Anda di halaman 1dari 130

Hukum-hukum Tajwid

Wakaf

Wakaf menurut etimologi berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti memutuskan
suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya.

Wakaf Lazim

Wakaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga
Wakaf Taam (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi
dengan kalimat sesudahnya. Tandanya:( ‫) م‬.

(2) (26)

Wakaf Ja'iz

Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal (disambung) atau wakaf (berhenti).
Wakaf jenis ini terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih baik dan yang terkadang
berhenti lebih baik.
Wakaf Kafi

Wakaf Kafi (cukup), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi wakaf lebih baik
daripada washal. Dinamakan kafi karena berhenti di tempat itu dianggap cukup tidak
membutuhkan kalimat sesudahnya sebab secara lafal sudah tidak ada kaitannya. Tandanya:( ‫) قلي‬.

(2) (205)

Wakaf Tasawi

Wakaf Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang sama hukumnya antara wakaf dan washal.
Tandanya:( ‫) ج‬.

(4) (12)
Wakaf Hasan

Wakaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi washal lebih baik
dari wakaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. Tandanya:( ‫) صلي‬.

(5) (8)
Wakaf Muraqabah

Wakaf Muraqabah (terkontrol) yang disebut juga ta`anuqul-waqfi (wakaf bersilang), yaitu
terdapatnya dua tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada
salah satu tempat saja.

(2) (2)

Wakaf Mamnuk

Wakaf Mamnuk (terlarang), yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang
dapat mengakibatkan perubahan pengertian karena mempunyai kaitan yang sangat erat --secara
lafal dan makna-- dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat
seperti ini. Tandanya:( ‫) ال‬

(5) (53)
Saktah Lathifah

Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu memutuskan suara (selama dua harakat) di akhir kata
tanpa bernafas. Tandanya:( ‫) س‬

(18) (1)

Hamzah

Hamzah dalam Alquran terbagi dua macam, yaitu hamzah qath`i (putus) dan hamzah washal
(sambung).

Hamzah Qath`i

Hamzah Qath`i, yaitu hamzah yang eksis dalam lisan sewaktu membacanya dan eksis pula dalam
tulisan. Dinamakan hamzah qath`i karena pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu
dari huruf lain. Hamzah Qath`i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat.
Hamzah ini juga bisa terdapat pada kata benda, kata kerja dan huruf. Aturan bacaannya harus
dituturkan dengan jelas (izhar).

(2) (4)
Hamzah Washal

Hamzah Washal, yaitu hamzah yang eksis di lisan bila terdapat di permulaan bacaan dan gugur
ketika disambung. Dinamakan washal karena hamzah tersebut berfungsi sebagai penyambung
dalam membaca huruf yang sukun di awal kalimat. Tandanya: Huruf shad kecil di atas alif.

Jika hamzah washal terletak di awal kata benda (isim ma`rifah) yang ditandai dengan alif-lam di
awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca fathah. Contohnya:( ‫ الرحمن الرحيم‬- ‫) الحمد هلل رب العالمين‬

(1) (2)

Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf
ketiganya berbaris kasrah atau terletak pada bentuk mashdar dari fi`il madli, maka hamzah
tersebut dibaca kasrah. Contoh,( ‫) استكبارا فى األرض ( ) ارجع اليهم ( ) ادفع بالتى هي أحسن‬Catatan:
Hamzah washal sama`i (tanpa kaedah) terdapat pada tujuh kata benda, yaitu:( ‫ امرأة‬- ‫ امرؤ‬- ‫ ابنة‬- ‫ابن‬
- ‫ اسم‬- ‫ اثنتين‬- ‫ ) اثنين‬Hamzah washal yang terdapat di awal kata pada awal bacaan wajib dibaca
kasrah.

(9) (80)
Jika hamzah washal terletak di awal kata kerja perintah (fi`il amr) yang huruf ketiganya berbaris
damah, maka hamzah tersebut dibaca damah. Contoh,( ‫ اركض برجلك‬- ‫) ادع إلي سبيل ربك‬

(7) (55)

Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya
berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan
karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung. Hamzah Washal, dibaca fathah,
kasrah atau damah jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal terletak di tengah-
tengah kalimat, seperti:( ‫ ) وبالحق‬,( ‫) وهللا‬,maka hamzah tersebut tidak dibaca sama sekali, karena
penyebutannya ketika itu tidak ada urgensinya.

(2) (72)
Kalkalah

Kalkalah menurut etimologi berarti getaran. Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang
terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara
yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak. Huruf kalkalah ada lima, yaitu huruf-huruf yang
tergabung dalam( ‫) قطب جد‬yaitu: huruf ‫ ق‬,‫ ط‬,‫ ب‬,‫ ج‬dan ‫ د‬. Syarat kalkalah: Hurufnya harus sukun,
baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf kalkalah.

