sebagai tempat peristirahatan
baginya.

Manusia berbeda-beda dalam hal waqaf. Di antara mereka ada yang menjadikan
tempat waqaf sesuai dengan panjang nafasnya. Sebagian yang lain menjadikannya pada
setiap penghujung ayat. Dan yang paling pertengahan adalah bahwa terkadang waqaf
berada di tengah ayat, sekalipun yang lebih dominan adalah di akhir-akhir ayat. Dan
tidak setiap akhir ayat ada waqaf (tempat untuk berhenti), akan tetapi yang dijadikan
ukuran adalah makna dan nafas mengikutinya.

Dan seorang pembaca, apabila sampai pada tempat waqaf sedangkan nafasnya
masih kuat untuk sampai pada tempat waqaf berikutnya maka boleh baginya untuk
melewatinya (tidak berhenti) dan berhenti pada waqaf setelahnya. Namun jika nafasnya
tidak sampai ke waqaf berikutnya maka hendaknya ia tidak melewati waqaf tersebut
(hendaknya berhenti pada tempat waqaf pertama)

Seperti seorang musafir, jika menemukan tempat persinggahan yang subur,


teduh, banyak makanan dan dia tahu bahwa jika ia melewatinya (tidak singgah di sana)
ia tidak akan sampai pada persinggahan berikutnya, dan ia perlu untuk singgah di tempat
yang tandus, yang tidak ada apa-apanya (tidak teduh, tidak ada makanan dll), maka yang
lebih baik bagi orang itu adalah ia tidak melewati persinggahan yang subur tersebut.
Maka jika seorang pembaca al-Qur’an tidak mampu meneruskan bacaan disebabkan
pendeknya nafas, atau ketika waqaf pada tempat yang dimakruhkan untuk waqaf maka
hendaknya dia memulainya dari awal kalimat (ayat) supaya maknanya bersambung
antara satu dengan yang lain, dan supaya mulainya bacaan setelahnya tidak
mengakibatkan kerancuan (makna yang kurang tepat).

)181( }‫قَالُو ْا‬ َ ‫س ِم َع هّللا ُ قَ ْو َل الَّ ِذ‬


‫ين‬ َ ‫{لَّقَ ْد‬

”Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan:”….”


(QS. Ali ‘Imraan: 181)

Maka jika seseorang memulai bacaan dengan:

}‫{ِإنَّ هّللا َ فَقِي ٌر َونَ ْحنُ َأ ْغنِيَاء‬

”Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya….” (QS. Ali ‘Imraan: 181)

Maka ia telah berbuat kesalahan dengan memuali bacaan pada kata tersebut.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Waqaf dan ibtida’?

b. Ada berapa pembagian waqaf dan ibtida’?

c. Apa saja macam-macam tanda baca waqaf?

d. Bagaimana cara berwaqaf yang baik?

C. Tujuan

a. Dapat mengetahui pengertian waqaf dan ibtida’.

b. Dapat mengetahui pembagian waqaf dan ibtida’.

c. Mengetahui macam-macam tanda baca waqaf.

d. Dapat mengetahui cara berwwaqaf yang baik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waqaf

Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.

Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik
atau tanda di mana seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya)
pada tanda tersebut.Makna yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan
oleh para imam ahli Qir’at. Dengan demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat
tersebut dinamakan waqaf, sekalipun seorang pembaca al-Qur’an tidak berhenti di
tempat (posisi) tersebut.

Waqaf juga bisa diartikan memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran)


sebentar pada suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk
melanjutkan bacaan al-Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan
al-Qur’an sama sekali.

Perlu kita mengenal istilah-istilah terkait dengan membaca Al-Qur’an dan


menghentikan bacaan sebagai berikut :

1. Iftitah [ ‫ ] اِ ْفتِتَاح‬adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan


membaca isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan
membaca ayat.

