Anda di halaman 1dari 15

MATERI TARTIL VI

LEMBAGA KURSUS AL QURAN


YAYASAN MASJID AL FALAH

SURABAYA

I.

MENGENAL ISTILAH- ISTILAH DALAM QIROAT 1. At Tahqiq, At Tashil, Al Ibdal, Al Isqoth, An Naql, dan Al Idkhol (berkaitan dengan Hamzah). At Tahqiq ( )Nyata + Idzhar Secara bahasa berarti meneliti, menguatkan atau menekankan. Dan secara istilah ialah melebihkan dalam mengucapkan sesuatu menurut hakekat dan keaslian yang terkandung padanya. Maksudnya adalah mengucapakan Hamzah yang keluar menurut makhrojnya yaitu dari tenggorokan diucapakan dengan sempurna tanpa sedikitpun bercapur wawu atau ya. Contoh : At Tashil () Menurut bahasa artinya memudahkan, juga berarti merubah. Adapun menurut istilah ialah mengucapkan hamzah antara hamzah dan mad. Apabila hamzah itu fathah maka tashilnya adalah antara hamzah muhaqqoqoh (tahqiq) dan alif. Apabila Hamzah berharokat kasroh maka tashilnya antara hamzah dan ya maddiyah, sedang hamzah yang berharokat dlommah maka tashilnya antara hamzah dan wawu maddiyah. Bisa juga tashil itu berbunyi antara hamzah dan ha. Semua Mad farqi boleh di baca tashil Al Ibdal ( ) Al Ibdal sering juga disebut dengan badal (bukan Mad Badal). Secara bahasa al Ibdal berarti mengganti, yaitu mengganti tempat yang lain dengan sesuatu. Maksudnya meletakkan huruf mad yakni mengibdalkan alif, wawu, dan ya pada tempat hamzah sebagai ganti hamzah tersebut, sesuai dengan harokat sebelumnya Ibdalnya Lafadl

Al Isqoth ( ) Arti dari isqoth adalah menggugurkan atau membuang, menyingkirkan. Secara istilah ialah membuang atau menghilangkan salah satu dari dua hamzah, biasanya yang dibuang adalah hamzah pertama atau kedua yang bertemu dalam dua kalimat. Sehingga tinggal satu hamzah.

Contoh :

An Naql ( ) An Naql artinya memindahkan. Adapun menurut istilah adalah memindahkan hamzah dan harokatnya, memindahkan kharokat huruf sukun atau tanwin yang terletak sebelumnya. Menjadi Lafadl

Al Idkhol ( ) Menurut bahasa artinya memasukkan. Adapaun istilahnya yaitu memasukkan satu alif diantara dua hamzah dalam satu kalimat. Yakni memanjangkan hamzah pertama dan mentashilkan hamzah kedua. Contoh :

2. Al Fathu, Al Imalah dan At Taqlil Al Fathu ( ) Yang dimaksud al Fathu disini ialah fathah yang seperti kita kenal. Perlu kami sebutkan disini karena di antara para qurro ada yang membaca dengan fathah saja, ada yang membaca dengan fathah dan imalah, ada yang membaca dengan fathah dan taqlil, ada juga yang membaca dengan fathah, imalah dan taqlil semuanya. Fathah disini berkaitan dengan kalimat-kalimat yang berakhiran dengan Ya atau alif yang berasal dari ya. Seperti :

Al Imalah ( ) Secara bahasa artinya memalingkan atau membengkokkan. Imalah ada dua macam imalah kubro dan imalah sughro. Imalah kubro ialah pengucapan fathah menuju kasroh atau mengucapkan antra fathah dan kasroh, sehingga bunyinya terdengar seperti huruf e kalau dalam bahasa Indonesia, seperti kata elok, bebas, dan medan. Inilah yang dimaksud memiringkan atau membengkokkan, tidak fathah dan tidak pula kasroh. Al Taqlil ( )

