Anda di halaman 1dari 78

SEPENGGAL KATA

Sebagai manusia -yang katanya modern- hidup kita sangat rentan terhadap stres. Setiap hari kita berkutat dengan beragam aktifitas yang menyita waktu dan energi. Dan disadari atau tidak seringkali kita melupakan tujuan hidup kita sebagai seorang hamba. Yakni mengenal dengan sepenuhnya makrifat kepada pencipta kita dan beribadah dengan ikhlas kepadaNya. Padahal, jalan untuk mengenalNya terbentang luas di hadapan kita. Berbagai peristiwa di kehidupan sehari-hari kitapun sebenarnya penuh dengan pelajaran ilahi. Sayangnya kita tidak pernah mau merenung sejenak dan mengambil pelajaran darinya, karena kesibukan kita. Karena itulah kumpulan tulisan Cak Ali ini -begitu kalau saya boleh menyebutnya- sangat layak kita apresiasi. Dengan bahasanya yang sederhana tapi begitu bertenaga, ringkas namun penuh makna, dan diatas itu semua, mampu menembus sanubari pembacanya, kumpulan tulisan ini dapat membantu kita menemukan mutiara hikmah yang sering kita sia-siakan. Pembaca sekalian akan disuguhi dengan pelbagai persoalan kehidupan sehari-hari yang sering kita temui. Tidak hanya itu, kita akan digiring untuk selalu mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan kekuatan ilahi. Inilah yang sering kali dilupakan oleh orang-orang. Mencari solusi kepada manusia yang sama-sama lemah, betapapun kaya, kuat, atau berpangkat sekalipun. Manusia tetaplah manusia. Mahluk yang oleh Al Quran disifati mudah berkeluh kesah lagi kikir (Q.S. 70:19-21). Karenanya melalui tulisan ini Cak Ali mengajak kita semua untuk introspeksi, sabar, pasrah, tawakkal seperti patung ketika mendapat cacian. Tapi disisi lain kita harus bisa menjadi seperti kuda yang penuh dengan mobilitas tak kenal lelah pada saat berikhtiar/berusaha. Semoga Alloh SWT meridloi usaha penulis dalam rangka membantu saudara-saudaranya seiman untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan semoga usaha kecil saya dalam mengumpulkan tulisan-tulisan beliau bisa bermanfaat untuk saudara-saudaraku sekalian. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan. Sidoarjo, 25 September 2013

Al Faqir ila Allah

Ahmad As Sadatiy

SUSAHNYA BERSAMA SUAMI AHLI AL-QURAN Tanya: Assalamualaikum Wr Wb. Saya bangga sebagai seorang istri dari ustad pembaca Al-Quran terkenal. Sebagai penghormatan kepada keilmuan serta statusnya sebagai suami, saya menunjukkan ketaatan yang maksimal. Apa saja perintahnya saya lakukan. Seingat saya, tidak ada satupun perintahnya yang saya bantah. Setiap jabat tangan, pasti saya cium tangannya. Sampai saat ini, saya tidak pernah menuntut nafkah yang aneh-aneh, hanya kebutuhan pokok rumah tangga saja. Memasuki tahun keenam rumah tangga, tiba-tiba saja sering terjadi kesalahfahaman. Suatu saat, suami marah, lalu pamit pergi dengan alasan mencari hawa segar daripada hawa menyesakkan di rumah. Saya hitung ia tidak pulang sampai enam bulan. Nafkah lahir tidak, apalagi nafkah batin. Nasehat orang tua, mertua, guru-gurunya tidak pernah dihiraukan. Ia lebih mendengar bisikan orang lain. Apa yang harus saya lakukan?. Lalu, siapakah yang bisa memberi nasehat kepada suami yang sudah berstatus ustadz itu? Sejauhmana batas kebebasan keluar rumah bagi seorang suami?. Demikian, saya ucapkan terimakasih atas jawaban Bapak. Noer Husna Gresik Jawab: Waalaikumussalam wr wb. Pengasuh ikut prihatin atas masalah yang Anda hadapi. Semakin mulia kedudukan seseorang, semakin besar ujian dan cobaannya. Anda orang mulia, karenanya diuji dengan ujian seperti ini. Suami Anda juga sangat mulia karena penguasaan Al Quran, maka diuji Allah apakah hafalan Al Quran bisa menguatkan kesabaran menghadapi Anda, anak-anak dan masalah-masalah keluarga. Tapi percayalah, kemarau panjang akan berakhir dengan hujan sehari. Hujan itu adalah hidayah Allah untuk suami Anda, dan juga untuk Anda sendiri. Saya katakan hidayah Allah juga penting untuk Anda sendiri, sebab bisa saja tindakan suami yang Anda sebutkan dalam pertanyaan itu, hanya sebagai akibat dari ucapan, sikap dan tingkah laku Anda kepada suami selama ini. Mungkin Anda tidak merasa selalu melakukan yang positif. Tapi, bisa saja suami menafsirkannya secara negatif. Inilah yang disebut kesalahfahaman. Namanya salah faham, berarti kedua pihak harus dipertemukan untuk klarifikasi. Karena Anda sebagai penanya, maka nasehat saya sampaikan kepada Anda. Bukan kepada suami yang tidak membaca jawaban ini. Pertama, jika Anda menemukan batu besar di tengah jalan, dan Anda tidak mampu menggesernya, Anda tidak perlu melakukannya sendirian. Bisa jadi, batu tetap bertengger sekalipun tangan Anda patah. Cukup Anda berjalan dengan berbelok sedikit melewati jalan lain untuk bisa sampai tujuan. Suami Anda mungkin punya watak dan temperamen yang unik, maka untuk sementara, Anda tidak perlu menasehati atau mencari orang untuk menasehatinya. Cobalah merenung untuk introspeksi sejenak, kata, sikap atau tindakan apa yang paling tidak disenangi sang suami? Rubahlah sekarang, tidak perlu berbantah dengan

suami, apalagi menggunakan Al-Quran dan hadis sebagai penguat alasan. Ia sudah hafal semuanya. Logis atau tidak, apa saja yang tidak menyenangkan suami, Anda hindari. Pengasuh yakin, Anda lebih tahu hal ini, karena sekian tahun berkumpul dengannya. Jika suami terbuka, mintalah ia mengatakan secara tertulis atau lisan apa saja yang sedang membuatnya kecewa dan marah. Tanyakan bagaimana caranya agar ia betah di rumah?. Sekali lagi jangan berbantah. Ikuti saja. Jika sudah membaik, didiskusikan lebih lanjut. Hanya Allah yang menjadi Penggenggam hati sang suami. Saya yakin, Allah dengan sinar cahaya-Nya yang menembus lapisan langit dan bumi melunakkan hatinya. Itu sangat mudah bagi-Nya. Jika suami Anda bersedia, pengasuh siap menjembatani, dengan catatan Anda berdua yang datang. Kata Ibnu Taimiyah, Jika seekor anjing akan menggigit, Anda tidak perlu melawannya. Cukup teriaklah pada pemilik yang mengendalikannya. Mudah-mudahan Allah menakdirkan suami Anda membaca hadis ini, Muawiyah bin Hydah r.a berkata, Aku bertanya, wahai Rasulullah, apa kewajiban kami kepada istri?. Nabi menjawab, memberi makan, jika engkau (mampu) memberinya, memberi pakaian jika engkau (mampu) memberinya, jangan memukul wajahnya, jangan menjelekkannya dan jangan pula menghindar darinya kecuali serumah (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Artinya, dalam suasana perang seseru apapun dalam keluarga, suami tidak dibenarkan meninggalkan rumah. Hanya boleh berpisah tidur, tapi tetap serumah. Wallahu Alamu bis-shawab.

MUSLIM SELEKTIF PRODUKTIF


September 5th, 2013 | Posted by admin_tsb in Taushiyah/Khutbah - (4 Comments)

MUSLIM SELEKTIF PRODUKTIF


Khutbah Jumat di Masjid Nasional Al Akbar 30 Syawal 1434 / 06 September Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Surabaya 2013 M.Ag

Kaum muslimin Yth. Siang ini, saya akan menyampaikan satu hadits Nabi SAW yang sangat singkat, yang oleh Ibnu Abdil Bar dikatakan, Inilah hadis paling singkat kata, tapi padat makna. Belum ada ucapan sesingkat dan sepadat itu sebelum Nabi SAW. Inilah hadisnya: Abu Hurairah r.a berkata, Rasululah SAW bersabda, Salah satu tanda sempurnanya keagamaan (Islam) seseorang adalah kesediaan meninggalkan sesuatu yang tidak bernilai baginya (HR. At Tirmidzi dan lainnya) Islam membuat skala nilai perbuatan manusia, mulai dari yang wajib (keharusan), sunnah (anjuran), mubah (netral nilai), makruh (anjuran untuk ditinggalkan) sampai yang haram

(terlarang). Allah telah memberi kita akal, kitab suci al-Quran dan hadis Nabi sebagai alat untuk memilih di antara semua nilai tersebut. Sabda Nabi di atas memberi petunjuk, bagaimana kita seharusnya memilih di antara banyak nilai perbuatan tersebut. Kerjakan yang benar-benar bernilai, dan tinggalkan yang tidak bernilai sekalipun tidak terlarang. Sesuatu disebut bernilai, jika ia dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan keselamatannya di akhirat. Terhadap hadis ini, Al Fasyani berkata, Jika Anda membatasi diri untuk hal-hal yang penting dalam segala hal, Anda dijamin selamat dari penderitaan dunia dan akhirat. Jika Anda sadar bahwa semua kata dan tindakan selalu direkam dan dipertanggung-jawabkan di akhirat, pasti Anda tidak berbicara kecuali yang bernilai, dan tidak mendengarkan kecuali yang ada gunanya. Hadis ini juga megandung perintah berhati-hati dalam setiap kata dan tindakan, agar tidak ada orang yang terganggu ketenangannya atau tersakiti hatinya. Termasuk pula kata tak bernilai adalah kata yang diucapkan hanya untuk mengundang tawa orang. Dalam Kitab al-Muwatha, Imam Malik mengutip nasehat Luqman, Ada tiga pangkal kebajikan, yaitu berbicara yang benar, memegang teguh amanah dan meninggalkan hal yang tidak berguna. Imam Al-Hasan berkata, Salah satu tanda orang yang dibenci Allah adalah jika ia menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bernilai. Allah SWT berfirman, Sungguh, bahagialah orang-orang yang beriman, (yaitu) mereka yang khusyu shalatnya, dan mereka yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS. Al Mukminun [23]:1-3) Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan kita tidak selektif dalam berucap dan bertindak. Kita sering melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Menghibur diri itu boleh dan perlu, tapi jika lebih dari cukup, itu sudah termasuk tak bernilai. Bergurau antar teman itu juga diijinkan untuk mengurangi ketegangan, tapi jika lebih dari cukup, maka itu termasuk tidak bernilai, bahkan seringkali menjadi sumber permusuhan. Apalagi sampai hanyut dalam gurauan yang berbau pornografi. Cobalah pegang prinsip ini ketika kita memegang telpon seluler, di depan internet, di depan televisi, di meja makan, dan dalam segala hal. Semakin selektif terhadap ucapan dan tindakan, Anda semakin produktif, dan semakin jelas kemuliaan karakter Anda. Sebaliknya, semakin tidak selektif, semakin tampak kekeredilan dan kerapuhan iman Anda. Al-Fasyani berpesan, Sibukkan dirimu dengan hal-hal yang berguna dan berpahala. Setan amat senang jika Anda menyia-nyiakan usia. Setan tahu bahwa setiap tarikan nafas dalam hidup ini amat mahal harganya. Muslim yang bijaksana akan menggunakan setiap detik usianya untuk mencari bekal menuju di akhirat. Setiap muslim harus menjauhi perkataan yang tidak baik. Jika tidak hati-hati, bisa saja orang mengalami penderitaan beruntun di akhirat hanya karena satu kata yang pernah diucapkannya. Ketika ia mati, setiap kali ada orang yang mengikuti ucapan buruk itu, ia mendapat siksa dalam kuburnya. Ibnu Umar r.a berkata, Jangan memperbanyak bicara kecuali yang bisa mendorong ingatan kepada Allah. Jika tidak, hatimu akan membatu dan Anda terjauh dari Allah. Hidup adalah amanah Sungguh, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS. An-Nisa [4]:58). Oleh sebab itu, setiap anggota badan adalah amanah. Amanah lisan adalah berbicara yang benar dan berguna. Pesan orang bijak,

Berlebihlah dalam sedekah, tapi berhematlah dalam kata. Amanah mata adalah menjauh dari pandangan yang dosa. Amanah tangan adalah berkarya terbaik untuk umat manusia. Amanah pemimpin adalah kesejahteraan dan keadilan untuk rakyat. Amanah ulama adalah mengarahkan umat ke jalan yang benar dan menjauhkannya dari kemaksiatan dengan fatwa dan ketauladanan. Amanah budak adalah tidak mengurangi pengabdiannya kepada tuan dan tidak curang terhadap harta yang dipercayakan kepadanya. Perlu diingat, kita adalah budak dalam hubungannya dengan Allah SWT. Ketinggian iman seseorang ditentukan sikap selektifnya terhadap segala ucapan dan tindakan. Ada dua pedoman untuk seleksi kata dan tindakan. Pertama, ucapan atau tindakan itu diperbolehkan agama atau tidak?. Kedua, jika diperbolehkan, kita harus mempertimbangkan, ada gunanya atau tidak. Jika tidak ada gunanya, maka tinggalkan, dan inilah tanda kesempurnaan iman Anda. Anda telah menjadi muslim produktif sebab semua kata dan tindakan Anda membuahkan kedekatan kepada Allah dan kehangatan persaudaraan sesama manusia. Jika cukup bicara dua kalimat, jangan ucapkan kalimat ketiga. Kalimat ketiga itu tak bernilai, boros energi, bahkan kalimat yang berlebih itu bisa menjengkelkan orang. Jika ada SMS yang tidak terlalu penting, untuk apa dibaca atau dijawab?. Jika Anda menasehati orang cukup dengan satu kata, untuk apa dua atau tiga kata. Kelebihan kata itu menandakan rendahnya keimanan, sebab Anda tidak selektif kata dan kontra produktif. Belanjakan uang untuk hal-hal yang sangat penting saja. Jika tidak, rumah tangga Anda akan berantakan, sebab Anda boros dan mengarah ke pola hidup GLTL alias gali lubang tutup lubang. Keluarlah dari rumah, jika memang ada hal penting yang harus dilakukan. Jika tidak, Anda menghamburkan BBM, tidak ikut prihatin dengan menipisnya cadangan BBM di negeri ini, dan menambah kemacetan yang menyusahkan orang di jalan raya. Jika cukup setengah piring, jangan makan satu, apalagi dua piring, sebab itu melebihi yang dibutuhkan tubuh. Makanan yang lebih dari yang dibutuhkan tubuh itulah yang menjadi sumber penyakit di kemudian hari. Subhanallah, luar biasa, Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya. Sungguh, pesan Rasulullah SAW sangat mendalam cakupannya. Ucapkan dan kerjakan hanya yang benar-benar penting. Tinggalkan yang tidak seberapa penting, sekalipun diperbolehkan agama, apalagi tidak ada gunanya sama sekali. Jadilah muslim selektif dan produktif. Badan Anda dijamin lebih sehat, rumah tangga Anda dijamin lebih bahagia, ekonomi Anda dijamin lebih stabil, dan tidak banyak orang di sekeliling Anda yang sinis atau bermusuhan dengan Anda. Barakallahu fikum (Semoga Allah memberkahi kehidupan kita semua)

AKU DIAM
August 18th, 2013 | Posted by admin_tsb in Lain-lain - (1 Comments)

Orang di utara bilang Gunung itu indah; aku diam Orang di selatan bilang Lautanlah yang indah; aku diam

Orang di timur bilang Bulan itu indah; aku diam Orang di barat bilang Bintanglah yang indah; aku diam

Tapi, jika orang di utara, selatan Timur dan barat bertanya kepadaku Aku bilang, istriku.(atau suamiku sebut namanya) yang paling indah

(Mohon maaf saya lupa pencipta puisi berikut ini. Jika ada yang tahu, mohon saya diberitahu. Terima kasih)

BERJIWA MERDEKA DENGAN PUASA Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag Penulis Buku/Founder: 60 Menit Terapi Shalat Bahagia (www.terapishalatbahagia.net) Ceramah Shalat Taraweh di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya 14 Juli 2013

Tahukah Anda bahwa Ramadlan berati pembakaran? Bisa berarti membakar lemak, karena tetap bekerja dan berkeringat sekalipun sedang berlapar-lapar puasa, dan bisa juga membakar dosa yang menumpuk. Kita harapkan, puasa juga membakar semangat untuk manjadi manusia merdeka. Paling tidak merdeka dari mental mengeluh dan mental peminta. Mungkin luput dari penghayatan Anda, bahwa setiap shalat taraweh dan witir, Anda diajak sang imam bersenandung doa, Asyh-hadu an la ilaha illallah, astaghfirullah. As-aluka ridlaka wal jannata wa-adzubika min sakhatika wannar (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Aku memohon ampunan kepada-Mu. Wahai Allah, aku benar-benar mengharap ridlo-Mu dan surga. Jauhkan aku dari murka-Mu dan neraka. Khusus permohonan ridlo-Mu, saya terjemahkan secara bebas, Oh Allah, aku ingin Engkau senang melihat aku. Apalah artinya, jika Anda kaya raya, tapi Allah tidak menyukai Anda. Di mata mukmin sejati, lebih baik miskin dengan ridlo ilahi, daripada kaya tapi Allah murka. Untuk apa Anda sehat wal afiat, jika kesehatan itu tidak mendatangkan ridlo Allah. Bagi mukmin yang cerdas, lebih baik sakit tapi Allah senyum melihat dia, daripada sehat tapi menjadi sarana durhaka. Semoga Anda tidak mengalami pilihan kepepet itu. Anda pasti sama dengan saya dan semua mukmin: ingin sehat, kaya dan sukses sekaligus disenangi Allah. Untuk mengupas soal ridlo Allah, saya kutipkan doa Nabi ketika mendapat lemparan batu dari penduduk Thaif, desa kecil sebelah utara Mekah, yang belum faham visi misi Nabi. Orang tidak lagi bisa mengenal wajah Nabi saat itu, karena lumuran darah yang menutupi wajahnya. Giginya pun patah. Inilah doanya, Wahai Allah, kepada-Mu aku mengadukan kekuatanku yang lemah, ikhtiarku yang terbatas, dan diri yang hina di mata manusia. Engkau Tuhan Paling Pengasih dari semua pengasih, Engkau pelindung orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau menyerahkan diriku ini?. Kepada mereka yang tiada saya duga menyerangku (hari ini) atau kepada mereka yang bisa bertindak apa saja kepadaku?. Selama Engkau tidak murka kepadaku, semuanya tiada masalah bagiku. Sungguh, perlindungan-Mu tiada terbatas. Dengan cahaya-Mu yang mengusir kegelapan, dan memberi kebaikan permasalahan dunia dan akhirat, aku memohon agar Engkau tidak murka kepadaku. Demi

Engkaulah aku rela dihinakan, asal Engkau ridla padaku. Tiada daya dan tiada kekuatan, kecuali dari-Mu. (lihat Buku Doa Al Mustahabbah p. 17-18) Kata kunci pada doa di atas adalah ridlo. Gigi yang patah, muka yang bermake-up darah tidak menjadi masalah sama sekali bagi Nabi asal Allah tidak murka kepadanya. Perjalanan seterjal apapun, lembah securam apapun atau gelombang ombak berapapun tingginya, akan dilalui oleh Nabi demi mengejar ridlo-Nya. Cercaan orang sepedas apapun akan diterima dengan ikhlas oleh Nabi asal bisa meraih ridlo Allah. Bahkan Nabi menjadi pohon mangga: dilempar dengan batu, tapi dibalas dengan kiriman buah masak nan segar. Semua Anda akan kembali kepada Allah. Kembalilah kepadanya dengan senyum dan disambut dengan senyum-Nya. Anda pasti tersiksa, jika berkunjung ke rumah orang, lalu tuan rumah itu muak melihat Anda, malas berbicara, atau menutup telinga ketika Anda berbicara. Tanpa suguhan apapun, Anda pasti bahagia, jika tuan rumah tiada henti tersenyum dan bersemangat berbicara dengan Anda. Bagaimana kita bisa meraih ridlo Allah itu? Aminilah doa sang imam berikutnya, Allahummajalna bil imani kaamilin, watahta liwaai sayyidina Muhammadin yaumal qiyamati saa-irin, Wabil qadloi rodlin. (Wahai Allah, jadikan kami hidup dengan iman yang sempurna, tempatkan kami pada barisan pemegang bendera Nabi Muhammad pada hari kiamat, dan jadikan kami ridlo terhadap semua takdir-Mu). Jangan hanya mengamini, tapi berupayalah menjalani hidup sesuai dengan ujung doa itu, Jadikan kami ridlo dengan semua takdir-Mu. Jika Anda ridlo dengan apapun takdir Allah, tidak mengeluh sama sekali dengan takdir yang tidak Anda sukai itu, Allah pasti ridlo dengan siapapun Anda. Jika Anda ridlo dengan rizki yang sedikit, Allah akan ridlo menerima kehadiran Anda dengan pahala yang sedikit. Senyum Anda ketika mendapat takdir cobaan hidup, adalah senyum Allah untuk Anda, sebagai simbol ridlo-Nya. Terimalah dengan ikhlas dan ridlo penyakit yang Anda derita sekarang ini, jangan mengeluh. Terimalah dengan senang cobaan kebangkrutan ekonomi sekarang ini. Jangan sekali-kali mengeluh karenanya. Terimalah dengan kesabaran, takdir Allah berupa pasangan hidup yang amat menjengkelkan Anda saat ini. Terimalah dengan senang hati dan optimis. Anda mungkin juga sedang diberi cobaan berupa anak yang menyesakkan dada Anda. Jangan mengeluh. Semua itu takdir Allah untuk menguji mukmin macam apa Anda sebenarnya. Juga untuk mencerdaskan dan mematangkan mental Anda untuk menghadapi kesuksesan besar yang sudah dipersiapkan Allah untuk Anda di kemudian hari. Percayalah. (baca Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, hal. 173-177) Jika Anda mengeluh, Anda merasakan empat melapetaka: jiwa yang menderita, fisik yang rapuh bahkan bertambah sakit, doa yang tidak terkabul, dan kematian yang mengerikan. Saya katakan kematian yang mengerikan, sebab Allah tidak suka bertemu dan berbicara kepada orang mati dengan membawa keluhan atau kejengkelan terhadap takdir-Nya. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi, Barangsiapa tidak senang dengan keputusan dan takdir-Ku, maka hendaknya ia segera mencari Tuhan selain Aku(HQR. Al Baihaqi dari Anas r.a). Barangsiapa tidak beriman pada takdir-Ku: enak atau tidak enak, maka Aku tidak akan mengurusinya lagi (HQR. Abu Yala dari Abu Hurairah r.a) Sebaliknya, jika Anda ikhlas dan ridlo terhadap takdir Allah, Anda mendapat empat bonus kebahagiaan: jiwa yang bahagia, fisik yang lebih sehat, doa yang mudah terkabul dan kematian yang menyenangkan. Allah sangat senang melihat Anda dan Anda pun senang menerima apapun

pemberian-Nya. Jika Anda meninggal pada saat demikian, Allah akan merangkul Anda. Keharuman ruh Anda menjadi rebutan malaikat di langit yang mengantarkan ruh ke pemiliknya yang sejati, Allah SWT. Dengan puasa, Anda juga harus merdeka dari mental peminta. Ramadan adalah bulan kedatangan Malaikat Jibril untuk bertadarus Al Quran dengan Nabi SAW. Ia mendengarkan dengan seksama ayat demi ayat yang dibaca Nabi SAW. Bacaan Al Quran Anda juga selalu didengar para malaikat. Berbahagialah dengan Al Quran dan bersenanglah Anda berdampingan dengan para malaikat selama Anda membaca ayat-ayat Allah itu. Salah satu pesan Jibril ketika bertemu Nabi SAW adalah, (Wahai Muhammad) manusia perkasa adalah manusia yang tidak bergantung lagi kepada manusia (waizzahu istighnaa-uhu anin naas) (HR Al Baihaqi dari Jabir r.a). Muslim perkasa adalah muslim mandiri: tidak mengharap pemberian atau jasa orang lain, tapi berusaha bagaimana bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan berprinsip aku harus menjadi pemberi. Saya teringat beberapa sopir taksi di Inggris yang rata -rata sudah lansia. Mereka ingin hidup mandiri, tidak mau bergantung kepada siapapun termasuk anaknya sendiri. Dengan puasa dan sedekah selama Ramadan, kita berusaha meniru Allah: tidak makan, tapi selalu memberi makan orang. Saya mengajak semua orang, termasuk yang tidak kaya untuk berbuka puasa dengan separuh porsi saja, agar bisa berbagi buka puasa pada orang lain. Dengan cara itu, saya menawarkan tiga bonus: ramadlan bukan menjadi bulan menumpuk lemak, shalat taraweh Anda aman dari kantuk yang biasanya terjadi karena terlalu kenyang, dan Anda mendapat tambahan pahala senilai sehari puasa dari penerima sedekah Anda. Tahukah Anda jumlah orang miskin penerima BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) sekarang ini 15,5 juta orang. Mereka berebut dan berdesakan menerimanya sampai tidak terasa menginjak wanita tua sampai ia meninggal. Inilah bantuan yang menyebabkan kepala desa takut diserbu warga, karena antara data penerima tertulis dengan kenyataan di lapangan berbeda. Tertulis sebagai orang miskin, tapi ternyata rumah dan gaya hidupnya tidak menunjukkan kemiskinan. Sedangkan tetangga sebelahnya penghuni rumah kecil, pekerja penarik sampah tidak tercatat dalam daftar penerima BLSM. Terjadilah konflik horisontal dan vertikal. Semua konflik itu terjadi karena kebanyakan orang tidak merdeka dari mental peminta. Mereka tidak malu dengan pekerja perawat taman kota di Surabaya yang beberapa hari yang lalu diwawancarai sebuah stasiun televisi, menolak BLSM karena melihat ada orang yang jauh lebih membutuhkan dari dirinya. Kenapa kita lebih suka diberi daripada memberi?. Tidakkah menurut Nabi, manusia pemberi lebih terhormat dari penerima. Maukah? Bebaskan diri dari ketergantungan orang lain. Termasuk, bergantung pada orang lain untuk menuntun bacaan kalimat tauhid menjelang mati Anda. Orang yang menerima wasiat Anda untuk mengajari la ilaha illallah itu tidak dijamin mati lebih akhir dari Anda. Biasakan membaca kalimat tauhid itu, agar terbentuk reflektivitas atau sensor otomatis, sehingga jika sewaktu-waktu Malaikat Izrail datang, secara otomatis Anda mengucapkannya dengan tegas dan benar, tanpa diajari siapapun. Bagaimana dengan bacaan surat Yasin untuk orang yang akan meninggal? Nabi SAW bersabda, Yasin adalah jantung Al Quran. Siapapun membacanya dengan tujuan ridla Allah dan pahala akhirat, pastilah ia diampuni dosanya. Bacalah surat itu untuk siapapun di antara kalian yang akan meninggal (HR Ahmad dan Abu Daud dari Maqil bin Yasar ra). Hampir semua ulama sepakat bahwa bacaan Yasin untuk orang yang akan meninggal mendatangkan ridla Allah dan

keringanan (ampunan)-Nya. Dalam hal ini, sebaiknya Anda juga tidak bergantung kepada orang lain. Sebab bisa saja terjadi, Anda meninggal sendirian tanpa ada orang mengetahuinya. Mengapa Anda tidak menghafal saja Surat Yasin mulai sekarang? Ada seorang guru sekolah dasar di Lamongan yang menjelang matinya membaca Surat Yasin sampai selesai dalam keadaaan setengah sadar. Beberapa detik setelah itu ia menutup akhir hayatnya dengan kalimat tauhid, la ilaha illallah. Silakan mulai menghafal surat itu, sedikit demi sedikit. Saya yakin bisa, jika ada kemauan dan memiliki mental kemandirian. Merdeka! Selamat menjadi manusia merdeka dari mental mengeluh dan mental peminta. Hasbunallah wanimal wakil. (Kun Yaquta Foundation: 031.77337800)

MEMAJUKAN BANGSA DENGAN JUS TOMAT


July 13th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (2 Comments)

