yang mengacu pada cara membaca huruf-huruf hijaiyah secara jelas dan terang.
Dalam konteks tajwid, idzhar berarti mengeluarkan suara huruf nun mati atau
tanwin secara jelas tanpa ada perubahan pada bentuk atau sifatnya.
Contoh dari idzhar adalah saat membaca huruf nun mati atau tanwin ( )ْنdengan
jelas dan terang, seperti dalam kata " ( "َبْنٌتbantan) atau " ( "َم ْنُص ْو ٌرmanshur).
Dalam kedua kata tersebut, nun mati atau tanwin diucapkan dengan jelas tanpa
mengubah bentuk atau sifatnya menjadi huruf lain.
Idgham adalah salah satu aturan dalam ilmu tajwid yang mengatur cara
penggabungan dua huruf yang berbeda atau serupa dalam satu kata, sehingga
huruf yang pertama dimasukkan ke dalam huruf yang kedua tanpa terdengar
jelas.
Ada dua jenis Idgham:
1. Idgham bighunnah: Merupakan penggabungan antara huruf tanpa sukun
(huruf yang memiliki harakat fathah, kasrah, atau dhammah) dengan
huruf mim mati ( )ْم. Dalam Idgham bighunnah, huruf tanpa sukun
dimasukkan ke dalam mim mati tanpa terdengar jelas. Contohnya dalam
kata "( "َو ْج ٌهwajhun), penggabungan antara huruf " "جdan " "مsehingga
dibaca wajmun, tanpa terdengar jelas "j" nya.
2. Idgham bilaghunnah: Merupakan penggabungan antara huruf tanpa sukun
dengan huruf lain selain mim mati. Dalam Idgham bilaghunnah, huruf
tanpa sukun dimasukkan ke dalam huruf lain tanpa terdengar jelas.
Contohnya dalam kata " ( "َنْص ٌرnasrun), penggabungan antara huruf ""ص
dan " "رsehingga dibaca nasrun, tanpa terdengar jelas "s" nya.
Idgham Kabir: Idgham Kabir terjadi ketika huruf tanpa sukun (huruf
yang memiliki harakat fathah, kasrah, atau dhammah) bertemu dengan
huruf mim mati ( )ْم. Dalam Idgham Kabir, huruf tanpa sukun dimasukkan
ke dalam huruf mim mati tanpa terdengar jelas. Contohnya adalah dalam
kata "( "َسْم ًعاsam'an), di mana huruf " "مdimasukkan ke dalam huruf ""ع
sehingga dibaca samman, tanpa terdengar jelas "n" nya.
Idgham Shaghir: Idgham Shaghir terjadi ketika huruf tanpa sukun
bertemu dengan huruf selain mim mati ( )ْم. Dalam Idgham Shaghir, huruf
tanpa sukun dimasukkan ke dalam huruf lain tanpa terdengar jelas.
Contohnya adalah dalam kata " ( "َداٌرdaarun), di mana huruf ""ر
dimasukkan ke dalam huruf " "اsehingga dibaca daa'run, tanpa terdengar
jelas "r" nya.
Fath dan imalah adalah dua konsep dalam ilmu tajwid yang berkaitan dengan
cara pengucapan huruf dan penggabungan huruf dalam membaca Al-Qur'an.
1. Fath: Fath adalah cara membaca huruf alif ( )اdengan harakat fathah ( َ )
yang terdengar panjang atau terbuka. Ketika huruf alif diikuti oleh huruf
yang berharakat fathah, maka huruf alif tersebut diucapkan dengan suara
panjang yang terdengar jelas. Contoh dari fath adalah kata " ( "َباٌبbabun),
di mana huruf " "اdiucapkan panjang atau terbuka ketika diikuti oleh
harakat fathah pada huruf ""ب.
2. Imalah: Imalah adalah cara menggabungkan dua huruf alif yang berada
dalam satu kata sehingga dibaca dengan satu suara panjang yang
terdengar tertutup atau pendek. Biasanya imalah terjadi ketika dua huruf
alif bertemu pada awal kata atau pada kata yang dipisahkan oleh tanda
baca. Contoh dari imalah adalah dalam kata " ( "َر ِّبrabb), di mana dua
huruf alif yang bertemu dibaca dengan satu suara panjang yang terdengar
tertutup atau pendek.
1. Imalah Kubra (Besar): Imalah kubra terjadi ketika huruf alif ( )اyang
berada di antara dua huruf ya ( )يatau waw ( )وdiucapkan dengan suara
yang lebih tebal atau lebih dekat dengan suara huruf "waw" atau "ya"
yang terdahulu. Ini terjadi ketika huruf alif tidak memiliki harakat
(fathah, kasrah, atau dhammah) dan diikuti oleh huruf ya atau waw
dengan harakat sukun. Contohnya, dalam kata " ( "َع َلٰىala), huruf alif yang
kedua diucapkan dengan suara yang lebih dekat dengan "ya" sebelumnya.
2. Imalah Sughra (Kecil): Imalah sughra adalah imalah yang lebih ringan
atau lebih kecil dalam perubahan suara huruf alif. Ini terjadi ketika huruf
alif ( )اdi antara dua huruf ya ( )يatau waw ( )وdiucapkan dengan suara
yang sedikit berbeda dari bacaan standar, namun tidak sekuat pada imalah
kubra. Contohnya, dalam kata " ( "َص اِلٌحshāliḥun), huruf alif antara "li" dan
"hun" diucapkan dengan suara yang lebih ringan.