Taqlil disebut juga imalah sughro, taqlil ialah pengucapan lafadh antara fathah dan imalah. Secara bahasa taqlil berarti mengurangi, memperkecil atau menyedikitkan. Kalau dalam bahasa Indonesia e juga, tapi berbeda dengan yang diatas. Disini seperti dalam kata emas, tenang, dan selam. Diantara para qurro ada yng mengimalahkan dan ada pula yang tidak. Yang tidak membaca imalah sama sekali adalah Ibnu Katsir dan Abu Jafar.sedangkan yang mengimalahkan terbagi dua. Pertama yang sedikit yaitu : Qolun, Ibnu Amir, Ashim dan Yakup. Kedua yang banyak yaitu : Warsy, Abu Amru, Hamzah, Al Kisai dan Khalaf, Yakub, Ibnu Amir dan Ashim. Sementara qolun dan Abu Amru membaca dengan imalah dan taqlil. 3. At Tarqiq, At Tafkhim dan At Taghlidh At Tarqiq ( ) At Tarqiq asal kata Ar Riqqoh ( ) artinya tipis. Maksudnya menipiskan atau menguruskan. Yakni menipiskan huruf yang diucapak gemanya tidak sampai memenuhi mulut. Lawannya adalah tafkhim dan taghlidh. Tarqiq ini biasa dipakai untuk ro dan imalah ro. At Tafkhim ( ) Tafkhim artinya menggemukkan atau membesarkan. Diibaratkan dengan suatu kegemukan yang masuk pada huruf jika diucapkan gemanya memenuhi mulut. Tafkhim disini juga berkaitan dengan ro. `At Tanghlidh ( ) Dia sama dengan tafkhim tetapi lebih tepat jika diartikan dengan menebalkan atau menguatkan. Para ulama qiroat mengatakan tafkhim dan taghlidh itu sama. Menggarisbawahi bahwa tafkhim itu untuk ro dan taghlidh untuk lam. (Lihat manhaj Warsy). 4. Al Ikhtilas dan Al Ikhfa ( ) Keduanya adalah mutarodif (sinonim). Ikhtilas ialah pengucapan harokat dengan cepat sehingga yang mendengar harokat huruf tersebut telah hilang. Atau mengucapakn huruf sepertiga harokat. Adapun ikhfa artinya menyamarkan. Yakni menyamarkan huruf berharokat sehingga terkesan huruf tersebut seperti tidak berharokat. Sebagian yang lain mengatakan bahwa ikhfa dan ikhtilas sama dengan roum. Sebagaimana para qurro membaca dengan roum pada ( ) di surat Yusuf ayat 11. 5. Al Waqf, As Sakt dan Al Qoth Al Waqf ( ) Secara bahas berarti berhenti. Maksudnya berhenti pada akhir kalimat atau akhir ayat dalam sesaat atau beberapa saat untuk mengambil nafas kemudian melanjutkan bacaan kembali. Baik dari

huruf tempat ia berhenti atau dari sebelumnya atau sesudahnya. Waqof harus disertai dengan bernafas meskipun sedikit sehingga orang mendengarnya tahu bahwa ia benar-benar berhenti. Dan waqof harus diakhir kalimat tidak bisa di tengah kalimat. As Sakt ( ) Saktah artinya diam. Saktah dibagi dua, saktah pada hamzah dan saktah pada yang lainnya. Definisi saktah yang pertama adalah memutuskan suara pada huruf sukun atau tanwin yang berhadapan dengan hamzah dalam sesaat dengan kadar dua harokat tanpa mengambil nafas. Diantara para qurro yang paling banyak membaca dengan saktah adalah Hamzah. Adapun saktah yang kedua yaitu memutuskan bacaan atau diam berhenti sejenak tanpa bernafas dengan kadar dua harokat pada kalimat-kalimat tertentu dalam Al-Quran. ( Hafs menurut thoriq Asy Syathibiyah. (Q.S. Al-Kahfi : 1-2)

(Q.S. Yasin : 52) (Q.S. Al-Qiyamah:27) (Q.S. Al-Mutoffifin : 14)