MEMAJUKAN BANGSA DENGAN JUS TOMAT Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Jus tomat bisa menyehatkan badan, itu sudah jelas. Seiring dengan kesadaran masyarakat tentang minuman kesehatan, saat ini semakin banyak penjual minuman sari buah itu di tepi-tepi jalan raya, dan saya senang melihat pembeli antri membelinya. Tapi bisakah Jus Tomat menjadi jimat untuk memajukan bangsa? Semua tokoh masyarakat dari semua lapisan mengakui bahwa kemajuan ekonomi telah dirasakan. Bahkan jumlah orang kaya jauh meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapi pada saat yang sama, kita menyaksikan sesuatu yang kontras. Orang miskin yang terdaftar (saja) penerima BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) atau kadang disingkat BALSEM berjumlah 15,5 juta orang. Bersamaan dengan itu, kita menyaksikan dengan mata telanjang kenyataan rapuhnya karakter semua elemen bangsa. Lembaga pendidikan umum dan Islam, yang seharusnya menjadi pusat penguatan karakter, juga terjangkit virus perusak karakter yang sama. Setiap Ujian Nasional akhir tahun, kita selalu dikejutkan berita adanya kebohongan yang dilakukan guru atau tenaga kependidikan demi mercusuar sekolah atau daerah. Dalam dunia politik, wajah para pemimpin kita digambarkan oleh pengamen di atas bus kota. Dua pemusik jalanan, masing-masing dengan gitar dan harmonica menyanyikan lagu sindiran

secara kompak. Aku sudah tidak perlu rumah mewah, karena telah dibeli para wakilku. Tidak perlu memiliki rekening di bank, karena telah diambil oleh wakilku. Tidak perlu kendaraan bermilyar, karena telah dinaiki wakilku. Jika aku mati, aku akan bebas, karena semua dosa telah diambil-alih para wakilku. Tidak sedikit pimpinan kita yang terseret ke meja hijau menjadi pemain sandiwara yang handal, padahal tidak pernah sekolah teater sebelumnya. Uh, untuk mendapat simpati dari para penegak hukum, mereka bisa bersandiwara sakit dengan infuse di tangan, atau perban di kepala dengan ekspresi yang luar biasa penghayatannya. Atau berlagak pikun dengan suara yang mantap di depan para hakim, padahal ia sebelumnya cerdas, kuat ingatan dan tidak pernah keliru menghitung kekayaannya. Ada juga public figure yang tiba-tiba saja tampil beda: berjilbab rapat di kepala, atau baju koko-takwa ketika menjalani pemeriksaan. Semoga itu dandanan simbol kesungguhan bertobat. Inilah waktu yang tepat kita suguhkan Jus Tomat untuk kesehatan karakter bangsa kita ke depan. Jus Tomat yang saya maksud adalah singkatan dari delapan karakter mulia, yaitu Jujur, Ulet, Sabar, Tawakal, Optimis, Menghargai, Amanah dan Tanggungjawab. Karakter itulah yang menjadi cita-cita Nabi SAW, bahkan selalu memenuhi pikirannya sepanjang tugas membimbing umatnya. Allah SWT memuji kesunggguhan perjuangan Nabi itu. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At Taubah [9]:128). Itulah orang yang harus Anda idolakan. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah .(QS. Al-Ahzab [33]:21) Tidak ada satupun orang yang meragukan kejujuran Nabi. Musuh yang paling jahatpun tidak bisa menemukan satupun bukti kebohongan Nabi. Mereka harus mengakui kebenaran gelar Al Amin (Manusia Terpercaya) yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Selain Nabi, sekalipun terkenal sedunia sebagai orang jujur, pasti pernah satu atau beberapa kali dusta. Minimal dirinya sendiri yang mengetahui. Negeri ini amat kaya orang cerdas intelektual tapi tidak cerdas emosional dan spiritual. Dengan kecerdasan itulah, seorang oknum pegawai negeri sipil bisa memiliki rekening ratusan milyar. Sekian lama, ia aman saja melakukan korupsi dengan bersiul-siul karena aman dari diteksi penegak hukum. Ia juga lenggang kangkung menghabiskan uangnya di luar negeri. Atau juga menitipkan kepingan emas di manca negara itu. Beberapa hari terakhir, kita prihatin melihat beberapa orang yang selama ini kita kagumi bacaan Al-Quran dan bahasa Arabnya harus duduk di kursi pesakitan di Pengadilan Tinggi Korupsi. Orang kecil juga tidak kalah cerdasnya. Dengan teknologi temuannya, bisa membuat makanan goreng terasa kremes lezat. Cukup dengan memasukkan tas kresek di minyak goreng yang telah mendidih. Mereka juga bisa membuat ayam tirin (mati kemarin) yang sudah busuk menjadi ayam goreng empuk dan sedap atau menjadi nugget. Atau menaburkan formalin (obat pengawet mayat) di tahu atau ikan sehingga tidak bisa busuk. Atau membuat gula merah menjadi keras dan tahan lama dengan mencampurkan sabun deterjen. Di dunia kampus juga demikian. Adalah peristiwa yang amat memprihatinkan, seorang wisudawan dianugerahi piagam penghargaan sebagai alumni terbaik. Tapi beberapa tahun

kemudian, terbukti tugas akhirnya merupakan jiplakan sembilanpuluh lima persen dari karya orang lain. Inilah contoh-contoh kecerdasan intelektual yang justeru membahayakan masa depan bangsa karena tidak disertai kecerdasan emosional spiritual atau karakter terpuji. Jika tujuh puluh persen saja kepala pemerintahan di semua level, dan para wakil rakyat bertindak jujur, negeri ini akan melompat menjadi Negara terhebat di Asia, bahkan di dunia dalam waktu yang tidak lama. Di samping kejujuran, kita harus menjadi bangsa yang ulet dan sabar, tahan bantingan dan tidak mudah menyerah pada tantangan. Sebuah cita-cita harus dilalui penuh keringat bahkan berdarahdarah dan perlu waktu. Perlu keuletan dan kesabaran, sebab tidak yang instant dalam meraih citacita. Setiap kesulitan lebih tepat dipandang sebagai tantangan daripada sebagai rintangan. Ketika Nabi menjadi karyawan pada wanita kaya, Khadijah, ia diberi bayaran dua kali lipat daripada yang diterima karyawan lain. Apa yang dijual sama dengan yang dijual pegawai lain. Tapi di tangan Muhammad (waktu itu belum diangkat sebagai nabi), omset penjualan jauh melampaui target, karena keuletan nabi dalam menjalankan tugas dan kejujurannya terhadap pembeli dan kepada majikan. Nabi mengajarkan keuletan umatnya dengan menanamkan keyakinan bahwa setiap tantangan pasti ada jalan keluarnya, setiap kesulitan pasti ada kemudahan di kemudian hari (inna maal usri yusra). Putus asa dalam segala hal bertentangan dengan prinsip keimanan. Hanya orang kafirlah yang berputus asa dari kasih dan pertolongan Allah. Jika usaha telah dilakukan secara maksimal, hanya ada satu kata yang diperlukan: tawakal, yaitu menyerahkan sepenuhnya apapun hasil ikhtiar tersebut kepada Allah. Ulet bekerja itu baik, tapi jika tidak dibentengi dengan tawakal, kemungkinan stres sangat tinggi dan berbahaya. Sebab kemungkinan gagal, selalu ada dalam setiap usaha. Tidak ada usaha yang sukses selamanya. Jumlah orang stres selalu bertambah setiap tahun, karena ketiadaan sikap tawakal atau tawakal hanya dengan setengah hati. Tawakal harus berbasis iman, yaitu didahului usaha yang maksimal. Nabi hanya mau berangkat berperang, jika persiapan dan perhitungan yang matang berdasar analisis politik, logistik telah dilakukan. Jika sudah, maka Nabi memimpin pasukan dengan komando hasbunallahu wanimal wakil (Cukuplah Allah sebagai penolong dan pelindung kami). Di samping tawakal, pemimpin baru bisa berhasil jika percaya diri dan optimistis. Ia harus yakin dan yakin bahwa Allah pasti dan pasti Maha Kuasa memberi pertolongan kepadanya. Hanya orang yang percaya diri dan optimis yang bisa meraih kesuksesan. Berlatihlah sampai menjadi kebiasaan untuk rukuk dan sujud yang lama (minimal 30 detik) setiap shalat. Katakan dalam hati, Aku yakin, yakin, yakin akan pertolongan Allah. Pasti, pasti dan pasti Allah Maha Pengasih untuk memberi kemudahan menuju kesuksesan saya. Anda akan terkejut, ternyata apa yang Anda takuti ternyata sama sekali tidak terjadi. Anda akan keheranan terhadap diri Anda sendiri: ternyata Anda bisa melakukannya. Sukses dan sukses sudah di depan mata. Anda pasti mendapat simpati dan teman kerjasama yang menguntungkan, jika Anda pandai menghargai orang lain. Nabi tidak mungkin mendapat dukungan luas jika tidak pandai menghargai karya dan perasaan orang. Tidak jarang Nabi mendengarkan dengan antusias pendapat peserta rapat. Hasil keputusan juga diikuti nabi, walaupun di kemudian hari, terbukti keputusan itu merugikan. Nabi mengajarkan menghargai perasaan orang dengan larangan berbicara berdua ketika berada dalam kelompok. Orang lain bisa tersinggung, apalagi berbisik atau menggunakan bahasa yang tidak umum dalam lingkungan itu.

Bagi Nabi, tugas sebagai rasul adalah amanah. Demikian juga sebagai kepala Negara. Ia memikul dua amanah: sebagai rasul dan sebagai kepala Negara. Betapa berat tugas itu. Tugas itu dikerjakan dengan fokus dan sungguh-sungguh. Siang dan malam hanya berfikir tentang tugasnya. Sama sekali tidak menyalahgunakan kekuasaan dengan seenaknya. Betapa sakit hati rakyat kecil yang membayar pajak di kantor kelurahan, ketika melihat seorang PNS pajak tidak amanah, dengan menyalahgunakan kekuasaanya untuk mencuri puluhan milyar rupiah. Atau mendengar setiap hari ada transfer haram mliyaran rupiah hasil korupsi. Betapa keras jeritan orang-orang yang sampai mempunyai anak empat belum punya rumah melihat orang punya rumah di semua propinsi hasil korupsi. Sifat Nabi berikutnya yang patut kita tauladani adalah jiwa ksatria yaitu bertanggungjawab penuh sebagai pemimpin. Tidak mencari-cari alasan atau kambing hitam jika terjadi suatu kegagalan. Pada suatu persiapan perang, beberapa tentara muslim termakan psy-war musuh sehingga enggan berangkat perang. Karena tanggungjawab perang di atas pundak nabi, maka di hadapan tentara yang lemah semangat, Nabi berkata, jika kalian tidak berangkat, saya sendirilah yang berangkat berperang. Rasa tanggungjawab itulah yang membuat ia menangis ketika ia mendengar firman Allah yang sedang dibaca Abdullah bin Masud. Ayat itu berbicara tentang keharusan Nabi untuk bertanggungjawab atas semua umatnya di akhirat kelak. Seumur hidup Nabi, ia selalu berfikir tentang orang lain daripada dirinya sendiri. Ia diharamkan menerima zakat dari umatnya. Jika menggunakan pakaian yang amat disukai, lalu ada seorang sahabat yang memintanya, baju itu segera diberikan. Ia memang menyukai baju itu, tapi membuat orang lain suka dan senang itulah yang lebih diutamakan. Beberapa menit sebelum ajal menjemput, Nabi masih bertanya kepada Malaikat Jibril, Bagaimana umatku kelak?. Negara ini rusak karena beberapa pemimpin kita lebih memikirkan diri, keluarga, kelompok dan partainya daripada orang lain yaitu kepentingan rakyat banyak. Minumlah JUS TOMAT untuk bahagiaan rumah tangga Anda. Juga suguhkan kepada semua pemimpin untuk kejayaan bangsa ke depan! Selamat menikmatinya.

MENGHADAPI KEKERASAN SUAMI


July 11th, 2013 | Posted by admin_tsb in Konsultasi Keluarga Bahagia - (0 Comments)

MENGHADAPI KEKERASAN SUAMI Assalamualaikum wr wb. Ustad, saya ibu rumah tangga (25 tahun) yang sedang hamil untuk anak pertama. Sekarang memasuki bulan ke empat. Pada saat-saat bersyukur atas kehamilan itu, saya mendapar ujian yang sangat berat. Suami saya bertindak kasar. Telah satu setengah tahun saya menjalani keadaan rumah tangga seperti ini. Semula saya berharap suami saya menjadi penyabar jika saya hamil. Tapi, ternyata tetap saja. Bahasa dan nada bicaranya sangat menusuk hati. Itupun berkalikali dilakukan di depan banyak orang. Tidak jarang melakukan kekerasan fisik pada saya. Belum kering air mata saya usap, sudah mengalir lagi. Itulah yang saya alami, pak ustad.

Saya ingin tetap bersabar, tapi apa mungkin manusia selain nabi bersabar terus menerus. Apa yang harus saya lakukan? Sekian terima kasih atas jawaban ustad. Syukriyah (nama samaran).

Jawaban: Waalaikumussalam wr wb. Pengasuh ikut prihatin atas cobaan hidup ibu. Semoga kesabaran ibu selama ini membentuk anak ibu kelak menjadi pribadi penyabar, tahan ujian, ulet dan diberkahi sepanjang hidupnya. Sebelum menjawab pertanyaan ibu, saya kutipkan firman Allah, Dan Allah membuat isteri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim. (QS at-Tahrim: 1012). Ayat itu menggambarkan adanya tipe rumah tangga di mana seorang istri menanggung derita karena ulah suaminya. Inilah yang ibu alami saat ini. Pada ayat sebelumnya, digambarkan tipe sebaliknya, yaitu suami yang menderita karena ulah istrinya, yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth. Insyaallah ibu akan dibangunkan rumah indah di Surga Firdaus seperti yang disediakan Allah untuk istri Firaun. Pengasuh mohon maaf, sama sekali tidak bermaksud menyamakan suami ibu dengan Firaun. Sekalipun ibu sudah menduga jawaban dari pengasuh adalah nasehat sabar, pengasuh tetap saja menasehati demikian. Sebab nasehat tersebut bukan nasehat biasa, tapi bersumber dari Allah SWT dan berkali-kali disebut dalam Al-Quran. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sungguh, yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (QS. Al-Baqarah [2]:45). Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]:153). Kesabaran yang dimaksud pengasuh bukanlah kesabaran pasif, tapi kesabaran aktif. Artinya, di tengah-tengah kesabaran itu, ada usaha untuk mencari solusi. Ada baiknya, ibu berbicara dari hati ke hati. Jangan-jangan hanya karena kesalah-fahaman di antara Anda berdua. Carilah waktu yang paling tepat. Wudhu dan shalatlah dua rakaat sebelum ibu memulai berbicara kepadanya. Setiap shalat malam, resapilah bacaan Ihdinas shirathal mustaqim, sambil memohon dalam hati agar Anda diberi kekuatan iman dan suami Anda diluruskan iman dan akhlaknya. Bisa juga Anda membaca Surat Ar-Rad 31, lalu berdoa, Wahai Allah semua makhluk dalam genggamanMu. Tidak sulit bagiMu menggeser gunung, membelah bumi dan menghidupkan orang yang telah mati. Maka sangat mudah bagiMu untuk melunakkan hati suami saya. Jika Anda lakukan hal di atas selama dua bulan dan tidak ada hasil, maka sebaiknya Anda berdua datang ke psiokolog atau ahli agama. Pengasuh juga siap membantu Anda. Saya sangat yakin ada perubahan besar pada suami Anda setelah itu, atau setelah kelahiran sang anak yang menjadi buah hati berdua. Wallahu Alam.

DOA SHOLAWAT SURGA


(Moh. Ali Aziz, malzis@yahoo.com; Surabaya 10 Juli 2013)

Allahumma sholli ala Muhammad; Allahummarzuqna fid dun-ya ziyaratahu, wafil akhirati syafaatahu, wabil jannati ruyatahu wamurafaqatahu. Wahai Allah, berikan sholawat kepada Nabi Muhammad. Mudahkan kami sekeluarga dan kedua orang tua untuk beribadah umrah dan haji di Mekah, serta shalat di Raudhah dekat makam Nabi di Madinah. Pertemukan kami sekeluarga dengannya di surga. Allahumma sholli ala Muhammad; Allahummajalna min khiyari ummatihi, wassa-irina yaumal qiyamati tahta liwa-ihi Allahumma sholli ala Muhammad. Wahai Allah, jadikan kami orang-orang pilihan Nabi Muhammad. Bariskan kami pada hari kiamat di bawah benderanya. Allahumma sholli ala Muhammad; Istamil alsinatana fi mad-hihi wanushrotihi Allahumma sholli ala Muhammad. Jadikan lidah kami tiada henti bersholawat kepada Nabi Muhammad dan bersemangat menyebarkan ajaran yang dibawanya. Allahumma sholli ala Muhammad; Ahyina mutamassikina bithoatihi wamahabbatihi, waamitna ala sunnatihi wajamaatihi. Allahumma sholli ala Muhammad. Hidupkan kami dengan penuh ketaatan dan cinta kepada Nabi Muhammad. Matikan kami dalam keadaan tetap berpegang teguh pada sunnah dan jamaahnya. Allahumma sholli ala Muhammad; Adkhilna maahul jannata fainnahu awwalu man yadkhuluha, wa-anzilna maahu fi qushuriha fainnahu awwalu man yanziluha Allahumma sholli ala Muhammad. Masukkan kami ke surga bersama Nabi Muhammad, sebab dialah yang pertama kali memasukinya. Ijinkan kami menikmati istananya di surga bersamanya, sebab dialah yang pertama kali menempatinya.

KIAT HIDUP 3800 TAHUN


June 27th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

KIAT HIDUP 3800 TAHUN Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Allah menciptakan kalian, kemudian mewafatkan kalian; dan diantara kalian ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nahl [16]:70)

Beberapa ayat sebelumnya, Allah menjelaskan, untuk kelangsungan hidup dan kenikmatan manusia, Allah telah menurunkan air dari langit untuk menyuburkan tanaman dan menghasilkan buah kurma, anggur dan sebagainya. Lebah juga diberi wahyu oleh Allah untuk menghisap bunga dan membuat rumah yang bagus agar menghasilkan madu untuk kekuatan dan obat bagi manusia. Sayang, sebagian manusia tidak mensyukuri anugrah Allah itu. Sebaliknya, mereka menggunakan buah-buahan itu untuk minuman memabukkan. Pada ayat yang dikutip di atas, Allah menegaskan bahwa sesehat apapun, usia manusia ada batasnya. Kematian itu disebabkan karena usia tua atau karena kecerobohan pola makan dan minum. Sebagian mereka meninggal pada usia muda dan sebagian yang lain diberi panjang usia. Sangat manusiawi, jika Anda bersedih karena salah satu keluarga Anda meninggal pada usia muda. Tapi, sebaiknya Anda berbaik sangka kepada Allah. Bisa jadi, ia diwafatkan oleh Allah agar ia menghadap-Nya ketika masih dalam keadaan beriman. Tidak jarang orang shaleh ketika muda, lalu banyak maksiat ketika tua dan mati dalam keadaan tercela. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan doa,Wahai Allah, jika Engkau berkehendak rusaknya suatu masyarakat, maka wafatkan aku sebelum terkena pengaruh negatif itu. (HR Ahmad dari Muadz bin Jabal r.a). Umur yang terbaik bukan dilihat dari kuantitas namun kualitasnya. Usia yang pendek namun penuh kebaikan jauh lebih baik daripada usia 100 tahun, tapi penuh dosa. Kita berharap panjang usia, panjang pula pahalanya. Orang yang terbaik adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya (HR Ahmad dari Abu Bakrah r.a.). Tentu, yang kita harapkan usia panjang yang tidak sampai pada keadaan ardzalil umur (usia lemah alias pikun) sehingga menjadi beban bagi keluarga. Rasulullah SAW diberi hidup oleh Allah SWT 63 tahun Hijriyah atau 61 tahun Masehi. Bagi orang sesuci beliau, cukuplah usia itu untuk menghadap Allah. Beliau tekun beribadah dan selalu menangis setiap memohon ampunan, padahal ia tidak punya dosa. Bagi kita, usia 61 tahun terlalu singkat untuk mengumpulkan bekal menghadap Allah SWT dan menghapus dosa kita yang

menumpuk. Kita harus berusaha hidup lebih lama dari usia Nabi SAW. Mungkin idealnya dua kali lipat dari usia Nabi: 122 tahun seperti usia wanita tertua di dunia, Jeanne Louise Calment di Perancis (meningggal 1997 dalam usia 122). Untuk itu, kita wajib menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, membangun keakraban dengan sanak famili dan bergaul sebanyak-banyaknya dengan orang lain di masjid, majlis dzikir, perkumpulan olah raga dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda,Barangsiapa ingin dimudahkan rizkinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usianya) hendaklah ia menyambung tali persaudaraan (HR. Bukhari dari Anas bin Malik r.a). Dr. Nil Barzilai, direktur Albert Einstein College of Medicines Institute for Aging Research di New York menyimpulkan mereka yang panjang umur adalah yang selalu positif dalam hidupnya: optimistis, mudah bergaul, extrovert, lebih banyak tertawa dan emosi yang terungkap. (Strait Time) Berdasar hadis di atas, timbul pertanyaan: bisakah umur manusia diperpanjang? Muhammad Ibrahim An-Nuaim dalam bukunya Kaifa Tuthilu Umrakal Intajiy (Misteri Panjang Umur) menjawabnya dengan mengutip tiga pendapat ulama. Pertama, menambah jatah umur manusia bukanlah hal yang sulit bagi Allah. Sekalipun umur manusia telah ditulis di sisi-Nya, namun adalah hak mutlak bagi-Nya untuk merubah atau menghapusnya. Nabi dan Malaikat tidak bisa melakukannya. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh) (QS.Ar-Rad [13]:39). Dengan kekuasaan mutlak Allah itu, bisa saja seseorang telah ditetapkan batas umurnya, namun karena ia berbaik-baik dengan sanak famili dan sebanyak-banyak orang, lalu Allah SWT merubah catatan-Nya untuk memberi tambahan umur kepadanya. Kedua, yang dipanjangkan Allah SWT adalah keharuman nama setelah kematian seseorang. Ketika hidup, ia banyak bersedekah, sehingga pahalanya tetap mengalir kepadanya ( shadaqah jariyah). Atau ia amat terkenal kebaikannya, sehingga setelah matinya, banyak orang menyebutnyebut kebaikan itu. Semakin lama, semakin harum namanya. Nabi Ibrahim berdoa, Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian (QS. AsSyuara [26]:84). Ketiga, umur manusia tidak bisa ditambah atau dikurangi, karena sudah ditetapkan Allah sebelum kelahirannya (QS. Fathir [35]: 11 dan Qs Al Araf [7]:34). Kita hanya bisa meminta tambahan keberkahan usia. Artinya hitungan usia kita memang pendek, namun karena banyak ibadah, usia yang pendek itu menandingi usia ratusan tahun orang lain, khususnya umat sebelum nabi Muhammad SAW. Misalnya, usia sehari bisa dinilai Allah setara dengan lima tahun. Setahun setara dengan 3.800 tahun. Caranya? Ikuti petunjuk Rasulullah SAW berikut, Barangsiapa berjalan ke masjid untuk shalat fardlu secara berjamaah, maka shalatnya setara dengan sekali ibadah haji. (HR Ahmad dan Abu Dawud). Shalat berjamaah lima kali sehari sama dengan lima kali ibadah haji. Haji dikerjakan setahun sekali. Berarti, jika Anda shalat berjamaah di masjid setahun penuh (360 hari) tanpa absen, maka usia setahun itu sama dengan 3.800 tahun. Pada bulan suci Ramadlan, bonus untuk nilai usia Anda jauh lebih dahsyat. Semalam lailatul qadar sama dengan usia 83 tahun. Demi usia yang berkualitas itulah, maka para sahabat dan orang-orang shaleh terdahulu tidak melewatkan waktunya dengan sia-sia. Abdullah bin Masud berkata, Aku tidak pernah menyesali apapun melebihi penyesalanku akan terbenamnya matahari. Umurku berkurang sedangkan ibadahku tidak bertambah. Dawud at-Thai lebih suka meminum fatiit (sup roti)

daripada makan roti. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, Minum sup roti lebih cepat. Waktu untuk mengunyah roti cukup untuk membaca 50 ayat al-Quran. Majduddin Abul Barakat, kakek Ibnu Taimiyah tidak mau waktunya lewat tanpa memperoleh ilmu. Jika ia akan masuk kamar kecil, ia menyuruh seseorang untuk membacakan sebuah buku dengan suara keras agar ia bisa mendengarnya selama buang hajat itu. Sebagian ulama terdahulu selalu membaca alQuran dalam perjalanan ke mana saja. Oleh karena itu, ia mengukur jarak perjalanan dengan jumlah ayat al-Quran. Begitulah usaha memperpanjang umur dengan kualitas keberkahan. Menurut Nabi SAW, Umur umatku antara 60-70 tahun, dan hanya sedikit yang lebih dari itu (HR At Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a). Sekali lagi, Anda harus berusaha hidup melebihi usia Nabi SAW. Tapi, jika Allah menghendaki usia Anda lebih pendek, Anda tetap berbahagia, karena usia sependek itu telah setara dengan ratusan ribu tahun berkat kebaikan yang Anda lakukan. Maukah?

KAMERA TERCANGGIH PENGINTAI ANDA


June 21st, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (3 Comments)

KAMERA TERCANGGIH PENGINTAI ANDA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya, Mengapa bumi (menjadi begini)?. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan beraneka, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) atas perbuatan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (debu atau atom)pun, pastilah ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula. (QS al-Zalzalah [99]:1-8) Inilah Surat Al-Quran yang disebut Rasulullah SAW sebagai Surat Separuh Al-Quran (HR at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas). Surat ini memuat tiga pesan penting. Pertama, suasana hari kiamat. Kedua, kesaksian bumi atas semua perbuatan manusia. Ketiga, ketelitian pemeriksaan Allah

terhadap perbuatan manusia dan jenis balasannya. Saya yakin hati Anda bergetar terkena sentuhan Surat Separuh Al-Quran ini. Salah satu pokok keimanan dalam Islam adalah percaya adanya hari kiamat. Pada hari berakhirnya semua kehidupan itu, bumi diguncang dengan dahsyat melebihi guncangan yang pernah disaksikan manusia sebelumnya. Begitu kerasnya goncangan, sampai gunung seberat apapun terlempar tinggi ke atas. Apalagi makhluk sekecil Anda. Semua gunung itu terlempar ke atas seperti ribuan laron yang memenuhi udara atau kapas yang tertiup angin. Ahli geologi yang sudah mengenal seluk beluk bumi, pada hari kiamat itu juga akan heran, gugup dan penuh ketakutan. Tambang minyak, lahar panas, emas, intan dan semua isi perut bumi akan dimuntahkan. Setelah semuanya berakhir, maka semua manusia mulai Nabi Adam sampai manusia terakhir akan dibangkitkan dari kuburan masing-masing. Malaikat Jibril pernah mengatakan bahwa Nabi SAW adalah orang pertama yang dibangkitkan, dan dialah juga yang akan memimpin semua manusia yang dibangkitkan itu menuju pengadilan Allah. Dalam Surat Ali Imran ayat 106-107, Allah menjelaskan dua macam wajah manusia saat itu. Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan), Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya. Di samping wajah yang hitam dan putih, dalam beberapa hadis, dijelaskan pula adanya manusia berwajah keledai, ada pula yang terhuyung-huyung kelelahan, selalu terjatuh dan terinjak-injak, dan ada pula yang berjalan dengan salah satu pundak yang miring. Semua tampilan itu sebagai hasil dari make-upnya sendiri selama hidup di dunia. Mereka yang berwajah putih, adalah yang ber-make-up dengan wudlu. Mereka yang terjatuh dan terinjak-injak orang, adalah mereka yang sudah terbiasa menginjak-injak hak-hak dan kehormatan manusia semasa hidupnya. Adapun orang yang berjalan dengan pundak yang miring, adalah mereka yang beristri lebih dari seorang dan bertindak tidak adil kepada mereka. Bumi tidak hanya memuntahkan isi perutnya. Ia juga menjadi CCTV sepanjang zaman untuk merekam apa saja yang Anda lakukan. Alat perekam itu telah dipasang di semua tempat: dugemdisco, remang-remang arena pelacuran, masjid, mushalla, gedung DPR/MPR dan sebagainya. Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana pelaporan rekaman bumi tersebut. : : , : , : , : : , ) ( . Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW membaca ayat: Yaumaidzin tuhadditsu akhbaraha (pada hari itu bumi menceritakan beritanya). Tahukah kamu sekalian, apa yang diberitakan oleh bumi itu?. Para sahabat menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu. Beliau bersabda, Berita bumi itu adalah bahwa bumi itu menjadi saksi atas segala perbuatan seorang laki-laki maupun perempuan yang dilakukan di atasnya. Bumi itu akan mengatakan, Ia berbuat begini dan begitu pada hari ini dan hari itu. Inilah yang diberitakan oleh bumi. (HR. At-Turmudzi)

Mohammad bin Allan as-Shiddiqi mengatakan bumi akan berbicara dengan suara seperti suara manusia dan itu tidak sulit bagi Allah. Bumi melaporkan secara detail hasil rekamannya. Tidak cukup dengan kesaksian bumi, semua anggota badan Anda ikut berbicara memberi kesaksian. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS Yasin [36]:65). Dalam ayat lain, Allah berfirman, Dan mereka berkata kepada kulit mereka, Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? kulit mereka menjawab: Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (QS. Fushilat [41]:21) Lengkaplah sudah alat perekam perbuatan manusia di semua sudut bumi. Semua alat perekam itu mendeteksi kita. Perbuatan baik sebesar debupun akan diketahui Allah dan akan dibalasnya. Demikian juga perbuatan dosa. Adapun hati, hanya Allah yang mengetahui lintasan sesamar apapun di dalamnya. Jika Anda melakukan kebajikan, tapi tidak satupun orang memberi apresiasi, jangan gelisah. Jangan sekali-kali bersuka ria, jika kesalahan Anda itu berhasil ditutup-rapat dengan segala cara, sebab Allah pasti mengetahui dan bumi menjadi saksinya. Jika Anda memenangi perkara di pengadilan, padahal hati nurani Anda mengetahui bahwa Anda melakukan kebohongan dan tipudaya dengan kekuasaan dan uang, jangan bersorak-sorai. Ingatlah bumi menjadi saksi kebohongan Anda dan Allah pasti akan membalasnya. Allah Maha Mengetahui isi hati Anda. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (debu atau atom)pun, pastilah ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula. Dua ayat penutup surat inilah yang oleh Abdullah bin Masud disebut sebagai ayat paling lengkap cakupanya dan paling menggetarkan hati pembacanya. Saya yakin, Anda juga bergetar membaca kandungan surat ini. (Sumber beberapa Kitab Tafsir, Dalilul Falihin:I:245; Riyadus Sholihin I:358)

MEMOTRET DIRI MELALUI LENSA ILAHI Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Sungguh, telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebabsebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?. (QS. Al Anbiyak [21]:10). Ayat di atas merupakan kelanjutan beberapa ayat sebelumnya yang menjelaskan fungsi para nabi dan rasul sebagi ahludz dzikri, rujukan atau tempat bertanya tentang agama, karena mereka telah dibekali wahyu Allah. Sebagai kelanjutan ayat tersebut, ayat ini menjelaskan bahwa, di samping mengutus para nabi dan rasul, Allah juga menurunkan Kitab Suci untuk membimbing manusia ke jalan keselamatan dan kemuliaan. Kata dzikrukum pada ayat di atas bisa diartikan sebutan tentang kamu atau sebutan untuk kamu atau pelajaran untuk kamu. Ibnu Abbas mengartikan kemuliaan untuk kamu (syarafukum). Diartikan sebutan tentang kamu atau sebutan untuk kamu, karena Al Quran berisi kisah-kisah tentang kamu: bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain sebagai pelajaran dan petunjuk agar kamu tetap berada di jalan yang benar. Al Quran juga memberi pedoman dan manusia bisa memilih menjadi terhormat atau terhina, mulia atau tercela. Ayat diatas ditutup dengan teguran, Mengapa kamu tidak menggunakan akal sehat untuk mengambil pelajaran Al Quran?. Ayat yang dikutip diatas sangat pendek. Tapi ayat itulah yang mendorong Al Ahnaf bin Qays membolak-balik lembaran-lembaran Al Quran. Ia ingin mengetahui ayat-ayat yang mengantarkan manusia kepada kemuliaan (dzikrukum), kemudian ingin melihat potret dirinya, apakah dia termasuk orang mulia dalam ayat-ayat itu atau orang hina. Siapakah Al Ahnaf bin Qays?. Dia adalah sahabat yang lahir pada tahun ketiga sebelum hijrah. Nama aslinya Ad-Dhahhak, tapi lebih dikenal dengan nama Al Ahnaf yang artinya kaki bengkok. Kakinya memang seperti huruf X, tubuhya kecil, kepalanya botak, matanya cekung dan dagunya agak miring. Ketika Nabi SAW wafat, ia masih usia remaja. Ia pernah didoakan Nabi untuk ampunan Allah, dan itulah doa yang selalu menjadi kenangan dan harapan, Itulah doa yang paling saya butuhkan pada hari kiamat nanti.