Level kalkalah yang paling rendah terjadi apabila huruf kalkalah terletak di tengah-tengah kata.
Seperti huruf qaf pada kalimat.( ‫) وخلقناكم أزواجا‬

(36) (54)

Level kalkalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang
huruf tersebut tidak bertasydid. Seperti huruf Thaa pada kalimat.( ‫) وهللا من ورائهم محيط‬

(11) (92)

Level kalkalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf
tersebut bertasydid. Seperti huruf qaf pada.( ‫) قال رب احكم بالحق‬

(2) (176)
Nunsukun

Nun sukun, : yaitu nun yang berbaris sukun yang bacaannya tergantung dengan huruf yang
datang berikutnya. Nun tanwin (baris dua), yaitu nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata
jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan
tempat berhenti. Tandanya: Dua damah( ٌ ), dua fathah( ً )atau dua kasrah( ٍ ).

Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara
membacanya. Catatan: Apabila ada nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah
washal, maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan izhar, idgham, iqlab atau ikhfa, akan
tetapi harus dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf
nun pada( ِ‫) من‬--anggota huruf jar--, maka nun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari
bertemunya dua huruf yang sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah.
Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya terjadi pada
waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti).

Iqlab menurut etimologi berarti merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti
meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan
huruf yang disembunyikan (huruf mim).

Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang
tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa.

(16) (66)
Idgham menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid
berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu
huruf yang bertasydid. Idgham terbagi dua: - Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham
Bila Ghunnah (tanpa dengung).

Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari dua kata. Huruf-huruf idgham ada enam, yaitu yang
tergabung dalam kalimat( ‫) يرملون‬.

Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat( ‫) ينمو‬, yaitu: ,‫م‬
‫ ي‬,‫ ن‬dan ‫ و‬. Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat
di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada dua tempat, yaitu: pada
ayat( ‫) يس والقرآن الحكيم‬dan( ‫) ن والقلم وما يسطرون‬yang harus dibaca izhar mutlak, berbeda dengan
kaedah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.

(2) (58)

Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu:( ‫) ر‬dan( ‫) ل‬.


Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua
kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunnah kecuali nun yang terdapat pada ayat( َ‫) من راق‬,
karena di sini harus dibaca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya
bacaan idgham.

(2) (25)
Izhar menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti
melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.

Izhar halqi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid
ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung Dinamakan halqi
karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan).
Hurufnya enam, yaitu: ‫ء‬, ‫ه‬, ,‫ع‬, ‫ح‬, ‫ غ‬dan ‫ خ‬.

(1) (7)

Izhar mutlak menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid
berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamakan mutlak
karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir. Izhar mutlak terjadi apabila nun
sukun( ‫ن‬ْ )bertemu dengan ‫ ي‬atau ‫ و‬dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Alquran hanya
terdapat pada empat tempat yaitu: ( ‫ قنوان‬- ‫ صنوان‬- ‫ بنيان‬- ‫ ) الدنيا‬dan ‫ )ن والقلم وما‬, (‫) يس والقرآن الحكيم‬
‫) يسطرون‬karena aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar mutlak walaupun berada dalam dua
kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.

(6) (99)
Ikhfa menurut etimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan
huruf antara izhar dan idgham tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga ikhfa
hakiki (real) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih
banyak dari huruf lainnya. Huruf ikhfa ada lima belas, yaitu awal kata dari kalimat: ( /‫ ثنا‬/‫ ذا‬/‫صف‬
‫ ظالما‬/‫ ضع‬/‫ تقى‬/‫ في‬/‫ زد‬/‫ طيبا‬/‫ دم‬/‫ سما‬/‫ قد‬/‫ شخص‬/‫ جاد‬/‫) كم‬

(27) (11)

Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau mim yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada
dasarnya berasal dari dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.

Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim
yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf
yang bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Mim yang bertasydid
juga disebut tasydidul ghunnah.
(39) (4)

Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun
yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf
yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Nun yang bertasydid
disebut juga tasydidul ghunnah.

(102) (6)

Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim semacam ini bisa terdapat sebelum semua
huruf hijaiah kecuali tiga huruf mad( ‫ ي‬, ‫ و‬, ‫) ا‬untuk menghindari bertemunya dua huruf yang
sukun.

Izhar Syafawi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid
ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena
mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar karena
ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi mempunyai 26
huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba. Catatan: Jika terdapat huruf wau dan
fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan
membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan
huruf ba. Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara
makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan.

(89) (6)
Ikhfa Syafawi menurut ethimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah
melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung.
Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa
Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba.

(52) (20)

Idgham mitslain shaghir menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat
sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf
yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama
sukun dan yang kedua berharakat. Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf, yaitu mim.

