Al-Waqfu wa Al-Ibtida
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Ulul Albab
NIM: S. 323241
FAKULTAS SYARIAH
JAKARTA
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Puja dan puji
syukur kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Qiro’atil Qur’an
pada bab Waqof dan Ibtida’.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia berbeda-beda dalam hal waqaf. Di antara mereka ada yang menjadikan
tempat waqaf sesuai dengan panjang nafasnya. Sebagian yang lain menjadikannya pada
setiap penghujung ayat. Dan yang paling pertengahan adalah bahwa terkadang waqaf
berada di tengah ayat, sekalipun yang lebih dominan adalah di akhir-akhir ayat. Dan
tidak setiap akhir ayat ada waqaf (tempat untuk berhenti), akan tetapi yang dijadikan
ukuran adalah makna dan nafas mengikutinya.
Dan seorang pembaca, apabila sampai pada tempat waqaf sedangkan nafasnya
masih kuat untuk sampai pada tempat waqaf berikutnya maka boleh baginya untuk
melewatinya (tidak berhenti) dan berhenti pada waqaf setelahnya. Namun jika nafasnya
tidak sampai ke waqaf berikutnya maka hendaknya ia tidak melewati waqaf tersebut
(hendaknya berhenti pada tempat waqaf pertama)
”Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya….” (QS. Ali ‘Imraan: 181)
Maka ia telah berbuat kesalahan dengan memuali bacaan pada kata tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waqaf
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik
atau tanda di mana seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya)
pada tanda tersebut.Makna yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan
oleh para imam ahli Qir’at. Dengan demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat
tersebut dinamakan waqaf, sekalipun seorang pembaca al-Qur’an tidak berhenti di
tempat (posisi) tersebut.
2. Waqaf [ ْ ] َوقَفadalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata
untuk mengambil nafas dengan maksud hendak melanjutkan bacaan pada ayat
berikutnya.
3. Ibtida’ [ ] اِ ْبتِدَاءadalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf dari awal suku kata
pada ayat berikutnya.
4. Qatha’ [ ] قَطَ ْعadalah mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan memotong bacaan sama
sekali. Dan apabila hendak membuka bacaan kembali sesudah melakukan qatha’,
disunahkan membaca isti’adzah lagi.
. اس ال َخنَّاس ِ ِم ْن َشرِّ ال َو ْس َو. اِل ِه النَّاس. َملِ ِك النَّاس. قُلْ اَ ُع ْو ُذ بِ َربِّ النَّاس
الجنَّ ِة َوالنَّاس
ِ ِم َن. ص ُد ْو ِرالنَّاسُ الَّ ِذى يُ َوس ِْو ُسفِى.
B. Pembagian Waqaf
4. WAQAF IKHTIARI (pilihan). Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada kata
yang dipilih, disengaja dan direncanakan, bukan karena ada sebab-sebab lain.