2. Waqaf [ ْ‫ ] َوقَف‬adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata
untuk mengambil nafas dengan maksud hendak melanjutkan bacaan pada ayat
berikutnya.
3. Ibtida’ [ ‫ ] اِ ْبتِدَاء‬adalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf dari awal suku kata
pada ayat berikutnya.

4. Qatha’ [ ‫ ] قَطَ ْع‬adalah mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan memotong bacaan sama
sekali. Dan apabila hendak membuka bacaan kembali sesudah melakukan qatha’,
disunahkan membaca isti’adzah lagi.

Perhatikan contoh berikut ini :

ِ ‫ْـــم هللاِ الـرَّحْ ـ َم ِن الـر‬


‫َّحـي ِْم‬ ِ ‫ بِس‬- ‫َّجـي ِْم‬ ِ َ‫ـو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّشـ ْيط‬
ِ ‫ان الـر‬ ْ ‫اَ ُع‬

. ‫اس ال َخنَّاس‬ ِ ‫ ِم ْن َشرِّ ال َو ْس َو‬. ‫ اِل ِه النَّاس‬. ‫ َملِ ِك النَّاس‬. ‫قُلْ اَ ُع ْو ُذ بِ َربِّ النَّاس‬
‫الجنَّ ِة َوالنَّاس‬
ِ ‫ ِم َن‬. ‫ص ُد ْو ِرالنَّاس‬ُ ‫ الَّ ِذى يُ َوس ِْو ُسفِى‬.

B. Pembagian Waqaf

Waqaf dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. WAQAF IKHTIBARI (menguji atau mencoba). Maksudnya adalah waqaf yang


dilakukan untuk menguji qari’ atau menjelaskan agar diketahui cara waqaf dan ibtida’
yang sebenarnya. Waqaf ini dibolehkan hanya dalam proses belajar mengajar, yang
sebenarnya tidak boleh waqaf menurut kaidah ilmu tajwid.
2. WAQAF IDHTHIRARI (terpaksa). Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan dalam
keadaan terpaksa, mungkin karena kehabisan nafas, batuk atau bersin dan lain
sebagainya. Apabila terjadi waqaf ini, hendaklah mengulang dari kata tempat berhenti
atau kata sebelumya yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh ayat.

3. WAQAF INTIZHARI (menunggu). Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada


kata yang diperselisihkan oleh ulama’ qiraat antara boleh dan tidak boleh waqaf. Untuk
menghormati perbedaan pendapat itu, sambil menunggu adanya kesepakatan, sebaiknya
waqaf pada kata itu, kemudian diulangi dari kata sebelumnya yang tidak merusak arti
yang dimaksud oleh ayat, dan diteruskan sampai tanda waqaf berikutnya. Dengan
demikian terwakili dua pendapat yang berbeda itu.

4. WAQAF IKHTIARI (pilihan). Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada kata
yang dipilih, disengaja dan direncanakan, bukan karena ada sebab-sebab lain.

Waqaf Ikhtiari dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Waqaf Tam (sempurna). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
sudah sempurna, baik menurut tata bahasa maupun arti. Pada umumnya terdapat pada
akhir ayat dan di akhir keterangan, cerita atau kisah. Dan tidak ada kaitannya sama sekali
َ ‫ ا ْل ُم ْفلِ ُح ْو‬dalam ayat berikut :
dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ‫ن‬

5 : ‫]اُولِئ َك َعلَى ُه ًدى ِّمنْ َّربِّ ِه ْم َواُولِئ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُح ْو َن [ البقرة‬

- Waqaf Tam bisa terjadi sebelum habisnya ayat, seperti waqaf pada kata ‫ اَ ِذلَّ ٍة‬dalam ayat :
َ ‫قَالَتْ اِنَّ ا ْل ُملُ ْو َك اِ َذا َد َخلُ ْوا قَ ْريَةً اَ ْف‬
‫سد ُْو َها َو َج َعلُوا اَ ِع َّزةَ اَ ْهلِ َها اَ ِذلَّ ٍة وقف‬
34 : ‫] ِو َك َذالِ َك يَ ْف َعلُ ْو َن [ النمل‬