(56) (81)

Huruf lam yang sukun dalam Alquran terbagi dalam tiga macam: Lam Takrif, lam fi`il dan lam
huruf.
Yang dimaksudkan dengan alif-lam takrif adalah alif-lam yang masuk pada kata benda
merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik kata benda tersebut bisa berdiri sendiri tanpa
alif dan lam, seperti kata( ‫) األرض‬atau pun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata ( ‫) الذين‬.

Penambahan alif dan lam pada( ‫) الذين‬adalah wajib karena kedua huruf itu tidak bisa dipisahkan
dari kata benda tersebut. Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat
setelahnya lam, seperti( ‫) الذي‬dan wajib izhar, jika terdapat setelahnya ya, seperti( ‫) اليسع‬atau
hamzah, seperti( ‫) األن‬.

Lam qamariah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( ‫ابغ حجك وخف‬
‫) عقيمة‬.

Hukum lam qamariah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf
qamariah tersebut berjauhan.

(81) (3)

Lam syamsiah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat:(
‫ للكرم‬/‫ شريفا‬/‫ زر‬/‫ ظن‬/‫ سوء‬/‫ نعم دع‬/‫ ذا‬/‫ ضف‬/‫ تفز‬/‫ رحما‬/‫ صل‬/‫ ثم‬/‫) طب‬.
Hukum lam syamsiah adalah idgham, sebab makhraj kedua lamnya sama, sedangkan jarak antara
makhraj lam syamsiah dengan makhraj huruf-huruf syamsiah lainnya berdekatan.

(79) (1)

Lam fi`il adalah lam sukun yang terdapat pada kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il madli),
bentuk sekarang (mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau di akhir kata.

Jika setelah lam fi`il terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham.
(17) (95)

Sebaliknya, jika setelah lam fi`il terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar.

(11) (81)

Yang dimaksud dengan lam huruf adalah lam sukun yang terdapat pada huruf. Ini hanya terdapat
pada( ‫) هل‬dan( ‫) بل‬saja, tidak terdapat pada kata lain dalam Alquran.

Jika setelah huruf lam terdapat ra atau lam, maka harus dibaca idgham, kecuali pada ayat( ‫بل ران‬
)yang harus dibaca izhar karena adanya saktah yang merupakan penghalang terjadinya assimilasi
suara.

(2) (116)
Jika setelah lam terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar.

(5) (112)

Mad menurut etimologi berarti tambahan. Menurut istilah tajwid berarti memanjangkan suara
sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf
mad ada tiga, yaitu alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris damah, sebelum
ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun
itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut dengan huruf layin.

Mad Tabii atau mad asli, yaitu bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan tabii karena mad tersebut merupakan sesuatu yang tabii (alami), kadarnya tidak
kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya sepanjang dua harakat.

Huruf mad tetap eksis di saat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah seperti
pada kata( ‫) مالك ( ) يوصيكم‬atau di akhir seperti pada kata( ‫) الشمس وضحاها‬.
Syarat mad tabii adalah tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut.

(83) (26)
Mad asli atau tabii bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah
ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris
kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, disyaratkan agar huruf itu harus
terdapat di antara dua huruf yang berharakat, seperti( ‫) إنه هو ( ) به بصيرا‬.
Dalam hal ini, wau dan ya dibaca panjang, dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf
hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca panjang.

(80) (35)

Mad asli atau tabii bisa juga terjadi pada huruf mad yang eksis ketika wakaf dan hilang ketika
washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti( ‫) علي ًما حكي ًما‬,jika
berhenti pada huruf alif( ‫) حكي ًما‬.

Hal mana mad akan hilang bila disambung dengan kata sesudahnya.

(80) (26)

Mad Far`i adalah mad yang merupakan tambahan terhadap mad tabii karena salah satu dua
sebab, yaitu hamzah dan sukun.
Mad Muttashil (bersambung), disebut mad muttashil bila dalam satu kata bertemu mad tabii
dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad tabii bertemu dengan huruf hamzah
dalam satu kata. Mad muttasil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya sepanjang empat
harakat atau lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.

(13) (21)

Mad Munfashil (terpisah), disebut mad munfashil bila mad tabii bertemu dengan huruf hamzah
di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada
kata yang berbeda. Aturan membacanya boleh sepanjang dua harakat, empat harakat atau lima
harakat menurut Imam Hafsh. Termasuk mad munfashil adalah shilah kubra, yaitu bila wau kecil
yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha
dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama
dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang.

(3) (147)

Mad Aridh, disebut mad aridh bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang
terjadi karena wakaf. Dinamakan aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun
karena wakaf, jika diwashal dia tetap sebagai mad tabii. Aturan membacanya boleh tiga macam;
pendek (dua harakat),sedang (empat harakat), panjang (enam harakat).
Contoh,( ‫) الحمد هلل رب العالمين‬.

Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf. Contoh,( ‫) فليعبدوا رب هذا البيت‬.

Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah.

(89) (6)

Mad Badal, disebut mad badal bila huruf hamzah terdapat sebelum mad tabii di dalam satu kata
(setelah mad tidak ada lagi hamzah atau sukun).
Dinamakan mad badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, di mana asal
dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya dua hamzah dalam satu kata, yang
pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi
huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan
bacaan. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf
alif seperti( ‫) آمنوا‬asalnya( ‫) ءأمنوا‬, jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua
diganti menjadi huruf ya seperti( ‫) إيمانا‬, asalnya( ‫) إئمانا‬, jika huruf yang pertama berbaris damah,
maka huruf yang kedua diganti menjadi huruf wau seperti( ‫) أوتوا‬asalnya( ‫) أؤتوا‬.

Aturan membacanya adalah sepanjang dua harakat seperti mad tabii.

(3) (173)

Mad Lazim, disebut mad lazim adalah bila mad tabii bertemu dengan sukun yang tetap eksis baik
dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam satu kata atau pun tidak. Dinamakan lazim (harus)
karena mad tersebut harus dibaca enam harakat dan karena keharusan eksisnya sukun, baik
ketika washal atau pun wakaf.

Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena
wakaf) pada salah satu huruf hijaiah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut
terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiah yang terletak di awal
beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya karena adanya tasydid pada
sukun tersebut. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Contohnya ialah huruf lam
dalam( ‫) الم‬.

(2) (1)

Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu
huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya
akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contohnya huruf mim dalam( ‫) الم‬.

Catatan: Huruf hijaiah yang terdapat di permulaan surat ada empat belas huruf, yaitu yang
tergabung dalam kalimat:( ‫) صله سحيرا من قطعك‬.

Ini terbagi ke dalam empat bagian. Pertama yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf mad
terletak di tengah-tengah. Ada tujuh huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung
dalam kalimat:( ‫) كم عسل نقص‬kecuali huruf `ain. Bagian pertama ini aturan membacanya
sepanjang enam harakat. Kedua yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf layin terletak di
tengah-tengah, yaitu huruf `ain. Bagian kedua ini boleh dibaca sepanjang empat atau enam
harakat. Ketiga yang jumlah hurufnya ada dua, di mana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya
ada lima, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( ‫) حي طهر‬.

Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad tabii, yaitu sepanjang dua harakat.
Keempat yang jumlah hurufnya ada tiga dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya.
Hurufnya hanya satu, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa tidak terdapat mad.

(2) (1)
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu
dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam
harakat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid
pada huruf yang sukun. Contohnya huruf alif dalam:( ‫ ) الضالين‬dari firman Allah Taala( ‫غير‬
‫) المغضوب عليهم وال الضالين‬

(3) (61)

Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu
dengan huruf yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib
sepanjang enam harakat. Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah,
sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kilmi (kata) karena
sukun asli dan mad tabii itu terdapat dalam satu kata. Contohnya kata( ‫ ) أاآلن‬pada dua tempat
dalam surat Yunus, masing-masing pada ayat 51 dan 91.

(10) (51)
Pertemuan Dua Sukun

Sesuai aturan dalam bahasa Arab, jika dua huruf yang sukun bertemu, maka harus dilakukan
salah satu dari dua cara, yaitu membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan
catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.

Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan) bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan
bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap eksis. Contohnya (‫)إذا الشمس كورت‬.

Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus. Hal ini terjadi
ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal baik waktu washal atau wakaf. Seperti huruf
ya yang dibuang pada kata( ‫) تحي‬dalam ayat( ‫) ربي أرني كيف تحي الموتى‬.

(3) (5)

Mengharakati Yang Pertama

Alternatif kedua dalam menghindari bertemunya dua huruf yang sukun adalah dengan memberi
harakat fathah, kasrah atau damah kepada huruf yang pertama sesuai ketentuan yang berlaku.

Huruf yang sukun pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama,
sementera yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini huruf yang pertama
diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan. Contohnya( ‫) قل ادعوا هللا‬yang tidak bisa diberi
baris fathah atau damah. Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan
bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat
pada kata( ‫) عادا‬dalam ayat( ‫) عادا األولى‬.
Demikian juga huruf lam yang terdapat pada kata( ‫) االسم‬yang terdapat dalam surat Al-Hujurat.
Karena huruf tersebut terletak di antara dua hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas
harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya dua sukun.

(4) (66)

Huruf yang sukun pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama nun pada
huruf jar( ‫) ِمن‬jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( ‫) وأنا علي ذلكم من الشاهدين‬.

Kedua ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama) jika bertemu dengan hamzah washal.
Contohnya( ‫) أذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم‬.