a. Waqaf Tam (sempurna). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
sudah sempurna, baik menurut tata bahasa maupun arti. Pada umumnya terdapat pada
akhir ayat dan di akhir keterangan, cerita atau kisah. Dan tidak ada kaitannya sama sekali
َ ا ْل ُم ْفلِ ُح ْوdalam ayat berikut :
dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ن
- Waqaf Tam bisa terjadi sebelum habisnya ayat, seperti waqaf pada kata اَ ِذلَّ ٍةdalam ayat :
َ قَالَتْ اِنَّ ا ْل ُملُ ْو َك اِ َذا َد َخلُ ْوا قَ ْريَةً اَ ْف
سد ُْو َها َو َج َعلُوا اَ ِع َّزةَ اَ ْهلِ َها اَ ِذلَّ ٍة وقف
34 : ] ِو َك َذالِ َك يَ ْف َعلُ ْو َن [ النمل
- Waqaf Tam terkadang terjadi pada pertengahan ayat, seperti waqaf pada kata ء
َ َجا اِ ْذ
نِ ْيdalam ayat :
- Dan waqaf Tam dapat terjadi pula sesudah habis ayat tambah sedikit, seperti waqaf
137 : َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُمرُّ ْو َن َعلَ ْي ِه ْم ُمصْ بِ ِحي َْن☼ َوبِاللَّيْلْ وقف اَفَالَ تَ ْعقِلُ ْو َن [ الصفات
138 -]
b. Waqaf Kafi (cukup). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa sudah dianggap cukup, tetapi dari segi arti, cerita atau kisah masih
َ يُ ْوقِنُ ْوdalam ayat berikut
ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ☼ن
:
☼ َوالَّ ِذ ْي َن يُْؤ ِمنُ ْو َن بِ َما اُ ْن ِز َل اِلَ ْي َك َو َما اُ ْن ِز َل ِمن قَ ْبلِ َك ج َوبِاَأل ِخ َر ِة ُه ْم يُ ْوقِنُ ْو َن
[ [ 5 – 4 : البقرة
3. Waqaf Hasan (baik). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
sudah dianggap baik menurut tata bahasa, tetapi masih ada kaitan dengan ayat
ْ
berikutnya, baik dari segi arti maupun tata bahasa. Seperti waqaf pada ☼ ال َعالَ ِمـيْن
dalam ayat berikut :
4. Waqaf Qabih (buruk). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa tergolong buruk dan bahkan merusak arti atau maksud dari makna
ayat yang sebenarnya. Seperti waqaf pada ☼ َ لِ ْل ُمdalam ayat berikut :
صلِّ ْين
َ صالَ تِ ِه ْم
ساه ُْو َن َ فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم
َ ْصلِّ ْي َن ☼ الَّ ِذ ْي َن ُه ْم عَن
َ لِ ْل ُمakan merusak arti atau maksud ayat. Maksud dari ayat adalah
َ صلِّ ْي
Waqaf pada ☼ ن
: “Neraka itu untuk orang-orang yang melalaikan shalat” Ketika waqaf pada ☼
C. Cara Berwaqaf
Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut,
yaitu :
1. Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah, kasrah,
dhammah, kasratain atau dhammatain [ ] َـ ِـ ُـ ٌـ ٍـContoh :
سقَ َر
َ dibaca سقَ ْر
َ
َ اَ ْح
ُسن dibaca َ اَ ْح
ْسن
ٍ ت ََخ ُّو
ف dibaca ْت ََخ ُّوف
ِ َا
ش َر dibaca ِ َا
ش ْر
☼ اب
ُ سَ ب ☼ ا ْل ِح َ اب ☼ ا ْل ِح
ِ سا َ سَ ا ْل ِح dibaca سا ْب
َ الح
ِ
ي
َ اِيَّا dibaca اي
ْ َّاِي
َ َخطَايَا
ي dibaca ْ ََخطَاي
اي
اَ ْل َحلِ ْيم ☼ اَ ْل َحلِ ْي َم ☼ اَ ْل َحلِ ْي ِم dibaca اَ ْل َحلِ ْي ْم
3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif [ا ]ًـdibaca
fathah []َـ ا, seperti : َح ِك ْي ًما dibaca َح ِك ْي َما
- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [ء
ً ] dibaca fathah
[ ] َء, seperti : َما ًء dibaca َماَئا
- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathatain [
] ًـ ىdibaca fathah [ ]َـ ى, seperti : س ّمًى
َ ُمdibaca س َّمى
َ ُم
4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ] ـة ـ ةdimatikan dan bunyinya
berubah menjadi bunyi Ha’ [ ] ـ ْه ـ ْه, seperti :
ٌَحا ِميَة dibaca َحا ِميَ ْه
5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau dhammah [ ُـ ِه ـ ـه
] dimatikan [ ] ـ ْه ـ ـ ْه, seperti :
احبَتِ ِه
ِ صَ dibaca صا ِحبَتِ ْه
َ
6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya tanpa ada
perubahan, seperti :
7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat huruf mati
seperti dalam kurung [ ْـ ُـ/ ْـ ِـ/ ] ْـ َـmaka huruf akhir suku kata itu dimaitkan seperti
dalam kurung [ ْـ ْـ/ ْـ ْـ/ ] ْـ ْـsehingga ada dua huruf mati. Cara mewaqafkan, cukup
sekedar bunyi akhir suku kata itu didengar sendiri atau oleh orang yang berdekatan
sebagai isyarat bahwa ada huruf mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”.