Saktah ini juga biasa disebut saktah latifah (saktah ynga halus) karena hanya sebentar dan qori tidak mengambil nafas sat berheni. Al Qoth ( ) Al Qoth artinya memotong atau memutus. Maksudnya memutuskan bacaan dan meninggalkannya untuk keperluan lain dalam waktu yang tidak tertentu. Dan jika ia hendak membaca lagi ia mesti memulai dengan membaca taawudz dan basmalah sebagaimana yang disunnahkan. Al Qoth berbeda dengan waqof karena al Qoth itu untuk menyudahi bacaan. Sedangkan waqof hanya berhenti sebentar untuk mengambil nafas dan melanjutkan bacaan kembali. Dan al qoth harus di akhir ayat. Sedangkan waqof bisa di akhir ayat atau di tengah ayat. 6. Antara akhir Al Anfal dan Awal At Taubah Seluruh qurro sepakat cara membaca antara akhir surat Al Anfal dan awal surat At Taubah. Semuanya mempunyai tiga cara. Yaitu al qoth, as saktah dan al washl. Dan masing-masing tanpa basmalah. Untuk menyambung akhir surat al Anfal dengan awal surat at Taubah (Al Washl) sebagaimana membaca ayat tanpa berhenti. Contoh:

Karena akhir al Anfal tanwin dan awal at Taubah huruf ba maka harus dibaca iqlab jika ingin menyambungnya. 7. Ya Al Idlofah ( ) Ya Idofah menurut istilah pada qurro adalah ya zaidah (tambahan) yang menunjukkan atas mutakallim. Dan dia bersambung dengan isim, fiil dan huruf. Seperti pada kalimat :

- - - - -

8. Ya Az Zawaid () Para ulama qiroat mendefinisikan yaat az Zawaid adalah ya tambahan yang terdapat pada akhir kalimat yang tidak terdapat pada rosm mushaf dan dibaca oleh sebagian qurro yang mengitbatkannya. Dinamakan zawaid atau zaidah (tanbahan) karena pada dasarnya ia tidak tertulis dalam mushaf Usmani namun ia dibaca oleh sebagian qurro Perbedaan antara yaat az zawaid dan yaat al idhofah ada empat yaitu : a. Yaat az Zawaid berada di isim, seperti : ( .) Dan yang di fiil seperti : ( .) Dan yng di huruf tidak ada, berbeda dengan yaat al idhofah yang bisa diisim, fiil dan huruf. b. Yaat az Zawaid tidak tertulis di mushaf Usmani, berbdeda dengan yaat al idhofah yang terdapat dan tertulis di dalam mushaf. c. Perbedaan dalam masalah yaat az zawaid di antara para qurro berkisar antara al hadzf (membuang) dan al itsbat. Sedangkan perbedaan dalam masalah yaat al idhofah berkisar atara fathah dan sukun. d. Yaat az zawaid kadang-kadang asli bisa juga berupa tambahan. Yang asli contohnya : Yang tambahan contohnya : II. LIMA KAIDAH RASM MUSHAF AL IMAM Mushaf-mushaf yang telah disebar luaskan di semua pelosok itu berbedabeda rosemnya, ada yang dibuang hurufnya, ada yang ditetapkan, ad aula yang ditambahkan, dan ada yang dikurangi. Para ulama menamakan nashah mushaf induk dengan nama Rosm Utsmany. Beberapa kaidah Rosm Utsmany (Rosm Mushhaf Al Imam) antara lain : 1. Al Hadzfu ( )