Al Ahnaf adalah murid kesayangan Umar bin Khattab. Secara fisik, ia tidak meyakinkan. Tapi luar biasa pengaruhnya di masyarakat. Pemimpin Bani Tamim dan pejuang Islam ini sangat berwibawa. Jika dia marah, seratus ribu orang bisa ikut marah tanpa tahu sebabnya kata Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia seperti singa ketika menghadapi musuh di medan perang karena keberaniannya, dan bagaikan patung ketika mendapat cacian orang karena kesabarannya. Setiap tengah malam, ia menyalakan lentera di samping tempat sujudnya. Sesekali meletakkan jarinya di atas lentera untuk mengingakan panasnya api neraka. Dialah muslim tauladan yang bisa membangun keseimbangan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Berbekal dorongan ayat di atas, Al Ahnaf mulai membuka-buka Al Quran, Tiba-tiba mata tertuju pada firman Allah Surat Adz-Dzariyat [51]: 17-18 Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di waktu pagi sebelum fajar, mereka selalu memohon ampunan. Menurut ayat ini, orang yang bertakwa selalu salat malam, dan hanya memohon ampunan Allah SWT. Al Ahnaf bin Qays meneteskan air mata dan berkata, Wahai Allah, sungguh saya tidak termasuk dari mereka yang Engkau sebutkan dalam firman-Mu ini. Dalam lembaran berikutnya, Al Ahnaf membaca Surat Ali Imran [3]: 134, (Orang-orang yang bertakwa adalah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Menurut ayat ini, orang-orang bertakwa selalu menginfakkan harta setiap saat. Tidak menunggu sampai ia kaya atau berlebih. Mereka tidak hanya mengobral infak, tapi juga mengobral maaf dan kelapangan hati. Setelah diam sejenak, Al Ahnaf berkata, Wahai Allah, saya tidak termasuk kelompok ini. Dalam lembaran Mushaf Al-Quran berikutnya, ia menjumpai Surat Al Hasyr [59]: 9 ..dan mereka mengutamakan (orang-orang lain), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapapun yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Mereka yang dipuji Allah dalam ayat di atas adalah para sahabat penduduk asli Madinah yang memberi semua kebutuhan saudara-saudaranya yang hijrah dari Makkah, sekalipun mereka sendiri bukan orang berlebih. Mereka lebih banyak memikirkan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Bukan sebaliknya, seperti yang kita saksikan di negeri ini, mengorbankan orang banyak demi kepentingan diri, keluarga, kelompok atau partainya. Setelah membaca ayat ini, Al Ahnaf sekali lagi berkata, Wahai Allah, sungguh, saya tidak termasuk kelompok ini. Al Ahnaf melanjutkan pencarian ayat sambil berkata, Wahai Allah aku belum menemukan potret diriku. Kali ini ia membaca firman Allah Surat As Shaffat [37]:35-36 Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena (menikuti) seorang penyair gila? Ayat ini menjelaskan adanya sekelompok orang yang acuh bahkan sinis ketika mendengar nasehat keagamaan. Mereka menganggap para penganjur kebajikan di tengah kemaksiatan sebagai orang-orang tak waras. Al Ahnaf bin Qays berkata, Wahai Allah, jauhkan aku dari sifatsifat yang tercela ini. Al Ahnaf tidak henti-hentinya membolak-balik mushaf Al-Quran sampai bertemulah Surat At Taubah [90]:102, Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka. Mereka mencampurbaurkan perbuatan yang baik dengan perbuatan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Melalui ayat inilah, Al Ahnaf bin Qays menemukan potret dirinya. Ia berkata, Wahai Allah, saya temasuk kelompok ini. Ia menyadari bahwa sepanjang hidupnya ia mengerjakan dua hal yang berlawanan antara pahala dan dosa. Ia mengakui potret dirinya yang abu-abu, tidak jelas keimanan dan keislamannya. Anda bisa melakukan seperti yang dilakukan Al Ahnaf bin Qays. Sudah sangat jelas diterangkan dalam Al Quran sifat-sifat orang mukmin, munafik, kafir dan seterusnya. Dari situlah Anda dapat mengetahui Siapa Anda sebenarnya. Anda hanya bisa memotret diri, jika lensa Anda bersih dan tajam yaitu akal yang cerdas dan indera yang peka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaf [50]:37).

PONDASI MASYARAKAT MADANI


June 5th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments)

PONDASI MASYARAKAT MADANI Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Ketika berhasil memasuki Madinah setelah menempuh perjalanan hijrah dari Mekah, Nabi SAW berpidato di depan para sahabat. Inilah pidato pertama yang beliau sampaikan, sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Salam r.a. Abu Yusuf, Abdullah bin Salam r.a.berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Wahai manusia, sebarkan salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahim, dan salatlah malam ketika manusia tidur HR Tirmidzi. Abdullah bin Salam adalah mantan kepala Pendeta Yahudi Madinah. Nama itu pemberian Nabi sebagai ganti nama sebelumnya, yaitu Husein bin Salam. Ia masuk Islam setelah menjumpai Nabi Muhammad SAW yang ternyata memiliki ciri-ciri sebagaimana disebut dalam Kitab Taurat. Allah berfirman, (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang maruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orangorang yang beruntung. (QS. Al-Araf [7]:157) Pidato nabi di atas meletakkan empat pondasi masyarakat yang akan dibangun di Madinah, yaitu empat S (Salam, Sedekah, Silaturrahmi dan Salat malam). Pertama, salam yang berarti ketentraman dan keamanan. Perintah menyebarluaskan salam tidak hanya salam formal, namun lebih bersifat salam substansial yaitu kedamaian, ketentraman dan keamanan. Masyarakat yang ingin dibangun di Madinah adalah masyarakat yang damai sekalipun terdiri dari multi etnis dan multi agama

Pesan Nabi itu juga ditujukan kepada setiap muslim di manapun ia berada. Dalam komunitas yang bagaimanapun, setiap muslim harus menjadi pelopor kedamaian dan ketertiban. Bukan sebaliknya, menjadi sumber masalah (trouble maker). Allah SWT memerintahkan kita untuk berlomba menuju Darussalam, yaitu masyarakat penuh kedamaian atau surga di akhirat. (QS.10:2, QS 4:86). Kedua, sedekah yaitu berbagi kekayaan untuk kesejahteraan. Sudah menjadi sunnatullah bahwa di daerah manapun selalu terdapat orang-orang kaya dan miskin. Kesejahteraan di tengah masyarakat tidak bisa dicapai tanpa adanya kesediaan orang-orang yang berlebih untuk berbagi dengan yang miskin. Inilah konsep zakat dalam Islam. Silakan berlomba menjadi orang terkaya. Tidak ada satupun ayat al-Quran yang melarangnya. Tapi jangan buta dengan keadaan orang lain. Kepedulian kepada orang lain adalah kunci pembangunan masyarakat sejahtera. Ketiga, silaturrahim yang berarti membangun ikatan kesatuan dan persatuan. Dalam skop kecil, setiap muslim dituntut membangun keutuhan keluarganya. Mereka harus menjadi keluarga teladan bagi orang lain. Masyarakat yang kuat terdiri dari unit-unit keluarga yang kokoh. Dalam skop yang lebih luas, ia harus bisa membangun hubungan sanak famili yang harmonis. Bisa menyelesaikan semua persoalan keluarga besar dengan arif. Menjaga sedemikian rupa agar tidak ada keretakan hubungan berkeluarga besar. Inilah yang dimaksud dengan semangat silaturrahim. Perbedaan agama, ideologi, politik tidak boleh menjadi alasan keretakan berkeluarga besar. Khusus dalam hubungan persatuan sesama muslim, keimanan adalah pengikat yang utama. (QS 49:10). Keempat, salat malam yaitu kesalehan pribadi. Setiap muslim harus membangun kesalehan pribadinya agar berdampak pada kesalehan sosial di tengah masyarakat. Apalagi sebagai pemimpin. Ia harus selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah) dan pendekatan diri kepada Allah (muraqabah) setiap malam agar ia diberi kekuatan mengantarkan masyarakat adil makmur dalam keridlaan Allah.

ISTRI KAYU PUTIH


May 13th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (59 Comments)

ISTRI KAYU PUTIH Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Sebelum membaca artikel ini, saya mengingatkan, Jika Anda suami yang mudah tersinggung, Anda dilarang keras membaca artikel ini. April 2013 yang lalu, dua anak saya: ketiga dan keempat ingin umrah dengan melintasi beberapa negara. Lalu saya putuskan mengikuti Travel umrah profesional Nurul Hayat Surabaya. Asyik sekali, kata mereka berdua ketika naik bus dari Singapore ke Malaysia. Dalam hati saya, Asyik bagi anak muda. Tapi bagi lansia yang bertongkat dan beroda tentu bukan mengasyikkan, tapi melelahkan, karena harus naik turun membawa kopor besar. Anehnya, saya tidak melihat tanda kesal pada wajah para lansia itu. Luar biasa. Setiap menghadapi kesulitan dan kelelahan, mereka selalu berpikir positif, Siapapun yang umrah menuju Baitullah pasti diuji dengan berbagai macam cobaan. Dalam pesawat Saudi Airlines dari Johor menuju Jedah itulah saya memperoleh pengalaman amat berharga. Saya ditakdirkan Allah duduk di barisan kursi tengah, bersebelahan dengan sepasang suami istri yang sama-sama berusia diatas 60-an tahun. Inilah pengalaman terlama saya mencium bau minyak kayu putih: 8 jam lebih. Mama, tolong gosok yang ini. Terasa masuk angin, kata sang suami sambil menunjuk punggung kanan di bawah pundaknya. Istri yang setia itu lalu mengosoknya pelan-pelan. Tidak lama kemudian, ia meminta lagi, Mama, ganti gosok leher saya, saya terasa mau muntah Istri tetap melayani permintaan sang suami dengan ikhlas. Beberapa menit kemudian saya tertidur, karena lelah melintasi dua negara melalui darat sebelumnya. Ketika terbangun, bau minyak kayu putih ternyata masih menyengat, karena si istri masih melanjutkan menggosokkan minyak itu. Semula di punggung dan di leher, sekarang ganti di bagian kaki. Ya itu mama, tekan agak keras sedikit, pinta sang suami sambil menyelonjorkan kakinya di pangkuan istri. Menjalang turun di Jedah, saya masih melihat istri memegang botol minyak kayu putih di tangan kiri dan tangan kanan memegang kaki sang suami. Saya tidak tahu apakah selama dalam perjalanan delapan jam itu tiada menit tanpa gosokan minyak atau hanya beberapa jam. Yang pasti bagi saya, minyak itu menjadi saksi bakti istri kepada suami. Luar biasa, saya yakin dialah yang termasuk reward Nabi SAW, Siapapun wanita yang meninggal, dan suaminya sedang bersuka hati atas kesetiaannya, ia dijamin masuk surga. Masih banyak istri yang menunjukkan kesetian seribu persen untuk suami. Anda mungkin pernah melihat istri yang tidak tidur semalam karena sibuk menyiapkan segala sesuatu keperluan suami yang akan pergi agak lama ke luar kota. Ia ingin suaminya menikmati perjalanan jauhnya. Sedangkan sang suami- mungkin Anda sendiri tidur dengan pulas. Anda juga pernah melihat istri yang berlari-lari mengejar suami yang akan memasuki mobilnya hanya karena dasi yang dipakai kurang tepat pemasangannya. Ketika Anda tertawa riang di tempat kerja, istri Anda di rumah justru sedang mengompres anaknya dengan cemas karena panas badannya tidak menurun. Pengabdian istri lebih-lebih dapat Anda lihat pada bulan suci Ramadlan. Pagi hari dimulai dengan pertanyaan, Makanan apa lagi yang paling disukai suami untuk berbuka puasa?

Mereka juga tidak bisa tidur nyenyak karena takut terlambat bangun untuk menyiapkan sahur sang suami. Ketika suami bangun semua makanan sudah tersaji dengan hangat di meja makan. Setelah melihat fenomena itu, terlintas dua pertanyaan besar di benak saya. Bagaimana seharusnya para suami membalas kebaikan para istri mulia itu? Apakah dalam Islam, suami diijinkan meminta pelayanan seperti itu? Di tengah mencari jawab itu, saya mendapat telpon dari ibu setengah baya dengan suara yang terisak-isak, Pak tolonglah saya. Doakan saya tetap sabar menghadapi suami yang semalam menghajar saya, sampai darah mengucur dari hidung. Ia memaksa saya memberi ijin untuk menikah dengan wanita lacur pilihannya. Saya kenal betul siapa wanita itu. Secara lahiriyah, saya tahu benar kesetiaannya kepada suami, dan pengabdiannya seperti budak melayani majikannya. Ia selalu membawa tissue harum untuk mengusap keringat di kening suami atau membersihkan sisa makanan di ujung kedua mulut setelah makan siang. Karena adanya telpon itu, saya akhirnya membatalkan mencari jawaban dua pertanyaan di atas. Lebih baik saya membuat kesimpulan sementara saja, atau mengambil pelajaran dari fenomena di atas. Bahwa Kepastian susu dibalas susu hanyalah rumus akhirat. Sedangkan rumus dunia tidak selalu demikian. Tidak jarang kita menyaksikan atau bahkan merasakan sendiri dalam pengalaman hidup, Susu; jelas-jelas susu dibalas dengan air toba. Saya benar-benar belum konsentrasi mencari jawaban pertanyaan di atas. Mungkin pada waktu lain, saya baru bisa menyuguhkan jawaban atas dua pertanyaan di atas ketika kegalauan saya melihat fenomena itu sudah hilang. Saya tutup saja artikel ini dengan pesan penting untuk diri sendiri dan orang lain yang memiliki kepekaaan kemanusiaan, bahwa apapun alasannya, perlakuan yang bertentangan dengan martabat dan kemuliaan wanita harus dihentikan. Suami yang minta serba dilayani oleh istri sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya adalah bentuk pelecehan kepada istri. Istri yang dititipkan orang tuanya kepada Anda tidak boleh diperlakukan seperti pembantu. Ia adalah belahan jiwa. Jika perlakuan tidak manusiawi itu dipelihara, maka kita telah menyuburkan perbudakan baru di rumah tangga. Ketika Anda mengutuk perbudakan buruh di Tangerang, maukah Anda mengutuk perbudakan di rumah tangga?. Pesan penting Al Quran (QS. An-Nisa ayat 19) harus kita perhatikan, bahwa setiap suami harus memperlakukan istrinya dengan makruf: menjaga martabat dan kehormatannya dan mengembangkan senyum untuknya. Al Aswad bertanya kepada Aisyah, istri Nabi SAW, Bagaimanakah kehidupan Rasulullah di rumah? Aisyah menjawab, Ia selalu membantu semua pekerjaan rumah tangga. Dan ketika terdengar suara adzan, dia segera meninggalkan semua pekerjaan untuk segera shalat. (HR Bukhari). Anda wajib bersyukur jika istri Anda memiliki cinta, kesetiaan dan semangat pelayanan seperti istri kayu putih di atas. Tapi, biarlah itu tumbuh dari dirinya sendiri, bukan atas permintaan atau instruksi Anda. Itupun Anda seharusnya menolak perlakuan yang berlebihan itu. J ika Anda bisa mengaduk kopi sendiri, mengapa harus istri yang Anda minta melakukannya? Ketika tangan Anda masih sehat, mengapa harus istri yang Anda suruh mengambilkan sepatu. Anda harus berkompetisi untuk saling melayani, bukan meminta dilayani. Itulah penghormatan martabat oleh dan untuk suami istri. Jika kompetisi itu yang kedepankan, dijamin seratus persen ketegangan suami istri bisa berkurangi secara drastis. Frekwensi amarah suami istri juga bisa dikurangi, bahkan bisa dieliminir sama sekali. Silakan memulainya.

GURU 3K Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Bulan ini, saya bersyukur kedatangan tiga guru spiritual. Mereka bukan ustad yang biasa mengumandangkan ratusan hafalan ayat Al Quran dan hadis nabi. Bukan juga pemimpin kelompok dzikir dengan peci putih di kepala dan tasbih melingkar di jari tangan. Tidak satu ayat atau hadispun terucap dari mulut tiga tamu itu. Tapi, sungguh beberapa kata yang disampaikan di tengah pembicaraan itu membuat saya sangat haru, sekaligus memperoleh banyak pelajaran. Pertama, orang buta (63 tahun) yang datang jauh dari Lumajang (90 km dari Surabaya). Kedua, pengidap tumor ganas dan gangguan jantung (67 tahun) dari Surabaya. Ketiga, tamu dari Sidoarjo (64 tahun), yang sebelumnya ia tidak bisa berjalan selama lima tahun karena mengalami penyempitan pembuluh darah di balik kedua betisnya. Ketiga tamu itu datang pada waktu dan tempat yang berbeda, tapi memberi pelajaran yang sama: keikhlasan, keridloan dan kepasrahan. Saya ikhlas. Senang saja menerima cobaan ini. Saya tidak minta sembuh. Terserah saja apa kehendak Allah, inilah inti jawaban mereka ketika saya tanya, Apa bapak meminta sembuh dari penyakit berat ini?. Luar biasa. Itulah penggalan kalimat yang membuat saya merinding dan meneteskan air mata tanpa terasa. Kehebatan mereka terletak pada penguatan mindset, sehingga mereka meminum yang pahit dengan rasa manis. Sekalipun demikian, saya ingin menambah semangat kebahagiaan disamping apresiasi besar. Kepada guru pertama yang buta, saya mengatakan, Saya yakin, bapak adalah orang pertama yang melihat cahaya surga. Orang pertama pula yang diberi kesempatan memandang keindahan wajah Allah di akhirat kelak. Sebab, bapak telah terbebas dari dosa mata, dan tercabut dari keindahan alam semesta. Dengan kebutaan, bapak telah memperoleh ketajaman atau kepekaan telinga mendengar kalam Allah. Kepada guru kedua, saya berbagi, Keriangan bapak menerima tumor sebagai kado dinar dari Allah pasti ampunan dosa dari-Nya, melebihi pengampunan dari ibadah umrah dan haji puluhan kali. Bagi saya, riang menerima cobaan bernilai lebih tinggi dari kesabaran. Sakit sedikit karena tertusuk duri di jalan saja sudah mendatangkan ampunan, kata Nabi SAW. Apalagi gangguan jantung dan tumor. Sekian lama merasakan sakit fisik. Ratusan juta rupiah ia dikeluarkan untuk pengobatan. Di akhir pertemuan, pria lansia itu masih berpesan, Saya sehat lebih dari 60 tahun. Maka jika saya sakit hanya tiga tahun, tidaklah pantas bagi saya untuk membesar-besarkan penyakit dan melupakan kesehatan yang dianugrahkan sekian lama. Kepada guru ketiga, saya tidak hanya haru tapi juga kaget. Setelah menguatkan ridla dan keikhlasan menerima kelumpuhan kaki dan pembulatan pasrah kepada Allah dengan puncak kepasrahan dalam rukuk dan sujudnya, tiba-tiba ketika adzan shubuh, Selasa (lupa tanggal) April 2013 itu, ia bisa berjalan sampai ke masjid untuk shalat berjamaah, sekalipun dengan sedikit menyeret kaki. Dulu saya tiada henti meminta sembuh. Tapi setelah lama tidak sembuh, saya ikhlas dan ridlo saja. Saya bulatkan lagi kepasrahan kepada Allah dalam setiap rukuk dan sujud saya. Ternyata, di saat demikian, justru diberi kesembuhan, katanya dengan wajah sumringah. Salam takdzim untuk ketiga guru saya. Saya bertekad menyontoh keikhlasan, keridloan dan kepasrahan mereka. Saya kirimkan satu hadis Nabi berikut sebagai hadiah dan kenang-kenangan

perjumpaan dengan mereka. Suatu saat, Ibnu Abbas berkata kepada Attha bin Abi Rabah, Maukah kamu saya tunjukkan perempuan calon penghuni surga? Tentu, dengan senang hati, jawan Atha. Lalu Ibnu Abbas menunjuk ke arah perempuan berkulit hitam, dan berkata, Dia pernah mengadu kepada Nabi SAW, Wahai Nabi, aku punya penyakit ayan, dan terbuka auratku ketika itu. Berdoalah untuk kesembuhanku. Nabi SAW menjawab, Jika mau, bersabarlah dan surga pasti untukmu. Tapi jika tetap ingin sembuh, saya akan berdoa untuk kesembuhanmu. Perempuan itu menjawab, Aku memilih sabar, wahai nabi. Hanya doakan aku, agar auratku tidak terbuka ketika ayan Lalu Nabi SAW berdoa (sesuai harapan si tamu). (HR Bukhari Muslim dari Atha bin Abi Ribah r.a) (Dalilul Falihin, Juz I: 119).

HAPUS GELISAH DENGAN PASRAH


May 1st, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments)

HAPUS GELISAH DENGAN PASRAH Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: hasbunallah wanimal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Pelindung Yang Terbaik . (QS Ali Imran [3]:173) Pada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan adanya para pejuang agama yang gugur di medan laga dan penghormatan Allah kepada mereka. Sebagian sahabat yang lain tidak gugur, namun mengalami luka berat. Ketika ada panggilan berperang berikutnya, mereka tetap berangkat walaupun luka masih belum sembuh. Mereka telah menunjukkan keimanan dan kesetiaan yang dahsyat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada surat Ali Imran ayat 173 yang dikutip di atas, Allah sekali lagi memberi pujian atas keberanian para sahabat yang tidak gentar menghadapi musuh dengan pasukan yang jauh lebih kuat. Peristiwa itu terjadi setelah perang Uhud dengan korban yang tidak sedikit di pihak Nabi. Baru saja selesai perang, Abu Sufyan, salah satu tokoh pasukan kafir menantang nabi untuk perang kembali tahun berikutnya. Nabi menjawab, Baiklah, kita akan bertemu di medan Badar tahun depan insya-Allah. Pada hari yang dijanjikan, ternyata Abu Sufyan tidak datang. Ia menyuruh Nuaim bin Masud agar menakut-nakuti Nabi bahwa tentara kafir sangat kuat dengan 1000 pasukan terlatih dan siap tempur. Nuaim bin Masud langsung bertindak karena tergiur imbalan 10 ekor unta. Atas provokasi Nuaim, sebagian kaum muslimin terpengaruh dan mulai ragu berperang. Nabi melihat keraguan mereka dan berkata, walladzi nafsi biyadihi (Demi Allah yang menguasai diriku), saya akan tetap berangkat ke medan perang walaupun sendirian. Lalu Nabi memanggil 70 pasukan yang setia untuk berangkat dengan membaca hasbunallah wanimal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Pelindung Yang Terbaik). Ketika Nabi sampai di tempat yang disepakati, ternyata tidak ada satupun tentara kafir yang datang. Karena peristiwa itu, maka turunlah surat Ali Imran ayat 173 di atas.

Dalam hadis riwayat Al Bukhari, peristiwa itu ceritakan lebih jelas.Abdullah bin Abbas ra berkata; Hasbunallah wanikmal wakil adalah doa yang dibaca Nabi Ibrahim ketika dilempar ke dalam api. Nabi SAW juga membaca doa itu ketika orang-orang kafir berkata kepadanya, Sungguh, orang-orang sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, maka takutlah kalian kepada mereka, namun tantangan itu justeru menambah keimanan mereka (orang-orang mukmin) dan mereka mengucapkan Hasbunallah wanikmal wakil (QS. Ali Imran [3]:173). Kisah pembakaran Nabi Ibrahim disebutkan Allah, Kami berfirman: Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim (QS. Al-Anbiyak 69) Ash-Shiddiqi dalam Kitab Dalilul Falihin menceritakan, ketika Nabi Ibrahim a.s akan dilempar ke dalam api, goncanglah langit dan bumi. Malaikat pengendali awan di udara menawarkan, Wahai Ibrahim, jika engkau setuju, saya akan matikan api dengan air. Saya tidak membutuhkan bantuanmu, jawab Ibrahim. Jawaban yang sama juga diberikan kepada malaikat pengendali angin ketika ditawarkan kepadanya akan mematikan api dengan tiupan angin. Nabi Ibrahim a.s kemudian mengangkat kepala dan berdoa, Wahai Allah, Engkau satu-satunya Tuhan di langit, dan aku satu-satunya penyembah-Mu di bumi. Hasbunallah wanikmal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Pelindung Yang Terbaik) Ia pasrah sepenuhnya kepada Allah SAW. Dalam perang Persia, tentara pihak lawan terpusat di kota Mada-in. Untuk memasuki kota itu, tentara Islam harus menyeberangi sungai Tigris. Sungai ini sangat luas dan arus airnya deras dan bergelombang karena sedang banjir meluap-luap. Panglima perang, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak gentar. Setelah menemukan bagian yang paling dangkal dari sungai itu, ia perintahkan pasukan berkuda untuk menyeberangi sungai dengan komando kepasrahan Hasbunallah wanikmal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Pelindung Yang Terbaik). Tingginya gelombang air membuat sebagian tentara tidak terlihat. Namun berkat pertolongan Allah, semua tentara berhasil menyebarangi tanpa ada satupun yang tertinggal. Saad bin Abi Waqqash dikenal sebagai panglima dengan dua senjata: panahnya yang jitu dan doanya yang ampuh. Ia termasuk salah satu sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. Ia juga orang yang pertama kali meluncurkan panah dalam sejarah Islam dan yang pertama kali juga terkena panah. Berkaitan dengan doa kepasarahan di atas, pada tahun 2007, seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita) Indonesia di Hong Kong didakwa membunuh bayi majikan. Pekerja asal Malang itu mengaku saat itu sangat lelah setelah kerja beberapa hari tanpa istirahat yang cukup. Tiba-tiba saja bayi dalam gendongannya jatuh dan mati dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia ditangkap polisi dan dimasukkan dalam tahanan dengan dakwaan pembunuhan sambil menunggu proses pengadilan. Dalam pengadilan yang berlangsung beberapa kali dengan didampingi pembela dari KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia), ia dituntut penjara tujuh tahun. Pada malam menjelang sidang esok harinya, perempuan berusia duapuluhan tahun dan baru masuk Islam itu pamit untuk menjalani hukuman yang sudah pasti dijalani berdasar beberapa pengalaman serupa dalam pengadilan di Hong Kong. Namun, ia tetap meminta doa selamat. Sekalipun belum bisa membaca dengan lancar, saya tuliskan Hasbunallah wanikmal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Pelindung Yang Terbaik). Saya tambahkan juga doa nimal maula waniman nashir (Tuhan Maha Penolong dan Pemberi kemenangan. QS. Al-Anfal [8]:40, al-haj [22:78). Ia baca doa itu sepanjang malam sambil menangis karena teringat orang tuanya di Indonesia yang tidak tahu menahu kejadian itu. Esok harinya, sebuah keajaiban terjadi. Dalam sidang terakhir itu, ia dibebaskan dari semua tuduhan, tapi dalam waktu 48 jam harus

meninggalkan Hong Kong. Pengacaranya terheran-heran karena hampir tidak masuk akal. Jaksa penunut juga bersungut-sungut dengan keputusan hakim. Subhanallah. Kita tidak perlu takut dengan segala tantangan, karena kita telah memiliki kekuatan besar: keimanan, dan senjata ampuh: Hasbunallah wanikmal wakil, nimal maula waniman nashir . Inilah kehebatan kita sebagai seorang mukmin: tidak cengeng, waswas, gelisah, pesimis menghadapai suatu masalah. Kita baca berulangkali doa itu sambil merenungkan KeMahaperkasaan dan ke-Mahakuasaan Allah dalam menolong hamba-Nya. Kita hadapi semua tantangan dengan penuh iman dan percaya diri, lalu kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Pasrahkan semua masalah Anda kepada Allah sepenuhnya, Allah pasti hadir dan berkata, Tenanglah, Aku hadir untuk mengambil alih semua masalahmu!. (Referensi: Riyadlus Sholihin I : 97-98, Tafsir Al-Azhar IV : 156-158. Ar Rijal Haular Rasul, Khalid Muhammad Khalid, p. 137-151. Allan As shiddiqi, Dalilul Falihin I: 193)

LAMUNAN KULI BANGUNAN


April 19th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (5 Comments)