Kaidah "Ra" dan "Lam" adalah salah satu kaidah dalam ilmu tajwid yang
mengatur cara membaca huruf "ra" ( )رdan "lam" ( )لketika bertemu dengan
huruf-huruf tertentu. Terdapat beberapa aturan yang berkaitan dengan
pengucapan kedua huruf tersebut:
1. Idgham: Ketika huruf "ra" atau "lam" bertemu dengan huruf-huruf
tertentu yang memiliki sifat Idgham (penggabungan tanpa terdengar
jelas), huruf "ra" atau "lam" akan dimasukkan ke dalam huruf tersebut
tanpa terdengar jelas. Contohnya adalah kata "( "َم ْر َح ًباmarḥaban), di mana
huruf " "رdalam " "َم ْرdigabungkan dengan huruf " "حsehingga dibaca
tanpa terdengar jelas.
2. Ikhfa: Ketika huruf "ra" atau "lam" bertemu dengan huruf-huruf tertentu
yang memiliki sifat Ikhfa (pembacaan yang ditutupi), huruf "ra" atau
"lam" akan dimasukkan ke dalam huruf tersebut dengan suara yang
sedikit tertutup. Contohnya adalah kata " ( "ُك ْر ِس ٌّيkursiyyun), di mana
huruf " "رdalam " "ُك ْرdiucapkan dengan sedikit tertutup.
Perbedaan bacaan Imam Warsh tersebut antara lain:
1. Huruf ra’ berharakat fathah/dammah yang terletak sesudah huruf
berharakat kasrah/ya’sukun.
a. Imam Warsh membaca tarqiq huruf ra’ yang berharakat fathah /dammah
yang terletak sesudah huruf ya sukun atau kasrah dengan syarat bahwa
keduanya berada dalam satu lafad. Namun jika dua huruf tersebut
terpisah daam dua lafad, maka Imam Warsh membac a dengan Tafkhim.
Dalam kaitannya dengan ya’ sukun, hal ini berlaku untuk ya’ sukun
sebagai huruf layyin atau sebagai mad tabi’i dan juga baik posisi ra’
berada di tengah atau di akhir kata dan juga baik berharakat tanwin atau
tidak. Contoh untuk ini adalah:
- َتْقِد يُر اْلَع ِز يِز اْلَعِليِم
- َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر
- َو َأَلَم ٌة ُم ْؤ ِم َنٌة َخ ْيٌر
- ِإَّن َهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َبِص يٌر
Namun ada pengecualian dalam kaidah ini yakni pada lafad َح ْيَر اَن,
sebagian rawi Imam Warsh membaca ra’ tersebut dengan cara tafkhim.
Dengan demikian dalam lafad َح ْي َر اَنini Imam Warsh memiliki dua
wajah.
Sedangkan yang berkaitan dengan kasrah yang terletak sebelum ra’
berharakat fathah/dammah, Imam Warsh membacanya dengan tarqiq
baik ra’ tersebut berada di tengah atau di akhir, baik ditanwin atau tidak
dan juga huruf yang berharakat kasrah tersebut berupa huruf isti’la’ atau
bukan. Untuk contoh ini adalah:
- ِذَر اَعْيه
- يايها الَس اِحَر
- اَل ُتَو اِع ُدوُهَّن ِس ًّر ا
Namun dalam kaidah ini ada pengecualian bagi Imam Warsh, beliau
mengecualikan lafad ِاَر َمdalam ayat ِإَر َم َذ اِت اْلِع َم اِد. Dalam kasus ini beliau
membaca tafkhim ra’ fathah tersebut.
2. Huruf ra’ yang diulang dalam satu lafad. Dalam hal ini adalah jika terdapat
ra’ fathah yang ditulis dua kali dalam satu kata, maka Imam Warsh akan
membaca Tafkhim ra’ tersebut meskipun dalam keadaan yang seharusnya
dibaca tarqiq sesuai dengan kaidah sebelumnya. Contohnya adalah:
- ِم ْد َر اَر ا
- ِفَر اًر ا
- ِض َر اًر ا
- ِاْسَر اَر ا
Dalam lafad-lafad tersebut terdapat ra’ fathah didahului oleh kasrah dan
juga terdapat ra’ fathah yang dipisah dengan huruf mati, menurut kaidah
yang di atas maka seharusnya dibaca tarqiq oleh Imam Warsh, namun
karena ra’ nya di sini diulang maka oleh Imam Warsh dibaca tafkhim.
3. Pembacaan Imam Warsh terhadap lafad حجرا, أمرا, وزرا, صهرا, ذكرا,سترا.
Dalam membaca lafad-lafad tersebut Imam Warsh mempunyai dua
wajah, yakni tarqiq dan tafkhim, namun yang lebih mashhur adalah dengan
tafkhi>m.
4. Pembacaan Imam Warsh terhadap lafad ِبَش َر ٍر
Pada lafad ini Imam Warsh membaca huruf ra’ pertama dengan
tarqiq, yang seharusnya dibaca tafkhim, karena ra’ fathah didahului harakat
fathah (bukan kasrah). Hal ini disebabkan dengan huruf sesudah ra’
tersebut yakni berharakat kasrah. Adapun cara Imam Warsh membaca
lafad tersebut ketika dibaca waqaf ada dua wajah yakni, membaca tarqiq
ra’ pertama dan ra’ kedua dibaca sukun dan membaca kedua ra’ dengan
tarqiq namun ra’ kedua disertai dengan al-raum. Al-raum adalah membaca
huruf akhir (waqaf) dengan suara lemah atau membaca huruf tersebut
dengan sepertiga suara.
Sedangkan Imam lain selain Imam Warsh membaca dengan dua cara
juga yakni dengan membaca tafkhim huruf ra’pertama dan ra’ kedua
dibaca sukun murni, dan membaca tafkhim ra’ pertama sedangkan ra’
kedua dibaca al-raum serta tarqiq.
f. ِفَص ااًل