Al Hadzfu artinya membuang atau meniadakan huruf yang berada pada kalimat. Huruf yang dibuang adalah Alif, Wawu, Ya, Lam dan Nuns. a. Meniadakan alif, maksudnya ialah kalimat yang beralif ditulis tanpa alif dibeberapa tempat. Alif yang berbentuk hamzah washol seperti yang tertulis pada kata pada lafadh :

b. Meniadakan Wawu, Maksudnya ialah kalimat yang berwawu ditulis tanpa wawu, yaitu ada tiga tempat : Kalimat yang berwawu ganda ditulis dengan satu wawu, seperti: c. d. e. Meniadakan Ya, kalimat yang berhuruf ya ditulis tanpa ya Meniadakan Lam, kalimat yang berhuruf lam tidak ditulis dengan lam, Meniadakan Nun, kalimat yang berhuruf nun ditulis tanpa nun, Az Ziyadah () Az Ziyadah artinya menambah, maksudnya memambah disini adalah menetapkan pada suatu kata, tetapi tidak dibaca ketika washol atau ketika waqof. adapun huruf-huruf ziyadah yaitu : Alif, Wawu dan Ya. 2. Al Hamzu ( ) Bentuk Hamzah maksudnya ialah menulis dan merosemkan Hamzah () dengan bentuk huruf Alif, Ya, atau Wawu, kadang-kadang tanpa bentuk sama sekali. Kaidah bentuk hamzah terbagi menjadi 4 (empat) bagian, Yaitu : a. Bentuk Hamzah dipermukaan kalimat. b. Bentuk hamzah ditengah-tengah kalimat c. Bentuk hamzah diakhir kalimat d. Pengecualian. 3.

a. b. c. d. e.

Al Badlu ( ) Mengganti Huruf, maksudnya ialah mengganti huruf dengan huruf yang lain. Mengganti ( ) terbagi menjadi lima bagian yaitu : Mengganti alif dengan Wawu Mengganti alif dengan Ya Mengganti Nun dengan Alif Mengganti Ha Tanits atau Ta Marbuthoh dengan Ta maftuhah. Kalimat yang huruf ketiganya terdiri dari Wawu diganti dengan alif 4. Al Washlu wal Fashlu ( ) Alwaslu wal Fashlu artinya ialah kata tersambung dan terputus. Tersambung maksudnya ialah menulis dua kalimat yang tersambung. Contoh: 5.

+ =
Terputus maksudnya ialah menulis dua kalimat dengan terputus, seperti :

= +
Catatan :
Para sahabat dalam menasakh atau mengkopy muskhaf Induk menjadi beberapa muskhaf yang telah dikirimkan kesemua penjuru kota. Ada perbedaan naskah kalimatnya, maksudnya ada kalimat yang terputus dan ada pula kalimat tersambung dengan kalimat huruf lain. Karena penukilannya berbeda-beda. Oleh karena itu, kaidah tersambung dan terputus tidak menjadi kaidah untuk semua muskhaf.

AL MAQTHU DAN AL MAUSHUL Al-Maqthu berarti yang terputus yakni dua kalimat yang ditulis terpisah atau terputus, sedangkan Al Maushul berarti yang bersambung, yakni dua kalimat ditulis bersambung menjadi satu. Al-Maqthu dan Al-Maushul ini khusus ada dalam penulisan Ustman (Rosm Ustmani). Manfaat mengetahui Al-Maqthu dan Al-maushul adalah untuk melihat dimana qori harus berhenti apabila kehabisan nafas. Seperti kata yang terpisah boleh berhenti pada

di

waktu dlarurot, dan pada kata yang bersambung

tidak boleh berhenti pada kata tetapi harus berhenti pada kata Tabel Al Maqthu dan Al Maushul

Dari Ayat Al-Arof 105 , An-Najm 38 Ar-Rodu 40, Al Anam

, Al-Arof An-Nisa , Al-Baqoroh 30 Al-Balad 7, Al-Baqoroh 24 An-Nahl 95, Al-Anam 137 Al-Baqoroh 144 An-Nisa 91 Al-Baqoroh 90 As-Syuaro146, Al-Baqoroh 234 Al-Baqoroh 148, 115 Al-Fath 12, Al-Qiyamah 3 Al-Hasr 7, Ali Imron 153

Contoh : Lafadh Al Maqthu (Terputus)


1. Al-Arof : 169

2. An-Nisa (4) : 109


3. Al-Anam (6) : 134


4. As-Syuara (26) : 136

5. Al-Baqoroh (2) : 148

Contoh : Lafadz Al Maushul (Bersambung)


1. An-Najm (53) : 38

2.

