Anda di halaman 1dari 12

BAB III

A. Biografi K.H Abdullah Fauzi

Penulis kitab Fathul Izar adalah Kiai Haji Abdullah Fauzi Ia yang

lahir di Pasuruan, Jawa Timur dan menghabiskan masa kecil sampai jenjang

sekolah menengah pertama di tempat kelahirannya. lalu melanjutkan Aliyah

di Pesantren Al-Falah Mojo, Ploso, Kediri, Jawa Timur. Setamat dari

pendidikan Aliyah, KH.Abdullah Fauzi menempuh pendidikan pesantren di

Pondok Pesantren Fathul Ulum, Kwagean, Krenceng, Kepung, Kediri, Jawa

Timur. Kitab Fathul Izar adalah buah karya yang dihasilkan selama KH

Abdullah Fauzi melakukan tirakat selama 3 tahun setelah menjadi santri

pesantren Fathul Ulum. Ia menikah pada usia 35 tahun bertepatan dengan

tahun edisi revisi kitab Fathul Izar dicetak, yaitu pada tahun 2008. Ia

menikah dengan Ning Rif’atul Hasanah Ulya, salah satu putri dari pendiri

Pondok Pesantren Fathul Ulum, KH Abdul Hannan Ma’shum. Saat ini KH

Abdullah Fauzi menjadi salah satu keluarga besar, pengasuh dan pengajar di

pesantren tempat ia menyelami ilmu, Pondok Pesantren Fathul Ulum, Kediri.

Selain kitab Fathul Izar, buah karya lain yang ia hasilkan antara lain adalah

Mau’idzah Al-Arusain (Pitutur Manten Anyar) yang berisi tentang nasihat-

nasihat bagi pengantin baru dan kitab Diwan Fauzi, kitab sastra dengan syair-

syair bahasa arab yang indah, karena salah satu keahlian beliau juga

mencakup gramatikal bahasa arab. Dan sebenarnya masih banyak berbagai

macam kitab – kitab beliau akan tetapi masih belum bisa diterbitkan. Dengan

melihat keahliannya dalam berbahasa arab, dan juga keindahan dalam syair –

1
syairnya, suatu waktu beliau pernah ditanya mengapa kitab fathul izar hanya

terdapat beberapa halaman, sedikit sekali dan terkesan begitu singkat dan

pembahasannyapun sangat ringkas, cukup berbeda dengan kitab lainnya yang

sangat tebal sampai mencapai beratus – ratus halaman bahkan ada yang

sampai berjilid – jilid. Maka jawabnya beliau adalah untuk mempermudah

agar pembaca kitab Fathul izar secara umum dapat mengetahuinya secara

langsung. Isi dari kebanyakan kitab tersebut merupakan tajribat – tajribat

(pengalaman - pengalaman) langsung dari para kiyai maupun para ulama

yang kemudian disusun dan ditulis kedalam kitab tersebut, selain itu juga

ditambahkan sedikit pengetahuan secara medis atau ilmu yang berhubungan

dengan kedokteran sehingga menambah keyakinan oleh kitab tersbut untuk

para pembaca yang membutuhkan wawasan dalam masalah yang berkenaan

dengan hubungan kekeluargaan.

Kitab Fathu Al-Izar fi Kasyfi Al-Asrar Al-Awqat Al-Hartsi wa Khilqah

Al-Abkar terdiri dari 16 halaman. Kitab ini dibuka dengan sebuah pendahuluan

kata pengantar dan dibagi menjadi beberapa pembahasan. Pembahasan pertama

menjelaskan tentang hubungan seksual dan rahasia-rahasia waktu

pelaksanaannya (Bayan Al-Hartsi wa Asrar Awqatihi). Pembahasan kedua

adalah tentang aturan tata cara hubungan seksual (Bayan Tadbir Al-Hartsi).

Pembahasan ketiga adalah tentang do’a-do’a yang dilafalkan sebelum dan

ketika berhubungan seksual (Bayan Ad’iyah Al- Hartsi) dan pembahasan yang

terakhir adalah tentang rahasia perawan (Bayan Asrar Khilqah Al-Abkar).

Dalam bagian pengantar, disebutkan ditulisnya kitab ini dilatar belakangi

2
urgensi syari’at pernikahan sebagai keberlangsungan kehidupan manusia.

Selain itu penulis menyebut urgensi lain pernikahan adalah sunnah Nabi

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga serta para sahabat beliau.

