Anda di halaman 1dari 6

PERMAINAN BAHASA /AL-‘AAB Al-LUGHAWIYAH

A. Pengertian Permainan Bahasa

Permainan berasal dari kata “main” yang berarti melakukan kegiatan (permainan)
untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Sedangkan
kata “permainan” mempunyai beberapa arti, yaitu : a. sesuatu atau barang yang digunakan
untuk bermain atau dipermainkan (mainan). b, hal bermain atau perbuatan
bermain. c. Perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh (hanya untuk main-
main). d. Pertunjukan atau tontonan. e.perhiasan.
Jika kata “permainan” di-idhofah-kan dengan kata “bahasa”, maka hakikatnya
(permainan bahasa) adalah suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan
berbahasa tertentu dengan cara yang menggembirakan.
Pengertian yang lebih lengkap dalam ranah pembelajaran bahasa bahwa permainan
bahasa adalah suatu kegiatan yang terjadi di dalamnya saling membantu atau saling bersaing
antara para pembelajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan aturan aturan
tertentu. Permainan bahasa bertujuan memperoleh kesenangan dan melatih keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis dan sastra serta unsur-unsur bahasa
(kosakata dan tata bahasa). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan, tetapi
tidak memperoleh keterampilan berbahasa atau unsur bahasa tertentu, maka
permainan tersebut bukan termasuk permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu
kegiatan bertujuan melatih keterampilan berbahasa atau unsur bahasa tertentu, tetapi
tidak ada unsur kesenangan, maka kegiatan ini bukan disebut permainan bahasa.
Dengan demikian, suatu kegiatan dapat disebut permainan bahasa apabila suatu
aktifitas tersebut mengandung unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa
atau unsur-unsur bahasa tertentu.

B. Tujuan Penggunaan Permainan Bahasa dalam Pembelajaran

Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan


dan untuk melatih keterampilan bahasa tertentu. Permainan bahasa termasuk sarana
pengajaran baru dalam pengajaran Bahasa Arab, dan perlu diingat bahwa permainan bahasa
ini tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa, akan tetapi
digunakan sebagai langkah pendekatan dalam pembelajarannya.
Ada beberapa pikiran yang mendasari perlunya penggunaan permainan dalam
pembelajaran baasa, yaitu:
1. Dapat menghilangkan kebosanan
2. Memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam suasana gembira
3. Dapat menimbulkan semangat kerjasama, sekaligus persaingan yang sehat
4. Membantu siswa yang lamban dan kurang motivasi
5. Dapat mendorong guru untuk selalu kreatif
Selain itu ada sejumlah alasan perlunya penggunaan permainan dalam pembelajaran
bahasa yaitu:
1. Dapat memusatkan perhatian siswa pada satu aspek kebahasaan, pola kalimat, atau
kelompok kata tertentu.
2. Dapat difungsikan sebagai penguatan atau ganjaran (reinforcement), review dan
pemantapan.
3. Permainan menuntut partisipasi yang sama dari semua siswa.
4. Permainan dapat disesuaikan dengan keadaan individu siswa.
5. Memberikan kontribusi bagi terciptanya iklim persaingan yang sehat dan membuka
jalan bagi digunakannya bahasa target secara alami dalam situasi yang santai.
6. Permainan dapat digunakan dalam berbagai situasi pembelajaran dan dalam berbagai
kemahiran berbahasa.
7. Permainan memberikan umpan balik sesegera mungkin kepada guru.
8. Permainan dapat meningkatkan prestasi siswa secara lebih maksimal.
Dengan diadakannya permainan, guru pun terkesan dapat mengajar dengan aktif,
kreatif dan tidak monoton. Hal ini berdampak pula pada tingkat ingatan siswa terhadap suatu
materi. Permainan justru membuat siswa lebih semangat dan otak dapat dengan mudah
menyerap setiap informasi atau materi yang diajarkan.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Permainan Bahasa


