Anda di halaman 1dari 5

1. Waqaf (‫ )وق ف‬bermakna menahan atau berhenti.

Maksud dari wakaf dari sudut bahasa adalah


manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan
suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Jenis-jenis waqaf dalam Al-Quran yaitu:
- Waqaf Taamm (‫ )ّﻡﺂﺗ‬adalah waqaf yang sempurna yaitu menghentikan bacaan pada kata
yang sempurna, tidak berhenti pada tengah-tengah kata, serta tidak mempengaruhi makna
dan arti kata, karena tidak memiliki hubungan dengan ayat sebelumnya maupun ayat
setelahnya. Contoh waqaf tamm jika berhenti pada akhir ayat yaitu:
ٰۤ‫ى‬ ٰۤ‫ى‬
‫وِٕ لوُا‬ َ ‫وِٕ لوُا ااْمﺗِّبا ﺗِّْا ىدُه ُى ىلع‬ َ‫َُِْٕلُُْْا ىبا ُو‬
- Waqaf kaaf (‫ )ﻛﺎف‬adalah waqaf yang memadai yaitu berhenti pada sebuah kata yang sudah
mempunyai arti sempurna, tidak berhenti pada tengah-tengah kata atau bacaan. Akan
tetapi bacaan tersebut masih mempunyai hubungan makna dengan kata setelahnya. Contoh
Waqaf kaaf jika berhenti pada akhir ayat yaitu:
ُ ‫ا ّميْىبا ُِٕبا مُﺂا مُمُهيُّْ ُِّبا ُىلُهِّبا‬
‫ٌ َُُ َاو ُﻛَُُوَ َِٕيذُِّا َّْا‬ ‫ مُُْاذمْا ُ ا‬.
- Waqaf Hasan (ِّ‫ ) ﺣﺴ‬adalah waqaf yang baik yaitu berhenti pada sebuah bacaan atau kata
yang sempurna, tidak mempengaruhi arti atau makna. Akan tetapi bacaan tersebut masih
mempunyai hubungan makna dengan kata setelahnya. Contoh lafadz yang mengandung
waqaf hasan ialah jika berhenti pada akhir ayat ‫ََِٕﺣهبا ََِٕﺣْى ِّا‬
- Waqaf Qabiih( ‫ )قﺒهﺢ‬adalah waqaf buruk yaitu berhenti pada kata atau bacaan yang tidak
sempurna, berhenti pada tengah-tengah kata atau ayat. Wakaf jenis ini harus dijauhi karena
bacaan tersebut masih berhubungan dengan bacaan sebelumnya baik maknanya maupun
lafazdnya. Sehingga arti dari kata tersebut bisa rusak. Contoh lafadz yang mengandung
waqaf qabih ialah lafadz ‫َُ َّْا‬ ‫ضا مُْا ذُﺴح ُْهي ُاا ا‬ ‫ذُﺴح ُْهي ُ ا‬
ُ َ‫ ذُب‬jika berhenti pada akhir lafadz ‫ا‬
‫ﺴﺎ َا ذف ﺗُلفا ُ ا‬
atau lafadz ‫ا‬ ُ ُُ‫ وٌ ُع ُِّﺎ َّاا ه‬jika berhenti pada akhir lafadz ilaa.
 Tanda Waqaf La Washal, Mim, Sad dan Sad-lam-ya’
₋ Waqaf La Washal. Tanda waqaf (‫ ) ا‬artinya "tidak boleh berhenti". Jika terdapat tanda
waqaf ini di tengah ayat, maka tidak diperbolehkan berhenti. Tetapi jika tanda waqaf ini
berada di akhir ayat maka diperbolehkan berhenti contoh Waqaf La Washal terdapat dalam
surat An-Nahl ayat 32.
₋ Tanda mim ( ‫ ) ْـ‬disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna.
Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ‫ ) ﺂ‬memiliki
kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan
maksudnya. Contohnya waqaf lazim terdapat dalam surat Al-An’aam‫ا‬ayat‫ا‬20.
₋ Tanda sad ( ‫ ) ﺹ‬disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik
untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih
diperbolehkan berhenti pada waqaf sad. Contoh waqaf murakhas yaitu pada Surah Al
Baqarah ayat 187 dan 189.
₋ Tanda ( ‫ ) ﺻلﮯ‬merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau
meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik. Contohnya terdapat pada surat Az-Zukhruf ayat 45.
 Tanda Waqaf qaf, sad-lam, qif, sin, dan laa
₋ Tanda qaf ( ‫ ) ﻕ‬merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan.
₋ Tanda sad-lam ( ‫ ) ﺼﻞ‬merupakan singkatan dari "Qad yoosalu" yang bermakna "kadang
kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan.
₋ Tanda Qif ( ‫ ) قهف‬bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti.
₋ Tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda Saktah ( ‫ ) ٌﮑحﻪ‬menandakan berhenti seketika tanpa mengambil
napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru
untuk meneruskan bacaan.
₋ Tanda Laa ( ‫ ) ا‬bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak.
₋ Tanda kaf ( ‫ ) ﻙ‬merupakan singkatan dari "Kathaalik" yang bermakna "serupa". Dengan
kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul.
₋ Tanda bertitik tiga ( ... ...) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq
(terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara
membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada
tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
₋ Tanda Waqfah ( ‫ ) وقُﻪ‬bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ‫) ٌﮑحﻪ‬, namun harus berhenti
lebih lama tanpa mengambil napas.
₋ Tanda tho ( ‫ ) ﻁ‬adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
₋ Tanda jim ( ‫ ) ﺝ‬adalah Waqaf Jaiz. Boleh berhenti dan boleh untuk dilanjutkan.
₋ Tanda zha ( ‫ ) ﻇ‬bermaksud lebih baik tidak berhenti.