LAMUNAN KULI BANGUNAN Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Kreek breek.. aduh., itulah suara yang mengundang semua guru dan karyawan berlarian menolong kuli bangunan yang jatuh dari atap bagian depan SD Kyai Ibrahim Surabaya. Ia lalu dibawa ke ahli pijat tulang, karena pada tahun 1990-an, belum ada bantuan pengobatan Jamkesmas di Rumah Sakit seperti sekarang. Karena tulang kakinya patah, ia tidak bisa lagi bekerja. Padahal ia harus menanggung uang kontrak rumah dan biaya hidup istri dan dua anaknya. Ia hanya menunggu kesembuhan secara alami dengan mengusap-usap kakinya dengan air penghangat dari ramuan jahe, bawang merah dan garam. Istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci baju tetangganya, harus bekerja lebih kratif lagi untuk mengambil alih tanggungjawab ekonomi keluarga. Tapi ia tidak tahu pekerjaan apa lagi yang bisa dilakukan. Ketika sampai di rumah setelah menjenguk kuli itu, dalam hati, saya mengajukan pertanyaan kepada Allah, Wahai Allah, tidakkah Engkau berfirman, Kami tidak membebani seseorang di luar kekuatannya. Mengapa hamba-Mu yang miskin Engkau beri cobaan seberat itu? Belum memperoleh jawaban dari pertanyaan itu, saya sudah mendapat berita duka yang lebih mengerikan lagi. Kuli bangunan yang sudah bekerja di rumah beberapa minggu, tiba-tiba pulang dan bunuh diri di Pacitan. Ia tidak sanggup menanggung beban hidup keluarganya. Lebih-lebih penagih hutang dari rentenir selalu datang dengan wajah dan suara yang menakutkan. Pembaca yang budiman, sebelum membaca lanjutan tulisan ini, jawablah terlebih dahulu pertanyaan Allah, Masih adakah alasan bagimu untuk tidak berterima kasih kepada Tuhanmu/ fabi-ayyi alaa-i rabbikuma tukadzdziban?. Rehab bangunan rumah terus dilanjutkan bersama kuli-kuli lainnya. Sewaktu mereka istirahat selepas makan siang dengan sayum asam, sambal trasi dan pepesan ikan asin, saya mengajak mereka berbincang-bincang ringan. Saya memulai

dengan memuji mereka sebagai orang-orang yang sehat dan kuat. Tidak pernah flu, seperti yang lebih sering saya alami. Saat itulah bos para kuli, Pak Warji menjelaskan rahasia kesehatan atau sebut saja kuliah kebugaran. Ia langsung berdiri mengambil pipa air yang biasa dipakai mengukur kesamaan tinggi rendahnya bangunan. Pipa berisi air itu digerak-gerakkan, lalu ia katakan, Lihat pak, tidak ada kotoran yang menempel di dalam pipa ini kan? Ia meyakinkan, air dalam pipa yang tidak bergerak akan menimbulkan krak yang menyempitkan saluran pipa. Bapak kan banyak duduk di kantor, sedangkan saya mulai pagi dan petang terus mengangkat bata? katanya. Ia menambahkan dengan semangat bahwa orang-orang yang banyak makan tapi kurang gerak terkena macam-macam penyakit: asam urat, kolestereol, diabet dan sebagainya. Bagi saya, kuliah itu lebih memberi motifasi untuk berolah raga daripada buku-buku yang saya baca. Pak Warji benar-benar mengikuti petunjuk Les Giblin (2009) yang mengatakan Jika Anda menjelaskan sesuatu kepada seseorang dengan peragaan yang memukau, dijamin lebih dari dua bulan ia akan tetap mengingatnya. Ada lagi yang lebih mengesankan saya, yaitu cita-cita salah satu kuli bangunan di antara mereka, Saya ingin anak saya menjadi dosen seperti bapak. Saya lebih tepat menyebutnya lamunan, karena ia selalu mengakhiri harapan itu dengan pesimisme, Tapi apa ya mungkin? Cita-cita kuli bangunan itu sangat mulia. Orang besar tidak dijamin melahirkan orang besar pula. Nabi Nuh a.s ternyata tidak bisa mencetak anaknya sehebat dirinya. Bahkan, berlawanan arah hidup dengannya. Orang besar tidak harus lahir dari keluarga kaya. Orang terhormat, tidak selalu dari lingkungan orang-orang mulia. Anda menyukai kopi luwak? Kopi itu justru menjadi mahal setelah bercampur dengan kotoran luwak. Tidak sedikit orang hebat lahir dari keluarga paling miskin di kampungnya. Kuli bangunan mempunyai hak yang sama untuk melahirkan orang besar. Melalui tulisan ini, saya ingin mengangkat tangan semua kuli bangunan dan mengepalkannya untuk menumbuhkan optimisme. Bekerjalah yang benar dan semangat agar makanan untuk keluarga Anda halal. Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah mengabulkan doa Anda. Jangan sekali-kali berdoa sambil membiarkan lintasan keraguan, Apa ya mungkin? Setan saja dikabulkan doanya oleh Allah, apalagi Anda, nasehat Sufyan bin Uyainah. Bagi semua kuli bangunan yang ingin mengantarkan anaknya menjadi orang besar, saya tidak bisa membantu biaya. Saya hanya menyumbangkan suport keyakinan Anda. Rukuk dan sujudlah yang sangat, sangat lama setiap shalat sendirian, lebih-lebih detik-detik terakhir menjelang shubuh. Bacalah doa-doa dari Rasulullah SAW dalam rukuk dan sujud itu. Lalu katakan dalam hati, Wahai Allah, Engkau Maha Tahu bahwa aku hanya kuli bangunan yang harus membesarkan anakku yang bernama.. Wahai Allah, Engkau Maha Besar, Maha Menguasai alam semesta. Aku yakin x3, Engkau pasti x3 Maha Kuasa menolong aku mendidiknya. Engkau pasti x3 Maha Kuasa menjadikan anakku itu orang besar dan sholeh. Wahai Allah, usahaku sudah maksimal dan umurku sangat terbatas. Aku pasrah x3 kepada-Mu. Selamat memulai pekerjaan dengan semangat dan riang hati. Matahari dhuha pagi ini adalah simbol cerahnya masa depan anak Anda atas pertolongan Allah.

TANGAN EMAS, KERINGAT MUTIARA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Pak, tolong hentikan gerobak sebentar, pinta pria bercelana selutut sambil berlari kepada penarik sampah. Saya mengamati pria berusia 60an itu sejak lama setiap saya olahraga pagi di halaman kantor perdagangan dekat rumah. Setiap pagi buta setelah subuh, pria itu mencari botol bekas, kertas dan sebagainya di sekitar kantor. Ia menghentikan penarik sampah, semata-mata untuk mencari barang berharga sebelum dibawa ke tempat pembuangan. Ia mengais sampah dengan tangan telanjang, tanpa risih dan tanpa takut terkena pecahan kaca. Saya sempat istighfar dan menghentikan olah raga sejenak. Betapa kontras kehidupan ini. Saya berolah raga untuk membakar kalori akibat kelebihan makan, sedangkan ia mencari makan dari tempat sampah untuk kebutuhan kalori, heran saya dalam hati. Lalu saya mengingatkan diri sendiri dengan teguran Allah yang diulang berkali-kali dalam Al Quran, fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dziban/maka nikmat manakah dari Tuhanmu yang (bisa) kamu ingkari? (QS. Ar-Rahman [55]: 16). Dengan kata lain, Masih adakah alasan untuk tidak berterima kasih kepada Tuhanmu? Ketika sampai di rumah, saya membuka kitab suci Al Quran untuk menghitung berapa kali Allah menegur saya dengan kalimat itu. Ternyata teguran itu diulang sebanyak 31 kali atau 45% dalam satu surat yang berisi 78 ayat. Saya berbisik dalam hati, Ali, jika telingamu berfungsi dan mata hatimu terbuka, pasti teguran 31 kali itu cukup untuk merubah karaktermu yang suka mengeluh. Kembali ingatan saya tertuju kepada pencari barang bekas tadi. Betapa berat beban hidupnya. Agar tidak kedahuluan teman sprofesinya, ia harus bangun lebih awal. Kadang jam 02. 00 WIB atau lebih awal. Itupun sekarang lahan sumber nafkahnya berkurang karena ada tren di kota-kota besar masyarakat menempel peringatan, Pemulung dilarang masuk. Bagaimana nasib mereka kelak jika papan peringatan itu dipasang di semua gang kampung? Lahan mereka kemudian tinggal satu: TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Jangan dikira di situ tidak ada tantangan. Persaingan antar para pemulung juga sangat keras dan kejam. Semakin berat tantangan hidup para pemulung, semakin besar apresiasi Allah untuk mereka. Mereka bertahan hidup dan pantang menggantungkan hidup pada orang lain, apalagi memintaminta. Tidak sedikit di antara mereka menyekolahkan anak-anaknya dengan biaya yang bersumber dari lahan sampah. Nabi SAW memberi apresiasi pekerja halal dan mencela para peminta, Sungguh, sekiranya seorang di antara kamu mencari kayu bakar dan dipikulnya ikatan kayu itu, maka itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang yang mungkin diberi atau ditolaknya (HR. Al Bukhari dan Muslim). Nabi SAW bahkan menunjukkan kehinaan para peminta di akhirat kelak. Siapapun di antara kalian yang selalu meminta-minta, kelak ia menghadap Allah Taala dengan muka yang tidak berdaging sama sekali (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a). Suatu saat saya berbincang dengan seorang dari para pengais sampah. Lalu ia memberi taushiyah, Pak, lebih baik hidup dari sampah, daripada menjadi sampah. Sebenarnya, ini sindiran yang diperhalus untuk orang-orang berdasi tapi sebenarnya pencuri. Atau

berpenampilan orang terhormat, tapi sebenarnya perampok uang rakyat. Hanya harum busana, tapi busuk prilakunya. Pekerja keras demi beberapa butir biji beras itulah manusia bertangan emas. Butiran keringat mereka itulah mutiara termahal di mata Allah. Rintihan kelelahan mereka adalah paduan suara malaikat untuk penghibur mereka di surga. Jika Anda faham tulisan ini, pasti Anda lebih peduli kepada mereka. Saatnya Anda lebih menunjukkan kepedulian itu: siapkan sejumlah uang untuk memberi apresiasi kemandirian mereka, agar Anda ikut berbahagia mendengarkan paduan suara malaikat kelak.

MERALAT SHALAT KILAT


March 9th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments)

MERALAT SHALAT KILAT Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Sungguh, orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud mencari pujian (dengan shalat) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisa [4]:142). Ayat di atas merupakan kelanjutan ayat-ayat sebelumnya tentang sifat orang-orang munafik. Berdasar ayat di atas, orang yang shalat lima waktu dan berdzikir kepada Allah tetap berstatus munafik jika shalat dikerjakan secepat kilat karena sedikit mengingat Allah di dalamnya, dan dilaksanakan dengan bermalasan. Oleh sebab itu, jangan cepat tersinggung, ketika teman memanggil Anda orang munafik, jika Anda memang pelaku shalat yang demikian. Allah SWT berfirman, Sungguh, orang-orang munafik menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka Jika Anda menipu teman, seratus kalipun, bisa saja ia tetap percaya kepada Anda, sebab Anda ahli bahasa dan retorika. Sesuatu yang busuk bisa Anda bungkus dengan bahasa yang indah dan menarik, sehingga tercium harum. Apalagi Anda baru saja lulus dari kursus drama dengan olah vokal dan olah visual. Mimik muka dan isyarat tubuh Anda benarbenar membius pendengar. Racun yang Anda berikan, dijadikan rebutan karena terasa madu. Untuk lebih meyakinkan, orang munafik sudah terbiasa bersumpah atas nama Allah atau menggunakan bahasa-bahasa agama untuk kepentingan pribadinya. Allah SWT berfirman, Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS Al Baqarah [2]: 204). Tapi sehebat bagaimanapun Anda, tidak akan bisa menipu Allah SWT. Jika Anda bertakbir, tapi Anda belum yakin atau masih ragu akan kebesaran dan kekuasaan Allah untuk menyelesaikan masalah Anda, maka takbir Anda adalah takbir kebohongan. Anda

telah melalukan tipuan pertama. Jika Anda membungkukkan badan untuk rukuk, tapi hati tidak menunduk, maka Anda menipu Allah untuk kedua kalinya. Benar, Anda telah bersujud di atas sajadah, tapi jika tetap angkuh dan tidak merendah, maka Anda menipu Allah yang ketiga kalinya. Dengan rukuk dan sujud yang benar, Anda pasti lebih santun dalam pergaulan, karena tidak ada lagi perasaan dirinya lebih suci, lebih penting atau lebih terhormat daripada orang lain. Memandang diri Anda lebih mulia, dan orang lain lebih rendah yang membutuhkan Anda, pasti melahirkan ekspresi, sikap dan tindakan yang tidak menyenangkan orang. Ketika punggung dan leher dibungkukkan secara lurus, seorang muslim menyatakan hormat terhadap perintah dan kebesaran Allah. Dengan sikap itu, ia menunjukan kesediaannya untuk dipenggal lehernya di jalan Allah. (Qiraati, 2001:133). Dengan demikian, setiap shalat, orang mukmin menyatakan siap mati pada jam itu. Hanya sedikit orang yang mau menyatakan demikian, padahal salah satu sumber kecemasan hidup adalah perasaan takut mati. Jika Anda bersedia menyatakan kesiapan mati setiap shalat, Anda telah berhasil menutup seribu pintu stress. Perlu dicamkan, bahwa ketidaksiapan orang terhadap kematian tidak akan merubah jadual kematian. Demikian juga, kesiapan orang untuk mati ketika shalat juga sama sekali tidak mempercepat kematian. Mengapa tidak siap mati setiap rukuk? Jika Anda menyerahkan kepala untuk dipenggal Allah, tapi menghindar untuk dieksekusi, berarti Anda melakukan rukuk kebohongan. Sujud merupakan tanda ketundukan fisik dan hati serta perendahan diri secara total di hadapan Allah SWT. Kadangkala Nabi SAW tidak segan sujud tanpa alas di atas tanah yang berair atau berlumpur untuk menunjukkan betapa rendah dan hina dirinya di hadapan Allah. Atha Al Kharasani berkata, Ketika seorang hamba bersujud di atas tanah, maka pada hari kiamat kelak tanah itu akan menjadi saksi untuknya dan meratapinya saat dia meninggal dunia. Agar Anda tidak termasuk orang munafik, maka hindari shalat bermalasan berupa menundanunda waktu shalat, atau melakukannya dengan gerakan yang tidak sempurna karena tidak bersemangat. Juga hindari sifat munafik yaitu shalat kilat. Kerjakan dengan lebih lama, syukursyukur masing-masing ruku dan sujud kira-kira tiga puluh detik agar tidak termasuk firman Allah, .dan tidak mengingat Allah kecuali sedikit... Kerjakan shalat demikian, ketika sendirian atau dilihat orang. Nabi SAW bersabda, Barangsiapa mempercantik shalat ketika dilihat orang, tapi shalatnya jelek ketika sendirian di tempat sunyi, maka itulah pelecehan (istihanah) yang dilakukan kepada Allah Yang Maha Mulia (Azza wajalla). HR Al Hafidh dari Abdullah Khusus tentang fungsi sujud, Rabiah bin Kaab r.a bercerita, Suatu hari, Rasulullah SAW berpesan pada saya, Wahai Rabiah, tujuh tahun engkau telah mengabdi kepadaku. Adakah permintaanmu?. Aku akan memenuhinya. Saya menjawab, Wahai Rasulullah, berikan aku waktu untuk berfikir. Pada hari berikutnya, Nabi SAW bersabda, Wahai Rabiah, katakan apa keinginanmu! Saya menjawab, Mohonkan kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke surga bersamamu. Mendengar permintaan saya, Nabi SAW langsung bertanya, Siapa yang mengajari permintaan itu? Saya menjawab, Tidak ada seorangpun yang mengajari saya. Semata -mata hasil pikiran sendiri. Jika saya meminta banyak harta, semuanya akan musnah. Jika mengharap panjang umur dan banyak anak, akhirnya semua akan mati. Dengan tafakkur inilah, saya menyampaikan permohonan tersebut. Setelah beberapa saat, Nabi SAW menundukkan kepala, lalu mengangkatnya kembali dan bersabda, Aku akan memohon kepada Allah agar mengabulkan permohonanmu, tetapi bantulah aku dengan banyak sujud.

Rasulullah SAW telah mengajarkan berlama-lama sujud, sebab itulah posisi terdekat antara manusia dan Allah. Jika Anda berdoa di depan kabah di Makkah atau di Raudlah di Madinah, doa Anda akan dikabulkan karena kemuliaan dua tempat itu. Akan jauh lebih hebat, jika Anda berdoa ketika bersujud, karena kemuliaan itu ada dalam diri Anda sendiri. Bersujudlah lebih lama, Anda telah melumpuhkan setan penggoda, wajah Anda semakin bersinar di akhirat kelak, sehingga memudahkan Nabi SAW untuk mengenali Anda sebagai pengikutnya, doa Anda dikabulkan Allah, dan Anda terjauh dari sifat munafik, karena Anda melawan kemalasan, memperpanjang dzikir, dan bertauhid: hanya bersujud kepada Allah. Selamat meralat shalat kilat. (wallahu alamu bis shawab)

UNTUK TUAN JURAGAN (2)


March 1st, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

UNTUK TUAN JURAGAN (2) Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Beberapa pembantu tidak berbaur dengan keluarga juragan. Mereka ditempatkan di kamar kecil di rumah belakang dekat parkir mobil atau kamar gudang. Tidak ada televisi di kamar, dan tidak mungkin menyaksikan acara tv bersama juragan. Oleh sebab itu, satu-satunya saluran informasi dan hiburan adalah radio. Jika acara pengajian sudah selesai atau sudah mulai bosan, ya saya ganti musik dangdutan atau sms-an, cerita Suriah, pembantu asal Trenggalek melalui telpon. Wanita yang menyekolahkan anaknya di pondok pesantren itu juga membaca buku-buku Islam di waktu senggang. Para pembantu yang aktif mendengarkan kajian Islam di radio dan membaca buku-buku keagamaan itulah yang kemudian menjadi rujukan juragan dalam soal-soal keagamaan. Tidak sedikit para juragan yang meminta pembantu menuliskan doa-doa shalat atau doa-doa lain, atau membantu anaknya mengerjakan tugas-tugas dari guru agamanya di sekolah. Kadangkala karena pintarnya pembantu dalam soal keagamaan, juragan lalu memberi tugas rangkap: ya pembantu ya guru mengaji.Sini Mas Robet, saya ajari doa untuk orang tua. Tirukan saya ya!, begitulah kira-kira ajakan manis sang pembantu kepada anak juragan untuk menghafal doa, Rabbighfir ly waliwalidayya (wahai Allah ampunilah aku dan ibu-bapakku). Jika Jumat yang lalu saya membisikkan pesan melalui telinga kanan juragan, kali ini saya bisikkan pesan senada melalui telinga kiri juragan. Gan, betapa besar jasa para pembantu mengenalkan nama Allah dan Rasul-Nya kepada anak-anak juragan. Gan, jika mengenalkan monyet dan ayam kalkun saja tuan harus membayar mahal tiket kebun binatang , berapa yang tuan berikan untuk mereka?. Gan, betapa mereka berjasa mengajarkan cinta tulus dan doa sepanjang masa untuk Tuan dan Nyonya yang terhormat. Gan, mereka telah mengabdi setulus hati kepada Tuan sekalipun dibayar mungkin hanya 2% dari penghasilan Tuan setiap bulan. Gan, jika Tuan tidak memberi mereka bonus uang, pernahkah Tuan bersujud lama untuk mendoakan mereka sesukses Tuan, bahagia dan membahagiakan orangtua yang menjadi anganangan mereka setiap saat?.

Ada kisah menarik hubungan pembantu dan juragan yang banyak dikutip di beberapa buku, termasuk di buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia (halaman 153) dengan beberapa modifikasi. Ada seorang juragan yang marah kepada pelayan karena makanan dan minuman dalam talam yang akan disuguhkan kepadanya tumpah. Pelayan itu dengan suara yang agak nyaring membaca firman Allah Surat Ali Imran ayat 134, wal kadhiminal ghaidha. (orang-orang bertakwa adalah orang yang menahan marah). Sang juragan langsung menjawab, Saya akan menahan marah saya. Palayan itu kemudian membaca lanjutan ayat, walafina anin nas (..dan orang-orang bertakwa adalah yang memaafkan manusia). Setelah melihat wajah sang juragan semakin cerah, pelayan membaca ujung ayat, wallahu yuhibbul muhsinin (dan Allah menyintai orang-orang yang berbuat baik). Juragan langsung berdiri dan berkata, Dengan mengharap ridla Allah semata, silakan pulang dengan setumpuk uang ini sebagai modal, menjadi manusia mandiri, lepas dari kungkungan juragan. Berbahagialah bersama keluarga, dan selamat membahagiakan juga orang lain. Selamat menjadi pembantu pencerah, dan selamat juga untuk Tuan juragan yang tercerahkan.

UNTUK TUAN JURAGAN Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Sekalipun sudah empat kali saya menulis untuk memberi apresiasi kepada para pembantu rumah tangga, saya masih belum puas, dan perlu menulis sekali lagi. Jumat pagi (1-2-13) itu, ada sekitar 30 puluhan pendengar acara Syiar Pagi Radio El-Victor yang meminta kiriman buku 60 Terapi Shalat Bahagia. 75 % di antara mereka tinggal di perumahan mewah di Surabaya dan sekitarnya. Saya bersyukur, berarti semakin banyak orang kelas atas yang haus kajian Islam. Menjelang shalat isyak, beberapa mahasiswa yang saya beri tugas mengirim buku melaporkan beberapa kesulitan pengirima. Bukan karena lokasinya, tapi prosedurnya. Saat itulah saya sadar bahwa dugaan saya tentang kelas atas yang haus agama salah. Maaf mas, di sini tidak ada nama Sarmini. Yang ada hanya tuan Beny dan nyoya Monica, bentak penjaga keamanan kepada pengantar buku. Begitulah kisah Faid, salah satu pengantar buku. Rupanya petugas keamanan tidak tahu bahwa di dalam rumah bertingkat bergaya Eropa itu ada Sarmini, pembantu yang baru mulai kerja sebulan sebelumnya. Wanita asal Bojonegoro itu setiap pagi merawat taman luas di halaman rumah sambil mendengarkan Syiar Pagi di radio melalui handphonenya. Setelah diyakinkan oleh Faid, barulah penjaga keamanan mengijinkan Sarmini untuk menerima buku pesanannya melalui lubang kecil di pintu pagar. Maaf mas, kurang sopan, saya menerima buku melalui lubang pagar. Semata-mata karena saya tidak diijinkan keluar kecuali atas perintah majikan, kata Sarmini melalui SMS setelah Faid sampai di rumah. Kisah di atas disebutkan semata-mata untuk mengepresiasi para pembantu rumah tangga yang menyimpan uang sedikit demi sedikit untuk membeli buku agama. Ia tidak mau berpisah dengan Allah, sekalipun ia berpisah dari keluarganya di kampung, dan berpisah dari lingkungan perumahan tempat ia bekerja. Andai ia diijinkan pulang sendirian, ia pasti tidak tahu harus kemana pergi, karena memang tidak pernah diijinkan keluar rumah. Rumah-rumah mewah tanpa pembaca Al Quran di dalamnya, sejatinya adalah kuburan. Rumah seperti itu memang bagai istana, tapi sebenarnya merana. Rumah tanpa shalat di dalamnya adalah ruang gelap, sekalipun sekian wat lampu gemerlap. Bau rumah menjadi busuk jika penghuninya tidak shalat dengan khusyuk. Nabi SAW bersabda, Perumpamaan orang beriman yang membaca Al Quran seperti buah jeruk: harum baunya dan enak rasanya. (HR Bukhari Muslim dari Abu Musa Al Asyary r.a). Betapa harum rumah itu karena wanita pembantu di dalamnya membaca Al Quran dengan suara sayup-sayup di pojok rumah sang juragan pada jam istirahat yang singkat. Nabi SAW juga bersabda, Perumpamaan rumah tanpa dzikir dan rumah penuh dzikir adalah seperti perumpamaan antara kehidupan dan kematian. (HR Bukhari Muslim dari Abu Musa Al Asyary r.a). Betapa pembantu rumah itu meniupkan roh kehidupan di rumah sang juragan yang karena kesibukannya kurang dzikirnya kepada Allah. Nabi SAW bersabda lagi, Nawwiruu manaazilakum bis-shalaati wa qira-atil Quran/ cahayailah rumahmu dengan shalat dan bacaan Al Quran. (HR Al Baihaqi dari Anas r.a).

Betapa pembantu rumah yang shalat dan membaca Al Quran itu telah menerangi rumah yang gelap karena jarang ditempati majikan, yang lebih banyak waktunya di luar rumah daripada menikmati tempat tidurnya yang mewah. Kepada para juragan, saya berbisik lembut di telinga kanan Tuan, Gan, jika Tuan dan keluarga sukses, sangat besar kemungkinan karena jasa spiritual para pembantu tuan. Gan, sangatlah bijaksana Tuan membayar mahal atau menanggung sekolah anak-anak mereka, karena mereka peniup roh kehidupan Tuan. Gan, ketika Tuan kelelahan menghitung uang, mereka memberkahi rumah Tuan dengan shalat dan membaca Al Quran. Terimakasih Gan, insya-Allah minggu depan saya akan berbisik lagi di telinga kiri Tuan.

TETANGGA PENYESAK DADA


February 15th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments)

TETANGGA PENYESAK DADA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Isa, Isa, kemari. Ini makanmu. Itulah perkataan sehari-hari yang diucapkan tetangga depan rumah pak Apel, salah satu peserta kajian Islam di Masjid Al Falah. Pria tambun itu berkisah betapa beratnya ujian keimanan dalam hidup bermasyarakat. Tetangga itu selalu memanggil nama kucingnya dengan nama cucu pak Apel, yaitu Aisyah dengan nama panggilan Isa. Tidak hanya itu, ia juga selalu memarkir deretan sepeda di depan rumah, sehingga pak Apel kesulitan memasukkan mobil ke dalam rumah. Ia juga rajin ke dukun untuk membuat s aya tidak betah di kampungnya, katanya mengakhiri kisahnya. Inilah kisah lain yang sejenis. Saya diumumkan di kampung punya thuyul (setan pengepul uang) oleh tetangga dua rumah sebelah kanan saya. kata seorang tamu yang bersilaturrahim untuk meminta solusi. Mereka menuduh demikian karena saya tidak banyak keluar rumah tapi uang mengalir. Mereka tidak tahu saya punya bisnis batubara di Kalimantan. Ia menjelaskan latar belakang yang sebenarnya dari semua tuduhan itu, bahwa tetangga itu menganggap kegagalannya dalam pemilihan ketua RW banyak disebabkan karena provokasinya. Memang benar, saya melakukan kampanye itu karena ada pilihan calon ketua RW yang lebih santri dari dia, katanya. Dua cuplikan kisah di atas hanya sebagian kecil dari liku-liku hidup bertetangga. Anda pasti juga pernah mengalaminya walaupun tidak sama persis. Apa yang Anda lakukan? Anda datangi ke rumahnya lalu Anda teriak-teriak di atas meja tamunya? Atau Anda pegang mike, lalu Anda hantam dia dengan pidato Anda? Itu penyelesaian yang justru menambah masalah. Juga langkah yang tidak berakhlak. Atau Anda akan pindah rumah? Tidak perlu itu. Sebab di tempat yang baru, Anda pasti juga menemukan tetangga yang mirip dia. Sebab baik dan buruk itu sudah hukum kehidupan. Kecuali jika Anda menyendiri di tengah hutan belantara di gunung Papua dan hanya bertetangga dengan binatang-bnatang buas. Perlu diingat yang dimaksud tetangga bukan

hanya orang yang tinggal satu atau sepuluh rumah dari rumah Anda, tapi bisa sekitar 40 rumah di sekitar Anda. Allah SWT berfirman, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al Ankabut [29]:2). Berdasar ayat ini, Allah SWT sengaja mengirim tetangga buruk perangai itu untuk menguji, apakah Anda memang orang beriman atau tidak. Jadi pertemuan Anda dengan tetangga itu bukanlah suatu kebetulan. Ada rencana Allah yang khusus. Jika Anda berprilaku baik kepada tetangga yang baik, maka itu biasa: bukan ujian. Nilai keimanan Anda juga tidak siginifikan. Akan tetapi, Anda baru benar-benar terbukti sebagai muslim sejati, ketika berhadapan dengan tetangga yang serba menyakitkan dalam segala ucapan dan tingkahnya. Oleh sebab itu, syukurilah saja hidup bertetangga dengan mereka, sebab justru tantangan itulah yang akan menjadikan keimanan Anda teruji. Menjadi muslim dengan menjalankan haji dan umrah itu berat. Tapi lebih berat lagi bertetangga dengan mereka, sebab tidak hanya sepuluh sampai empat puluh hari, tapi seumur hidup dan jauh lebih menguras semua potensi kesabaran Anda. Rahmat Allah SWT benar-benar tak terhingga untuk Anda yang tetap santun kepada tetangga penyesak dada. Sebagai penutup, saya kutipkan sebuah hadis yang agak panjang tapi di dalamnya ada pesan tentang hidup bertetangga. Abu Hurairah r.a bercerita, Nabi SAW menawarkan, Siapa yang mau menerima nasehat-nasehat ini dan menjalankannya atau mengajarkan kepada orang yang bersedia menjalannya?. Saya menjawab, Saya, wahai Rasulullah. Lalu Nabi memegang tangan saya sambil mengucapkan lima hitungan. Nabi SAW bersabda, Jauhilah yang dilarang Allah, engkau pasti menjadi manusia paling beribadah (tunduk) kepada-Nya. Senang dan puaslah dengan jatah dari Allah, engkau pasti menjadi manusia paling kaya; perlakukan tetanggamu dengan baik, engkau pasti menjadi manusia beriman; cintailah semua manusia seperti cintamu kepada kepada diri sendiri, engkau pasti menjadi muslim (sejati); jangan memperbanyak tawa, sebab banyak tawa mematikan hati. (HR. At-Turmudzi).