Penulis mengungkapkan bahwa beban tugas dan fungsi manusia sebagai

khalifah fil ardh (pengatur di muka bumi) adalah menjalankan syariat dari

Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia menyebut salah satu syari’at-Nya adalah

menikah.

Penulis membagi tujuan menikah menjadi beberapa bagian. Bagian

pertama adalah dalam rangka ibadah mendekati diri kepada Allah ‘Azza wa

Jalla (Taqarrub ila Allah). Bagian kedua adalah untuk mengikuti sunnah

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam (Ittiba’ Rasul). Bagian ketiga dalam

rangka menjaga kehormatan dan kemuliaan manusia. Bagian keempat adalah

dalam rangka menjaga kelestarian berumah tangga.

Riwayat pendidikan beliau, dulu pertama sekolah di pasuruan. Yaitu

daerah tempat beliau lahir. Setelah tamat di pasuruan beliau melanjutkan

sekolah Aliyah di pondok pesantren ploso kediri. Setelah Aliyah beliau

menambah ilmu agamanya dengan sistem kilatan yang beliau tempuh lebih dari

dua bulan singkatnya. Karena pesantren Fathul Ulum kewagean memang

terkenal sebagai pesantren yang datangi banyak alumni pondok pesantren

untuk menambah wawasan keagamaan disana dari berbagai kitab. Sampai

sekarang pondok pesantren tersebut, termasuk yang diasuh oleh K.H Abdullah

Fauzi masih memberikan keleluasaan bagi para santrinya untuk memilih kitab

mana yang akan dikaji bersama kiyai. Berbeda dengan pesantren yang lain

3
yang memiliki kebijakan kitab apa yang akan dipelajari di pesantren tersebut

dan santri hanya tinggal merekam pelajaran tersebut kedalam pemahamannya.

Inilah yang menjadi ciri khas dari pesantren kewagean Kediri, Jawa timur.

Setelah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren kewagean

Kediri, Jawa timur. Abdullah Fauzi kembali ke daerah asalnya yaitu Pasuruan.

Berselang beberapa tahun dari kepulangannya, K.H Abdul Hanan Ma’sum

mengutus santrinya yang dipercayai untuk menemui Abdullah Fauzi di

Pasuruan. Selama tiga tahun Abdullah Fauzi melakukan tirakat di rumahnya

dengan tidak keluar rumah, ternyata setelah keluar rumah itulah beliau telah

menuliskan kitab pertamanya yang saat ini ramai diperbincangkan banyak

orang karena dianggap begitu unik dan menarik untuk dikaji, yaitu kitab Fathul

izar.

Setalah lahirnya kitab tersebut, datanglah utusan dari K.H Abdul

Hanan Ma’sum dengan membawa amanah yang harus disampaikan kepada

Abdullah Fauzi. Ternyata utusan tersebut membawa pesan dari sang guru yang

mengingikan Abdullah Fauzi untuk kembali ke pesantren Kewagean untuk

kemudian dinikahkan dengan putri ke empat dari gurunya sendiri, putri

tersebut bernama Ning Rif’ah, sehingga secara otomatis beliau menjadi salah

satu anggota keluarga besar pondok pesantren Kewagean, Kediri, Jawa timur.

Memang dulu ketika masih menjadi santri, Abdullah Fauzi melakukan

tirakat dan bersungguh – sungguh dalam menimba ilmu dari sang guru,

terutama juga ilmu berbahasa arab, sehingga beliau sering membuat syair –

4
syair cinta dan yang lainnya dengan menggunakan bahasa arab. Tidak hanya

itu, ada cerita yang sedikit aneh yang dialami oleh Abdullah Fauzi ketika masih

mencari ilmu di pesantren kewagean. Ada teman Abdullah fauzi yang berasal

dari daerah Pati, Jawa tengah yang juga merupakan ahli tirakat. Abdullah Fauzi

pernah bermimi dia pernah ke ndalem kiyai Hanan, dan saat itu semua keluarga

besar kiyai Hanan sedang berkumpul, dan yang membuat kaget adalah diantara

keluarga besar tersebut terdapat Abdullah Fauzi yang juga ikut berkumpul

bersama keluarga besar gurunya. Mimpi itulah yang kemudian diceritakan

kepada temannya yang ahli tirakat, yang kemudian diperkirakan bahwa mimpi

itu merupakan pertanda yang bagus yang hanya dijawab oleh Abdullah Fauzi

bahwa “saya ini biasa saja”. Akan tetapi setelah beberapa tahun kemudian

terjawab maksud dari mimpi tersebut. Dan benar adanya bahwa sekarang

Abdullah Fauzi termasuk salah satu anggota keluarga besar K.H Abdul Hanan

Ma’sum, dan menjadi salah satu pengasuh pesantren Kewagean, Kediri, Jawa

timur.