- Waqaf Tam terkadang terjadi pada pertengahan ayat, seperti waqaf pada kata ‫ء‬
َ ‫َجا‬ ‫اِ ْذ‬
‫ نِ ْي‬dalam ayat :

ِ ‫ان لِِإل ْن َس‬


‫ان‬ َ ‫ضلَّنِ ْي َع ِن ال ِّذ ْك ِر بَ ْع َداِ ْذ َجا َء نِ ْي وقف َو َك‬
ُ َ‫ان ال َّش ْيط‬ َ َ‫لَقَ ْد ا‬
29: ‫] َخ ُذ ْوالً [الفرقان‬

- Dan waqaf Tam dapat terjadi pula sesudah habis ayat tambah sedikit, seperti waqaf

ِ ‫ َوبِاللَّ ْي‬dalam ayat :


pada kata ‫ل‬

137 : ‫َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُمرُّ ْو َن َعلَ ْي ِه ْم ُمصْ بِ ِحي َْن☼ َوبِاللَّيْلْ وقف اَفَالَ تَ ْعقِلُ ْو َن [ الصفات‬
138 -]

b. Waqaf Kafi (cukup). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa sudah dianggap cukup, tetapi dari segi arti, cerita atau kisah masih
َ ‫ يُ ْوقِنُ ْو‬dalam ayat berikut
ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ☼‫ن‬
:

‫☼ اُولِئ َك َعلَى ُه ًدى ِّمنْ َّربِّ ِهم َواُولِئ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُح ْو َن‬

‫☼ َوالَّ ِذ ْي َن يُْؤ ِمنُ ْو َن بِ َما اُ ْن ِز َل اِلَ ْي َك َو َما اُ ْن ِز َل ِمن قَ ْبلِ َك ج َوبِاَأل ِخ َر ِة ُه ْم يُ ْوقِنُ ْو َن‬
[ [ 5 – 4 : ‫البقرة‬

3. Waqaf Hasan (baik). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
sudah dianggap baik menurut tata bahasa, tetapi masih ada kaitan dengan ayat
ْ
berikutnya, baik dari segi arti maupun tata bahasa. Seperti waqaf pada ☼ ‫ال َعالَ ِمـيْن‬
dalam ayat berikut :

ِ ‫ب ا ْل َعـالَ ِمـ ْي َن☼ اَل َّر ْح‬


‫مـن ال َّر ِح ْي ِـم ☼ َمـالِ ِك يَ ْو ِم ال ِّد ْين‬ ِّ ‫اَ ْل َح ْمـ ُد هللِ َر‬

4. Waqaf Qabih (buruk). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa tergolong buruk dan bahkan merusak arti atau maksud dari makna
ayat yang sebenarnya. Seperti waqaf pada ☼ َ ‫ لِ ْل ُم‬dalam ayat berikut :
‫صلِّ ْين‬

َ ‫صالَ تِ ِه ْم‬
‫ساه ُْو َن‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ْ‫صلِّ ْي َن ☼ الَّ ِذ ْي َن ُه ْم عَن‬

َ ‫ لِ ْل ُم‬akan merusak arti atau maksud ayat. Maksud dari ayat adalah
َ ‫صلِّ ْي‬
Waqaf pada ☼ ‫ن‬
: “Neraka itu untuk orang-orang yang melalaikan shalat” Ketika waqaf pada ☼

َ ‫ لِ ْل ُم‬, maka maksud ayat lalu berubah menjadi :


‫صلِّ ْين‬

“Neraka itu untuk orang-orang yang mengerjakan shalat"

C. Cara Berwaqaf
Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut,
yaitu :

1. Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah, kasrah,
dhammah, kasratain atau dhammatain [ ‫ ] َـ ِـ ُـ ٌـ ٍـ‬Contoh :