PENUH ASA DENGAN DOA


February 8th, 2013 | Posted by admin_tsb in Taushiyah/Khutbah - (0 Comments)

PENUH ASA DENGAN DOA Khutbah Jumat Tanggal Oleh: Prof.Dr.Moh.Ali Aziz, M.Ag Para hadirin yang saya hormati. Saat ini, kita sangat berbahagia berada di bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi SAW. Tapi sebenarnya juga bulan kesedihan, karena pada bulan yang sama, Nabi SAW meninggalkan para sahabat untuk selamanya. Pada saat menjelang ajal, Nabi SAW berkata kepada Jibril a.s, Siapa yang mengurusi umatku sesudah aku mati?. Maka Allah SWT memberi perintah kepada Jibril, Beritahukan kekasihku bahwa Aku tidak menelantarkan umatnya. Beritahukan pula, ia adalah orang yang pertama kali keluar dari bumi pada hari kebangkitan, sekaligus pemimpin mereka yang dibangkitkan itu. Juga beritahukan, siapapun tidak diijinkan memasuki surga sebelum dimasuki umatnya. Maka Nabi SAW berkata,Sekarang aku jadi tenang. Saat itu, Nabi SAW dalam dekapan Aisyah r.a. Begitu dekatnya, sampai ia katakan, Aku kumpulkan air ludahku dengan ludah Nabi di waktu wafatnya. Pada saat-saat kritis itu, datanglah kakak Aisyah, Abdurrahman dengan siwak di tangannya. Nabi SAW terus memandang siwak itu. Aisyah faham, bahwa Nabi SAW menginginkannya. Aku akan mengambilnya untukmu, kata Aisyah kepada Nabi SAW dan beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Dengan tangan gemetar, beliau memasukkan siwak ke dalam mulutnya. Tapi ternyata siwak itu masih terasa keras baginya, maka Aisyah mengambilnya kembali untuk dilembutkan ujungnya. Di sebelah Nabi, terdapat wadah berisi air. Beliau memasukkan tangannya dan mengusapkannya ke muka seraya mengucapkan, La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah). Sungguh, kematian itu melalui sakarat (proses yang berat). Lalu beliau mengangkat tangannya untuk berdoa dengan suara lirih, (Jadikan aku) bersama dengan orang-orang yang Engkau beri nikmat, para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang yang shaleh (QS. An Nisa: 69). Wahai Allah ampunilah aku, rahmatilah aku dan pertemukan aku dengan Ar-Rafiqul Alaa, Ar-Rafiqul Alaa Para hadirin, Pada khutbah kali ini, saya tidak meneruskan kisah detik-detik terakhir Rasulullah itu. Saya hanya ingin menceritakan, siapa sebenarnya pria yang diberi kehormatan menyediakan kayu siwak untuk pembersih gigi Rasulullah menjelang wafat beliau itu. Ia adalah Abdurrahman putra Abu Bakat As Shiddiq, kakak kandung Aisyah r.a. Pernikahan Abu Bakar dengan Ummu di 08 Masjid Al Pebruari Falah Surabaya 2013

Rumman, janda dari al-Harits ibnu Sukhairah menghasilkan dua anak yaitu Abdrurrahman dan Aisyah. Pada masa-masa awal, Abdurrahman adalah anak durhaka, yang tiada henti menyakiti hati bapak dan ibunya. Bahkan, pernah berhadapan langsung dalam perang Badar. Abu Bakar pada pasukan Nabi dan anaknya pada pasukan musuh. Betapa kontrasnya, Abu Bakar yang dikenal orang pertama yang masuk Islam dan menjadi pembela setia Rasulullah SAW mendapat perlawanan ideologis dan fisik dari anaknya sendiri. Abu Bakar dan istri tiada henti mengajak sang anak masuk Islam dan mempercayai hari kebangkitan pada hari kiamat. Tapi Abdurrahman menolak mentah-mentah dan menyebutnya omong kosong Muhammad. Menurutnya, belum ada satupun manusia yang pernah dibangkitkan untuk hidup kembali. Itu dongeng palsu orang-orang kuno (asathirul awwalin), katanya. Abu Bakar dan isteri sedih dan terus berdoa (wahuma yastaghitsani) sambil tiada bosan menasehati sang anak, tapi tetap saja ia menolaknya. Saat itulah Allah menurunkan Al Quran Surat Al-Ahqaf [46] ayat 17: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, Persetan, bagi kamu berdua. Apakah kamu berdua mengingatkan aku bahwa aku akan dibangkitkan?. Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? Kedua ibu bapaknya kemudian memohon pertolongan (istighatsah) kepada Allah seraya mengatakan, Celaka kamu, berimanlah! Sungguh, janji Allah benar. Lalu si anak berkata, Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang kuno. (QS AlAhqaf [46]:17) Amat kasihan bagi sang Ibu. Ia wafat dengan kesedihan melihat anaknya masih tetap memusuhi sang bapak dan Rasulullah SAW. Setelah sekian lama berdoa, Allah SWT baru mengabulkan doa Abu Bakar, setelah istrinya meninggal. Tiba-tiba saja, Abdurrahman meminta bapaknya membimbing masuk Islam. Betapa senangnya sang bapak, Abu Bakar. Alangkah bahagia sang adik, Aisyah yang saat itu sudah menjadi istri Nabi SAW. Abdurrahman kemudian tidak hanya muslim biasa. Tapi muslim shaleh dan pejuang tangguh. Ketika Abu Bakar dikukuhkan sebagai kepala negara sepeninggal Rasulullah, Abdurrahman menjadi tentara andalan beliau untuk menumpas 40.000 pasukan nabi palsu, Musailamah alKadzdzab, para pembangkang pembayar zakat. Luar biasa, Abdurrahman berhasil membunuh Muhammad ibnu al-Thufail, orang kepercayaan Musailamah. Sedangkan Musailamah sendiri mati atas sabetan pedang Wahsy bin Harb. Para hadirin, Dulu, Abdurrhman amat memusuhi Nabi SAW. Tapi ketika wafat Nabi, dia mendapat kehormatan menyerahkan siwak kepada Nabi. Dulu, Abdurrahman-lah yang menjadi penyebab kesedihan Abu Bakar. Tapi pada akhir hayat Abu Bakar, Abdurrahman-lah yang paling dicintainya. Bahkan ia mendapat wasiat untuk memandikan jenazah sang ayah. Itulah kekuatan doa orang tua. Setiap doa orang tua untuk anaknya pasti dikabulkan Allah SWT. Tapi perlu dicatat, tidak semua permohonan itu dikabulkan dengan segera. Ada kalanya, dibutuhkan kesabaran yang ekstra,

sebab Allah telah menentukan jadual tersendiri kapan sebuah permohonan dikabulkan. Bahkan, permohonan itu ada kalanya baru dikabulkan setelah pemohonnya meninggal dunia, sebagaimana yang dialami oleh keluarga Abu Bakar as-Shiddiq. Setiap pemohon harus tunduk kepada kehendak Allah, berupa jadual terpenuhinya permohonan. Jika sedikit saja ada ada perasaan terburu-buru, permohonan itu tidak akan dikabulkan Allah. Doa dengan harapan terkabulnya permohonan secara terburu-buru berarti mendikte Allah. Berarti pula ia bertindak sebagai manusia Maha di atas Maha Kuasanya Allah SWT. Nabi SAW bersabda, Permohonan seorang di antara kalian akan dikabulkan Allah selama ia tidak tergesa-gesa dan berkata, Saya sudah berdoa kepada Tuhanku, tapi Tuhanku belum saja mengabulkannya (qad daawtu rabbi, falam yastajib li (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah r.a). Tetaplah penuh asa menghadapi semua masalah dengan doa. Tapi, hindari bahasa dan sikap bernada memaksa yang Maha Kuasa. Selamat berdoa untuk keluarga sepanjang masa. Semoga tetap sabar menunggu jawaban Allah, Yang Maha Pemurah.

HIDUP ITU KOMA (2) Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Mungkinkah seorang pencuri menjadi kiai di kemudian hari? Masihkah bisa diharapkan seorang pemabuk berubah menjadi pemuka agama pada suatu saat? Jawabnya: sangat mungkin, karena hidup itu koma: belum titik. Dan itulah yang dibahas pada artikel sebelumnya. Sekarang sebaliknya. Bisakah pegiat agama berubah menjadi pezina? Mungkinkah seorang kiai berubah menjadi pencuri? Atau penyuluh agama berubah menjadi pembunuh sesama? Anda akan bisa menjawabnya sendiri setelah membaca kisah berikut ini. Pada masa Bani Israil, hiduplah Barshisha, orang yang sangat populer keilmuan dan kesalehannya. Murid dan pengikut setianya mencapai 60.000 orang. Hampir semua mereka ini bisa terbang karena kehebatan ilmu dan spiritualnya. Apalagi kelebihan sang guru, Barshisha. Tidak hanya manusia, para malaikat juga amat kagum pada Barshisha. Tapi, Allah mengingatkan para malaikat, agar tidak tergesa-gesa menyanjungnya. Jangan tergesa-gesa mengaguminya. Dengan ilmu-Ku, Aku Maha Mengetahui, apa yang tidak kalian ketahui, kata Allah. Pada suatu saat, Iblis mendatangi Barshisha untuk pura-pura berguru. Selama belajar, Iblis hanya beribadah, tidak makan dan minum sama sekali. Barshisha bertanya, Bagaimana kamu bisa beribadah sekian lama? Bagaimana pula kamu bisa menahan makan dan minum berhari-hari selama beribadah?. Saya telah beribadah bertahun-tahun, belum bisa melakukan seperti kamu. Iblis menjawab, Saya beribadah begini karena saya telah banyak melakukan dosa. Saya bertobat secara sungguh-sungguh. Lakukan zina atau membunuh orang terlebih dahulu, lalu bertobatlah. Baru tuan bisa merasakan nikmatnya ibadah. Barshisha menolak disuruh berzina dan membunuh karena keduanya dosa besar. Tapi dengan kepandaian rayuan Iblis, akhrinya ia mau hanya meminum minuman keras. Ya, itu dosa kecil, dan lebih mudah diampuni Allah, karena tidak menyangkut orang lain, kata Iblis memberi dorongan. Setelah diberitahu tempat penjualan miras, Barshisha berangkat menuju kedai miras di sebuah desa dengan wanita cantik penjaganya. Setelah minum sedikit dan mabuk, ia amat terangsang dengan paras wanita itu, sampai terjadi pemerkosaan. Sial. Ia kepergok oleh sang suami yang datang pada kejadian itu. Barshiha cepat mengambil keputusan untuk membunuhnya. Iblis bergembira karena Barshisha telah melakukan tiga dosa sekaligus: minum, zina dan membunuh. Ia ditangkap dan dihukum mati. Di tiang gantungan, ia didatangi Iblis, Maukah kamu saya tolong agar lepas dari hukuman ini? Jika mau, segera pejamkan mata dan tundukkan kepala sejenak kepadaku. Ketika ia melakukan perintah Iblis itu, ia menghembuskan nafas terakhir. Hidup masih koma. Anda wajib bersyukur menjadi orang baik-baik sekarang berkat hidayah Allah. Tapi Anda harus ingat, hanya malaikatlah yang sudah titik: pasti baik selamanya, karena mereka tidak memiliki nafsu. dan (para malaikat itu) tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim [66]:7).

Hidup masih koma. Esok hari masih penuh spekulasi. Maka bacalah ihdinash shirathal mustaqim (Wahai Allah tunjukilah kami jalan yang lurus) dengan penuh penghayatan dalam setiap shalat. Baca juga doa, Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami (QS. Ali Imran [3]: 8). Atau bacalah doa dari Rasulullah SAW, Wahai Allah, sesungguhnya saya memohon hidayah, takwa, kelapangan, dan rasa cukup (H.R. Muslim).

HIDUP ITU KOMA (1)


February 1st, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (5 Comments)

HIDUP ITU KOMA (1) Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Kata jijik dan muak itu soal biasa jika dialamatkan kepada makanan atau minuman. Sebab selera manusia tidak sama dan tidak kenal logika. Orang Yaman mengatakan, al-dzauq, la jidala fih yang diterjemahkan orang Inggris, The taste is undebateble. Bisa saja makanan itu menjijikkan bagi Anda, tapi paling lezat bagi yang lain. Tapi jika kedua kata itu dialamatkan kepada seseorang, maka maknanya menjadi tidak biasa, karena berbau penghinaan untuk seseorang. Setidaknya dua kali saya mendengar dua kata itu atau ungkapan semakna dari mulut teman saya. Keduanya terjadi di luar negeri. Saya tidak menyebut kasus serupa di dalam negeri, agar tidak ada pembaca yang tersinggung. Ketika saya diundang untuk mengisi kajian Islam untuk komunitas santri Indonesia di London, saya merasa bangga dan takjub, bagaimana mereka bisa membangun kebersamaan dalam keimanan di tengah masyarakat acuh agama. Akan tetapi, ketika mengantar saya pulang, seorang panitia bercerita di atas bus bahwa komunitas ini adalah khusus pecinta Allah dan Rasul. Semua peserta wajib berpakaian sopan dan tutup aurat bagi muslimah. Saya baru sadar kemudian, mengapa wanita tak berjilbab yang menyertai saya dalam kajian itu tidak memperoleh sambutan sehangat mereka yang berjilbab. Semula saya menduga hanya karena wanita itu belum akrab dengan mereka, tapi ternyata ada kesan lain yang melatarbelakanginya. Pengalaman yang lain adalah ketika saya diajak petugas KJRI Hong Kong memberi pencerahan agama untuk komunitas BMI (Buruh Migran Indonedsia) di Taipo, sebuah kota kecil, kira-kira perjalanan satu jam dari pusat kota. Inilah komunitas khas: wadah kaum lesbi yang sedang bersuka ria menikmati hari libur Minggu di sebuah kedai. Saya mengajak masuk dua orang berjilbab yang menyertai saya, tapi mereka menolak. Saya jijik dengan mereka, pak. Saya lebih enak di luar menunggu bapak, katanya singkat sambil mengerutkan muka. Dua pengalaman itu saya ingat kembali, setelah saya membaca buku Warisan Para Aulia karya Fariduddin Al-Attar (p.102). Pada tahun 800an Masehi, hiduplah pemuda yang terkenal kaya, Abu Nashr, Bisyri bin al Harits. Tiada hari lewat tanpa foya-foya dan minuman memabukkan. Suatu hari, ia berjalan terhuyung-huyung karena baru saja menenggak beberapa botol miras.

Dalam perjalanan itu, ia menemukan secarik kertas kusut bertuliskan bismillahirrahmanirrahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang). Ia membacanya dengan senyum bahagia. Dibacanya sampai berulang kali. Setelah mencium kertas temuannya itu, ia mengambil minyak mawar untuk dipercikkan di atasnya, lalu menyimpannya di tempat yang spesial. Pada malam hari berikutnya, seorang syekh mendapat perintah dalam mimpinya, Carilah seorang pemuda dengan ciri-ciri begini begitu, dan katakan, bahwa Allah telah mengharumkannya, karena ia telah mengharumkan nama-Nya. Allah juga memuliakannya karena ia telah memuliakan-Nya. Syekh itu terus penasaran, siapa dan di mana pemuda itu?. Setelah dicari sekian hari, syekh berhasil menemukan pemuda dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam mimpi. Tapi syekh ragu, karena ada bau miras menyengat dari mulut si pemuda. Mungkinkah pemuda seperti ini di harumkan dan dimuliakan Allah? tanya syekh dalam hati berkali-kali. Untuk menghilangkan keraguan, syekh mengambil air wudlu dan shalat malam. Ternyata ia memperoleh mimpi yang sama. Sampai mimpi pada malam ketiga juga tidak berbeda, tetap mengisyaratkan pemuda dengan ciri-ciri semula. Pagi buta, syekh berangkat menemui sang pemuda. Syekh kaget tidak kepalang, pemuda itu ditemukan sedang berpesta miras anggur dengan rekan-rekannya. Pemuda itu menolak diajak bicara oleh syekh dan selalu menyebutnya salah sasaran. Akan tetapi, setelah syekh meyakinkan apa yang diperoleh dalam mimpinya, pemuda itu dengan senang hati mendengar petuahnya. Anda orang terpilih. Allah mencium Anda, karena Anda mencium kertas bertuliskan nama-Nya. Anda dimuliakan Allah, karena Anda telah memerciki minyak mawar dan menempatkan kertas bertuliskan Kasih-Nya di tempat terhormat. Begitulah kira-kira petuah sejuk syekh kepada pemuda yang sedang tidak beralas kaki saat itu. Sentuhan kasih sang syekh itulah yang meluluhkan hati sang pemuda untuk bertobat. Ia lalu menandai tobatnya dengan mengatakan, Mulai hari ini dan seterusnya, saya tidak akan memakai alas kaki, sebagai kenangan tanda awal pertobatan saya. Mantan peminum miras itu kemudian bersungguh-sungguh belajar dan menjalankan agama, sampai ia dikukuhkan masyarakat sebagai salah satu syekh paling kharismatik di Irak. Dalam sebuah fatwanya, syekh mantan peminum itu, Bisyr bin al-Harits, mengutip firman Allah, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap (QS. Al Baqarah [2]:22). Mengapa saya tidak beralas kaki? Sebab aku merasa tidak pantas berjalan di atas permadani yang disiapkan sang raja, katanya untuk menguatkan selamat tinggalnya kepada alas kaki, sekaligus menunjukkan analogi kesopanan yang maksimal kepada Allah SWT. Hidup itu masih koma. Belum titik. Jika Anda jijik dan muak kepada seseorang atas perbuatan dosanya, Anda pasti lupa, bahwa esok hari masih ada kemungkinan ia menjadi orang baik. Ia tidak setan yang tidak mungkin berubah jadi makhluk yang baik. Anda juga lupa, Anda bukan malaikat yang tidak punya dosa dan tidak ada kemungkinan jadi mantan orang baik. Esok hari penuh spekulasi antara baik dan buruk. Apa kata dunia, dan di mana Anda akan menyembunyikan muka, jika suatu saat, orang yang Anda pandang menjijikkan itu bertobat dan menjadi orang saleh, melampaui kesalehan Anda. Wallau almau bis shawab.

SHALAT BERSAMA MALAIKAT IZRAIL


January 25th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (2 Comments)

SHALAT BERSAMA MALAIKAT IZRAIL Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Siapakah malaikat yang paling akrab dengan Anda? Tentu Malaikat Raqib dan Atid. Mereka berdua mengikuti ke manapaun Anda pergi dengan kamera canggih tajam gambar dan peka suara. Pori-pori Anda yang terkecil terekam olehnya. Anda masuk ke WC sekalipun, mereka tidak boleh ketinggalan. Lalu, siapa malaikat yang paling jarang Anda temui? Siapa lagi jika bukan Malaikat Izrail. Ia hanya datang ketika jatah hidup Anda sudah habis. Saya dan Anda berharap, malaikat pencabut nyawa itu datang, ketika kita sedang berjuang di medan pengembangan Islam, sedang menolong fakir miskin, sedang sujud shalat, atau sedang merasakan sakit di rumah sakit tapi hati tetap ikhlas, ridla dan tanpa mengeluh sedikitpun terhadap takdir Allah SWT. Salah satu orang berbahagia dengan kematian seperti di atas adalah Bansor, pria berusia 50 tahun di kelurahan Wage Sidoarjo. Bapak dari empat orang anak ini hanya muslim sebentar ketika akad nikah, dan kembali ke agama semula tidak lama setelah pernikahan. Memasuki usia limapuluhan, ia mengidap tumor besar di leher. Semakin hari semakin membesar bersamaan dengan penyakit barunya: paru-paru basah. Pada tanggal 26 Desember 2012 yang lalu, ia meminta Ustad Suwita, ustad yang tinggal sekampung untuk membimbingnya masuk Islam. Di depan anggota keluarga yang non-muslim, ia dibimbing sang ustad mengucapkan syahadat sebagai ikrar masuk Islam. Anehnya, setiap kali mengucapkan syahadat, tenggorokan lelaki paruh baya itu selalu tersumbat. Matanya lalu tertuju ke tembok rumah dengan melotot dan membentak, Siapa kamu?. Ia tidak pernah menceritakan siapa yang dibentak di tembok rumahnya itu. Syahadat baru bisa diucapkan dengan lancar pada usaha ketiga kalinya. Pada harihari berikutnya, sesuai dengan permintaan, Ustad Suwita lalu mengajarkan bagaimana cara-cara shalat. Pada hari keenam sebagai muslim, ustad Suwita mengajarkan Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia. Ustad mengajarkan isi buku itu agar ikhlas, ridla dan menghindari mengeluh terhadap penyakit tumornya. Ia diajari juga untuk menyerahkan segala penyakitnya kepada Allah khususnya dalam setiap rukuk dan sujud. Sehari sebelumnya, ustad muda yang sangat ikhlas mengajar terjemah Al Quran itu memang datang ke rumah dan minta diajari isi dan praktek buku tersebut. Ajaib, pada keesokan harinya, benjolan besar di leher mualaf itu mulai mengempis. Ia semakin yakin akan fungsi shalat dan dahsyatnya ridla dan pasrah dalam sujud untuk semua masalah. Akan tetapi, Allah menghendaki lain. Pada hari Selasa minggu pertama tahun 2013, ia dipanggil Allah SWT selamanya. Pada detik-detik akhir pemakaman, adik kandungnya juga mengikuti jejak sang kakak: meminta dibimbing masuk Islam. Sang isteri menangis histeris, Oh Allah, puluhan tahun aku berjuang agar suamiku masuk Islam kembali dan mengerjakan shalat yang benar. Aku sangat sedih kehilangan kekasih dan tulang punggung rumah tangga. Tapi, aku

bersyukur dan bangga, suamiku telah mati sebagai muslim. Aku haru menyaksikan jenazah suamiku sedang senyum seperti sedang berpamit manja kepadaku. Peristiwa di atas mengingatkan kita, bahwa jeritan doa seorang istri akan petunjuk Allah secara terus menerus dengan keyakinan akan pertolongan Allah, pasti dikabulkan oleh Allah. Tapi, pendoa perlu kesabaran ekstra. Maukah Anda bersabar menunggu jawaban doa sampai tiga puluh tahun seperti yang dialami istri Mas Bansor itu? Setiap pemohon harus tunduk kepada kehendak Allah berupa jadual terpenuhinya permohonan. Kita harus sabar menunggu jawaban Allah. Jika sedikit saja ada perasaan terburu-buru, permohonan itu tidak akan dikabulkan Allah. Doa dengan harapan terkabulnya permohonan secara terburu-buru berarti mendikte Allah. Berarti pula ia bertindak sebagai manusia yang melebihi Maha Kuasanya Allah SWT. Seolah-olah ia memaksa Allah bertindak sesuai dengan kemauan kita. Naudzu billah min dzalik. Nabi SAW bersabda, Permohonan seorang di antara kalian akan dikabulkan Allah selama ia tidak tergesa-gesa dan berkata,qad daawtu rabbi, falam yastajib li /saya sudah berdoa kepada Tuhanku, tapi Tuhanku belum saja mengabulkannya) (HR Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a). Kedua, bagi siapapun yang sedang diberi ujian apapun oleh Allah, berusahalah sekuat tenaga untuk ikhlas menerimanya. Ketika Anda mengeluh, Anda sebenarnya sedang memprotes Allah. Keluhan tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambah derita Anda. Anda merasakan dua lapis sakit: raga dan jiwa atau fisik dan mental. Tidak hanya itu, jika ditakdirkan meninggal pada saat mengeluh, Anda berarti berjumpa dengan Tuhan yang Anda protes. Anda berjumpa dengan musuh Anda: Allah. Naudzu billah. Tapi jika Anda sakit, tapi ikhlas, ridlo dan senang hati menerimanya, Anda beruntung karena sakit hanya satu sisi: fisik semata. Proses penyembuhan juga lebih cepat. Ada lagi bonus tertinggi, jika Anda meninggal dalam keadaan ikhlas dan ridlo atas takdir Allah, Anda berarti berjumpa dengan kekasih Anda: Allah. Dalam sujud terakhir menjelang kematian, malaikat Izrail sebenarnya sedang menunggu di sebelah Anda. Beberapa malaikat lain juga sedang menunggu membawa ruh yang harum yang keluar dari pribadi tumakninah: sabar, ikhlas, ridlo dan pasrah itu ke langit tertinggi. Almarhum pak Bansor baru seminggu menjadi muslim dan baru beberapa kali shalat, tapi dengan shalat yang singkat itu, ia telah berprestasi: mati dengan membawa jiwa tumakninah. Saya yakin, di langit tertinggi para malaikat berebut, Aku sajalah yang mengantar ruh harum Bansor ke singgasana Allah. Saatnya, saya dan Anda berjuang menguatkan jiwa sabar, ikhlas, ridlo dan pasrah melalui ruku dan sujud yang lebih lama dari kebiasaan sekarang.

MENATA KALBU DENGAN BUKU BERDEBU Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Tiba-tiba saja Jumat pagi itu, seorang pria kurus bersandal jepit dengan jaket coklat yang mulai hilang warnanya menghadang saya di depan pintu Radio El-victor. Apa boleh saya berbicara sebentar pak, pintanya sambil memegang tas kresek hitam. Saya sempat berpikir, ia lagi punya masalah yang perlu alternatif solusi, seperti orang-orang yang meminta pertemuan khusus sebelumnya. Ternyata, dugaan saya salah seratus persen. Saya punya buku kuno yang isinya sama persis dengan apa yang bapak jelaskan dalam siaran tadi, katanya dengan menyerahkan buku yang diambil dari tasnya. Buku dengan tulisan Arab Jawa (pego) itu sangat kusut, penuh debu dan sudah berganti sampul dengan kertas manila. Buku ini saya simpan bertahun-tahun dan hanya saya berikan kepada orang yang saya pilih, katanya meyakinkan. Saya haru. Kitab amat kuning yang berjudul Hidayatul Ummah tulisan KH. Hasan Husen dari Cerme Gresik itu menjelaskan keimanan dengan berbagai analogi. Dalam hal shalat, buku tulisan tangan dengan cetak stensil itu menjelaskan, manusia tercipta dari api, angin, air dan tanah. Sifat api berdiri tegak dan manusia tercipta darinya, maka manusia diperintah berdiri tegak untuk shalat. Angin memiliki watak merobohkan. Karena nafas manusia terbuat darinya, maka manusia diperintah membungkuk rukuk. Air berwatak naik-turun. Darah manusia tercipta darinya, maka manusia diperintah bersujud. Terakhir, sifat tanah diam. Karena badan manusia tercipta darinya, maka manusia diperintah duduk diam dalam shalatnya. Masih banyak lagi penjelasan lain yang sebagian besar sulit saya pahami. Saya sebenarnya sudah tidak sabar melanjutkan membaca buku tersebut, karena susahnya difaham. Tapi saya lawan godaan itu, karena teringat betapa mulia pria miskin yang memberikan kepercayaan menerima buku yang paling berharga baginya. Saya kuatkan kemauan untuk menyelesaikan membacanya sampai saya menemukan setitik mutiara di dalamnya. Saya harus membacanya tuntas sebagai apresiasi kepada pemberi buku itu kata saya dalam hati untuk memberi semangat membaca. Dalam perjalanan menuju Semarang untuk melantik Pengurus Daerah Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI), buku itu saya baca di atas pesawat menuju Semarang. Menjelang turun dari pesawat, barulah saya temukan mutiara di halaman terakhir (p.66) tentang cara menata kalbu menuju tumakninah (tenang, sabar dan ridlo). Anda tentu suatu saat dipanggil Allah dengan panggilan mesra-Nya, Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam kumpulan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al Fajr [89]:27-30). Untuk hidup tenang (tumakninah), ruh dicabut Malaikat Izrail dengan tenang, dan menghadap Allah dengan tenang pula, maka penulis buku itu memberi enam resep. Pertama, welas (rasa kasihan) terhadap orang-orang yang menderita secara fisik, ekonomi, mental dan sebagainya. Carilah orang-orang demikian di sekitar Anda. Catatlah alamat dan nomor telponnya. Jika Anda berkunjung ke rumahnya atau menelpon untuk menunjukkan empati, itu sudah bagian dari welas Anda. Jika Anda juga bersujud yang lama, menyebut nama lengkapnya (dalam hati) khusus untuk mendoakannya, itu lebih baik lagi. Jika Anda mencari amplop kecil, memasukan beberapa uang di dalamnya dan menyerahkan kepadanya, Anda telah menunjukkan welas secara sempurna.

Kedua, asih (cinta). Kepada siapapun, tanpa memandang latarbelakang agama dan aliran, Anda harus memegangi nasehat Nabi SAW, Cintailah orang lain seperti Anda menyintai diri sendiri. Ini adalah pesan yang amat populer, tapi kita lebih banyak menggunakannya sebagai bahan nasehat untuk orang lain daripada menghayati dan menerapkannya sendiri. Jika Anda senang mendapat apresiasi dan ucapan terima kasih, maka berikan keduanya sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Jika Anda merasa senang diperlakukan secara terhormat, apapun posisi Anda, maka perlakukan semua orang, tidak peduli siapa dia, secara terhormat pula. Ketiga, ibadah, artinya kerjakan perintah Allah sekuat tenaga dan kerjakan dengan penuh keikhlasan. Jalankan perintah agama dengan senang bukan beban. Keempat, syukur, artinya tunjukkan rasa terima kasih atas apapun pemberian Allah. Salah satu bukti rasa syukur itu adalah wajah riang-bahagia, banyak sedekah, dan ketiadaan mengeluh dalam banyak pembicaraan. Kelima, ridla, artinya menerima dengan hati yang ikhlas apapun takdir Allah, enak atau tidak enak. Orang tumakninah selalu yakin bahwa tidak ada satupun takdir Allah yang tidak baik untuk dirinya. Keenam, khosy-yah (rasa takut) yaitu takut akan murka dan siksa Allah, jika Anda melanggar aturan-Nya. Bukan takut kepada kemiskinan, cemoohan orang, ketidakpopuleran dan sebagainya. Anda tidak perlu mencari buku berdebu itu, karena sudah tidak terbit lagi dan menurut saya sulit dimengerti. Bisa karena isinya yang mendalam, atau bahasa dan sistematikanya, atau karena saya yang tidak cerdas. Tulisan ini semata-mata wujud terima kasih saya kepada seseorang yang tulus memberikan kekayaan termahalnya kepada saya. Lalu, agar ia juga mendapat pahala yang tetap mengalir, saya nukilkan mutiara di dalamnya untuk masyarakat yang lebih luas, khususnya Anda.