(2) (40)

Huruf yang sukun pertama diberi damah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama wau
layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya(
‫) فتمنوا الموت إن كنتم صادقين‬.
Kedua huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak jika bertemu dengan hamzah washal.
Contohnya ( ‫) وسخر لكم الليل والنهار‬.

(2) (94)

Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya, maka huruf hijaiah terbagi tiga. Pertama
huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti`la'(huruf-huruf yang terjadi dengan
menaikkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya).

Kedua huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis sesuai posisi huruf dalam ayat,
yaitu (huruf lam pada lafal Allah dan huruf ra).

Ketiga huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (yaitu huruf-huruf yang terjadi
dengan menurunkan sebagian besar lidah ketika menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra.

Tafkhim menurut etimologi berarti menebalkan atau menggemukkan. Menurut istilah tajwid
berarti gambaran tentang tebalnya bunyi huruf seakan-akan bunyi tersebut bagaikan memenuhi
semua rongga mulut. Hurufnya ada tujuh, yaitu yang tergabung dalam kalimat( ‫) خص ضغط قظ‬

Tingkatan pertama adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah bertemu dengan huruf alif.
Contohnya( ‫) قال‬.

(75) (3)
Tingkatan kedua adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah tidak bertemu dengan huruf alif.
Contohnya( ‫) خلقكم‬.

(66) (10)

Tingkatan ketiga adalah jika huruf tafkhim berbaris damah. Contohnya( ‫) يقول‬.

(50) (1)

Tingkatan keempat adalah jika huruf tafkhim itu sukun. Contohnya( ‫) اقرأ‬.

(45) (22)
Tingkatan kelima adalah jika huruf tafkhim itu berbaris kasrah. Contohnya( ‫) قيل‬.

(51) (6)

Huruf-huruf ada yang terkadang dibaca tarqiq dan terkadang dibaca tafkhim sesuai dengan
kondisi hurufnya. Hurufnya ada tiga, yaitu pengecualian dari kelompok huruf istifal, masing-
masing alif-lam pada lafal Allah dan ra.

Tafkhim huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tafkhim jika terdapat setelah
huruf tafkhim yang lain, seperti( ‫ ) قال‬Kedua lam pada lafal Allah dibaca tafkhim jika terdapat
setelah huruf yang berbaris fathah dan damah atau terdapat di permulaan kata. Contohnya( ‫قال هللا‬
) , ( ‫) عبد هللا‬dan( ‫) هللا ال إله إال هو‬.

Ketiga ra yang selalu dibaca tafkhim pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris fathah,
baik terletak di awal, di tengah-tengah atau di akhir kata. (Dengan syarat dalam keadaan washal).

Contohnya( ‫ ليس البر أن تولوا وجوهكم‬- ‫ بربكم‬- ‫) ربنا‬.

Kedua jika ra itu berbaris damah. Contohnya( ‫ رددت‬- ‫) رزقنا‬.

Ketiga jika ra itu sukun dan huruf yang sebelumnya berbaris fathah, damah atau kasrah (asli) dan
sesudahnya terdapat huruf isti`la', atau huruf sebelumnya berbaris kasrah (bukan asli akan tetapi
karena sebab lain).

Contohnya( ‫ ارجعوا‬- ‫ قرطاس‬- ‫ مرتفقا‬- ‫) زرعا‬

(72) (19)
Tarqiq huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf
tarqiq yang lain, seperti( ‫ ) الكتاب‬Kedua lam pada lafal Allah dibaca tarqiq jika terdapat setelah
huruf yang berbaris kasrah, baik huruf tersebut bersambung dengan lam tersebut dalam satu kata
atau pada kata lain. Contohnya( ‫ ) بسم هللا‬, ( ‫) هلل‬.

Ketiga ra dibaca tarqiq pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris kasrah. Contohnya(
‫ مريئا‬- ‫) رجال‬.

Kedua jika ra itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris kasrah (asli) dan tidak ada huruf isti`la'
sesudahnya. Contohnya( ‫) فرعون‬.

Ketiga jika ra itu sukun (karena wakaf) dan terdapat setelah huruf ya mad atau ya layin.
Contohnya( ‫) وهو على كل شئ قدير‬dan( ‫) ذلك خير‬.

(1) (1)

Ra boleh dibaca tafkhim dan boleh tarqiq, akan tetapi tafkhim lebih baik. Yang demikian terjadi
pada dua hal: Pertama jika ra itu sukun (ketika wakaf) dan huruf sebelumnya berbaris fathah atau
damah. Contohnya( ‫) إن هذا إال قول البشر ( ) كذبت ثمود بالنذر‬.