B. Pandangan Fathul izar tentang kriteria wanita

‫ من وج<د في الم<<رأة عش<رة أوص<اف فال ينبغي أخ<<ذها أح<<دها كونه<ا‬:‫نفيسة قال الحكم<اء‬

‫قصيرة القامة الث<اني كونه<ا قص<يرة الش<عر الثالث<ة رفيع<ة الجس<د الراب<ع س<ليطة اللس<ان الخ<امس كونه<ا‬

‫منقطعة األوالد السادس كونها مسرفة مب<<ذرة الث<<امن كونه<<ا طويل<<ة الي<<د التاس<<ع كونه<<ا تحب الزين<<ة عن<<د‬

‫ اهـــ‬.‫الخروج العاشر كونها مطلق من غيره‬

Sebagian ulama Ahli Hikmah berkata , barang siapa menemukan


sepuluh sifat ini pada seorang perempuan, maka sebaiknya jangan diambil
sebagai istri: Pendek sekali badannya, rambut pendek (dari asal kelahiran),
terlalu besar badannya, jelek ucapannya, mandul, egois (tidak mau mengalah),

5
boros dalam berbelanja, panjang tangan, senang berhias ketika keluar rumah,
perempuan yang dicerai.
1. Pendek sekali badannya

Menurut ilmu kesehatan, Para peneliti dari barat pernah memaparkan

bahwa ibu hamil dengan ukuran tubuh yang beragam. Hasilnya menemukan

bahwa ibu hamil dengan tinggi di atas 150 sentimeter (cm), memiliki peluang

18-59 persen lebih rendah untuk terkena diabetes gestasional.

Diabetes gestasional adalah peningkatan kadar gula darah yang terjadi

di masa kehamilan. Artinya, wanita dengan tinggi badan di bawah 150 cm

lebih berisiko mengalami diabetes gestasional kelak. Hal ini diduga karena

gen yang dibawa di dalam tubuh ternyata memengaruhi tinggi rendahnya

kadar gula darah pada saat hamil nanti.

Baik pria dan wanita dengan badan pendek, sekitar di bawah 160 cm,

punya risiko yang cukup besar untuk mengalami Alzheimer. Begitu pula

dengan demensia, yang kemungkinan peluang penyakitnya dapat meningkat

hingga 50 persen bagi seseorang dengan tinggi badan di bawah 150 cm.

Sejauh ini, para peneliti juga belum dapat benar-benar memastikan

apa kaitan pasti antara tubuh pendek dan risiko penyakit Alzheimer serta

demensia. Akan tetapi, faktor lingkungan dan riwayat kesehatan di masa lalu

seperti stres, serangan penyakit, hingga gizi kurang, diyakini turut

menyumbang andil. Tanda Klinis dan Gangguan kesehatan pada Sindroma

Down , Terjadi pada laki-laki maupun perempuan, Biasanya tubuhnya pendek

6
dan puntung1. Oleh karena itu dalam pandangan kitab Fathul izar sangat

disarankan untuk menikahi wanita yang memiliki tubuh ideal yaitu 160 cm

keatas, dan sangat dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang memiliki

postur tubuh terlalu pendek (kurang dari 150 cm).

2. Pendek rambutnya (bawaan sejak lahir)

Kita tentunya telah memahami bahwa rambut merupakan mahkota

kecantikan yang dimiliki oleh seorang perempuan, apabila seorang

perempuan tidak memiliki rambut atau mungkin pendek sekali rambutnya,

akan nampak bahwa perempuan tersebut terlihat kurang feminim dan bahkan

terkadang terlihat seperti laki – laki pada umumnya, atau kurang lebih

menyerupai seperti laki – laki.

Oleh karena itu musonnif kitab fathul izar melarang untuk menikahi

wanita yang memiliki penampilan serta gaya sifat yang seperti laki – laki agar

tidak ada pertengkaran serta penyesalan dalam berumah tangga.