NURANI KRISTIANI
January 11th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (2 Comments)

NURANI KRISTIANI Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Yatemi. Dialah wanita pemberi inspirasi untuk dua tulisan saya pada akhir tahun 2012. Pertama, artikel berjudul, Bersujud Untuk Mengangkat Kepala yang berisi apresiasi saya atas usahanya melawan rasa minder dengan profesinya sebagai pembantu rumah tangga, dan bagaimana ia, sebagai single parent berhasil menanamkan optimisme diri dan anaknya untuk menjadi orang besar melalui rukuk dan sujud. Kedua, artikel yang sedang saya tulis ini, tapi apresiasi lebih kepada majikannya. Apresiasi yang sama telah saya tulis dalam artikel di media ini awal tahun yang lalu, Para Pembantu Rahimakumullah. Pada saat umat Kristiani sibuk merayakan natal pada hari-hari itu, saya berdoa melalu siaran syiar pagi radio El-Victor, semoga semua umat kristiani bertambah sehat dan bahagia. Di tengah siaran, pembantu asal Bojonegoro itu datang ke studio diantar laki-laki tegap. Pagi hari begini,

kan banyak pekerjaan yang harus anda selesaikan. Apa diijinkan majikan keluar rumah?, tanya saya. Ya pak. Tengah malam, ketika dua majikan saya pulang dari luar kota, saya tunjukkan SMS bapak yang ini. Jawab Yatemi sambil membuka HP. SMS itu berbunyi, Semoga mbak Yatemi tetap tegar menjalani hidup, dan semoga anak mbak menjadi orang hebat kelak. Jika diijinkan silakan datang ke radio. Pesan singkat itu saya tulis karena beberapa kali ia bertanya tentang shalat bahagia melalui HP. Tuan Siwi dan Nyonya Agnes tidak hanya mengijinkan, tapi memanggil sopir ini untuk mengantar saya dengan mobil Avanza kemari Pak, kata Yatemi yang duduk bersebelahan dengan pak sopir di ruang studio. Apakah tuan dan nyonya anda muslim sehingga mengijinkan untuk mengantar anda ke siaran Islam?, tanya saya keheranan. Mereka kristen pak, tapi menurut saya, mereka orang terbaik di dunia yang pernah saya jumpai. Tutur katanya yang selalu lembut kepada saya dan tidak jarang mengirim uang untuk pendidikan anak saya di kampung. Ternyata, ketika berjumpa dengan saya sebulan sebelumnya untuk mendapatkan buku 60 Menit Terapi Sahalat Bahagia juga diantar oleh sopir yang sama. Seumur hidup, baru kali ini saya menemukan majikan sebaik itu. Mereka beragama kristen, tapi toleransinya kepada pembantu yang muslim untuk menjalankan agama sangat mengagumkan. Untuk belajar agama, mereka memberi fasilitas waktu, mobil dan sopir. Mereka rela, pembantunya mempelajari Islam pada jam-jam paling sibuk dengan pekerjaan rumah. Dua minggu berikutnya, saya menelpon sang majikan dan ia mengulang-ulang pernyataan yang mengagumkan saya, Siapapun yang serumah dengan saya adalah saudara kandung saya. Saya sebut mengagumkan, karena jujur saya katakan, saya belum bisa sebaik itu terhadap pembantu yang pernah tinggal serumah dengan saya. Setelah menutup telpon, saya lalu membuka Al-Quran, dan saya temukan firman Allah SWT yang sedang saya cari, Sungguh, kamu jumpai, orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan sungguh, kamu jumpai yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, Sungguh, kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena mereka benar-benar tidak menyombongkan diri. (QS. Al Ma-idah [5]:82). Jika Qabil diperintah Allah untuk berguru kepada burung gagak bagaimana mengubur saudaranya, Habil yang ia bunuh (QS. Al Ma-idah [5]:31), maka, siapapun Anda: imam besar, kiai, ustad, guru Al Quran, dosen, atau orang paling penting di negeri ini harus berguru pula kepada dua majikan dengan nurani Kristiani itu. Soal keimanan antar kita bisa berbeda, tapi soal kemanusiaan pastilah universal. Sebagai penutup artikel, saya kutipkan kalimat penutup dalam percakapan telpon itu, Saya amat salut kepada Bapak. Kapan kita menikmati semeja kare rajungan untuk makan siang bersama Pak?. Saya berharap artikel ini bagian dari usaha kita untuk membangun hubungan harmonis muslim dan kristiani, bagaikan dua jantung yang berdetak seperti satu, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.

KE SURGA DENGAN PURA-PURA


December 29th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

KE SURGA DENGAN PURA-PURA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Masih tentang surga. Tempat mana lagi yang kita idamkan selain itu. Jika pada edisi yang lalu saya menulis Ke Surga Dengan Semangka, sekarang saya suguhkan Ke Surga dengan Pura-Pura. Ternyata, banyak jalan menuju Roma, aneka kendaraan menuju Mekkah, dan banyak cara menuju surga. Ketika Anda melintasi beberapa jalan raya di tengah Surabaya, Anda akan membaca iklan sebuah perusahaan, Yang Lain Pakai Topeng. Saya Apa Adanya. Luar biasa. Iklan itu mengajak kita untuk mengedepankan kejujuran. Jangan hidup dengan pura-pura, bergaul di tengah masyarakat dengan topeng. Jika topeng itu terbawa angin puting beliung, apa kata dunia tentang diri Anda. Karenanya, Anda pasti tersiksa untuk membawa topeng ke sana kemari dan hidup dalam kecemasan, jangan-jangan topeng terlepas. Energi terkuras untuk mengikat topeng. Tapi, apakah semua pura-pura itu jelek. Tidak, jika kasusnya seperti yang alami Abu Aburrahman, Hatim Al Asham, ulama besar yang wafat di Baghdad, Irak tahun 852 M atau 237 H. Sebagaimana ulama-ulama lainnya, rumahnya tidak sepi dari banyak orang yang menimba ilmu, mencari pencerahan, dan meminta solusi permasalahan. Ulama memang seperti buah masak yang jatuh dari pohonnya. Lalu orang-orang memungut dan memakan dengan lezatnya. Pada suatu kajian Islam yang diadakan Hatim Al-Asham, ada wanita lansia yang mengangkat tangan untuk bertanya. Ketika sedang serius bertanya, wanita itu gagal pertahanannya sehingga mengeluarkan angin agak keras, sampai didengar orang di kanan dan kirinya. Raut mukanya berubah menahan malu dan kemudian gugup melanjutkan pertanyaan. Ibu, tolong bicara yang keras. Saya tuli, pinta Al Asham. Setelah mengajukan pertanyaan, si ibu diminta lagi untuk bertanya dengan suara yang lebih keras. Hatim Al-Asham meyakinkan, Sekali lagi, maaf, saya tidak mendengar suara ibu dengan jelas. Apakah Hatim Al-Asham benar-benar tuli?. Tidak. Ia sehat wal afiat. Ia hanya berpura-pura agar si penanya tidak malu telah kentut di depan syekh dengan dahi berbekas sujud. Bagaimana jika si wanita lansia itu suatu saat mengetahui bahwa Hatim Al-Asham ternyata hanya berpura-pura?. Ia sudah memikirkan hal itu. Maka syekh yang selalu menangis setiap mendengar ayat-ayat AlQuran itu berusaha konsisten dan bersungguh-sungguh menjaga perasaan sang ibu. Ia menunjukkan tulinya selama lima belas tahun sampai wafatnya. Ia kemudian terkenal dengan pangggilan syekh al-asham yang artinya ulama tuli. Hatim Al-Asham benar-benar menjadi tauladan, bagaimana seharusnya kita menjaga perasaan orang. Jangan ada satupun orang yang dipermalukan, apalagi di depan umum. Islam melarang kita berbisik dengan seseorang ketika kita berada di tengah sebuah pertemuan, agar mereka tidak menduga-duga isi bisikan kita. Apalagi berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti orang di sebelahnya. Rasulullah SAW bersabda, Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik

tanpa menyertakan orang lain (ketiga), kecuali jika berkumpul di tengah banyak orang, karena yang demikian itu membuat gelisah orang yang tidak diajak bicara itu. (HR Al Bukhari dan Muslim Dari Ibnu Masud r.a). (Riyadlus Shalihin, II:459) Dalam kitab Al Muwaththa dijelaskan bahwa Abdullah bin Dinar bercerita, Saya pernah bersama Abdullah bin Umar bertamu di kediaman Khalid bin Uqbah yang berada di tengah pasar. Tiba-tiba ada orang datang hendak berbisik dengan Khalid, padahal di sebelahnya ada saya dan Abdullah bin Umar. Maka Abdullah bin Umar memanggil orang lain menyertai pembicaraan, sehingga kami jadinya berempat. Dengan berempat, maka masing-masing telah memiliki partner bicara dan tidak ada orang tersinggung karenanya. Perintah berhati-hati menjaga perasaan orang lain juga tercermin dalam hadis Nabi tentang cara makan bersama banyak orang. Nabi SAW bersabda, Jika seorang di antara kamu makan bersama banyak orang dan merasa kenyang, maka jangan angkat tanganmu sampai mereka mengangkat tangan (selesai), sebab hal itu membuat malu orang-orang yang semeja makan. (HR. Al Baihaqi) (Mukhtarul Ahadits An Nabawiyah: 47) Hadis-hadis tentang perintah menjaga perasaan orang itu harus diperluas cakupannya. Maka jika Anda berdua atau bertiga atau berempat di sebuah pertemuan, ajaklah mereka berbicara dengan hangat dan saling berdoa untuk kebaikan bersama. Itu jauh bermanfaat daripada Anda menjadi manusia jempolan artinya sibuk dengan jempolannya sendiri bermain SMS, facebook, twitter, google dan sebagainya, sehingga tidak sempat berkenalan atau bertukar pikiran sampai acara selesai. Cara bergaul seperti itu sangat mungkin menimbulkan perasaan tidak enak orang di sebelah Anda. Dalam hati bisa saja ia menilai Anda, Orang ini egois dan angkuh. Aku orang yang lebih rendah darinya dan tidak layak berbicara dengann ya. Jika itu yang terjadi, Anda telah menyia-nyiakan kesempatan mendapat kawan yang sangat mungkin bisa dijadikan akses bisnis ke depan. Anda juga telah melukai hati orang. Hati yang terluka secara otomatis terkirim ke pusat data di langit dan mentransfer sinyal penutupan akses rizki Anda. Cara Anda bergaul merupakan investasi untuk kesuksesan masa depan Anda. Ikuti nasehat nabi, dijamin rizki Anda mengalir tiada henti. Jaga perasaan orang, malaikat senang, dan permadani ke surga untuk Anda akan terbentang.

KE SURGA DENGAN SEMANGKA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Inilah tulisan saya satu-satunya tanpa mengutip satupun dalil Al-Quran dan hadis untuk mengingatkan pembaca tentang kasih ibu. Islam mengakui adanya perbuatan baik dan buruk yang bisa diterima semua akal sehat, sehingga orang tidak beragamapun bisa membedakannya. Itulah yang disebut al maruf dan al munkar. Setiap orang pasti tidak membenarkan mencuri, membunuh orang dan sebagainya, sekalipun ia atheis. Menolong orang miskin, mengasihi orang tua juga pasti dipandang baik oleh setiap orang waras. Maka dengan satu kisah berikut ini cukuplah untuk mengingatkan kita tentang keharusan hormat dan berbalas budi atas jasa ibu dan berdoa setiap saat untuknya. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadlan pada tahun yang saya tidak ingat. Sebuah keluarga miskin dengan ibu bapak dan dua anak di Surabaya tetap berpuasa sekalipun suami istri itu pekerja kasar dan berat. Siapapun orangnya selalu ingin memberi makanan berbuka yang menyegarkan untuk keluarganya. Menjelang maghrib, ibu setengah baya itu pergi kira-kira seratus meter dari rumah kontrakannya untuk membeli semangka. Karena terdengar adzan maghrib, ia berlari kecil agar buah segar itu segera dinikmati untuk buka puasa suami dan kedua anaknya. Ia tidak melihat kanan kiri, padahal yang dilintasi itu rel kereta api. Inna lillah wainna ilahi rajiun, ia tertindas kereta api dengan semangka yang tergeletak pecah di sebelahnya. Jeritan orang yang melihatnya mengagetkan penduduk sekitar yang sedang menikmati berbuka puasa. Kedua anaknya berlari ke tempat kejadian dan merangkul ibunya yang tidak bernyawa dengan baju daster yang penuh darah. Suami dan anaknya hanya berbuka dengan setetes air di tenggorokan, bersamaan dengan linangan air mata yang membasahi rata pipinya. Ibunya pasti juga berbuka puasa dengan pemberian khusus dari malaikat dengan air telaga kautsar dari surga. Ia mati dalam keadaan berpuasa, demi cintanya kepada Allah. Ia menghembuskan nafas terakhir membawa cinta suami dan anak dengan semangka sebagai saksi di hadapan Allah. Walaupun tidak sama persis, semua pembaca pasti bisa bercerita panjang tentang jasa dan kasih ibu kepada Anda seperti dalam kisah di atas. Apalagi ibu yang bekerja membanting tulang, memeras keringat untuk membantu ekonomi sang suami yang tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Dunia memang panggung keanehan. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menyaksikan macam-macam kedhaliman. Seringkali kesetiaan dan pengorbanan sang ibu yang berdarah-darah itu, tidak mendapat apresiasi selayaknya dari suami, atau penghormatan dan kasih dari anakanaknya. Anda tentu pernah menyaksikan bagaimana seorang ibu yang tulus melayani suami dan mendidik anak, tapi justru menderita karena kekerasan kata dan fisik suaminya. Anda juga tentu pernah menjumpai seorang ibu berduka atas ulah anaknya. Semakin hari semakin kurus, stres dan meninggal memikirkan anaknya. Ia telah dibunuh oleh anaknya sendiri. Air susu dibalas dengan air toba. Inilah hari ibu. Kita ucapkan selamat untuk semua ibu. Sekarang, ambillah pulpen dan beberapa lembar kertas. Tulislah jasa ibu Anda kira-kira satu sampai tiga halaman. Lalu esok hari tulislah sehalaman lagi. Hari berikutnya tambahkan lagi. Saya yakin, sampai seribu halamanpun tidak akan cukup untuk menggambarkan kasih, jasa, pengorbanan dan kesetiaannya untuk Anda. Sujudlah paling sedikit tiga puluh detik setiap shalat. Jangan angkat kepala sebelum Anda bisa

menteskan air mata untuk memohonkan ampunan dan rahmat Allah untuk ibu Anda (Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia). Oh Ibu, aku anakmu. Kasih tulusmu kepadaku, pasti berbuah kasih Allah untukmu. Doaku tetap untukmu dan tiada aku hentikan sebelum aku bisa mencium pipimu di surga. Aku akan terus bershalawat kepada nabi, agar aku dan kau bisa bergandengan tangan sowan dan mencium kaki Rasulullah SAW di sana.

MUKMIN GUNDUL
December 15th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

MUKMIN GUNDUL Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Ketika saya melihat semakin banyak selebritis berkepala plontos di berbagai acara televisi, saya teringat tahun tujuhpuluhan di pondok pesantren. Pada tahun-tahun itu, santri yang pulang dari pondok dalam keadaan gundul, pasti orang tua malu, karena itu berarti si anak terkena hukuman berat di pondok. Orang-orang di kampung juga selalu menduga orang gundul orang yang baru keluar dari penjara. Itulah mode, pantas atau tidak pantas tergantung perkembangan waktu. Tentu yang dibicarakan di sini bukan gundul di Saudi Arabia, sebab berkepala plontos di tempat kelahiran Nabi itu, berarti seseorang baru saja selesai menjalankan ibadah haji atau umrah. Ternyata tidak hanya manusia yang gundul. Setan pun mengikuti mode. Ketika masih kanakkanak, saya sering mendengar orang memanggil-manggil setan itu. Ketika sedang mencari sesuatu yang hilang, mereka berdoa, Wahai setan gundul, tolong temukan barangku yang hilang.. Pada saat memasuki musim hujan pada minggu-minggu ini, saya juga mendengar salah satu warga Surabaya mengucapkan doa yang aneh, Oh buyut, udano sing deres.. (Wahai kakek-nenek turunkan hujan yang deras..) Dua jenis doa unik di atas bertahun-tahun telah berkembang di tengah masyarakat pedesaan kita, tanpa disadari bahwa doa itu bertentangan dengan keimanan. Mengapa meminta pertolongan kepada setan, gundul lagi. Mengapa pula meminta hujan kepada kakek nenek?. Padahal mereka orang-orang yang bersyahadat dan shalat. Inilah mukmin gundul karena berkepala syahadat tapi cabang-cabang keimanannya tidak ditumbuhkan. Sudah berikrar mengakui Allah sebagai Tuhannya, tapi masih meminta tolong kepada selain Allah. Sudah bersyahadat, tapi masih lebih banyak curhat kepada manusia daripada kepada Allah. Sudah muslim, tapi lebih mengandalkan pertolongan manusia daripada pertolongan Allah. Ketika menghadapi masalah, lebih banyak datang ke paranormal daripada mendatangi Allah yang sudah menunggu kehadirannya di ujung malam. Tanda-tanda mukmin gundul lainnya adalah banyak mengeluh, cemas dan khawatir menyangkut apa yang akan terjadi terkait dari sebuah ikhtiar, dan tidak percaya diri: hanya mengingat kekurangannya dan melupakan kelebihan yang diberikan Allah. Mengenalkan siapa dan bagaimana sifat-sifat Allah kepada orang jauh lebih mudah daripada meyakinkan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Penguatan keyakinan tidak bisa hanya dengan ceramah atau beca buku, tapi diperlukan pengalaman hidup khususnya pahit getirnya roda kehidupan.

Hadis berikut ini penting dihayati agar kita terjauh dari pribadi mukmin gundul. Dari Abu Abbas, Abdullah bin Abbas R.A berkata, Pada suatu hari, saya berada di belakang Nabi SAW. Beliau bersabda, Wahai anak laki-laki, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa pesan: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat manusia bersatu untuk memberikan sesuatu yang berguna bagimu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah ditetapkan Allah untukmu. Sekiranya mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (HR. Tirmidzi) Sabda Nabi di atas menyuruh kita untuk menggantungkan semua hal kepada Allah semata, meminta kenikmatan, pertolongan, pemecahan masalah hanya kepada Allah, merasa cukup dengan pertolongan Allah, dan tidak perlu mengharap pertolongan dari makhluk-Nya. Nabi Ibrahim as memberi tauladan yang luar biasa dalam keimanan dan kepasrahan. Ketika menghadapi api yang telah disiapkan untuk membakarnya, Jibril datang dan menawarkan bantuan, Apa yang kau butuhkan? Nabi Ibrahim menjawab. Saya tidak butuh apapun darimu, sebab aku sudah merasa cukup dengan pertolongan Allah. Syahadat adalah kepala Anda. Tumbuhkan dari kepala itu sejuta keyakinan akan pertolongan Allah. Rukuk dan sujudlah dalam setiap shalat lebih dari tigapuluh detik, dan katakan, Allah Maha Kuasa, Allah pasti menolong saya. Optimislah dalam berdoa. Iblis saja dikabulkan permohonannya oleh Allah, apalagi Anda. Orang-orang non-muslim saja bisa meyakini dan mengalami keajaiban pertolongan Tuhan, maka apalagi Anda yang beragama yang benar. Jika hari ini, Anda masih tetap saja gelisah seperti kemarin, tetap saja tidak terbakar semangat dan optimisme, serta belum yakin akan kemukjizatan pertolongan Allah, maka Anda masih termasuk mukmin gundul.

KOMUNITAS PENYUBUR SPIRITUALITAS


December 15th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

KOMUNITAS PENYUBUR SPIRITUALITAS Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan ia melewati batas. (QS. Al Kahfi [18]:28)

Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT memuji Para Pemuda Gua (Ash-habul Kahfi) yang mempertahankan keimanan dari penguasa lalim dengan bersembunyi di dalam sebuah gua. Sambil menunggu kejatuhan penguasa itu, Allah SWT menidurkan mereka di samping anjing kesayangan selama 309 tahun dan baru dibangunkan ketika dinasti yang lalim telah jatuh dan digantikan penguasa baru yang saleh. Sebagai kelanjutan, ayat yang dikutip di atas (QS. Al Kahfi [18]:28) menjelaskan bahwa untuk mempertahankan keimanan, perlu perjuangan lahir batin yang tidak ringan, yaitu memilih komunitas yang benar-benar menyuburkan spritualitas dan menjauhi komunitas yang diduga akan merusak keimanan sekalipun komunitas yang disebut terakhir itu amat menggiurkan dari segi imbalan materialnya. Ini sangat berat dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar kuat keimanan. Oleh sebab itu, ayat di atas diawali dengan kata washbir yang artinya kuatkan imanmu menghadapai tantangan itu. Saad bin Abi Waqqash bercerita tentang latarbelakang turun ayat di atas. Ketika ia bersama enam temannya, antara lain Abdullah bin Masud r.a dan Bilal r.a, tiba-tiba beberapa tokoh kafir datang dan meminta Nabi SAW agar mengusir mereka yang dipandang miskin dan tidak layak duduk bersama mereka. Hampir saja Nabi SAW menyetujui permintaan itu. Mungkin pertimbangan Nabi, apa salahnya mereka keluar sebentar dan tokoh-tokoh kafir itu bisa berdialog dan masuk Islam. Persis seperti pertimbangan Nabi ketika pada suatu saat fokus berbicara dengan tokoh-tokoh kafir sampai kurang perhatian terhadap kedatangan orang jelata dan buta, Abdullah bin Ummi Maktum. Maka turunlah ayat di atas yang mengingatkan Nabi SAW agar tidak terpancing dengan rayuan mereka sampai melupakan orang-orang jelata yang saleh dan amat setia kepadanya. Menurut Ibnu Abbas, orang-orang kafir itu memang tokoh elit dan bangsawan. Tapi Allah mengingatkan, untuk apa engkau mengikuti mereka yang lupa Allah, hati membatu, mengikuti hawa nafsu, mengumpulkan kekayaan dan mengejar kekuasaan tanpa mengenal batas-batas halal haram, baik dan buruk (amruhu furutha). Orang-orang angkuh seperti di atas selalu ada setiap zaman. Jauh sebelum Nabi SAW, orangorang elit zaman Nabi Nuh a.s juga pernah menyatakan siap mengikuti ajarannya dengan syarat orang-orang miskin, orang-orang tidak terpelajar, atau mereka dari keturunan jelata tidak dicampur dengan mereka. Berkumpul dengan orang rendah akan merendahkan status sosial mereka. Ayat di atas sangat cocok untuk dibacakan di depan khalayak sekarang. Tidak sedikit agamawan muslim yang bercerita bangga sebagai orang yang dekat dengan politikus terkenal, penguasa, pengusaha sukses, dan selibritis, sampai jarang bercengkrama dengan orang-orang berpakaian kusut, bersandal jepit, bersepeda dayung, para pemulung, dan orang-orang kecil dan miskin lainnya. Allah SWT mengingatkan kita agar hati-hati, Jangan-jangan orang-orang sukses yang engkau banggakan itu orang yang kering spiritualitasnya, karena hidup dalam kemewahan, habis energinya untuk berkompetisi meraih tiga ta (cinta, tahta, dan harta) tanpa mengenal halal dan haram, dan tidak lagi tersisa energy untuk berdzikir dan menunduk kepada Allah. Jika demikian, mereka telah berhati batu, lupa Allah dan bertuhan hawa nafsu. Jika tidak hati-hati, sangat besar kemungkinan engkau tidak terasa lambat laun seperti mereka, atau bahkan lebih rusak dari mereka. Dari segi kenikmatan hidup, pasti berkumpul dengan komunitas elit itu lebih bergengsi dan menyenangkan. Sebaliknya, berkumpul dengan orang kecil tidak mendapatkan apa-apa, bahkan justru lebih sering mendengar keluhan atau menerima amplop permohonan bantuan. Status sosial

kita juga tidak terangkat. Allah SWT mengingatkan, washbir nafsak (kuatkan mental melawan godaan menggiurkan itu). Sebaliknya, kita diperintah untuk mencari komunitas yang menuyuburkan spiritualitas. Dalam bahasa sekarang, bisa saja nasehat Allah itu berbunyi, Tetaplah menjadi pengurus atau anggota jamaah Yasinta, jamaah istighasah, kelompok pengajian rutin, kajian Islam, KPK (Kelompok Peduli Kemiskinan), bersama para peshalat berjamaah di masjid, menjadi panitia pencari dana pembangunan mushala dan sebagainya. Sekalipun tidak mendapatkan keuntungan material apapun dari mereka, aura dzikir mereka sangat besar artinya untuk menyuburkan spritualitasmu. Magnit kebajikan mereka menjadikanmu lebih mudah melakukan kebajikan yang sama. Selamat bertahan dalam komunitas penyubur spritualitas dan semoga semua pembaca sampai kapanpun tidak meninggalkan komunitas itu hanya karena godaan materi dan popuralitas. Berat, tapi berupayalah yang keras, hidayah Allah sungguh tak terbatas. Ketika menutup Surat AlAnkabut [29] ayat 69, Allah berjanji, Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridlaan Kami, pasti Kami akan menunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah pasti bersama orang-orang yang berbuat baik.

PERNIKAHAN SEJATI MELALUI SHALAT Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Semula judul tulisan ini adalah Menikah dengan Allah. Setelah adanya protes istri saya, maka bergantilah dengan judul di atas. Apa kira-kira nasehat Anda untuk wanita berikut ini? Dua tahun silam, Rubiyah (tidak nama sebenarnya) telah menyerahkan semua hasil kerjanya selama dua tahun di Hong Kong kepada pria yang dicintai di Indonesia. Pernikahan sudah direncanakan secara detail. Untuk persiapan acara dan kebutuhan rumah tangga, ia mencari penghasilan yang lebih banyak dengan pindah tempat kerja tapi dalam profesi yang sama: house helper. Di Taiwan, tempat kerja yang baru ia mendapatkan Rp. 4,5 juta per bulan. Hasil sekian tahun di Taiwan juga diserahkan kepada pria yang sama: Suroyman (tidak nama sebenarnya) yang bersumpah cinta sehidup semati dengannya. Itulah cinta. Pecinta selalu berfikir apa yang terbaik untuk diberikan kepada yang dicinta. Apa saja yang membuat yang dicinta bahagia, bahagialah dia. Kata Syekh Ahmad bin Athoillah, Pecinta sejati selalu berusaha memberi kepada yang dicinta, bukan menuntut sesuatu darinya. Demikianlah gambaran pecinta Allah sejati. Sama sekali tidak terlintas pahala dalam benaknya. Senyum Allah adalah kebahagiaan tertinggi baginya. Stop. Saya tidak melanjutkan bicara cinta, sebab bulan Oktober 2012 adalah bulan bencana bagi Rubiyah. Kata khianat dan bangsat lebih sering terucap daripada cinta, karena tiba-tiba saja, Suroyman berkirim SMS, Rub, kata pak kiai, saya tidak cocok menikah denganmu. Oleh sebab itu, saya sudah bersiap menikah dengan wanita lain yang cocok, sekalipun tidak secantik kamu. Maka, keluarga yang menyiapkan semua pesta dengan pengajian akbar sesuai dengan janji nadzarnya dibatalkan. Rubiyah sedih bercampur malu. Tapi masih lumayan, ia di Taiwan, jauh dari kampungnya. Keluarganya di Indonesia lebih berat beban psikologisnya karena hidup di tengah masyarakat sedesa. Ketika linglung, ia semakin ingat ibunya yang almarhumah. Beliau meninggal setahun silam, ketika sedang menunggu tanggal pernikahan. Terlintas berkali-kali untuk bunuh diri, tapi ia berhasil melawannya. Apa kira-kira nasehat Anda untuk si galau ini? Jika Anda bertaushiyah, Sabarlah Rubiyah, semua itu sudah takdir, maka kemungkinan ia akan menjawab dan menantang, Saya sudah tahu itu, tapi bagaimana caranya. Apa Anda sendiri bisa melakukannya? Pada puncak kebingungannya, ia datang ke sebuah toko penjual barang-barang Indonesia di Taipei. Tiba-tiba matanya tertuju ke sebuah buku tentang shalat bahagia. Ia mengikuti petunjuk buku itu. Rukuk dan sujud minimal selama tiga puluh detik untuk bercerita dalam hati tentang Suroyman, tentang hilangnya semua penghasilan selama kerja di Hong Kong dan Taiwan sampai tuntas, lalu pasrah sepenuhnya kepada Allah. Ia bisa menikmati rukuk dan sujud lebih dari lima menit karena di setiap sujudnya, terasa ada tangan yang mengusap air matanya dan mengusap lembut kepalanya. Ia sekarang memutuskan tidak menikah, trauma dengan pengkhianatan orang lelaki. Tidak ada cinta melebihi cinta Allah. Tidak ada pengasih melebihi ketulusan kasih Allah. Aku gagal hidup baru dengan Suroyman, tapi aku sekarang bahagia hidup baru dengan Kekasih dan Pengasih sejati: Gusti Allah. Aku lebih sering bermesra dengan-Nya.

Shalat benar-benar telah merubah hidup penuh putus asa menjadi penuh asa. Dengan shalat, keinginan bunuh diri berganti dengan taqarrub kepada ilahi. Shalat yang benar menjadikan manusia galau menemukan Allah yang gaul: Maha Senang mendengar keluhan dan Maha Menyapa hamba-Nya yang duka. Inilah hayya alas shalah (ayo shalat) yang bisa mengantarkan manusia ke hayya alal falah (ayo bahagia). Selamat untuk saudariku Rubiyah yang bisa menghadapi kenyataan dengan ikhlas, cinta dan pasrah kepada Allah. Semoga cinta dan pasrah Anda kepada Allah berbuah keindahan melebihi pernikahan Anda yang gagal itu. Allah berfirman, ..dan barangsiapa pasrah kepada Allah, maka Ia satu-satunya Tuhan yang mengatasi masalahanya.. (QS. 65:2-3)

BERSUJUD UNTUK MENGANGKAT KEPALA


December 7th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (3 Comments)

BERSUJUD UNTUK MENGANGKAT KEPALA Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Setelah acara dialog Terapi Shalat Bahagia di Radio Elvictor Surabaya (Jumat 29/11/12), satu dari sekian banyak pendengar yang berdatangan ke radio adalah perempuan berusia duapuluhan dengan menggenggam dompet kecil di tangan. Saya mendahului menyapa dan bertanya, Kerja di mana mbak?. Saya pembantu rumah tangga pak, jawabnya menunduk malu, sambil menambahkan bahwa ia janda dengan satu anak yang diasuh neneknya. Pada saat itulah saya memberi nasehat, bahwa semua pekerjaan dipandang mulia oleh Allah asalkan halal. Saya kutipkan juga prinsip orang Jepang, Semua pekerjaan adalah terhormat selama tidak kriminal. Dalam hati, saya berpikir apa sebenarnya yang salah di tengah masyarakat kita sehingga membuat orang minder karena sebuah profesi? Secara tidak sadar, ternyata setiap hari kita mendengar pelecehan atas profesi seseorang. Pernyataan, Dasar anak pemulung, Anak tukang becak saja berbicara muluk-muluk. Gayanya amit-amit, padahal ibunya hanya penjual kangkung dan pernyataan sejenis adalah penghinaan kepada seseorang dan pelecehan terhadap suatu pekerjaan. Tidakkah pembantu rumah tangga jauh lebih mulia daripada orang berdasi di ruang ber-AC tapi pemeras uang BUMN? Seorang penulis novel membandingkan PSK (Pekerja Seks Komersial) dengan koruptor. PSK hanya mencari uang dengan menjual miliknya sendiri, sedangkan koruptor mencari uang dengan menjual kekayaan negara, sehingga jutaan orang sengsara karenanya. Semua kita diingatkan Allah agar tidak menghina keadaan fisik, pekerjaan, atau latarbelakang seseorang. Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekelompok orang laki-laki merendahkan kelompok yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekelompok perempuan merendahkan kelompok lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. (QS Al Hujurat [49]:11). Murka Allah lebih-lebih kepada orang yang menghina orang-orang miskin. Secara ekonomi, mereka sudah menderita, ditambah lagi penderitaan secara psikologis.