Kedua jika ra itu sukun (ketika wakaf), huruf sebelumnya sukun juga dan didahului oleh huruf
yang berbaris fathah atau damah (yang kalau diwashal berbaris kasrah).
Contohnya( ‫) والعصر ( )والفجر‬.

Catatan: Bagi yang membaca tarqiq dapat beralasan karena adanya kasrah yang terdapat
sebelumnya, tidak melihat kepada huruf isti`la' yang terdapat sesudahnya. Sedangkan alasan
orang yang membaca tafkhim adalah karena melihat kepada sukun yang terjadi karena sebab
tertentu dan tidak melihat keadaannya ketika diwashal.
(54) (23)

Ra boleh dibaca tafkhim, boleh tarqiq, akan tetapi tarqiq lebih baik. Yang demikian terjadi pada
tiga hal: Pertama jika ra itu sukun ketika wakaf dan sesudahnya terdapat huruf ya yang terpaksa
dibuang untuk meringankan bacaan. Contohnya kata( ‫) يسر‬dalam firman Allah swt.( ‫) والليل إذا يسر‬
asalnya( ‫) يسري‬.

Dalam hal ini, ya terpaksa dibuang untuk meringankan bacaan. Kedua jika ra itu sukun, terdapat
sesudah huruf yang berbaris kasrah (ketika wakaf) dan di antara keduanya ada huruf isti`la'.
Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat pada satu tempat saja, yaitu kata( ‫) القطر‬pada
ayat( ‫) وأسلنا له عين القطر‬.

Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena diwashal, sedangkan yang membaca tafkhim
beralasan, karena melihat pada sukun yang terjadi karena sebab tertentu (wakaf).
Ketiga jika ra itu sukun, huruf sebelumnya berbaris kasrah dan sesudahnya terdapat huruf isti`la'
yang berbaris kasrah. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat satu saja, yaitu kata( ‫فرق‬
)pada ayat( ‫) كل فرق كالطود‬.

Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena melihat kepada kasrah yang terdapat sebelum, tidak
melihat kepada huruf isti`las' yang datang setelahnya, karena berbaris kasrah. Bagi yang
membaca tafkhim beralasan, karena melihat kepada huruf isti`la' yang datang setelah ra itu, tidak
melihat kepada kasrah yang terdapat sebelumnya juga tidak melihat kepada huruf isti`la' yang
berbaris kasrah.

(26) (63)
Hukum imalah (condong) hanya khusus bagi huruf ra saja. Dalam keadaan seperti ini ra dibaca
tarqiq, karena baris fathah condong ke baris kasrah dan huruf alif condong ke huruf ya. Kasus
seperti ini di dalam Alquran hanya ada satu saja, yaitu kata( ‫) مجراها‬.

(11) (41)

Tarqiq menurut etimologi berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran dari
perubahan yang terjadi pada bunyi huruf yang mengakibatkan bunyi tersebut tidak memenuhi
mulut. Huruf tarqiq adalah semua huruf hijaiah selain huruf tafkhim( ‫) خص ضغط قظ‬dan huruf-
huruf yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi (alif, lam pada lafal Allah dan ra).

(111) (1)

Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal atau pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat
kasus, yaitu mitslain (identik), mutaqaribain (mirip-berdekatan), mutajanisain (sejenis) dan
mutaba`idain (berbeda-berjauhan).

Dalam konteks ini tidak dibahas hukum mutaba`idain, karena target yang ingin dicapai di sini
adalah dapat mengetahui huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang tidak. Hal ini tidak
didapati dalam mutaba`idain. Catatan: Hukum izhar dan idgham pada mitslain, mutaqaribain dan
mutajanisain hanya terjadi pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua.

Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf
ta.
Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Dinamakan saghir (kecil) karena huruf pertama sukun dan yang kedua berharakat,
sehingga mudah diidghamkan. Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali jika huruf yang pertama
mad, maka wajib dibaca izhar, seperti( ‫) قالوا وهم‬, atau huruf pertama ha saktah, maka wajib
dibaca izhar, karena adanya saktah tersebut menghalangi terjadinya asimilasi (idgham).

Seperti ayat( ‫) ماليه هلك‬.

(2) (60)

Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir,bila huruf pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir
(besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih
banyak dari sukun. Aturan bacaannya: Wajib izhar kecuali pada ayat( ‫) تأمنا‬, yang hukumnya
idgham disertai isymam, yaitu memonyongkan dua bibir ke depan di waktu menyebut nun yang
sukun pertama dan mengidghamkannya kepada nun yang kedua. Hal ini dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa baris asal dari nun itu adalah damah.( ‫) تأمنّا‬asalnya( ‫) تأمننا‬di mana nun
pertama diidghamkan ke dalam nun kedua, maka jadilah( ‫) تأمنّا‬.

(2) (131)
Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak bila huruf yang pertama berharakat dan huruf yang
kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir
(besar).

Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat ahli-ahli qiraat.

(2) (106)

Mutaqaribain, disebut mutaqaribain bila bertemu dua huruf yang makhraj dan sifatnya mirip,
atau salah satu dari makhraj dan sifatnya saja.

Mutaqaribain Shaghir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah izhar (menurut Imam Hafsh
dan Imam qiraat lainnya).

Khusus mengenai lam dan ra bila bertemu, maka wajib dibaca idgham menurut kesepakatan ahli
qiraat. Contohnya( ‫ قل رب‬- ‫) بل رفعه هللا‬kecuali pada( ‫) بل ران‬.

, Aturan bacaannya ialah izhar karena adanya saktah (menurut Imam Hafsh ) yang menghalangi
terjadinya proses asimilasi/idgham.

(8) (48)
Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf yang pertama
dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah
besar dan jumlah harakat lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

(12) (33)

Mutaqaribain Mutlak, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang
pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan
ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).

Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

(12) (10)
Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua huruf bertemu di mana makhrajnya sama, sedangkan
sifatnya berlainan, seperti huruf dal dan ta.

Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Aturan bacaannya ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat yang harus dibaca
idgham, yaitu: 1. Huruf ba dan sesudahnya huruf mim pada ayat ) ‫ ( اركب معنا‬2. Huruf ta dan
sesudahnya huruf dal, seperti) ‫ ( أثقلت دعوا‬3. Huruf ta dan sesudahnya huruf tha, seperti( ‫إذ همت‬
4 ( ‫طائفتان‬. Huruf tha dan sesudahnya huruf dzal, seperti( ‫ ( يلهث ذلك‬5. Huruf dal dan setelahnya
huruf ta, seperti) ‫ ( ومهدت‬6. Huruf dzal dan sesudahnya huruf zha, seperti( ‫) إذ ظلمتم‬.

Adapun huruf tha yang sesudahnya huruf ta, seperti( ‫) أحطت‬aturan bacaannya adalah idgham
naqish menurut kesepakatan ahli qiraat.

(15) (7)

Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain kabir bila kedua hurufnya berharakat. Dinamakan kabir
(besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena persentase huruf yang
berharakat lebih besar dari huruf yang sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

(3) (7)
Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain mutlak, bila huruf yang pertama berharakat dan yang
kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir
(besar).

Aturan bacaannya ialah wajib izhar.

(10) (106)

1.
Mad jaiz
munfashil ialah:
Mad Thabii
bertemu hamzah
(bentuknya huruf
alif) di lain
kalimat. Panjang
bacaannya: 2,5 alif
(5 harakat).
Contoh:

ٌٌ
٘
‫ا‬
ً
ٌٌ
‫ًٌ‬

‫ا‬
ً
1.

M

ialah: Mad Thabii


bertemu huruf
hidup dibaca
waqaf. Panjang
bacaannya: 3 alif
(6 harakat).
Contoh:

‫ب‬
ٌْ
‫ك‬

‫ب‬
ٌْ
‫ك‬

‫ا‬
‫ق‬
‫ق‬
1.

M

ialah:
q

T ’
.
P

1
alif (2 harakat).
Contoh:
‫و‬
٘
‫و‬

‫٘‬
1.

Mad shilah ialah:


setiap dhomir HU
dan HI apabila
didahului huruf
hidup. Mad shilah
dibagi dua, yaitu:
Mad shilah
qashirah dan Mad
shilah thawilah.
Yang dinamakan
Mad shilah
thawilah, adalah
Mad shilah
qashirah bertemu
huruf hamzah
(bentuknya alif).
Panjang bacaan
Mad shilah
qashirah: 1 alif (2
harakat). Contoh:
‫ٌَ‬

‫‪-‬‬
‫ٌَ‬

‫ك‬
Panjang bacaan
Mad shilah
thawilah: 2,5 alif
(5 harakat).
Contoh:
ٌٍ
‫ٌَ‬

‫ه‬

‫ى‬
1.

Mad badal ialah:


setiap Aa, Ii, Uu
yang dibaca
panjang. Panjang
bacaannya: 1 alif
(2 harakat).
Contoh:

‫ا‬
ٌْ

ٌٌ
‫ا ه‬
‫ٌْ‬

‫ت‬
٘
٘
ًٌ
٘
‫ا‬
‫‪1.‬‬
Mad tamkin ialah:
YA kasrah
bertasydid
bertemu YA
sukun. Panjang
bacaannya: 1 alif
(2 harakat).
Contoh:
‫ي‬
‫٘ ّ ٘‬
‫ه‬
‫ا‬
‫ت‬
٘ ٌّ
٘
‫٘ ّ ي‬
‫ن‬

‫ًٌ‬
1.