‫سقَ َر‬
َ dibaca ‫سقَ ْر‬
َ

‫نُ ُذ ِر‬ dibaca ‫نُ ُذ ْر‬

َ ‫اَ ْح‬
ُ‫سن‬ dibaca َ ‫اَ ْح‬
ْ‫سن‬

ٍ ‫ت ََخ ُّو‬
‫ف‬ dibaca ْ‫ت ََخ ُّوف‬

ِ َ‫ا‬
‫ش َر‬ dibaca ِ َ‫ا‬
‫ش ْر‬

2. Akhir suku kata dimatikan [


‫] ْـ‬dalam bacaan apabila berharakat : Fathah, kasrah atau
dammah yang sebelumnya ada Alif [‫ ] ا َـ ِـ ُـ‬seperti :

☼ ‫اب‬
ُ ‫س‬َ ‫ب ☼ ا ْل ِح‬ َ ‫اب ☼ ا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س‬َ ‫ا ْل ِح‬ dibaca ‫سا ْب‬
َ ‫الح‬
ِ

‫ي‬
َ ‫اِيَّا‬ dibaca ‫اي‬
ْ َّ‫اِي‬

َ ‫َخطَايَا‬
‫ي‬ dibaca ْ َ‫َخطَاي‬
‫اي‬

- Fathah sebelumnya ada Wa [ َ ‫ يُ ْن‬dibaca ☼ ْ‫ص ُر ْون‬


‫ ] ْو َـ‬seperti : ☼ ‫ص ُر ْو َن‬ َ ‫يُ ْن‬
- Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati, [‫َـ‬ ‫ي ُـ ِـ‬
ْ ] , seperti :

‫اَ ْل َحلِ ْيم‬ ☼ ‫اَ ْل َحلِ ْي َم ☼ اَ ْل َحلِ ْي ِم‬ dibaca ‫اَ ْل َحلِ ْي ْم‬

- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Ya’mati, [‫ٍـ‬ ‫ي ٌـ‬


ْ ] seperti :
‫َحلِ ْي ٌم ☼ َحلِ ْي ٍم‬ dibaca ‫َحلِ ْي ْم‬

- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Waw mati [‫ٍـ‬ ‫ ] ْو ٌـ‬seperti :


‫َغفُ ْو ٌر ☼ َغفُ ْو ٍر‬ dibaca ‫َغفُ ْو ْر‬

3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif [‫ا‬ ‫ ]ًـ‬dibaca
fathah [‫]َـ ا‬, seperti : ‫َح ِك ْي ًما‬ dibaca ‫َح ِك ْي َما‬

- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [‫ء‬
ً ] dibaca fathah
[‫ ] َء‬, seperti : ‫َما ًء‬ dibaca ‫َماَئا‬

- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathatain [
‫ ] ًـ ى‬dibaca fathah [ ‫]َـ ى‬, seperti : ‫س ّمًى‬
َ ‫ ُم‬dibaca ‫س َّمى‬
َ ‫ُم‬

4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ‫ ] ـة ـ ة‬dimatikan dan bunyinya
berubah menjadi bunyi Ha’ [ ‫ ] ـ ْه ـ ْه‬, seperti :
ٌ‫َحا ِميَة‬ dibaca ‫َحا ِميَ ْه‬

5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau dhammah [ ُ‫ـ ِه ـ ـه‬
] dimatikan [ ‫ ] ـ ْه ـ ـ ْه‬, seperti :

‫احبَتِ ِه‬
ِ ‫ص‬َ dibaca ‫صا ِحبَتِ ْه‬
َ

6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya tanpa ada
perubahan, seperti :