3. Terlalu besar badannya

Memiliki tubuh yang terlalu besar menurut ilmu medis merupakan

salah satu risiko terjadinya penyakit. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 diketahui bahwa penyakit

jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu dari penyakit degeneratif

yang sekarang sudah menduduki tempat nomor satu penyebab kematian di

Indonesia. Dari berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara


1
Ana Rahmawati, Hubungan antara usia ibu hamil dengan resiko kelahiran
sindroma down,(UIN Maliki Malang, 2011), hlm 3

7
dislipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dengan penyakit jantung

koroner. Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari

penampilan luar. Penilaian setiap orang tentunya berbeda, antara orang awam

dengan orang yang mempunyai latar belakang medis sangat berbeda. Namun

secara umum orang biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur

tubuh, sikap dan tutur kata serta interaksi orang tersebut dengan orang lain.

4. Jelek dalam berbicara

Ini sangat penting bagi manusia, dan aktivitas ini merupakan

kebutuhan mendasar untuk menopang kehidupan. Tanpa berbicara, manusia

tidak bisa berkomunikasi antar manusia.2

Islam mengajarkan penggunaan bahasa yang luhur saat berkomunikasi

dengan siapapun. Qaulān karimā menyiratkan prinsip utama dalam etika

komunikasi Islam, yaitu bahwa penghormatan dan komunikasi Islam harus

menghormati orang lain. Sebagai Muslim, kita harus berbicara dengan bahasa

yang mulia dan menghindari penggunaan bahasa yang tidak senonoh, seperti

mengejek, mengolok-olok, dan menyakiti perasaan orang lain.3

Perkataan yang benar atau lurus, yaitu ucapan lugas (tidak

membingungkan), kata-kata yang benar dipancarkan dari ucapan yang murni,

sehingga dapat mengetuk pintu dan mengenai sasaran yang dituju. Sehingga

dapat mengenai sasaran lawan bicara lewat upaya mengetuk pintu akal dan

2
Anita Ariani, Etika Komunikasi Dakwah Menurut Al-Qur‘an”, fikiran Masyarakat,
Vol, 4, No. 1, 2016, hlm 9.
3
Ibid, hlm 10

8
hati mereka. Mengatakan kebenaran berarti jujur dan menjauhi kebohongan.

Orang yang jujur adalah orang yang bisa dipercaya. Setiap perkataan yang

diucapkan dari mulutnya selalu mengandung kebenaran.4

5. Tidak dapat melahirkan (mandul)

Hafizd Nur Halimah menulis dalam jurnalnya bahwa, wanita yang

dinikahi bukan wanita yang mandul, karena rasulullah saw bersabda:

“kawinlah kalian dengan wanita yang penuh rasa kasih sayang dan sanggup

melahirkan anak yang banyak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan

banyak jumlah kalian dihadapan umat lain, dan janganlah kamu kawin dengan

wanita yang tua dan mandul. Karena sesungguhnya anakanak muslim berada di

bawah bayang-bayangan arasy. Mereka dikumpulkan sang bapaknya, yaitu

nabi Ibrahim, kekasih allah swt. Mereka memohon ampunan buat ayah-ayah

mereka”.5

6. Egois (tidak mau mengalah dan ingin menang sendiri)

Ego merupakan sifat manusia yang mendasar, yaitu sifat yang ingin

kemauannya segera terpenuhi, yang diharapkannya dari orang lain harus segera

didapat, orang – orang yang seperti ini biasanya menganggap dirinya paling

benar dan orang lain yang tidak sependapat dengannya dianggap salah, serta

tidak ada toleransi untuk orang tersebut. Maka pada dasarnya apabila orang ini

melakukan kesalahan, kesalahan itu tidak di sadarinya dan akan selalu

menuduh orang lain yang salah.


4
Rofi’i Hanafi, Etika berbicara dalam tafsir Al – Misbah karya M. Quraisyi syihab,
(IAIN Ponorogo, 2021), hlm 20.
5
Hafizd Nur Halimah, Kriteria dalam Memilih dan Menentukakan Bobot, Bibit, dan
Bebet pada Pasangan Menurut Hukum Islam,(IAINM Lampung, 2021), hlm 8.

9
Sepantasnya, Pasangan suami istri harus mempunyai sikap sabar

didalam diri. sabar akan berimplikasi pada kekuatan dalam menghadapi

problem perkawinan.6 Jadi apabila terdapat permasalahan dalam hubungan

keluarga, masih akan ada kemungkinan besar untuk saling toleransi,

menghargai, dan saling memahami agar hubungan suami istri tidak mengalami

kehancuran ditengah permasalahan.

