Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU DOSEN PENGAMPU

Al Balaghah Al Uslubiyah Prof. Dr. H. A. Fahmy, M.A

Husnu At’talil dan Uslub Al Hakim

Oleh:

Muhammad Iqbal

210211060146
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB

BANJARMASIN 2021
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ilmu Balaghah sering juga disebut dengan Ilmu Retorika, atau ilmu Uslub
bagaimana ilmu tentng tata gaya bahasa. Ilmu Balaghah mempunyai 3 bidang, yaitu Ilmu
Al-Ma’an, Ilmu Al-Bayan, Ilmu Al-Badi. Pada pembahasan kali ini akan membahas
tentang salah satu cabang Ilmu Al-Badi. Ilmu Al-Badi adalah salah satu ilmu yang
mengajarakan bagaimana seseorang dapat menghias atau memperindah suatu kalimat,
baik dari sisi lafadz maupun makna. Serta Ilmu Al-Badi juga merupakan ilmu yang
tingkatan ke tiga dari ilmu Balaghah.
Sebelumnya sudah dibahas tentang cabang dari Ilmu Albad juga, pada
pembahasan kali ini akan membah tentang Husnus At-Ta’lil, dan Uslub Al-Hakim.
Semoga makalah singkat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Husnus At-Talil dan contohnya ?
2. Apa Definisi Dari Uslub Al-Hakim dan contohnya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Husnus At-Talil dan contohnya
2. Untuk Definisi Dari Uslub Al-Hakim dan contohnya
BAB II

Pembahasan

A. Husnus At-Talil
Pengertian Husn al-Ta’lil dalam Bahasa Arab Husn at-Ta’lil terdiri dari dua kata,
yaitu kata husn dan ta’lil. Secara leksikal, husn artinya ’bagus’, sedangkan ta’lil artinya
’alasan’. Sedangkan secara terminologis, husn ta’lil menurut para ulama balaghah
adalah:

،‫ مع ّأّنا ال تكون علّة حقيقية لذالك الوصف‬،‫حسن التعليل أن يدعى لوصف علّة مناسبة له‬
‫ حىت يكون‬،‫ إذ ذكر العلذة احلقيقية اليكون أمرا عجبيا‬،‫بل تكون علّيتها ابعتبار العقل وأتويله‬
.‫من احملسنات البدعية‬
Digunakan untuk menjelaskan suatu sebab yang tepat untuknya, meskipun itu
bukanlah sebab yang sesungguhnya dari uraian itu, melainkan penyebabnya adalah
pertimbangan yang dilakukan dengan akal dan penafsirannya

‫ وأييت بعلة أخرى أدبية‬،‫حسن التعليل هو أن ينكر األديب صراحة أو ضمنًا علة الشيء املعروفة‬
.‫ حبيث تُناسب الغرض الذي يرمي إليه‬،‫ ومشتملة على دقة النظر‬،‫ هلا اعتبار لطيف‬،‫طريفة‬
Adalah bagi penulis untuk menyangkal - secara langsung atau secara arti yang
terkadung dalam tujuannya penyebab yang diketahui dari sesuatu, dan untuk datang
dengan alasan sastra lucu lainnya, yang memiliki pertimbangan yang bagus, dan
termasuk pertimbangan yang cermat, sehingga sesuai dengan tujuan yang di inginkan.1
Dalam beberapa pengertian di atas juga dapat di simpulkan pengertian dari husnu
tall adalan untuk mendatangkan suatu alasan baru yang bernilai sastra. Alasan ini jika
didengar bisa berupa bahasa yang lembut dan sesuai dengan keinginannya. Contoh dari
husnul talil adalah dari sebuah sayir dari Al-Mar’i :

‫وما كلفة البدر املنري قدمية * ولكنها يف وجه أثر اللطم‬


“Bintik-bintik hitam pada bulan purnama yang bercahaya itu bukan ada sejak dulu.
Akan tetapi, pada muka bulan itu ada bekas tamparannya.”

1
Ali Al-Tarim dan Musthafa Amin, Terjemah Al-Balaaghatul Waadhihah,(Bandung: Sinar Baru Algesindo), hal. 416.
Dalam syair tersebut menjelsakan tentang kesedihan yang diderita oleh seseorang yang
ditinggalkan orang yang paling dicintainya. Karena kesediahan itu sehingga dia
memukul-mukul wajanya yang mengakibatkan bekas tamparan yang ada diwajahnya.

Husnu Talil terbagi kepada empat bagian:2

a. Mendeskripsikan sesuatu yang memang kenyataan , akan tetapi tidak menjadikan


kebiasaan karena sebuah alasan, ingin menjelsakan alasan dan menjelasakan sebuah
sebabnya. Seperti perkatan Ibnu Rasyiq A-Qayruani :

‫ومل جعلت لنا طهراوطيبا‬ ‫سألت األرض مل كانت مصلى‬

‫حويت لكل إنسان حبيبا‬ ‫فقالت غري انطقة إلين‬


Aku bertanya kepada bumi ketika ingin sholat yang menjadikan kami bersih dan suci,
maka dia berakata tanpa harus terucap, aku mengandung cinta untuk setiap manusia.
Kita mengetahui bahwasanya tayammum dengan debu ditanah sesuatu yang akan tetap
ada, akan tetapi kita mengtahui alasan kenapa memaki debu dibumi. Seorang penyair dan
memberikan alasan yang bagus yaitu, karena jasad orang yang dikubur didalam bumi
adalah orang yang kucintai, dan debu yang ada dibumi berasal darinya, olehkarena ini
disyariatkan bertayammun dengan debunya dan berdoa kepadanya, dalam pandangan
penyair yaitu agar seorang manusia dapat dekat denga orang yang dicintainya yang telah
meninggal.
b. Mendeskripsikan sesuatu yang memang kenyataan, dan sudah mengetahui
penyebabnya, akan tetapi ingin seorang penulis ingin ingin membuat alasan yang lain
dari biasanya. Contohnya seperti perkataan Al-Mutanabbi dalam memuji Saif
Addaulah Alhamdani:

‫يتقي إخالف ما ترجو الذائب‬ ‫ما به قتل أعادية ولكن‬


Bukanlah dia membunuh musuh-musuhnya seba takut atau marah, akan tetapi
menghindari seuatu yang diharapkan serigala

2
Usamah Al Buhairi , Taysir Al Balagah Ilmu Badi, h 106.
Seorang raja membunuh musuh-musuh mereka biasanya bertujuan untuk
menghancurkan mereka, menjauhkan mereka dari negrinya, serta menjaga agar
musuh tidak merusak negrinya. Tetapi Al-Mutanabbi memberikan alasan yang lain
untuk menunjukan kemurahan hati dan kesetiaannya seorang Saif Addaulah. Karena
binatang buas memakan bangkai, setelah itu ingin membunuh musuhnya.
c. Mendeskripsikan sesuatu yang tidak akan terjadi, akan tetapi bisa saja terjadi. Seperti
perkataan Muslim bin Al Walid:
‫نجى حذارك إنساني من الغرق‬ ‫يا واشيا حسنت فينا إساءته‬
Wahai tukang fitnah kebaikanmu menurut kami sangan baik membusukkan tukang
fitnah, dengan memberitahukan tukang fitnah kepadamu maka manusia akan selamat
dari tenggelam.
Mempercayai seseorang yang suka mem fitnah adalah sesuatu yang mungkin, akan
tetapi tidak menjadi sebuah kebiasaan, dalam syair ini menjelaskan bahwasanya tidak
percaya kepada tukang fitnah itu dapat menyelamatkan manusia dari tenggelam yaitu
tenggalm didalam air mata.
d. Mendeskripsikan sesuatu yang tidak akan terjadi, dan kalau terjadipun itu tidak
mungkin, seperti contoh seorang penyair dalam memuji:
‫ملا رأيت عليها عقد منطق‬ ‫لو مل تكن نية اجلوزاء خدمته‬
Jika bukan niat Gemini untuk melayaninya, saya tidak akan melihat kontrak logika
padanya
Maksudnya adalah niat bintang gemini melayani dengan cara menerangi, akan tetapi
itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.

B. Uslub Al-Hakim
Penjelasan Uslub Al-hakim yaitu :
،‫ إما برتك سؤاله واإلجابة عن سؤال مل يسأله‬،‫يقصد أبسلوب احلكيم تلقي املخاطب بغري ما يرتقبه‬
‫ إشارة إىل أنه كان ينبغي أن يسأل هذا السؤال أو يقصد‬،‫وإما حبمل كالمه على غري ما كان يقصد‬
3
‫هذا املعىن‬
Cara orang bijak berarti menerima lawan bicara tanpa apa yang dia harapkan,
baik dengan meninggalkan pertanyaannya dan menjawab pertanyaan yang tidak dia
tanyakan, atau dengan membawa kata-katanya selain dari yang dia maksudkan,
menunjukkan bahwa dia seharusnya menanyakan pertanyaan ini atau yang di maksud
pengertiannya ini.
3
‫ المكتبة الشاملة‬- ‫ أسلوب الحكيم‬- ‫ كتاب علم البديع‬- 182‫ص‬
Contoh dati Uslub Al-Hakim adalah
‫ إين انعم اب العافية‬:‫ كم سنك ؟ فقال‬: ‫قيل لشيخ هرم‬

Seorang kakek ditanya , berapa usiamu ? lalau beliau menjawab, Aku merassa senang bisa sehat.

Dalam contoh diatas, bertanya tentang usia kakek akan tetapi tidak memberikan jawaben yang
diaharapkan oleh sipenanya. Malah memberikan jawaban yang lain yang berhubungan dengan
kesehatan. Kakek itu seolah-olah mengingatkan bahwa masalah terpenting baginya sekaran ini
adalah bukan jumlah uianya tapi kesehtan yang didapatnya lah memubuat bahagia.4

4
Uyun Wahyuddin, Menguasai Balaghah Cara Cerdas Berbahasa, (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), hlm. 21
BAB III

PENUTUP

pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Husnu Attalil dan uslub al-hakim
adalah uslub-uslub balaghah pada pembagian ilmu badi’yang artinya seorang mutakallim
memberikan jawaban kepada mukhatabi tidak seperti yang diinginkan, akan tetapi
menggantinya dengan gaya bahasa atau ungkapan lebih bermakna bagi si mukhatab. Termasuk
dalam ilbu badi dibagian dalam penjelasan Muhassniat Maknawiyah yang artinya memperindah
dalam sebuah makna
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Husni bin. 2017. Uslub al-Hakim dalam Hadits Nabi Muhammad SAW
SatuPendekatan Dakwah Berkesan,Malaysia: Journal Hadits Vol. 7, No. 13
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 2018. Terjemah Al-Balghatul Wadhihah,
Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Aminullah. 2002.Uslub Al-Qur’an, Medan: USU Digital Library.
Dzul Iman, Maman. 2019. Buku Pintar Untuk Memahami
Balghah,Yogyakarta:Deepublish.
Kamaluddin, Hazim Ali. 2009. Ilmul Uslub al-Muqorin, Kairo: Maktabah al-
Adab.
Wahyuddin, Yuyun. 2007. Menguasai BalaghahCara Cerdas Berbahasa,
Yogyakarta:Nurma Media Idea.

Anda mungkin juga menyukai