BAB I
THAHARAH
Thaharah secara bahasa adalah bersih. Sedangkan secara istilah syara’ adalah
mengerjakan hal yang menjadikan sahnya mengerjakan shalat, seperti wudhu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis. Namun sebelum masuk untuk
menerangkan empat hal tadi, seyogyanya kita mengetahui alat untuk bersuci, yaitu
air.
A. AIR
Air adalah cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
yang terdapat dan diperlukan oleh kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang
secara kimiawi mengandung unsur hydrogen dan oksigen.
Air dalam pembahasan ilmu fiqih terbagi menjadi empat, yaitu air yang suci dan
mensucikan yang tidak makhruh digunakan pada badan dan selainnya (air
muthlaq), air yang suci dan mensucikan yang makhruh digunakan pada badan
bukan selainnya (air musyammas), air yang suci tidak bisa mensucikan, yaitu air
yang telah digunakan untuk bersuci (mustakmal) dan air yang berubah salah satu
sifatnya dengan sesuatu yang suci (Mutaghoyir) dan air yang terkena najis
(mutanajis).
1. Air Mutlak
Ada dua definisi Air Mutlak yang diberikan oleh ulama. Menurut pendapat yang
shohih, Air Mutlak adalah air yang tidak memiliki nama yang tetap. 1. Pendapat
lain mengatakan bahwa Air Mutlak adalah air yang tetap pada sifat
penciptaannya.2
Air Mutlak adalah air yang bisa digunakan bersuci, tanda-tanda air mutlak
adalah tidak ada yang berubah dari segi bau, warna dan rasanya.
Air Mutlak secara ketentuan umum (turun dari langit dan keluar dari sumber
bumi), terbagi manjadi 7 air, yaitu:
a. Air hujan
b. Air laut
c. Air sungai
d. Air sumur
e. Mata air
f. Air embun, dan
g. Air es
2. Air Musyamas
Adalah air yang terkena pengeruh sinar matahari. Air ini makhruh digunakan
dengan syarat berada pada daerah yang beriklim panas, seperti daerah Hijaz dan
hadramaut, airnya berada pada tempat/ wadah yang terbuat dari jenis besi,
1
Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar (Jakarta: Darul Kutub Islamiyyah: 2004), Juz 1, Hal 12
2
Dr.Mustafa al-Khin, Syaikh Dr. Mustafa Dib al-Bugha dan Dr. Ali al-Syarbaji,Al-Fiqhul Minhaji Ala
Madzhabi Imam Syafi’i (Maktabah Tsamilah Ishdar Tsani), Juz 1, Hal 20
tembaga atau timah (yang bisa menimbulkan tieng), digunakan pada badan,
digunakan saat air masih panas, masih ditemukan selain air musyamas dan tidak
khawatir terkena penyakit belang (jika ada rasa khawatir, maka haram
menggunakannya).3 Termasuk kategori air musyamas dalam segi
kemakhruhannya adalah air yang mendidih dan air yang sagat dingin, karena
membahayakan badan.
3. Air Musta’mal
Adalah air yang telah digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis.
(Dihukumi musta’mal dengan syarat) air tidak berubah dan setelah terpisah (dari
benda yang dibasuh) volume air tidak bertambah dari semula dengan mengira-
ngirakan bagian air yang terserap oleh benda yang dibasuh.4
4. Air Mutaghoyir
Adalah air yang berubah salah satu sifat-sifatnya disebabkan oleh sesuatu, yaitu
salah satu dari benda-benda suci yang bercampur dengan air, dengan taraf
perubahan yang dapat menghalangi sebutan nama air (murni) padanya. Maka air
yang seperti ini hukumnya adalah suci dalam dirinya namun tidak menyucikan.