7. Menggunakan harta secara berlebihan (boros)

Dalam Al-Qur’an, sikap boros terkadang diungkapkan dengan istilah

israf dan terkadang dengan istilah tabdzir. Kata israf berasal dari bahasa Arab

“Asrafa-Yusrifu -Israfan” yang berarti memboroskan atau melampaui batas.

Kata israf diartikan dengan berlebih-lebihan dan melampaui batas atau yang

dengan bahasa mudah disebut boros. Larangan israf (boros) tidak hanya

berlaku pada makanan dan minuman yang bisa membahayakan akal dan

badan, namun larangan tersebut juga berlaku pada berhias.7 Seperti halnya

dengan membelanjakan hartanya untuk membeli tas, sepatu, pakaian, atau

barang – barang fashion lainnya yang bersifat tidak terlalu dibutuhkan dalam

kehidupan, atau dalam bahasa yang lain merupakan kebutuhan sekunder.

8. Panjang tangan (suka merampas hak orang lain)

Pencurian dalam syari’at Islam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

pencurian yang dapat dijatuhi hukuman had dan pencurian yang dapat

6
Nafira Zuliana & Anisia Kumala, Efek Sabar dan Syukur Terhadap Penyesuaian
Pernikahan, (Universitas Muhammadiyah, 2020), hlm 3.
7
Murtadho Ridwan, Sikap Boros: Dari Normatif Teks ke Praktik Keluarga Muslim
(IAIN Kudus, 2019), hlm 3.

10
dijatuhi hukuman ta’zir. Pencurian yang dapat dijatuhi hukuman had terbagi

lagi menjadi dua bagian, yaitu pencurian kecil dan pencurian besar. Menuru

Awdah, pencurian kecil adalah mengambil harta orang lain secara sembunyi-

sembunyi, sedangkan menurut Al-Sayid Sabiq pencurian kecil adalah

pencurian yang wajib divonis dengan hukuman potong tangan.8

9. Senang berhias berlebihan ketika keluar rumah

Standar berpakaian itu ialah menurut takwa, yaitu pemenuhan

ketentuan-ketentuan agama. Berbusana muslim dan muslimah merupakan

pengamalan akhlak terhadap diri sendiri, menghargai dan menghormati harkat

dan martabat dirinya sendiri sebagai makhluk yang mulia. Tidak selayaknya

wanita berhias diluar rumah dan bukan untuk suaminya.

wanita yang tidak perduli dengan suami dan anaknya sehingga mereka

terlanta, hal ini dikarena wanita tersebut sibuk untuk berhias diri. 9 Perbuatan

ini merupakan hal yang tercela dalam Islam. Oleh karena itu musonnif

menghimbau untuk tidak memilih wanita yang memiliki kriteria seperti ini.

10. Janda yang diceraikan suaminya.

Seorang wanita yang sudah pernah melakukan pernikahan dan

kemudian diceraikan oleh suaminya, pasti telah terjadi permasalah dalam

rumah tangga tersebut hingga akhirnya tidak bisa dipertahankan lagi,

musonnif kitab Fathul izar menyarankan agar lebih memilih wanita yang
8
Rusmiati, Konsep pencurian dalam kitab undang – undang hukum pidana dan
hukum pidana Islam, (Universitas Syiah Kuala, 2017), hlm 8.
9
Zaenab Sujadi, Upaya memilih kriteria calon pasangan hidup yang sesuai dengan
ajaran Islam menuju perkawinan yang sejahtera dan bahagia,(IAIN Metro Lampung, 2021),
hlm 10.

11
tidak pernah diceraikan oleh suaminya (gadis yang belum menikah). Sebab

bisa jadi si janda tersebut telah melakukan kesalahan fatal dalam berumah

tangga hingga membuat suaminya tidak bisa memaafkan lagi.

Hal ini hanya berkenaan dengan wanita yang telah melakukan

kesalahan fatal atau perselingkuhan. Beda halnya apabila perceraian tersebut

terjadi secara otomatis seperti, suami meninggal dunia, maka hal ini tidak

termasuk dalam konteks wanita yang dilarang untuk dinikahi oleh musonnif

kitab Fathul izar.

12

Anda mungkin juga menyukai