An-Naml (27) : 62

3.

An-Nahl : 95


4. Al-Baqoroh (2) : 234


5. Al-Ahzab (33) : 61

III. BACAAN TAKBIR DIANTARA DUA SURAT Takbir adalah dzikir yang disunnahkan, yakni membaca takbir diantara dua surat. Barang siapa membacanya maka bagus baginya, dan barang siapa yang meninggalkannya, maka tidak berdosa. Takbir itu seperti Istiadah atau Taawud bukan termasuk Al-Quran, oleh karena itu tidak akan dijumpai dalam Al-Quran. Apabila qori (pembaca) hampir khatam (Juz 30), sudah dampai pada surat Ad-Dhuha, maka disunnahkan membaca takbit sampai akhir surat An-Naas. Kemudian diteruskan membaca surat Al-Fatihah dan al-Baqoroh ayat 1-5. sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dari Ubai bin Kaab ra.

:
Artinya: Bahwa Nabi SAW apabila selesai membaca Qul Audzu

birobbin Nas lantas beliau membaca Surat Al-Fatihah sampai


dengan


A. Kalimat Takbir

1- 2- 3-

B.

Cara memulai membaca Al Quran Cara membaca Istiadzah dan takbir. 1. Memutus semuanya (

Membaca taawudz waqof, Takbir waqof, Membaca bismilah waqof, kemudian memulai awal surat.

2. Memutus Awal dan Menyambung ke dua

Membaca taawudz waqof, takbir waqof, menyambung basmalah dengan awal surat. 3. Menyambung awal dan memutus kedua. (

Taawudz waqof, menyambung takbir dengan basmalah waqof, memulai awal surat. 4. Menyambung semuanya (

Taawud waqof, menyambung takbir dengan basmalah dan awal surat. 5. Memutus semuanya (

Menyambung istiadzah dengan takbir waqof, basmalah waqof, dan memulai awal surat. 6. Memutus awal dan menyambung ke dua (

7. Menyambung awal dan memutus kedua. (


8. Menyambung semuanya (


C.
Takbir Di Antara Dua Surat

1. Akhir surat waqof, menyambung takbir dengan basmalah waqof dan memulai awal surat.


2. Akhir surat waqof, Al Fatihah ). menyambung takbir dengan basmalah dan surat

berikutnya. ( Cara seperti ini tidak boleh untuk antara surat An Naas dan

(Cara no. 1 & 2 tidak boleh untuk antara surat An Naas dan Al Fatihah ).

3. Menyambung surat pertama dengan takbir, basmalah waqof, dan kemudian membaca surat berikutnya.


4. Menyambung surat pertama dengan takbir, dan

menyambung basmalah dengan awal surat berikutnya.

( Cara no. 3&4 tidak boleh untuk antara surat Al Lail dan Adz Dhuha ).

IV. CARA MENGHATAMKAN AL QURAN Tiga cara umum mengkhatamkan surat dalam Al Quran. Antara surat Al Lail dengan surat Ad Dhuha, antara Ad Dhuha dengan surat Al Insyiroh, dan antar surat An Naas dengan Al Fatihah. Tiga cara tersebut yaitu : 1. Memutus Semuanya ( ) Waqof pada akhir surat ( Al Lail), membaca takbir waqof, basmalah waqof, kemudian memulai membaca awal surat berikutnya (Ad Dhuha).

2. Memutus Awal dan Menyambung Akhir

Waqof pada akhir surat ( Al Lail), membaca takbir waqof, kemudian basmalah disambung dengan awal surat (Ad Dhuha).

3. Menyambung semuanya (

Menyambung akhir surat (Al Lail) dengan takbir, basmalah dan awal surat (Ad Dhuha).

Anda mungkin juga menyukai