Saya bertahun-tahun bergaul dengan 170.000 pembantu rumah tangga di Hong Kong dan, Macau, 160.000 orang di Taiwan, dan ratusan pembantu rumah tangga di Inggris, Belanda dan sebagainya. Tidak pernah satu katapun terdengar ucapan yang mencerminkan minder atas profesi mereka. Mengapa? Karena masyarakat setempat lebih Islami dalam hal memandang kemuliaan apapun profesi orang. Siapapun yang bekerja pada sektor yang dipandang rendah oleh masyarakat yang dhalim, Anda tidak perlu menghiraukan pelecehan itu. Lebih baik hina dalam pandangan manusia, tapi mulia di hadapan Allah. Untuk apa mulia dan terhormat di hadapan manusia, tapi ternyata paling hina di hadapan Allah. Anda hanya boleh merasa hina di hadapan Allah, terutama ketika rukuk dan sujud, dan tidak boleh merasa hina di hadapan manusia. Rukuk dan sujudlah minimal tigapuluh detik dan katakan dalam hati, Oh Allah, aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga, atau penarik becak atau pemulung. Aku ridla dan senang hati menjalani pekerjaan ini. Aku tidak mengeluh, sekalipun sangat melelahkan dan sebagian orang mememandang rendah kepadaku. Engkau Maha Pengasih, pasti mengasihi aku. Engkau Maha Kaya, pasti memberi aku rizki yang banyak dan berkah. Aku yakin, Engkau pasti menjadikan anak-anakku kelak menjadi orang hebat dan shaleh. Aku yakin akan pertolongan-Mu. Aku pasrah apapun yang Engkau berikan kepadaku. Aku pasrah sepenuhnya kepada-Mu. Setelah bangkit dari sujud dan mengucapkan salam penutup shalat, angkatlah kepala Anda dengan percaya diri, tanpa sedikitpun rasa minder dan yakinlah bahwa masa depan anak-anak Anda jauh melampaui mereka yang menghina Anda. Semoga.

SUKSES USAHA DENGAN TEORI TIDUR AL KAHFI


December 4th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

SUKSES USAHA DENGAN TEORI TIDUR AL KAHFI Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Setelah mengikuti pelantikan HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia) di kantor NU Jawa Timur Selasa (13/11), saya bertemu dengan pengusaha yang bergerak dalam penyembelihan sapi dari Jambi. Tiba-tiba KH Ahmad Sofwan datang bersama kepala divisi Bank Jatim Syariah dan mengajak shalat dan makan siang bersama di rumah yang tidak jauh dari kantor NU. Sambil berjalan memasuki rumahnya, kiai besar dan terkenal dengan puluhan unit bisnis itu bercerita tentang suka duka ekspor ikan kerapu ke Hong Kong dan Taiwan. Yang paling rumit adalah menjaga ruh ikan. Siapa bisa ikut campur dalam urusan ruh..ha ha?, Kata kiai yang semua anak, menantu dan semua cucunya hafal Al Quran itu. Jika ikan seharga Rp. 125.000 perekor di restoran Indonesia itu mati dalam pengiriman, maka harganya bisa jatuh lima puluh persen atau tidak laku sama sekali. Untuk antisipasi hal itu, agar ikan tidak bertarung dengan kawannya sendiri atau stres yang membawa kematiannya, maka ikan dibius dengan oksigen yang telah diamasukkan air. Baru enam jam berikutnya ikan hidup kembali, persis ketika sudah mendarat di bandara negara tujuan.

Sebelum kiai bercerita, pengusaha Jambi sudah berbagi pengalaman kepada saya tentang susahnya menjaga ruh sapi yang dikirim dari Jawa. Jika sapi dikirim selama lima hari dari Jawa ke Jambi tanpa istirahat, hampir dipastikan sapi stres atau mati sebelum sampai tujuan. Padahal Jambi amat membutuhkan pasokan sapi dari Jawa. Oleh sebab itu, para pengangkut sapi harus mengajak sapi beristirahat sehari di Batang (Jateng) dan sehari di Lampung. Itulah yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi untuk asuransi dan biaya pengiriman. Perbincangan tentang bisnis yang terkait dengan ruh itu mengingatkan saya tentang kisah beberapa pemuda yang ditidurkan Allah selama 309 tahun dalam sebuah gua. Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. (QS. Al Kahfi [18]:11), Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi.. (QS Al Kahfi [18]:25). Maksud ayat itu, Allah menutup telinga mereka sehingga tidur mereka lebih nyenyak dan tidak bisa dibangunkan oleh suara apapun. Di samping banyak pelajaran yang bisa diambil dari ayat di atas, bisa saja Allah menjelaskan kisah itu agar para ahli biologi berkreasi membuat bius semua hewan yang sedang menjadi komoditi bisnis agar hewannya tidak stres dan mati. Pengusahanya juga tidak stres menghadapi resiko kerugian dan angsuran bank. Jika Teori Tidur Al Kahfi ini bisa dikembangkan oleh ahlinya, apalagi dengan biaya yang rendah, maka ayat ini menjadi salah satu kiat sukses bagi para entrepreneur yang sedang berdiskusi di kantor NU sampai sore itu. Di antara pengusaha ekonomi menengah itu terdapat para pemula usaha yang terkait dengan ruh yaitu peternak lele, kambing, sapi, ayam, pemasok ikan segar ke beberapa restoran dan sebagainya. Semoga ruh hewan bisnis mereka terjaga, dan ruh bisnis mereka semakin hidup dan berkembang. Selamat bangkit menjadi santri pemberi bukan penerima dana.

MAUKAH HIDUP 10.000 TAHUN? Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Bulan Muharram, tahun baru 1434 hijriyah ini atau dua bulan lagi, Januari 2013, Anda sudah lebih tua. Mungkin di antara pembaca ada yang dicatat oleh Allah mati setelah pensiun, atau baru saja terdaftar sebagai pegawai pada suatu instansi. Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nahl [16]:70) Ayat di atas juga menunjukkan bahwa orang yang diberi kesempatan hidup sampai tua, ia tidak lagi sempurna ingatannya, dan terbatas pengetahuannya, seperti ia bayi dan anak-anak. Allah SWT berfirman, Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (awalnya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin [36]:68). Rasulullah diberi hidup oleh Allah SWT selama 63 tahun Hijriyah atau 61 tahun menurut hitungan tahun Masehi. Bagi orang sesuci beliau, bekal untuk menghadap Allah tentu sudah cukup dengan usia sebanyak itu. Beliau tekun beribadah dan seringkali menangis tersedu-sedu ketika memohon ampunan Allah, padahal ia tidak punya dosa. Bagi kita, usia 61 tahun, terlalu singkat untuk mengumpulkan bekal menghadap Allah SWT. Kita berharap diberi usia lebih lama dari usia Nabi. Untuk itu kita wajib berusaha menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat sebagaimana dicontohkan Nabi. Ada lagi kiat panjang umur yang diberikan Rasulullah Saw, yaitu menyambung tali persaudaraan. Rasulullah Saw bersabda,Barangsiapa ingin dimudahkan rizkinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usianya) hendaklah ia menyambung tali persaudaraan (HR. Bukhari dari Anas bin Malik r.a). Berdasar hadis di atas, timbul pertanyaan: bisakah umur manusia diperpanjang? Muhammad Ibrahim An-Nuaim dalam bukunya Kaifa Tuthilu Umrakal Intajiy (Misteri Panjang Umur) menjawab bahwa menambah jatah umur manusia bukanlah hal yang sulit bagi Allah. Sekalipun umur manusia telah ditulis di sisi-Nya, namun adalah hak mutlak Allah untuk merubah atau menghapuskannya. Hanya Allah yang berhak merubah atau menghapus catatanNya. Nabi dan Malaikat tidak bisa melakukannya. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh) (QS.ArRad [13]:39). Dengan kekuasaan mutlak Allah itu, bisa saja seseorang telah ditetapkan batas umurnya, namun karena ia bersilaturrahim dan banyak berdoa, maka Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah merubah ketetapan-Nya dan memberi tambahan umur kepadanya. Ada juga pendapat lain bahwa umur manusia tidak bisa ditambah atau dikurangi, karena sudah ditetapkan Allah sebelum kelahirannya (QS. Fathir [35]: 11 dan Qs Al Araf [7]: 34). Kita hanya bisa meminta tambahan berkah atau kualitasnya. Artinya hitungan usia kita memang pendek, namun karena banyak ibadah, maka usia yang pendek menandingi usia ratusan tahun orang lain, khususnya umat sebelum nabi Muhammad SAW. Misalnya, usia muslim sehari bisa dinilai Allah setara dengan lima tahun. Setahun bisa setara dengan 3.800 tahun jika mengikuti petunjuk Rasulullah SAW berikut, Barangsiapa berjalan ke masjid untuk shalat fardhu secara

berjamaah, maka shalatnya setara dengan sekali ibadah haji. (HR Ahmad dan Abu Dawud r.a). Shalat berjamaah lima kali sehari berarti sama dengan lima kali ibadah haji. Padahal haji hanya bisa dikerjakan setahun sekali. Jika seseorang menjalankan shalat berjamaah setahun penuh tanpa absen, maka usia setahun itu sama dengan 3.800 tahun. (5 x 360 hari = 3.800). Pada bulan suci Ramadlan, juga bisa seseorang yang memperoleh sehari sama dengan 1000 bulan atau 83 tahun, jika bersungguh-sungguh beribadah pada malam lailatul qadar. Menurut Nabi SAW, Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali yang lebih dari itu (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a). Sekalipun pendek, kita berharap usia kita bernilai ratusan ribu tahun karena berkah kebaikan yang kita lakukan. Inilah usia yang terbaik, sebagaimana hadis Nabi, Orang yang terbaik adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya (HR Ahmad dari Abu Bakrah r.a.).

ALLAHUMMA JUNK FOOD


October 20th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments)

ALLAHUMMA JUNK FOOD Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Baru kali ini, saya menghadiri pelepasan jamaah haji, 12 Oktober 2012 dengan ribuan pengunjung. Rombongan Haji Sabar Kalibokor Surabaya dengan pembimbing Abah Rahman itu juga menghadirkan puluhan kiai yang diminta duduk berbaris di panggung kehormatan menghadap pengunjung. Bagi Anda yang tidak biasa dalam komunitas tahlil dan istighatsah pasti heran dan mungkin tidak sabar mengikuti urutan acara pada malam itu. Tapi mereka yang sudah terbiasa, justru memperoleh kenikmatan dan kesyahduan. Saya menyaksikan betapa riang wajah pengunjung menikmati suara penerbang hadrah dengan pasukan tepuk khas shalawatnya, sekalipun harus berdiri lebih dari 45 menit. Sesekali terdengar suara melengking komando liar shalawat dari barisan belakang, dan semua pengunjung merespon shalawat itu dengan sedikit menggoyang badan ke kanan dan kiri. Sungguh mereka menikmati shalawat bersama itu, sekalipun tidak semua memahami maknanya. Inilah salah satu bentuk ekspressi cinta Rasul. Bagi yang belum terbiasa, semakin tidak bersabar ketika harus mendengar 12 kiai berdoa pada akhir acara secara bergilir. Doanya juga panjang-panjang. Saya yang mendapat giliran kesebelas hampir kehabisan doa, karena sudah dibaca semua oleh para kiai sebelumnya. Giliran paling akhir adalah Kiai Luthfi Ahmad dari Ponpes TeeBee (Tambak Bening). Karena sudah malam, ia langsung pegang mike dan tanpa pengantar langsung berdoa, Allahumma, Ya Allah, jauhkan kami semua dari junk food, junk food, jauhkan dari junk food... . Saya sebenarnya tertawa dalam hati, tapi saya tahan, karena saya di atas panggung di depan ribuan orang. Baru kali ini ada doa jenis itu.

Usai acara, saya tanya, ..pak kiai, doanya kok unik sekali?. Ia menjawab, ..karena semua doa sudah diborong habis kiai sepuh, dan kita kiai muda, harus dengan doa unik..kan?. Setelah berbicara panjang, ternyata bukan itu alasan utama. Kiai muda ini memang sedang berkampanye cinta lingkungan dan produk dalam negeri. Bahkan dalam sambutan sebagai wakil tuan rumah, ia juga berkali-kali menekankan pentingnya masyarakat kita mengonsumsi garam kasar (grosok) yang sangat menyehatkan, bukan garam lembut di supermarket. Garam kasar bukan hanya cocok untuk mengusir setan..ha ha, tapi juga penyakit. Sebelum pulang, kiai berjubah hitam, tampan dan berjenggot itu memberikan tafsir tentang doa uniknya. Menurutnya, semua kiai harus peduli tentang kesehatan umatnya, dan menanamkan kesadaran akan bahaya penjajahan negara asing untuk masa depan Indonesia. Salah satu perusak kesehatan generasi muda kita adalah makanan cepat saji yang semakin hari semakin populer di kalangan anak muda kita. Sebuah hasil riset yang dipublikasikan di India Gazette menunjukkan bahwa 85% dari anak-anak usia 10-14 tahun, didiagnosa terancam diabetes karena kebiasaan makan yang tidak sehat. Satu diantaranya adalah junk food atau makanan cepat saji. Riset yang dilakukan oleh Delhi Diabetes Research Centre (DDRC) di bawah bagian dari Scheme of the Delhi melibatkan 5.802 anak sekolah di ibu kota. Penelitian yang difokuskan pada masalah obesitas dan perlunya mengubah pola makan yang cenderung meniru mimic western lifestyle. Pada banyak acara ulang tahun, anak-anak sekolah kita mengajak temannya bermakan ria di restoran penyedia junk food. Bahkan salah satu acara pelepasan anak TK di sebuah lembaga pendidikan, juga diadakan di restoran itu. Semua anak dan orang tuanya dengan lahap dan bangga sebagai orang moderen mengonsumsi junk food di restoran pada komplek pertokoan mewah. Junk food adalah makan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya, yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit. Junk food mengandung banyak sodium, saturated fat, dan kolesterol. Bila dalam tubuh jumlah ini banyak, maka akan menimbulkan banyak penyakit. Dari penyakit ringan sampai penyakit berat semacam darah tinggi, stroke, jantung, dan kanker. Dulu, penyakit-penyakit berat tersebut hanya diderita oleh orang-orang tua yang umurnya di atas 40 tahun. Tetapi, semakin tahun, penderita penyakit mematikan itu semakin muda saja umurnya. Kalau tidak bisa menjaga diri, bukan tidak mungkin dalam waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan, kaum remajalah yang menjadi si penderita itu. Sodium banyak ditemukan pada makanan yang dimakan dan minum. Sodium adalah bagian dari garam. Banyak makanan kemasan atau kalengan itu berkadar sodium tinggi. Sodium banyak terdapat pada french fries (apalagi bila ditambah dengan shakers), ayam goreng, burger, cheese burger, bologna, piza, segala jenis snack keripik kentang, dan mi instan. Dalam perjalanan pulang, saya berfikir tentang anak-anak saya yang hampir tiada hari tanpa junk food. Ketika sampai di rumah tengah malam, saya membuka Al Quran. Menurut kitab suci ini, orang Islam harus selektif makanan. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sungguh,setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah [2]: 126). Makanan yang kita konsumsi haruslah halal (halalan) dan menyehatkan (thayyiban). Kekeliruan mengonsumsi makanan bisa berakibat sakit bahkan kematian. Kita perhatikan urutan konskuensi firman Allah dalam surat As-Syuara ayat 78-81 berikut ini. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku,

maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku... Berdasar ayat ini, Allah telah menciptakan manusia dan semua makanan, lalu memberi petunjuk apa dan bagaimana mengonsumsinya. Jika menyalahi petunjuk Allah, maka manusia akan sakit atau mati. Kiai muda kita itu mengajak anak-anak sekolah membawa makanan sehat dan alami dari rumah, dan semua keluarga Indonesia lebih banyak menikmati pecel, sayur asem, sayur bayam, dadar jagung dan makanan-makanan khas Indonesia lainnya. Lebih hemat, sehat, halalan, thayyiban, kan? Allahumma jauhkan junk food

BERSEDEKAH DENGAN TELINGA


October 6th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

BERSEDEKAH DENGAN TELINGA Oleh Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag Guru Besar IAIN SAS dan Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Dalam perjalanan menuju acara khitanan massal (25/9), saya melewati sebuah kampung sepi di Jombang. Di desa itulah, tokoh pembaru Islam di Indonesia, Prof. Dr Nurkholis Majid, atau lebih dikenal dengan panggilan Cak Nur, dilahirkan. Madrasah Ibtidaiyah di tepi jalan yang dirintis oleh ayahnya menjadi pengingat bagi siapapun yang memasuki desa itu. Saat itu, tiba-tiba saya teringat pribadi Cak Nur dalam setiap seminar atau pengajian. Beberapa kali saya berkesempatan mengikuti seminar dimana ia menjadi salah satu narasumber. Ketika narasumber lain sedang menyampaikan makalah, ia mengikutinya dengan serius. Sesekali mencatat hal-hal yang dianggap penting. Ia tidak berbicara dengan orang lain atau menunjukkan muka jenuh mendengarkan, sekalipun peserta sudah gaduh dan teriak-teriak karena makalah yang dipaparkan tidak menarik dan tidak logis. Pada saat makan siang, Cak Nur masih sekali lagi menjabat tangan pemakalah itu dan berkata, Apa yang Anda sampaikan tadi sangat menarik. Saya yakin, banyak hal yang tidak menarik dalam makalah itu, tapi Cak Nur melupakan semuanya dan mengapresiasi satu atau dua poin yang baik saja. Sejak itu, saya belajar mengikuti jejaknya, sekalipun seringkali gagal: tidak sabar mendengarkan pembicaraan orang yang tidak logis, lebih-lebih tidak jelas arahnya. Saya sering cepat berkesimpulan, Tidak ada yang baru dari ceramah ini. Kemudian, saya merogoh handphone di saku untuk bermain SMS. Jebol juga pertahanan saya. Apalagi, ketika badan lagi lelah. Saya sangat sadar, itu etika tercela, tapi saya masih berat melawannya. Ternyata, menjadi pendengar yang terpuji jauh lebih sulit daripada menjadi pembicara yang baik. Ia membutuhkan enerji besar dan super sabar untuk melawan egoisme. Tulisan ini saya buat, semata-mata untuk memberi motivasi diri sendiri untuk menjadi pendengar yang terbaik. Ada banyak kiat bagaimana menjadi pendengar yang terhormat. Pertama, selama proses mendengar, belajarlah untuk mencari ide pokok atau tema sentral dari isi pidato atau obrolan orang. Kedua, cobalah untuk memfokuskan diri pada isi pidato atau obrolan, bukan pada

bagaimana cara penyampaiannya. Ketiga, jangan terlalu cepat menarik kesimpulan dengan memalingkan perhatian atau memotong obrolan orang. Jika Anda menjadi guru, Anda harus belajar seni berbicara yang baik. Tapi, jangan lupa, Anda juga harus belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik untuk semua peserta didik. Termasuk mendengar pertanyaan mereka yang tidak fokus, tidak bisa difaham dan tidak sopan dalam menyampaikannya. Ketika pulang di rumah, Anda harus belajar lagi menjadi pendengar yang baik untuk istri dan anak-anak. Keluarga Anda dijamin tidak akan harmonis, jika Anda hanya pandai berbicara di depan anak dan istri, sekalipun dengan kutipan ayat Al-Quran dan hadis, dan tidak belajar menjadi pendengar yang baik. Mereka tidak hanya butuh dipenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, tapi juga butuh didengar dan dihargai. Mengapa Allah SWT menciptakan manusia dengan dua telinga dan hanya satu mulut? Bisa jadi karena Allah mengetahui tabiat manusia yang rata-rata merasa berat mendengarkan orang lain. Dengan satu mulut saja, dunia sudah ramai gosip seperti ini. Apa jadinya, jika manusia memiliki dua mulut. Jika dikaitkan dengan perut, telah banyak orang menderita dalam kemiskinan akibat keserakahan satu atau dua orang. Apa jadinya nasib umat manusia, jika ada orang serakah dengan dua mulut. Jika Anda telah berhasil menunjukkan sikap mau mendengarkan orang, maka selanjutnya Anda harus belajar mendengar dengan hati. Jika Anda ingin memberi hadiah atau sedekah bernilai kepada seseorang: bawahan, pimpinan, istri, suami, saudara, dan anak-anak Anda, maka hadiahkan kepada mereka sikap Anda yang mendengarkan dengan telinga terbuka lebar, hati dan antusiasme. Anda telah melecehkan seseorang, dan amat menyakitinya, jika Anda memalingkan muka di depan orang yang sedang serius berbicara kepada Anda. Seorang bapak marah karena nasahet untuk anaknya hanya masuk di telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Tak ada pengaruh sama sekali. Ketika sedih bercampur jengkel itu, tetangganya mengatakan, Itu lumayan pak. Nasahat saya sama sekali tidak bisa masuk ke telinga anak saya. Baru di daun telinga sudah terpental keluar. Berakhlaklah seperti Allah Yang Maha (Mau) Mendengar (as-samii) kepada semua manusia, sekalipun mulut orang itu berbau busuk karena dustanya, bermuka hitam karena kemunafikannya, dan tidak fokus pandangan mata karena kebiasaan khianatnya. Tirulah Nabi SAW yang selalu menghadapkan muka dan menunjukkan antusiasme kepada orang yang sedang berbicara dengannya. Berdasar ketauladan nabi, maka orang yang mengangkat telpon atau membuka SMS ketika orang lain sedang berbicara denganya, bukanlah muslim yang baik, apalagi dilakukan ketika sedang bertamu di rumah orang. Allah SWT berfirman, sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba- hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. (QS Az Zumar 17, 18:) Dalam Al Kitab (Injil) disebutkan, Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!. (Matius 11:15). Ayat diatas menunjukkan secara tersirat bahwa tidak semua yang Anda dengar dari orang itu baik dan benar, tapi tetap dengarkan, lalu pilihlah yang baik dan benar untuk diikuti. Les Giblin (2009) menulis buku Skill With People. Salah satu bab di dalamnya adalah Cara Terampil Mendengarkan Orang. Menurutnya, semakin Anda mendengarkan, semakin tampak Anda orang pandai, semakin disukai dan dihargai, serta semakin pandai sebagai pembicara.

Pendengar yang baik selalu membiarkan seseorang mendengarkan pembicara favorit nya, yaitu dirinya sendiri. Orang lebih suka mendengar bicaranya sendiri seribu kali lipat daripada mendengarkan orang lain. Ada lima petunjuk untuk menjadi pendengar yang baik. Pertama, tataplah orang yang sedang berbicara. Siapapun yang layak didengar, layak pula ditatap. Kedua, condongkan badan ke arah pembicara dan dengarkan penuh perhatian. Tunjukkan seolah-olah Anda tidak mau kelewatan satu katapun. Ketiga, ajukan pertanyaan. Hal itu menunjukkan bahwa Anda sangat memperhatikannya. Mengajukan pertanyaan adalah bentuk sanjungan yang tertinggi. Keempat, ikutilah topik pembicaraan, dan jangan memotong atau menyela. Kuatkan kesabaran untuk menahan diri dari keinginan pindah ke topik yang lain. Kelima, gunakan kata-kata pembicara dengan Anda atau Perkataan Anda. Jika Anda menggunakan kata saya atau milik saya, Anda telah memindahkan fokus dari pembicara ke diri Anda. Itu adalah berbicara bukan mendengarkan. Anda tentu sudah sering mendengar sabda Nabi SAW berikut ini. Setiap persendian manusia harus bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang yang bersengketa adalah sedekah; membantu orang untuk mengangkutkan barangnya di atas kendaraannya juga sedekah; ucapan yang baik juga sedekah, setiap langkah untuk melakukan shalat juga sedekah, dan menyingkirkan gangguan yang ada di tengah jalan juga sedekah. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah r.a). Bersyukurlah, mulut Anda sudah bersedekah. Demikian juga tangan dan kaki Anda. Sekarang, gilirannya telinga Anda. Ia harus banyak bersedekah dengan mendengarkan dengan baik dan menyenangkan untuk orang yang sedang berbicara dengan Anda. Seseorang di antara kalian tidaklah disebut orang beriman, kecuali jika ia menyintai orang lain seperti menyintai dirinya sendiri. kata Nabi SAW. Jika Anda merasa diwongke (dihargai) oleh orang yang mau mendengarkan obrolan Anda, maka Anda juga harus memerlakukan pembicara dengan perlakuan yang sama. Semakin hari negara kita semakin kebanjiran orang yang pandai berbicara, bahkan tidak malu berbicara panjang lebar di luar bidangnya. Tapi, semakin langka ditemukan orang yang pandai menghargai dan mendengarkan orang. Bagi Anda yang muslim, bersyukurlah Allah telah mengajarkan untuk mengusap telinga setiap hari ketika berwudlu. Berdoalah ketika mengusap organ tubuh yang tipis di bagian kanan dan kiri kepala Anda itu, agar keduanya lebih banyak bersedekah daripada kemarin dan hari ini.

KIAI JAMPERSAL Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Ada-ada saja nasehat kiai. Seorang kiai hanya menyarankan singkat, Baca shalawat Nabi yang banyak pada seorang tamu yang bercerita panjang lebar tentang kesulitan ekonominya. Bagitu panjangnya cerita sang tamu, sampai kiai hampir mengantuk. Lain kiai, lain pula nesehatnya. Seorang Pengawai Negeri Sipil di Surabaya curhat, Pak kiai, menurut informasi, saya akan dipindahtugaskan ke Papua. Mohon didoakan agar saya tetap bertugas di wilayah Jawa Timur. Di hadapan tujuh tamu lain yang sedang antre meminta nasehat, kiai berkata pendek, Bacalah alhamdulillah 5000 kali setiap hari. Saya lagi susah, kok justru disuruh membaca alhamdulillah sedikit protes dalam benak si tamu. Tapi demi kepercayaan kepada kiai, pesan itu dijalani dan ternyata berhasil. Mau nasehat yang lebih unik? Tanyakan kepada KH Achmad Sofwan Ilyas, pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Daarul Muttaqin Manukan Surabaya. Menurut beliau, abahnya, Kiai Sofwan di Rembang selalu berwasiat, Agar hidupmu diberi kemudahan Allah, carilah orang miskin yang hamil tua sebanyak-banyaknya, lalu berikan biaya secukupnya untuk proses persalinan, walaupun kau peroleh dari pinjaman orang. Mereka sangat sedih dan cemas pada hari-hari itu. Andaikan Kiai Sofwan masih hidup, tentu ia diberi penghargaan Menteri Kesehatan RI yang sekarang lagi berjuang menurunkan kematian ibu dan anak. Kemenkes menarjet 102 kematian dari 100.000 kelahiran pada tahun 2015 nanti sesuai dengan tujuan MDGs (Millenium Development Goals). Angka kematian ibu sekarang masih memprihatinkan, yaitu 228 jiwa tiap 100.000 kelahiran. Menurut hitungan DR Sudibyo Alimoesa dari BKKBN, hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. Berdasar hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 90 persen kematian ibu disebabkan karena persalinan. Hal ini karena masih banyaknya ibu tidak mampu yang persalinannya tidak dilayani oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang baik karena terkendala biaya. Untuk menurunkan angka kematian sesuai dengan MDGs tersebut, berbagai upaya telah dilakukan. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), peyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas, dan perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Yang terakhir adalah peluncuran resmi program Jampersal (Jaminan Persalinan) untuk membantu ibu-ibu melahirkan secara gratis di fasilitas kesehatan pemerintah dan juga swasta yang sudah menandatangai kerja sama. Ibu hamil kini bisa melakukan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan secara gratis hanya dengan membawa KTP. Peserta program Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari). Melalui program dengan slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5 juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan

persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Sekali lagi, andaikan Kiai Sofwan masih hidup, tentu ia akan menggerakkan semua kiai di Indonesia untuk lebih peduli terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi. Gerakan mulia semacam itu diperlukan sebab nyawa seorang manusia, termasuk bayi yang baru dilahirkan dihargai Allah setara dengan nyawa semua umat manusia. Ketika terjadi pembunuhan Qabil atas saudaranya, Habil, Allah SWT berfirman, Oleh sebab itu, Kami tetapkan suatu hukum bagi Bangsa Israil, bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena ia membunuh orang lain, atau bukan karena melakukan kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka-seakan-akan ia telah menyelamatkan kehidupan manusia seluruhnya.. (QS. Al Maidah [5]:32). Di saat masyarakat sangat jenuh dengan media masa cetak dan eletktronik yang berisi berita gosip, persaingan politik dan kekerasan, apalagi dengan komentar para pakar yang membingungkan, saatnya kita melakukan gerakan untuk melanjutkan wasiat KH Sofwan: berbagi kasih kepada para ibu yang sedang gelisah dan bertaruh hidup diri dan bayinya pada saat dan sesudah persalinan. Nabi SAW bersabda, Penebar kasih di antara manusia akan tertaburi kasih Allah Yang Maha Pengasih. Kasihilah penghuni bumi, engkau dikasihi semua penghuni langit. Dalam kesempatan lain, Nabi SAW juga bersabda, Barangsiapa membebaskan kesusahan orang mukmin dari masalah kehidupan dunia, Allah akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat, dan barangsiapa memberi kemudahan atas kesulitan seseorang, Allah akan memberi kemudahan dari urusan dunia dan akhirat. (HR Muslim dari Abu Hurairah) Surabaya, 03-09-2012

PARA PEMBANTU, RAHIMAKUMULLAH


September 5th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (2 Comments)