‫ اَ ْقفَالُ َها‬tetap dibaca ْ‫ اَ ْقفَالُ َها‬,

َ َ‫ ف‬tetap dibaca ‫سقُ ْوا‬


‫سقُ ْوا‬ َ َ‫ ف‬,

‫ َعلَ ْي ِه ْم‬tetap dibaca ‫لَيَ ْط َغى‬

‫ َعلَ ْي ِه ْم‬tetap dibaca ‫لَيَ ْط َغى‬

7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat huruf mati
seperti dalam kurung [ ‫ ْـ ُـ‬/ ‫ ْـ ِـ‬/ ‫ ] ْـ َـ‬maka huruf akhir suku kata itu dimaitkan seperti
dalam kurung [ ‫ ْـ ْـ‬/ ‫ ْـ ْـ‬/ ‫ ] ْـ ْـ‬sehingga ada dua huruf mati. Cara mewaqafkan, cukup
sekedar bunyi akhir suku kata itu didengar sendiri atau oleh orang yang berdekatan
sebagai isyarat bahwa ada huruf mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”.
Contoh :
ْ ‫َوا ْل َع‬
‫ص ِر‬ dibaca ْ ‫َوا ْل َع‬
‫ص ْر‬

‫َواَأل ْمـ ُر‬ dibaca ْ ‫َواَأل ْم‬


‫ـر‬

8. Akhir suku kata bertasydid dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya, seperti

: َّ‫ِم ْنـ ُهن‬ ّْ ‫ِم ْنـ ُه‬


dibaca ‫ن‬

‫خلَقَ ُه َن‬ dibaca ‫َخلَقَ ُه ّْن‬

9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ ] ؤ‬dimatikan bila waqaf, dan dibaca
pendek bila washal, seperti :

‫يَـتَـفَـيَّـُؤا‬ bila Waqaf dibaca ‫يَـتَـفَـيَّـْأ‬ - dan bila Washal dibaca ُ‫يَـتَـفَـيَـُؤا ِظالَلُه‬
(QS.An-Nahl [16] : 48)

- ‫ يَـ ْعـبَــُؤا‬bila Waqaf dibaca ‫ يَـ ْعـبَـْأ‬- dan bila Washal dibaca ‫يَـ ْعـبَـُؤا بِـ ُك ْم‬
(QS.Al-Furqan [26] : 77)

Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 ‫ تَـ ْفـتَـُؤ ا‬, - dalam QS. Thaha 18 : ]20[ ‫يَـ ْد َرُؤا‬
‫ اَتَـ َو َّكـُؤا‬,- dan dalam QS. An-Nur [24] : 8
10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ ] ؤ‬bila waqaf dimatikan sesudah
membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah dibaca pendek seperti :

Tulisan - ‫ عُـلَـمـُؤا‬bila Waqaf dibaca ْ ‫ عُـلَـ َم‬- dan bila Washal dibaca ‫عُـلَـمـُؤا بَنِ ْي‬
‫ـاء‬
‫س َراِئ ْي َل‬
ْ ِ‫ ا‬QS. Asy-Syu'araa' : [26} :197

Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 ‫ عُـلَـمـُؤ ا‬,- QS. Ibrahim : ‫الضـ َعـفـُؤا‬
ُّ ,-
QS.Yunus [10] : [14] : 21 ,- dan Al-Mu’min [40] : 47 ‫ شُـفَـعــُؤا شُـ َركـُؤا‬,-
QS.Ar-Ruum [30] :13 28
D. Tanda-Tanda Waqaf

NO TANDA NAMA PENJELASAN

1 ‫م‬ WAQAF LAZIM Tanda mesti


[ ‫] َوقَفْ الَ ِز ْم‬ berhenti.

2 ‫ال‬ LA WAQFA [ َ‫ال‬ Tanda tidak


َ‫] َو ْقف‬ boleh berhenti.

3 ‫ط‬ WAQAF Tanda


MUTHLAQ sempurna
berhenti.
ْ َ‫] َوقَفْ ُم ْطل‬
[‫ق‬

4 ‫ج‬ WAQAF JAIZ [ Tanda boleh


‫] َوقَفْ َجاِئ ْز‬ berhenti dan
boleh terus.

