Anda di halaman 1dari 5

#Mukadimah

10 ASAS DALAM FARAIDH


‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬

#MUKADIMAH

10 ASAS DALAM FARAIDH


***
Ilmu Faraidh seperti ilmu-ilmu syar’i lainnya. Para ahli fikih
meletakkan 10 asas, agar seorang penuntut ilmu mengenali ilmu ini
dengan baik, dan mendapatkan gambaran jelas sebelum berkecimpung di
dalamnya.
1. Definisi
Faraidh bentuk plural dari Faridhah, dari akar kata al-Fardh. Yang
secara bahasa datang dalam beberapa makna: al-Hazz, al-Wujub, dan at-
Taqdir.
Sedangkan secara istilah, adalah suatu ilmu yang dengannya dapat
diketahui siapa sajakah orang yang mewarisi, siapa yang tidak mewarisi,
dan kadar yang dimiliki setiap ahli waris.
2. Pembahasannya
Pembahasan dalam ilmu waris adalah harta peninggalan sang mayit.

3. Buahnya
Mengetahui setiap hak ahli waris dari harta warisan sang mayit.
Guna memudahkan menyampaikan hak tersebut kepada ahli warisnya.
4. Penyandaran Ilmu Ini Kepada Selainnya
Salah satu ilmu syar’i, dan masih satu bagian dari ilmu fikih.
5. Keutamaannya
Ilmu Faraidh memiliki keutamaan yang begitu agung, yang
terpenting adalah:

1|K a jia n F ar aid h D as ar # 1


a. Allah Ta’ala menjelaskan hukum-hukum waris ini dalam porsi
besar secara terperinci. Perhatian Allah Ta’ala tersebut
menunjukkan keutamaan ilmu ini dan urgensinya.
b. Rasulullah shallallah alaihi wa sallam telah menjelaskan
sebagian hukum-hukum ilmu ini yang tidak dijelaskan oleh al-
Qur`an. Dan Nabi shallallah alaihi wa sallam telah memotivasi
umatnya untuk mempelajari ilmu Faraidh dan mengajarkannya.
Hal itu didasari dengan adanya 2 atsar dari sahabat yang
menjelaskan tentang ilmu ini.
Atsar dari Ibnu Mas’ud – radhiyallah anhu- yang berbunyi,
....‫ﺗﻌﻠﻤﻮا اﻟﻔﺮاﺋﺾ وﻋﻠﻤﻮﻩ اﻟﻨﺎس‬
“Pelajarilah Faraidh dan ajarkanlah manusia itu tersebut....”
Dan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash –radhiyallah anhuma-
yang berkata,

.‫ أو ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻋﺎدﻟﺔ‬،‫ أو ﺳﻨﺔ ﻗﺎﺋﻤﺔ‬،‫ وﻣﺎ ﺳﻮى ذﻟﻚ ﻓﻀﻞ؛ آﻳﺔ ﻣﺤﻜﻤﺔ‬،‫اﻟﻌﻠﻢ ﺛﻼﺛﺔ‬
“Ilmu itu ada 3, dan apa yang selain itu, maka hanyalah
tambahan (saja): Ayat yang muhkam, atau Sunnah yang (tegak)
berlaku, atau pembagian warisan yang adil.”
c. Ijtihad para sahabat –radhiyallah anhum- berkenaan dengan
permasalahan Faraidh yang tidak disebutkan oleh al-Qur`an dan
tidak pula oleh Sunnah Nabawiyah. Dan anjuran mereka untuk
mempelajari dan mengajarkan ilmu Faraidh ini. Dalam hal ini
adalah seperti apa yang ditulis oleh Umar bin al-Khaththab –
radhiyallah anhu- kepada Abu Musa al-Asy’ari –radhiyallah
anhu-, beliau berkata (yang artinya), “Apabila kalian berbicara,
maka bicarakan pula permasalahan Faraidh. Dan apabila kalian
menyukai (sesuatu), maka sukalah dengan (kegiatan) memanah.”
Dan sebuah atsar dari Ibnu Mas’ud –radhiyallah anhu-, beliau
berkata,