Mad lin ialah:


fathah diikuti
WAWU atau YA
sukun bertemu
huruf hidup dibaca
waqaf. Panjang
bacaannya: 3 alif
(6 harakat).
Contoh:

‫ف‬
ٌْ
‫ف‬

‫ٌْ‬
ٌَ
٘
ٌَ
٘
1.
Mad lazim
mutsaqqal kalimi
ialah: Mad Thabii
bertemu tasydid.
Panjang
bacaannya: 3 alif
(6 harakat).
Contoh:
‫ي‬

‫ٌّ ٘‬
‫ا‬
1.

Mad lazim
mukhaffaf kalimi
ialah: Mad badal
bertemu sukun.
Panjang
bacaannya: 3 alif
(6 harakat).
Contoh:
‫ى‬

‫ا‬
1.

M z


ialah: huruf
hijaiyyah yang
dibaca panjangnya
3 alif (6 harakat).
Jumlah hurufnya
ada 8, yaitu:

‫ص‬
‫ى‬
‫م‬
‫ب‬

‫ل‬
‫س‬
‫ع‬
Contoh:

‫ى‬
‫ص‬
‫ا‬
‫و‬
‫ا‬
1.

Mad lazim
mukhaffaf harfi
ialah: huruf
hijaiyyah yang
dibaca panjangnya
1 alif (2 harakat).
Jumlah hurufnya
ada 5, yaitu:

‫ر‬
ٌ
‫ط‬

‫ٌ‬
‫ح‬
Contoh:
ٌَ ‫ط‬
٘
٘ ٌِ
‫و‬

‫ا‬
‫‪1.‬‬
Mad farq ialah:
Mad badal
bertemu tasydid.
Panjang
bacaannya: 3 alif
(6 harakat).

Mengingat kembali Istilah-istilah Waqaf dalam Al-Qur’an

Waqaf menurut etimologi berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti memutuskan suara di akhir
kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya.
Kategori waqaf sendiri terdiri dari 7 macam, yaitu Waqaf Lazim, Waqaf Jaiz, Waqaf Kafi, Waqaf Tasawi, Waqaf
Hasan, Waqaf Muraqabah, dan Waqaf Mamnu’.

1. Waqaf Lazim

Waqaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Waqaf Lazim disebut juga Waqaf Taam (sempurna)
karena waqaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Adapun
tanda waqof ini adalah tanda mim kecil ( ‫ )م‬di atas huruf terletak di atas huruf. Sebagaimana contoh dibawah ini:

2. Waqaf Ja'iz

Waqaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal (disambung) atau waqaf (berhenti). Waqaf jenis ini terbagi
dua bagian, yaitu yang terkadang lebih baik disambung dan yang terkadang lebih baik menghentikan bacaan.

3. Waqaf Kafi
Waqaf Kafi (cukup), yaitu bacaan yang boleh dibaca washal (disambung) atau dibaca waqaf (berhenti), tetapi
jumhur ulama berpendapat bahwa waqaf (menghentikan bacaan) lebih baik daripada washal. Dinamakan kafi
karena berhenti di tempat itu dianggap cukup, tidak membutuhkan kalimat sesudahnya, sebab secara lafal sudah
tidak ada kaitannya. Adapun tanda waqaf kafi adalah ( ‫)قلي‬. Contoh ayat:

4. Waqaf Tasawi

Waqaf Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang sama hukumnya antara waqaf (menghentikan bacaan) dan
washal (melanjutkan bacaan). Adapun tanda waqaf Tasawi adalah tanda jim kecil ( ‫ )ج‬di atas huruf atau tanda
ayat.

5. Waqaf Hasan

Waqaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal (bersambung) atau waqaf (berhenti), akan tetapi washal lebih
baik dari waqaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu lebih baik. Tanda waqaf ini adalah tanda (
‫ )صلي‬di atas huruf atau tanda ayat.
6. Waqaf Muraqabah

Waqaf Muraqabah (terkontrol) yang disebut juga ta`anuqul-waqfi (waqaf bersilang), yaitu terdapatnya dua
tempat waqaf (tanda titik tiga di atas huruf) di lokasi yang berdekatan, jika bertemu tanda seperti ini maka hanya
boleh berhenti pada salah satu tempat saja. Tandanya lihat contoh berikut:

7. Waqaf Mamnu’

Waqaf Mamnuk (terlarang), yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna, yang dapat
mengakibatkan perubahan arti karena mempunyai kaitan yang sangat erat --secara lafal dan makna-- dengan
kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, apabila bertemu waqaf ini dilarang berhenti. Adapun tandanya adalah tanda
lam alif kecil ( ‫ )ال‬di atas huruf atau tanda ayat.

Wallahu a'lam

Sumber Khat:

Khat Tajwid standard warna, Kementerian Agama RI Tahun 2011, standard Khas Syaamil Al-Qur'an

Anda mungkin juga menyukai