2. Washal
Washal (َُِٕﺻﻞا
ُ ) mempunyai akar kata dari ﺻ ُﻞا
ُ ُوyang artinya sambung
menyambung.
SedangkanاmenurutاistilahاulamaاQurra’اadalahاmenyambungkanاduaاayatا
yang semestinya boleh berhenti. Karena nafas masih kuat dan ayat tersebut (yang dibaca)
boleh disambung, maka pembaca mewashalkan kedua ayat itu. Contohnya seseorang
membaca QS. Al-Ikhlas ayat 1 dan 2, maka dibaca washal: َِٕﺼ ُْدا ُ ْا َ ُ ُﺣدا ُا ى ُاُ قﻞاwalaupun
sebenarnya boleh dibaca: 1.
َ ُ ُﺣ اد َ ى ُُُا قﻞا2. َِٕﺼ ُْدا ُا
4. Imalah ( ُْﺎ ُِٕ اإ َ ) dalam arti bahasa berarti condong atau miring. Sedangkan menurut istilah
adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada harakat kasrah sekitar dua pertiganya.
Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia, bacaan imalah ini
ditandai dengan tulisan ( ) َّ ُْﺎُِٕإَاkecil diatas lafadh yang dibaca imalah. Bacaan imalah dibagi
menjadi dua macam yaitu:
₋ Imalah Shughra ( ُْﺎُِٕإا َ ﺼغ ىَه
ْ َِٕ )
Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih diwashalkan pada lafadz
lain, sehingga tidak berhenti disitu saja. Menurut Imam Hafash, bacaan imalah hanya pada
QS. Hud ayat 41, selainnya tidak ada.
ٌﺎىُﺎ ُِّﺎ َْﺎِٕ إ ُْرَىا ُا مﺴبا اه ُِّﺎ َْﻛُﺒَُ ُوقُﺎ ُقا
ُ َُْو
Pada lafadz ُِّﺎ ُْرَىا
₋ Imalah Kubra ( ُْﺎُِٕإا َ ) َِٕفﺒ ىَه
Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga berhenti
disitu saja. Kriteria imalah kubra adalah semua lafadz dalam al-Qur’an اyang اakhirannyaا
terdapat Alif Maqsurah (alif bengkong).
5. Isymam ( ْ ُْﺎﺂا َ ) dalam arti bahasa berarti monyong atau mecucu. Sedangkan dalam arti
istilah اulama’ اQurra’ اadalah اmengkombinasikan اharakah اfathah اdengan اharakat اdhammahا
disertai monyong bibirnya. Bacaan isymam dalam Al-Qur’an اditandai اdengan اtulisanَّْ ُْﺎﺂا ا
kecil yang berada di atas lafadz yang dibaca isymam. Contohnya berada pada QS. Yusuf ayat
11 pada lafadz َُّّ ُْمـﺎcara membacanya adalah sebagai berikut :
₋ Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun) sedang yang lain
hidup (fathah). Misalnya lafadh : ُاَُّّ ُْممُﺎ
ُ
₋ Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan nun itu ()اَُّّ ُِّْا,
kedua bibir dimonyongkan ke depan sebagaimana melafadkan huruf nun (melalui asmaul
huruf).
₋ Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua, sehingga lengkap
menjadi : ُاَُّّ ُْممُﺎ