2. Washal
Washal (‫َُِٕﺻﻞا‬
ُ ) mempunyai akar kata dari ‫ﺻ ُﻞا‬
ُ ‫ ُو‬yang artinya sambung
menyambung.
Sedangkan‫ا‬menurut‫ا‬istilah‫ا‬ulama‫ا‬Qurra’‫ا‬adalah‫ا‬menyambungkan‫ا‬dua‫ا‬ayat‫ا‬
yang semestinya boleh berhenti. Karena nafas masih kuat dan ayat tersebut (yang dibaca)
boleh disambung, maka pembaca mewashalkan kedua ayat itu. Contohnya seseorang
membaca QS. Al-Ikhlas ayat 1 dan 2, maka dibaca washal: ‫ َِٕﺼ ُْدا ُ ْا َ ُ ُﺣدا ُا ى ُاُ قﻞا‬walaupun
sebenarnya boleh dibaca: 1. ‫
َ ُ ُﺣ اد َ ى ُُُا قﻞا‬2. ‫َِٕﺼ ُْدا ُا‬

3. Menurut bahasa saktah dapat diartikan sebagai Al-Man’u‫(ا‬Menahan).‫ا‬Sedangkan pengertian


saktah menurut istilah adalah menahan (suara pada) suatu kalimat tanpa bernafas dengan niat
melanjutkan kembali bacaannya. Pengertian Saktah menurut Al-Qoulus Sadid (Hal 42) adalah
berhenti sejenak kira-kira dua harakat tanpa bernapas. Contoh ayat saktah salah satunya adalah
pada kata (‫ )ى ُُ ُوﺎ‬di akhir ayat 1 surat Al-Kahfi, apabila hendak melanjutkan ke ayat 2, maka
harus diberlakukan bacaan saktah. Karena pada kata (‫ا)ى ُُ ُوﺎ‬tidak‫ا‬diterapkan‫ا‬ikhfa’‫ا‬melainkan‫ا‬
mad iwadh seperti ketika waqaf. Apabila tanda waqaf ada di akhir ayat 1, maka tidak berlaku
hukum saktahnya berlaku ketika disambung dari ayat 1 ke ayat 2.