PARA PEMBANTU, RAHIMAKUMULLAH Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Di depan hadirin yang terlihat lemas karena semalam suntuk itikaf dzikir di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, 24 Ramadlan 1433, saya mempersingkat ceramah shubuh. Ketika turun dari mimbar, tiba-tiba KH Ahmad Sofwan Ilyas menghampiri saya. Ia meminta buku saya, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia untuk dipelajari lebih lanjut setelah mendengar cuplikan yang saya kutip dalam ceramah itu. Tentu sebuah kehormatan, karena buku itu nanti akan mendapat masukan berharga dari kiai besar ini. Dengan sungguh-sungguh, ia meminta saya agar berkunjung ke rumahnya jam itu juga. Saya sebenarnya ingin segera pulang untuk meneruskan membaca berita tentang kegelisahan para bos di kota-kota besar menjelang lebaran ketika para pembantu rumah tangganya mudik ke

kampung. Saya sedang berfikir tentang nasib para pembantu rumah tangga. Betapa banyak di antara mereka tidak memperoleh kehormatan sebagai manusia merdeka. Seolah-oleh membentak mereka tidak dipandang dosa. Para majikan tidak merasa bersalah memberi upah yang pasti mereka tahu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan diri, apalagi keluarganya. Itupun tanpa hari libur sama sekali dalam seminggu. Pikiran saya itu semakin menjadi-jadi ketika berada dalam bulan Ramadlan ini. Ketika semua anggota keluarga yang lagi tidur nyenyak atau sedang berdzikir khusyuk, pembantu harus menyiapkan makan sahur sang majikan dan keluarga. Itupun makannya harus paling akhir. Beberapa hari menjelang lebaran, para majikan masih sampai hati membujuk mereka untuk menunda pulang kampung. Di rumah mewah kiai yang juga pengusaha sukses itu, saya meminta ijin meraba-raba perabot rumah yang serba ukir tiga dimensi. Tiba-tiba saja kiai ini bercerita tentang wasiat alamaghfur lah, ayahandanya, Kiai Sofwan di Rembang tentang bagaimana memperlakukan pembantu. Lho, dari mana kiai ini tahu saya sedang berfikir tentang hal itu pikir saya. Para pembantu itu orang-orang mulia. Kita bisa memuliakan para tamu karena mereka. Juga atas jasa merekalah, kita bisa beribadah dengan tenang dengan pakaian bersih dan harum. Inilah kalimat pembuka kiai. Ia kemudian meneruskan wasiat ayahnya, Nak, berikan pembantumu waktu istirahat yang secukupnya. Jika ia sedang tidur pada jam istirahat, jangan bangunkan dia. Buatlah teh atau kopi dan suguhkan kepada para tamu dengan tanganmu sendiri. Jika sedang shalat atau mengaji, jangan sekali-kali dipanggil untuk mengerjakan sesuatu. Mereka manusia merdeka yang juga butuh istirahat dan ingin masuk surga seperti engkau. Segera saya lepas kacamataku, karena tidak terasa air mata saya berlinang, tapi saya tetap bersikap seperti tidak terjadi gejolak jiwa sedikitpun. Kiai ini lalu meminta pamit sebentar ke dalam rumah. Ternyata ia kembali ke ruang tamu dengan membawa tiga sarung dan menyuruh saya memilihnya. Saya ambil yang cerah saja pak kiai. Saya ingin memiliki hati secerah abah panjenengan kata saya. Setelah menggeser pantatnya sedikit, kiai yang terkenal dengan travel bimbingan haji dan umrah itu melanjutkan wasiat abahnya, Nak Ahmad (panggilan untuk kiai sewaktu kecil), berhatihatilah. Jangan mempekerjakan pembantu di luar tugas utamanya, atau lebih dari batas jam maksimalnya. Sedikit saja ia mengeluarkan keringat dengan hati yang jengkel, kejengkelan itu langsung tersambung ke arasy, maka murkalah Allah SWT dan kemudian tertutuplah pintu-pintu rizki untukmu.. Kiai ini kemudian berdiri dan menyampaikan dengan lebih bersemangat, padahal saya sebenarnya agak sakit menahan buang air sejak memasuki rumahnya. Tapi menjadi tidak terasa karena melihat semangat dan keikhlasan kiai mewariskan wasiat itu kepada saya. Nak Ahmad, setiap kali pembantu itu pulang, tanyakan kepadanya daftar nama secara lengkap anggota keluarga yang miskin di kampungnya. Masukkan uang dalam amplop walaupun sedikit dan tuliskan nama masing-masing mereka, agar pembantu itu tidak salah memberikannya. Kegembiraan pembantu bisa bersilaturrahim kepada keluarga dengan membawa uang dan kebahagiaan mereka yang menerimanya tersambung ke arasy, terseyumlah Allah, dan terbukalah sejuta pintu rizki untukmu. Saya menunduk dan beristighfar, sebab saya belum bisa melakukan persis seperti yang diwasiatkan kiai kharismatik yang sekarang berbahagia di alam kuburnya. Ketika sampai di rumah, saya langsung membuka beberapa buku yang terkait dengan wasiat yang mulia di atas. Dalam kitab Tanbighul Ghafilin disebutkan sebuah kisah. Salah seorang sahabat Nabi SAW meminta air kepada tetangganya, dan menyuruh budaknya untuk mengambilnya. Karena ia terlambat mengambilkan air, tetangga itu menghardiknya dengan kata yang kasar, Pelacur kau. Sahabat Nabi itu langsung mengingatkan, Pada hari kiamat kelak, engkau akan didera Allah sebagai hukuman, jika engkau tidak bisa membuktikan ucapanmu it u.

Tetangga itu segera meminta maaf kepada si budak dan memerdekakannya. Semoga Allah menebus dosamu doa sahabat Nabi untuk tetangga tersebut. Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, Kam nafu anil khadim/berapa kali kami harus memaafkan pembantu? Nabi menjawab, 70 kali untuk setiap hari. Sebagai imbalan kebaikan majikan, pembantu tentunya harus mengikuti nasehat Al Hasan Al Bashri. Ketika ditanya, Manakah yang didahulukan: memenuhi panggilan adzan shalat atau melayani sang tuan?, ia menjawab, Layani tuanmu terlebih dahulu.. Dalam Kitab Riyadlus Shalihin, Marur bin Suwaid berkata, Aku melihat Abu Dzarrin r.a memakai perhiasan yang sama dengan yang dikapai pembantunya. Lalu aku bertanya kepadanya, dan dia menjelaskan bahwa dia pernah memaki seorang (pembantu) dan mencela dengan mengaitkan dengan ibunya. Nabi SAW mengingatkan, Engkau manusia dengan budaya jahiliyah. Mereka saudara kalian, pembantu kalian, mereka berada dalam kekauasaan kalian. Siapapun yang mempekerjakan orang, hendaklah ia memberi makan seperti yang dia makan, memberi pakaian seperti yang dia pakai. Janganlah kalian membebenai pekerjan di luar kemampuan mereka, jika mereka dibebani pekerjaan demikian, maka bantulah mereka. (HR Bukhari Muslim). Nabi SAW mengajarkan perlakuan yang terhormat dan penuh kemuliaan untuk para budak. Pembantu rumah tangga sama sekali bukan budak. Oleh sebab itu, ia harus dihormati, diberi kesejahteraan dan diberi peluang memiliki masa depan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Lailatul Qadar adalah malam yang tepat bagi para majikan besar atau kecil untuk bertaubat dan meminta maaf kepada para pembantu yang mungkin selama ini belum diperlakukan seperti ajaran Nabi SAW. Idul Fitri tahun ini harus menjadi hari raya yang mencerahkan masa depan para pembantu. Pembaca yang tercerahkan dengan Ramadlan, yakinlah Anda juga akan tercerahkan masa depan ekonomi, karir, kesehatan dan kebahagiaan rumah tangga Anda berkat senyum dan doa tulus para pembantu Anda. Minal aidin wal faizin, berbahagialalah para pembantu, rahimakumullah.

SUKSES BISNIS DEBU SYARIAH


September 4th, 2012 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

SUKSES BISNIS DEBU SYARIAH Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Al Quran itu bagai intan. Dari sisi manapun dilihatnya, Anda tetap menyaksikan cahaya indahnya kata Abdullah Darraz, penulis buku An-Naba-ul Adhim. Satu ayat Al-Quran bisa difahami dari berbagai sudut pandangan, dan semuanya menakjubkan. Pesan Al Quran jug a bisa menimbulkan getaran kalbu secara berbeda antara satu pembaca dengan pembaca lainnya, karena masing-masing memiliki disiplin ilmu, pengetahuan dan pengalaman hidup yang tidak sama.

Pada suatu hari, saya menjelaskan Surat Ali Imran di depan hadirin tentang perang Nabi di medan Badar dan Uhud. Dalam sesi tanya jawab, ada pertanyaan di luar dugaan, karena tidak pernah saya dengar sebelumnya. Dari mana mereka mendapatkan logam dan bagaimana cara pembuatan pedang pada saat itu?. Pantas, penanya itu dosen kimia. Lain lagi pertanyaan orang yang setiap harinya berbicara hukum Islam, Bagaimana cara memakamkan para syuhada, apakah dalam satu lubang untuk semuanya atau masing-masing satu lubang? Sekarang giliran Anda. Apa kira-kira yang ada dalam benak Anda ketika membaca firman Allah SWT berikut Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah 7-8). Lagi-lagi di luar dugaan saya, ternyata ayat itu juga bisa dikaitkan dengan bisnis perusahaan. Inilah yang yang akan saya jelaskan dalam tulisan ini, sebagai kelanjutan tulisan sebelumnya, Para Pembantu Rahimakumullah. KH Sofwan Rembang pernah memanggil putranya, Ahmad yang salah satu bisnisnya pengangkutan bahan-bahan bangunan untuk proyek di sebuah desa. Sudah tentu, penduduk desa yang terlewati ratusan truk setiap harinya mengeluh dengan debu yang memasuki celah-celah lubang rumahnya. Tidak terkecuali, jamaah mushala dan masjid di sepanjang jalan itu juga tidak nyaman bersujud di atas lantai yang berdebu. Ahmad, jangan dikira kamu akan lepas dari pertanyaan Allah di akhirat tentang sekecil butir debu yang menyakiti hati mereka, sekalipun engkau sendiri tidak bisa melihatnya, Itulah nasehat ces-pleng KH Sofwan yang menohok hati sang putra. Kiai Sofwan masih belum puas dengan nasehat itu, lalu ia menambahkan, Apa engkau tidak takut kepada Allah, jika seorang saja dari penduduk desa itu wadul (melapor) kepada Allah atas kedhalimanmu? Pasti, bisnismu tidak berkah, dan cepat atau lambat engkau akan hancur. Ahmad segera bangkit dari dari tempat duduknya dan menemui tokoh-tokoh masyarakat semua desa yang terlintasi truk-truk pengangkutnya. Dalam perjalanan, ia selalu terngiang-ngiang dengan nasehat pedas abahnya. Di depan mereka, tanpa basa-basi, Ahmad langsung menjanjikan jutaan rupiah setiap bulan untuk semua mushala dan masjid di sepanjang jalan yang terimbas debu. Beberapa bulan kemudian, Ahmad memberitahu akan selesainya proyek dan berpindah ke lokasi lain. Serentak mereka memohon agar memperpanjang kontrak proyek, sebab dana sumbangan yang mereka terima masih sangat dibutuhkan. Saya bersyukur, berarti saya telah terhindar dari kedhaliman debu kata Ahmad sambil menambahkan bahwa sejak itu, usahanya semakin berkembang dan berkah. Dana untuk semua masjid sebanyak itu, jauh lebih sedikit dibanding jika urusan itu sampai ke kepolisian dan pengadilan kenang Ahmad yang sekarang mendirikan pondok pesantren besar dan lembaga pendidikan formal serta mengelola perusahaan Travel Umrah dan Haji dan sejumlah perusahaan lainnya. Menurut saya, inilah bisnis syariah, bisnis yang menafikan kedhlaiman sekecil apapun kata KH Ahmad Sofwan Ilyas, nama populer kiai tersebut. Menurutnya, bisnis syariah tidak hanya terjauh dari kedhaliman, tapi juga mendatangkan keberkahan. Sudah ratusan orang yang diberangkatkan haji atau umrah olehnya. Ada lagi contoh konkrit bisnis syariah lainnya kata kiai yang hampir semua anak cucunya hafal Al-Quran ini. Ia memiliki puluhan mobil yang disewa tahunan oleh sejumlah perusahaan. Ia tahu bahwa biaya termahal untuk sebuah rental mobil adalah perawatan, disamping jaminan keamanan. Ia memanggil semua sopir di rumahnya. Mereka adalah sopir milik perusahaan yang kebetulan mengemudikan mobil kiai. Di depan mereka, kiai ini mengajak dialog. Apakah sampean semua mempunyai anak? Ya pak kiai jawab mereka. Ada yang masih sekolah?

Ada. Lebih mahal mana harga mobil saya dengan anak sampean?. Tanpa menunggu jawaban, kiai menambahkan, Semua biaya sekolah anak sampean saya tanggung. Sebagai imbalannya, tolong semua mobil yang setiap hari di tangan sampean itu dirawat dengan kasih sayang seperti saya menyayangi anak sampean semua. Pembaca pasti bisa membayangkan wajah sumringah wong cilik yang mendapatkan biaya sekolah semua anaknya. Dengan cara itu, para sopir tidak hanya merasa ikut memiliki, tapi juga dengan sukarela membelikan sendiri kebutuhan-kebutuhan kecil perawatan mobil. Hasilnya sangat menakjubkan. Biaya perawatan mobil jauh lebih kecil dibanding dengan biaya perawatan pada rental-rental lainnya. Harga jualnya setelah setahun dua tahun juga masih sangat tinggi. Keuntungan semakin banyak dan jumlah mobil yang disewakan menjadi semakin banyak pula. Pada akhir pembicraaan saya di akhir Ramadlan 1433 H itu, KH Ahmad Sofwan Ilyas menformulasi wasiat abahnya dengan sebuah pesan, Berikan kebahagiaan kepada semua orang sekalipun hanya setitik debu, engkau akan mendapat keberkahan sepenuh langit. Hindari kehdlaiman sekecil debu, sebab debu itu akan terbang ke arasy, dan engkau akan dikutuk malaikat sepenuh langit. Anda tidak akan bahagia dan bisnis Anda pasti hancur suatu saat.

CINTA RASUL (1) Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Ketika menjadi imam taraweh di |Mauritius Afrika tahun 2000, beberapa kali pengunjung masjid meminta saya untuk membaca Surat Ali Imran ayat 144, Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sidikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Berbeda dengan di Indonesia, di negera bekas perbudakan itu, jamaah shalat diberi hak untuk mengusulkan ayat al-Quran yang dibaca oleh imam. Saya agak terkejut, sebab ayat itu tidak sepopuler surat Yasin, Al-Waqiah. Setelah mempelajari isi ayat di atas, saya menduga dua alasan mengapa mereka terkesan dengan firman Allah di atas. Pertama, karena dalam sejarah, ayat itu bisa menenangkan kaum muslimin yang kalut pada saat kematian Nabi SAW. Kedua, ayat itulah yang membakar semangat juang Mushab bin Umar pada perang Uhud, sampai ia mati syahid. Uraian ini hanya menguraikan alasan pertama. Setelah sakit beberapa hari, akhirnya Nabi SAW wafat di atas pangkuan Aisyah. Setelah Aisyah memindahkan kepala Nabi SAW di atas bantal, ia berdiri dengan wajah sedih bersama sejumlah wanita yang memukul-mukul wajah. Kegaduhan itu membuat kaum muslimin yang sedang berada di masjid terkejut, tidak percaya akan wafatnya Nabi SAW, karena pagi harinya ia sudah terlihat sembuh. Umar bin Khattab berlari menuju tempat jenazah disemayamkan. Ia buka pelan-pelan kain penutup wajah Nabi SAW. Ternyata ia sudah tidak bergerak lagi. Umar menduga bahwa Nabi sedang pingsan. Jadi tentu akan siuman lagi. Mughirah, sahabat yang dekat dengan Umar berkali-kali meyakinkan bahwa Nabi telah wafat, tapi Umar justeru membentak, Engkau bohong. Bahkan Umar pergi ke masjid untuk berbicara di depan kaum muslimin. Demi Allah, Nabi SAW tidak meninggal, melainkan hanya pergi sebentar kepada Allah, seperti kepergian Nabi Musa as, yang menghilang dari tengah-tengah masyarakat selama empat puluh hari, lalu datang kembali lagi setalah dikabarkan dia sudah mati. Sungguh, Nabi SAW pasti akan kembali seperti Nabi Musa juga. Siapapun yang mengatakan Nabi SAW meninggal, saya akan memotong tangan dan kakinya!. Umar masih terus mengulang-ulang pidatonya, sementara semakin banyak kaum wanita di sekitar rumah duka yang masih memukul-mukul muka sebagai tanda kematian Nabi SAW. Dalam keadaan demikian, datanglah Abu Bakr, mertua Nabi SAW. Tanpa menoleh ke kanan dan kiri, ia minta izin Aisyah untuk masuk ke kamar Nabi SAW. Aisyah berkata, Orang tidak perlu minta izin untuk hari ini. Dibukalah kain burdah buatan Yaman yang menutup wajah Nabi SAW. Abu Bakar ra mencium jasad Nabi dan berkata, Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula di waktu engkau mati.

Kemudian kepala Nabi diangkat dan diperhatikan paras mukanya, yang ternyata menunjukkan ciri-ciri kematian. Abu Bakar berkata, Demi ibu-bapakku (sebuah ekspresi doa & cinta), maut yang sudah ditentukan Allah untukmu, sekarang sudah kau rasakan. Sesudah itu, tak akan ada lagi maut menimpamu !. Kepala Nabi dikembalikan lagi di atas bantal dan kain burdah ditutupkan kembali lagi ke muka Nabi SAW. Abu Bakar segera pergi ke masjid untuk menenangkan kaum muslimin yang sedang mendengarkan pidato Umar. Sabar !, sabarlah, wahai Umar ! katanya setelah ia berada di dekat Umar. Dengarkan!. Tetapi Umar tidak mau diam dan terus bicara. Setelah mengucapkan hamdalah, Abu Bakar berpidato sebagai berikut, Saudara-saudara! Barangsiapa menyembah Muhammad, ketahuilah ia sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, ketahuilah Allah hidup selamanya dan tak akan mati. Lalu ia mengutip firman Allah di atas. Kedua kaki Umar mulai gemetar dan tidak dapat lagi menyangga tubuhnya. Mendengar firman Allah yang dibacakan Abu Bakar, ia baru percaya bahwa Nabi SAW telah dipanggil Allah selamanya. Umar jatuh tersungkur ke tanah. Para sahabat yang semula percaya kepada Umar juga tidak dapat menahan tangis setelah mendengar ayat tersebut. Seolah-olah ayat itu baru saja diturunkan. Kisah itu amat sederhana dan sudah sering kita dengar. Tapi jika diperhatikan, kita dapat mengetahui betapa cinta Umar dan para sahabat kepada Nabi SAW. Orang sekelas Umar, yang terkenal cerdas dan kritis hampir tidak mempercayai kepergian sang kekasih. Tidak lain, karena kecintaannya yang tiada tara. Umar dan para sahabat benar-benar kehilangan cahaya yang amat dibutuhkan, pemimpin yang penuh kasih bagai kasih seorang bapak kepada anak, atau kasih kakak kepada sang adik. Kisah itu juga menunjukkan, secerdas bagaimanapun, manusia lebih dikendalikan oleh emosi daripada rasionya. Hari ini, jutaan muslim mulai berdatangan di makam Nabi SAW di Masjid Madinah sambil menunggu pelaksanaan puncak ibadah haji di Mekah. Ibadah haji lebih banyak mengasah emosi daripada rasio. Semoga haji dan ziarah makam Rasul kaum muslimim menghasilkan cinta Rasul lebih mendalam, sehingga mereka menjadi penggerak pembangunan karakter bangsa sepulang ke Indonesia.

Membakar Uang
December 19th, 2010 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

MEMBAKAR UANG Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Muhammad Ibrahim an-Nuaim dalam bukunya Kaifa Tuthilu Umrakal Intajiy bertanya, Apa komentar Anda jika melihat seseorang membakar uang setiap hari? Tentu Anda akan menjawab, ia sangat bodoh, sombong dan bahkan tidak waras. Itulah perumpamaan yang paling pas untuk menggambarkan orang yang membiarkan waktu berlalu tanpa kegiatan

produktif dan bernilai ibadah. Ia menambahkan jika uang hilang, kita bisa mencarinya lagi, namun jika waktu yang terbuang sia-sia, kita tidak bisa mencarinya lagi. Jarum jam tidak bisa diputar kembali Dalam al-Quran, Allah SWT bersumpah beberapa kali dengan waktu. Demi waktu shubuh, Demi waktu Dluha, Demi waktu siang, Demi waktu ashar, Demi waktu malam. Allah SWT bersumpah dengan perputaran waktu mulai dari pagi sampai malam hari. Bahkan ketika bersumpah dengan waktu ashar, Allah mengaitkan dengan kesuksesan atau kegagalan, kebahagiaan atau kesengsaraan orang. Allah SWT berfirman, Demi masa ( atau demi waktu ashar). Sungguh manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-Ashr [103]: 1-3). Waktu adalah modal besar kita. Atau dengan kata lain waktu adalah umur kita. Hidup yang amat singkat ini amat menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan kita, terutama di akhirat kelak. Firman Allah Demi Waktu mengingatkan kita agar tidak ada satu menitpun yang lewat tanpa kegiatan yang bernilai positif atau produktif. Usia ini harus dipenuhi dengan segala usaha yang bersifat investasi untuk masa depan, baik jangka pendek yaitu dunia maupun jangka panjang yaitu akhirat. Satu menit berjalan dengan menyebut nama Allah, lebih baik daripada waktu setahun bagi orang yang lalai kepada Allah. Seorang mukmin yang cerdas pasti sadar bahwa ia senantiasa berpacu dengan waktu. Bila waktu berlalu tanpa ibadah, berarti ia telah lengah dan terpedaya. Ibadah dalam hal ini harus diartikan secara luas. Berusaha menambah pengetahuan baru, bekerja keras dan profesional termasuk dalam kategori ibadah. Semua pengusaha yang sukses sadar akan makna waktu. Time is money boleh saja menjadi prinsip seorang muslim, jika kompetisi bisnis itu merupakan ikhtiar dari obsesinya menjadi dermawan dan sponsor semua kegiatan agama di kemudian hari. Time is knowledge juga tentu modal ibadah bagi pecinta ilmu pengetahuan. Majduddin Abul Barakat, kakek Ibnu Taimiyah tidak mau waktunya lewat tanpa memperoleh ilmu. Jika ia akan masuk kamar kecil, ia menyuruh seseorang untuk membacakan sebuah buku dengan suara keras. Abdullah bin Masud berkata, Aku tidak pernah menyesali apapaun melebihi penyesalanku akan terbenamnya matahari. Umurku berkurang sedangkan ibadahku tidak bertambah. Dawud at-Thai lebih suka meminum fatiit (sup roti) daripada makan roti. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, Minum sup roti lebih cepat. Durasi waktu untuk mengunyah roti cukup untuk membaca lima puluh ayat al-Quran. Orang-orang shaleh terdahulu selalu membaca al-Quran dalam setiap perjalanan ke mana saja. Oleh karena itu, ia mengukur jarak perjalanan dengan jumlah ayat al-Quran. Abu Bakar bin Ayyasy memberi sindiran, Kebanyakan manusia mengeluh seharian jika uangnya hilang. Namun tidak pernah mengeluh umurnya sehari hilang secara sia-sia. Rasulullah Saw bersabda, Orang-orang yang duduk dalam suatu pertemuan tapi tidak mengingat Allah, pasti mereka akan menyesal. Seseorang yang menempuh perjalanan, tapi tidak mengingat Allah, ia pasti juga akan menyesal. Seseorang yang berbaring di tempat tidurnya dan tidak mengingat Allah, ia pasti juga menyesal (HR Ahmad). Mereka meyesal bukan karena dosa, namun karena waktunya berlalu tanpa kegiatan yang dapat meningkatkan peringkatnya di surga. Semoga kita tidak termasuk mereka yang menyesal. Amin.

MEREBUT KEPEMIMPINAN
December 18th, 2010 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments)

MEREBUT KEPEMIMPINAN Oleh: Prof Dr Moh Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia Ali Aziz, M, Ag

Kita adalah makhluk satu-satunya yang diberi kehormatan oleh Allah sebagai khalifah (pengelola) bumi ini. Kita telah diberi hak untuk mewarnai dan mengarahkan bagaimana kehidupan ini. Oleh sebab itu, di tengah kompetisi kepemimpinan dunia, umat Islam harus tampil di depan. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton, tapi harus manjadi pemain. Kita tidak boleh berada di pinggiran apalagi terpinggirkan, tapi harus di tengah yang menjadi poros perubahan. Kaum santri harus bangkit menjadi pemimpin di semua lini kehidupan baik dalam sektor ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dunia ini hanya akan sejahtera dan damai jika dikendalikan oleh orang-orang yang shaleh. Allah SWT berfirman dalam surat al-Anbiya ayat 105, Sesungguhnya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang sholeh Ada empat syarat agar umat Islam bisa menjadi lokomotif perubahan dunia. Pertama, sehat jasmani dan rohani. Jika fisik lemah dan sakit, jangan harap seseorang bisa berperan banyak dalam kehidupan. Orang yang sakit justeru menjadi beban, bukan meringankan beban umat Islam. Semua sahabat pendamping setia Rasulullah Saw dalam kegiatan dakwah, lebih-lebih untuk perang melawan kebathilan adalah mereka yang sehat, kekar dan memiliki stamina yang prima. Rasulullah Saw bersabda, mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah. Kesehan fisik harus disertai kesehatan rohani. Di antara penyakit rohani umat adalah keimanan yang setengah hati, berburuk sangka kepada manusia dan kepada Allah, malas, tidak percaya diri, bersikap menggantungkan orang lain, dendam, iri hati dan sebagainya. Untuk kesehatan fisik, makanan kita harus thayyib yaitu memenuhi syarat sesuai dengan standar kesehatan. Sedangkan untuk kesehatan rohani, makanan yang kita konsumsi harus halal. Sumber energi yang negatif yaitu diperoleh dari cara yang tidak halal akan sulit menggerakkan kita ke arah positif yaitu keimanan dan ibadah. (QS. Al Baqarah [2]:168) Kedua, produktif dan memiliki etos kerja. Ajakan untuk zakat dan bersedekah harus disertai dengan ajakan untuk bekerja keras. Pembangunan SDM umat tidak bisa dilakukan tanpa penguatan ekonomi. Tidak bisa hanya dengan doa dan istighotsah, tapi harus dengan kerja keras. Perhatikan salah satu doa Rasulullah Saw. Wahai Allah jauhkanlah aku dari kemalasan. Semangat dan jam kerja kita harus ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ekonomi. Kita sebenarnya malu kepada dunia. Setiap kali ada bencana alam pada masyarakat muslim, justeru sumbangan terbanyak bukan dari umat Islam sendiri, melainkan dari negaranegara non-muslim. Belajarlah dari negara-negara maju. Jam kerja orang Jepang 2600 jam pertahun. Amerika Serikat 2000 jam dan Jerman 1600 jam pertahun. Ketika Jerman kalah dalam perang dunia kedua, Konselir Jerman, Konrad Adenauer mengatakan, Kehancuran kita tidak bisa dibangun dengan air mata. Jerman hanya bisa bangkit jika memiliki budaya kerja (arbeits kultur)

Bergurulah kepada Sarah, isteri Nabi Ibrahim. Sarah bersama anaknya, Ismail ditinggal Nabi Ibrahim di sebuah lembah yang tidak dijumpai satupun sumber air dan bahan makanan. Dalam keadaan demikian, ia tidak cengeng dan berdiam diri. Ia tidak menangis dan hanya berdoa, tapi bangkit dengan gesit mencari sumber air. Sekali gagal, ia coba usaha lagi sampai berhasil menjumpai sumber air, yang kemudian kita kenal dengan sumber air zamzam. Hasil usahanya itu kemudian dinikmati oleh ratusan juta manusia sampai sekarang. Allah memerintahkan segera melakukan usaha lain jika suatu ibadah atau usaha telah selesai dikerjakan. Tidak perlu beristirahat berlama-lama. Jika shalat, telah selesai dikerjakan, Allah tidak memerintah pulanglah atau istirahatlah. Tapi segera pergilah ke tempat sumber-sumber rizki yang halal (QS Jumah [62]:10). Ketiga, menguasai sain dan teknologi. Tidak ada satupun orang membantah bahwa kita negera kaya raya. Betapa melimpah kekayaan kita yang tersimpan di laut, bumi, hutan dan sebagainya. Namun mengapa kita jatuh miskin seperti sekarang ini?. Jumlah orang miskin masih di atas 30 juta orang. Atau menurut daftar Jaminan Kesehatan Masyarakat sebanyak 70 juta orang. Jawaban pertanyaan itu tidak lain adalah, karena kita masih termasuk negara korup, dan kekayaan kita dikuras habis oleh negara asing. Kita belum memiliki ahli saintek yang memadai, sehingga masih membutuhkan tenaga dan peralatan dari negara asing. Oleh sebab itu ikutilah jejak hartawan-hartawan kita yang telah menyekolahkan anak-anak muslim yang miskin dan cerdas, agar mereka kelak menjadi SDM yang membawa negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negara yang makmur dengan limpahan rahmat dan maghfirah Allah SWT. Kita sudah berjalan di atas jalan yang benar. Berdasar UUD kita, anggaran untuk pendidikan merupakan yang tertinggi dibanding untuk anggaran yang lain. Semua negara maju menyediakan anggaran yang tinggi untuk pengembangan riset dan pendidikan. Anggaran untuk pengembangan riset saja di Jepang sebesar 3,1 % dari GDP. Demikian juga negara-negara maju lainnya. Perintah iqra (bacalah) dalam wahyu pertama yang diterima Nabi Muhmmad Saw, harus kita maknai perintah agar kita menjadi umat yang cerdas dan kreatif Keempat, mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada publik. Kita harus bisa mnyampaikan ide dan gagasan kita kepada orang lain, bahkan harus bisa meyakinkannya, sebagaimana kemampuan Rasulullah SAW dengan sifat tablighnya. Bagaimana mungkin kita bisa memperoleh dukungan banyak pihak jika kita tidak bisa menjelaskan dan meyakinkan gagasan kita. Kemampuan inilah yang termasuk bagian dari hablumminannas yang terdapat dalam firman Allah dalam surat Ali Imran [3]:112.

Anda mungkin juga menyukai