Contoh :
ْ َوا ْل َع
ص ِر dibaca ْ َوا ْل َع
ص ْر
8. Akhir suku kata bertasydid dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya, seperti
9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ] ؤdimatikan bila waqaf, dan dibaca
pendek bila washal, seperti :
يَـتَـفَـيَّـُؤا bila Waqaf dibaca يَـتَـفَـيَّـْأ - dan bila Washal dibaca ُيَـتَـفَـيَـُؤا ِظالَلُه
(QS.An-Nahl [16] : 48)
- يَـ ْعـبَــُؤاbila Waqaf dibaca يَـ ْعـبَـْأ- dan bila Washal dibaca يَـ ْعـبَـُؤا بِـ ُك ْم
(QS.Al-Furqan [26] : 77)
Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 تَـ ْفـتَـُؤ ا, - dalam QS. Thaha 18 : ]20[ يَـ ْد َرُؤا
اَتَـ َو َّكـُؤا,- dan dalam QS. An-Nur [24] : 8
10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ] ؤbila waqaf dimatikan sesudah
membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah dibaca pendek seperti :
Tulisan - عُـلَـمـُؤاbila Waqaf dibaca ْ عُـلَـ َم- dan bila Washal dibaca عُـلَـمـُؤا بَنِ ْي
ـاء
س َراِئ ْي َل
ْ ِ اQS. Asy-Syu'araa' : [26} :197
Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 عُـلَـمـُؤ ا,- QS. Ibrahim : الضـ َعـفـُؤا
ُّ ,-
QS.Yunus [10] : [14] : 21 ,- dan Al-Mu’min [40] : 47 شُـفَـعــُؤا شُـ َركـُؤا,-
QS.Ar-Ruum [30] :13 28
D. Tanda-Tanda Waqaf
Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti atau
setelah wakaf. Pada umumnya ibtida’ dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Ibtida’ yang derbolehkan. Ibtida’ ini adalah ibtida’ yang memulai bacaan
pada kalimat al-Qur’an yang menerangkan makna/ maksud secara sempurna.
Contonya:
b. Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu ibtida’ (memulai suatu kalimat) yang
membuat maknanya berubah dan menjadi makna/arti yang tidak sebenarnya.
Contohnya:
ًوقالوا اتخذ هللا ولدا )pada ayat aslinya( ًاتخذ هللا ولدا
وقالت اليهود يد هللا مغلولة )pada ayat aslinya( يد هللا مغلولة
BAB III
KESIMPULAN
Mengenai tanda tanda waqaf ulama' yang sepuluh banyak yang tidak sama
(khilaf) jadi kita bisa mengikuti salah satunya.
Untuk lebih baiknya kita ikuti ulama' yang masuk pada mutawattir, begitu juga
dalam qiroatnya, lebih baik kita ikuti yang mutawattir saja, atau diwaktu kita bersama
orang lain (banyak orang) gunakanlah yang mutawattir, hal ini untuk menjaga salah
persepsi orang yang mendengarkan kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://berkilaulah.wordpress.com/2013/12/24/waqaf-dan-ibtida/
www.namabayiperempuan.web.id/.../pengertia-waqaf-dan-ibtida-serta.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf_%28tajwid%29
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2012/02/waqaf-dan-ibtida.html