.‫ﻣﻦ ﻗﺮأ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﻘﺮآن ﻓﻠﻴﺘﻌﻠﻢ اﻟﻔﺮاﺋﺾ‬

2|K a jia n F ar aid h D as ar # 1


“Siapa saja di antara kalian yang membaca al-Qur`an, maka
pelajarilah (juga masalah) al-Faraidh.”
d. Mengilmui tentang hukum-hukum waris merupakan wasilah
(perantara) untuk menuntaskan perselisihan di antara karib
kerabat dan tidak memakan harta dengan cara yang batil.
Keduanya merupakan perkara yang dianjurkan dalam syariat
Islam dan juga telah dibuat metode-metode yang benar dalam
menerapkan keduanya.

6. Peletak Ilmu Faraidh


Peletak ilmu Faraidh adalah Allah Ta’ala, yang mana Allah Ta’ala
telah menjelaskan jenis-jenis warisan, lazimnya orang yang mewarisi dari
setiap jenis, dan kadar bagian tertentu yang mereka terima. Itu semua ada
dalam ayat mawarits di surat an-Nisa ayat 7-14; dan ayat ke 176.
7. Namanya
Namanya adalah ilmu Faraidh. Ini adalah penamaan yang berasal
dari Rasulullah –shallallah alaihi wa sallam-, para sahabatnya, dan orang-
orang setelah mereka dari kalangan para ulama –rahimahumullah-.
Dinamakan juga Ilmu al-Mirats. Ini penamaan secara umum.
8. Sumber Pengambilan
Faraidh diambil dari 4 sumber dalil; al-Qur`an, Sunnah, Ijma’
sahabat, dan Ijtihad mereka.
Dari al-Qur`an, pewarisan kepada anak lelaki, anak perempuan,
ayah, dan semisal mereka.
Dari Sunnah, pewarisan kepada nenek, saudari kandung yang
apabila berkumpul bersama anak perempuan.
Dari Ijma’ sahabat, pewarisan dua anak perempuan yang
mendapatkan bagian 2/3. Karena yang datang dalam al-Qur`an adalah
pewarisan seorang anak perempuan dan pewarisan yang di atas dua.

3|K a jia n F ar aid h D as ar # 1


Dari Ijtihad sahabat, pewarisan kakek, apabila berkumpul bersama
saudara-saudara mayit.
9. Hukumnya
Mengamalkan ilmu ini hukumnya wajib, pada saat melakukan
pembagian warisan, berdasarkan Firman Allah Ta’ala setelah
menyebutkan dua ayat tentang pembagian warisan (yang artinya),
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.
Barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya, niscaya Allah memasukkannya
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang besar.

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya, serta melanggar


ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka,
sedang dia kekal di dalamnya. Dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-
Nisa`: 13-14).

Terdapat ancaman dari Allah Ta’ala yang menunjukkan kewajiban untuk


mengamalkannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kaidah Ushul Fiqh.

Adapun mempelajarinya, maka hukumnya adalah Fardhu Ain, bagi


siapa yang hendak menjelaskan bagian warisan. Dan Fardhu Kifayah,
bagi yang selainnya.
10. Permasalahannya
Membahas seputar syarat-syarat pewarisan, rukun-rukun, jenis-
jenisnya, yang menjadi penghalang/yang terhalangi, perhitungan bagian
ahli waris, dan selain itu.
Inilah 10 asas dalam Ilmu Faraidh, yang hendaknya diketahui dan
dipahami oleh setiap kaum Muslimin, terlebih para penuntut ilmu syar’i.
Allah a’lam.

4|K a jia n F ar aid h D as ar # 1

Anda mungkin juga menyukai