5 ‫ز‬ WAQAF Tanda boleh


MUJAWWAZ berhenti, terus
lebih baik.
[ ‫] ُم َج َّو ْز‬

6 ‫ص‬ WAQAF Tanda


MURAKH-KHA diringankan (di
ْ ‫َوقَفْ ُم َر َّخ‬
SH [ ‫ص‬ bolehkan)
] berhenti karena
mempunyai
nafas pendek,
terus lebih baik.

7 ‫قف‬ WAQAF Tanda berhenti


MUSTAHAB lebih baik, tidak
salah kalau
ْ ‫] َوقَفْ ُم‬.
[‫ست ََح ْب‬ terus.
8 ‫قلى‬ WAQAF AULA Tanda berhenti
[‫] َوقَفْ اَ ْولَى‬. lebih baik.

9 ‫ق‬ QILA WAQAF Sebagian


[ ْ‫] قِ ْي َل َوقَف‬ pendapat, tanda
boleh berhenti.

10 ‫صلى‬ WASHAL AULA Tanda terus


[‫ص ْل اَ ْولَى‬
َ ‫] َو‬ lebih baik.

11 ‫ك‬ Kadza lika Tanda berhenti


Muthabiq lima seperti tanda
qablahu [َ‫َك َذالِك‬ waqaf
ٌ ِ‫] ُمطَاب‬
ُ‫ق لِ َما قَ ْبلَه‬ sebelumnya.

12 --- WAQAF Tanda boleh


MU’ANAQAH berhenti pada
salah satu titik
[ ‫] َوقَفْ ُم َعانَقَ ِة‬ tiga.

13 ‫سكت‬/‫س‬ SAKTAH [ Tanda berhenti


‫س ْكتَ ْة‬
َ ] sejenak tanpa
ambil nafas.
E. Pengertian dan Pembagian Ibtida’

Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti atau
setelah wakaf. Pada umumnya ibtida’ dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Ibtida’ yang derbolehkan. Ibtida’ ini adalah ibtida’ yang memulai bacaan
pada kalimat al-Qur’an yang menerangkan makna/ maksud secara sempurna.
Contonya:

‫الحمد هلل ربّ العالمين – قل هو هللا أحد‬

Serta contoh-contoh dari permulaan ayat-ayat lainnya.

b. Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu ibtida’ (memulai suatu kalimat) yang
membuat maknanya berubah dan menjadi makna/arti yang tidak sebenarnya.
Contohnya:

ً‫وقالوا اتخذ هللا ولدا‬ )pada ayat aslinya( ً‫اتخذ هللا ولدا‬

‫وقالت اليهود يد هللا مغلولة‬ )pada ayat aslinya( ‫يد هللا مغلولة‬
BAB III

KESIMPULAN

Pengertian Waqaf adalah memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran)


sebentar pada suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk
melanjutkan bacaan al-Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan
al-ur’an sama sekali.

Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti


atau setelah wakaf.

Mengenai tanda tanda waqaf ulama' yang sepuluh banyak yang tidak sama
(khilaf) jadi kita bisa mengikuti salah satunya.

Untuk lebih baiknya kita ikuti ulama' yang masuk pada mutawattir, begitu juga
dalam qiroatnya, lebih baik kita ikuti yang mutawattir saja, atau diwaktu kita bersama
orang lain (banyak orang) gunakanlah yang mutawattir, hal ini untuk menjaga salah
persepsi orang yang mendengarkan kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://berkilaulah.wordpress.com/2013/12/24/waqaf-dan-ibtida/

www.namabayiperempuan.web.id/.../pengertia-waqaf-dan-ibtida-serta.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf_%28tajwid%29

http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2012/02/waqaf-dan-ibtida.html

Anda mungkin juga menyukai