Baik perubahan itu nampak oleh panca indra atau hanya dalam perkiraan, seperti
ketika air tercampur oleh benda yang sesuai (dengan air) dalam sifat-sifatnya,
misal air bunga mawar yang telah hilang baunya (dicampur dengan air mutlak)
dan seperti air musta’mal (dicampur dengan air mutlak).Sehingga bila saja
perubahan itu tidak mencegah penisbatan nama air mutlak padanya, dengan
sekira perubahan air yang disebabkan oleh benda suci itu hanya sedikit, atau
dengan sesuatu yang cocok terhadap air dalam sifatnya dan dianggap berbeda
dengan air namun tidak sampai membuatnya berubah (dari kemurnian air) maka
perubahan itu tidak menghilangkan sifat suci mensucikannya air. Sehingga air
(yang dijelaskan terakhir ini) masih dapat mensucikan terhadap selainnya,
kecuali benda yang suci yang hanya mukholith/ tidak larut pada air maka air
tersebut masih berada pada status suci mensucikan meskipun perubahan air
sangat nampak. Begitu pula (seperti air yang bersinggungan dengan benda suci
yang dihukumi masih mensucikan) air yang berubah sebab tercampur dengan
benda yang larut namun air tidak terlepas dari persinggungan dengannya.
Seperti lumpur, lumut, benda-benda yang berada di tempat berdiamnya air atau
di tempat mengalirnya air, dan air yang berubah disebabkan lamanya diam
(tanpa gerak). Maka air-air ini (secara hukum) adalah suci mensucikan.
5. Air Mutanajis
Air ini ada dua bagian:
Yang pertama adalah yang volumenya sedikit; yaitu air yang didalamnya
terdapat najis baik air mengalami perubahan atau tidak dan air tersebut;
maksudnya kondisi air tersebut adalah air yang kurang dari dua qullah.Dari
bagian ini dikecualikan (air kemasukan) bangkai binatang yang tidak memiliki
3
Hasan bin Ahmad bin MuhammadAl-Kaf,Taqriroh as-sadidah qismul ibadaat. (Madinah; Dar al-mirats an-
nabawi:2003), Hal 58
4
Muhammad bin Qoshim, Fathul Qorib (Surabaya: Nurul Huda), Hal 3
darah yang dapat mengalir saat dibunuh atau dirobek bagian tubuhnya - seperti
lalat- jika (masuknya bangkai tersebut ke dalam air itu ) tidak (ada kesengajaan)
memasukkannya. Begitu juga najis yang tidak terlihat oleh mata. Maka kedua
najis tersebut tidak menajiskan benda cair.
Macam yang kedua dari bagian keempat ini adalah airnya banyak, berupa dua
qullah atau lebih kemudian terjadi perubahan, baik perubahan yang sedikit atau
banyak.5
Dua qullah adalah takaran 500 Rithl Baghdad dengan mengira-ngirakannya
menurut pendapat Ashah (pendapat yang lebih shohih/benar dibanding pendapat
yang lain) dalam dua kriteria tersebut; (yakni takaran 500 rithl dan dengan
mengira-ngirakannya). Rithl Baghdad menurut An-Nawawy adalah 128 4/7
dirham.
CATATAN :
Ukuran air dua qullah menurut
ü Imam Nawawi = 174,580 lt / kubus berukuran kurang lebih 55,9 cm.
ü Imam Rofi’i = 176,245 lt / kubus berukuran jurang lebih 56,1 cm.
ü Ulama’ Iraq = 255,325 lt / kubus berukuran kurang lebih 63,4 cm.
ü Mayoritas Ulama = 216,000 lt / kubus berukuran kurang lebih 60 cm.
Air dua qullah menurut ketentuan volume kubus adalah 60 cm 3/ jika dalam
ukuran liter sama dengan 216 liter. Kalau sudah kita ketahui ukuran volume kubus
adalah 216 liter/ 216.000 cm, maka hal yang perlu kita cari adalah rumus untuk
mengukur tinggi minimal air dalam bak.
Cara Mengukur tinggi air yang mencapai dua qullah
Ilustrasi :
Dimensi
aquarium berbentuk prisma setengah elips (wb)
ember sebagai wadah kecil (wk) kapasitas 10 liter air
Perhitungan
telah dilakukan pengisian dari ember (wk) ke aquarium (wb) sampai air dirasa
cukup penuh untuk digunakan, sebanyak 3 ember (n).
Volume
volume isi (air) aquarium = n x kapasitas (wk)
volume isi (air) aquarium = 3 x 10 liter
volume isi (air) aquarium = 30 liter
Catatan : untuk ukuran panjang, lebar, tinggi, rusuk, dan jari-jari dari sisi-sisi
air diukur mulai dari sisi bagian dalam kaca (ketebalan) aquarium.