4. Imalah ( ‫ُْﺎ ُِٕ اإ‬ َ ) dalam arti bahasa berarti condong atau miring. Sedangkan menurut istilah
adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada harakat kasrah sekitar dua pertiganya.
Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia, bacaan imalah ini
ditandai dengan tulisan (‫ ) َّ ُْﺎُِٕإَا‬kecil diatas lafadh yang dibaca imalah. Bacaan imalah dibagi
menjadi dua macam yaitu:
₋ Imalah Shughra ( ‫ُْﺎُِٕإا‬ َ ‫ﺼغ ىَه‬
ْ َِٕ )
Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih diwashalkan pada lafadz
lain, sehingga tidak berhenti disitu saja. Menurut Imam Hafash, bacaan imalah hanya pada
QS. Hud ayat 41, selainnya tidak ada.
‫ٌﺎىُﺎ ُِّﺎ َْﺎِٕ إ ُْرَىا ُا مﺴبا اه ُِّﺎ َْﻛُﺒَُ ُوقُﺎ ُقا‬
ُ َْ‫ُو‬
Pada lafadz ‫ُِّﺎ ُْرَىا‬
₋ Imalah Kubra ( ‫ُْﺎُِٕإا‬ َ ‫) َِٕفﺒ ىَه‬
Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga berhenti
disitu saja. Kriteria imalah kubra adalah semua lafadz dalam al-Qur’an‫ ا‬yang‫ ا‬akhirannya‫ا‬
terdapat Alif Maqsurah (alif bengkong).

5. Isymam ( ‫ْ ُْﺎﺂا‬ َ ) dalam arti bahasa berarti monyong atau mecucu. Sedangkan dalam arti
istilah‫ ا‬ulama’‫ ا‬Qurra’‫ ا‬adalah‫ ا‬mengkombinasikan‫ ا‬harakah‫ ا‬fathah‫ ا‬dengan‫ ا‬harakat‫ ا‬dhammah‫ا‬
disertai monyong bibirnya. Bacaan isymam dalam Al-Qur’an‫ ا‬ditandai‫ ا‬dengan‫ ا‬tulisan‫َّْ ُْﺎﺂا ا‬
kecil yang berada di atas lafadz yang dibaca isymam. Contohnya berada pada QS. Yusuf ayat
11 pada lafadz ‫ َُّّ ُْمـﺎ‬cara membacanya adalah sebagai berikut :
₋ Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun) sedang yang lain
hidup (fathah). Misalnya lafadh : ‫ُاَُّّ ُْممُﺎ‬
ُ
₋ Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan nun itu (‫)اَُّّ ُِّْا‬,
kedua bibir dimonyongkan ke depan sebagaimana melafadkan huruf nun (melalui asmaul
huruf).
₋ Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua, sehingga lengkap
menjadi : ‫ُاَُّّ ُْممُﺎ‬

6. ‫ ) ّ ُﺴِّه َا‬mempunyai akar kata ‫ﻞ‬


Tashil ( ‫ﻞ‬ ‫ٌِّ ُا‬
ُ yang artinya mudah. Adapun yang dimaksud bacaan
tashil‫ا‬menurut‫ا‬ulama‫ا‬Qurra’‫ا‬adalah‫ا‬upaya‫ا‬memindahkan‫ا‬bacaan‫ا‬ayat-ayat al-Quran dengan
cara memindahkan harakat atau membuang huruf tertentu. Tujuannya adalah agar lafadz
tersebut tidak sukar diucapkan. Contohnya ada pada QS. Fushilat ayat 44:
‫ﺼلُقا َُى ُرْهَﺎ قَ ىَهُﺎ ُوُُِٕ ُوعُلمُﺎلا‬
‫ي ىَ ىذحﻪا ُِٕتُﺎَُُُِِٕٕاُا ﺗ‬
‫ي ُوَُى ُرْ َا‬
‫ُو ُى َُم َا‬
Letak Tashil pada lafadz ‫ي ُوَُى ُرا‬
‫ ْ َا‬, karena membaca pada dua hamzah itu sulit, maka hamzah
yang satu dibaca tashil dengan hamzah yang kedua, sehingga kedua hamzah itu cukup dibaca
‫ىَى ُرْ َا‬
satu saja dengan memanjangkannya (dibaca mad). Jadilah cara membacanya menjad : ‫ي‬

Anda mungkin juga menyukai