Dalam rangka menggunakan permainan dalam kegiatan pembelajaran bahasa, paling
tidak terdapat dua pertanyaan pokok, yaitu:
Pertama, kapankah permainan tersebut digunakan?
Permainan sebaiknya tidak digunakan di awal pelajaran atau pada saat siswa masih
dalam keadaan segar. Permainan sebaiknya digunakan menjelang berakhirnya pelajaran,
yakni pada waktu gairah siswa mulai menurun. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
permainan tidak harus dilaksanakan di akhir pelajaran, melainkan dapat dilaksanakan kapan
saja jika guru merasa bahwa siswanya memerlukan kegiatan relaksasi.
Kedua, bagaimanakah permainan itu digunakan?
Berkaitan dengan pertanyaan kedua tentang teknik, prosedur, dan rambu-rambu
penggunaan permainan, ada sejumlah rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru untuk dapat
melaksanakan permainan dengan baik. Rambu-rambu tersebut adalah:
1. Permainan apapun yang akan dilaksanakan harus menjadi cara atau pendekatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran
2. Setiap pembelajaran harus diberi peraturan yang jelas dan tegas untuk dipatuhi oleh
semua pihak
3. Dalam permainan beregu, harus diupayakan pembagian kelompok secara seimbang
4. Permainan sebaiknya melibatkan siswa sebanyak mungkin (siswa yang menjadi
penonton pun perlu diberi tugas tertentu, misalnya mengatur waktu, menjumlah nilai, dan
lainnya)
5. Permainan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa
6. Guru sedapat mungkin bertindak sebagai pengelola permainan yang dapat menumbuhkan
motivasi bermain bagi siswa (riang, lincah, namun tegas dan tidak memihak)
7. Sebaiknya permainan dihentikan ketika siswa masih tenggelam dalam keasyikan.
8. Pengajar harus menentukan batasan yang jelas, sehingga memungkinkan untuk memilih
permainan bahasa yang sesuai.
9. Permainan bahasa harus sesuai dengan tingkat pengajaran, kemampuan peserta didik,
waktu dan tempat yang tersedia.
10. Rasa aman yang melingkupi peserta didik/ siswa jangan sampai menimbulkan
penyimpangan.
11. Harus memperhatikan keterampilan berbahasa, unsur-unsur bahasa dan model bahasa
agar pelaksanaan latihan bahasa dengan “permainan” menjadi sempurna.
12. Jika permainan membutuhkan persiapan yang khusus, maka lebih baik persiapan
dilakukan sebelum permainan dilaksanakan. Sebelum permainan dimulai harus
diyakinkan bahwa siswa telah memahami tata cara pelaksanaan permainan.
Pendapat lain juga menambahkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
permainan bahasa, diantaranya:
1. Sifat permainan bahasa adalah sebagai sarana pembantu dalam pengajaran dan bukan
“tujuan”.
2. Banyak orang berkeyakinan bahwa permainan bahasa hanya cocok untuk usia anak-
anak, padahal ada beberapa permainan bahasa yang cocok untuk usia muda dan usia tua.
3. Tujuan permainan bahasa tidak terbatas untuk menghilangkan kejenuhan dan kelelahan
dalam pengajaran bahasa, akan tetapi juga untuk menyempurnakan materi bahasa yang
diajarkan.
4. Saat memilih dan menentukan permainan bahasa, hendaknya diperhatikan istilah-istilah
bahasa yang diajarkan, tatacara pelaksanaan permainan “untuk kelompok-berpasang-
pasangan-individu-golongan”.
Pendapat lain mengemukakan bahwa untuk memilih dan melaksanakan suatu
permainan, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
1. Jumlah siswa dalam kelas
2. Usia siswa
3. Tingkat kemampuan
4. Topik pembelajaran
5. Kondisi kejiwaan siswa
6. Kegaduhan yang mungkin ditimbulkan oleh pelaksaan permainan
7. Perhatian siswa
8. Ketersediaan peralatan
9. Ketersediaan waktu
10. Pertimbangan budaya

D. Macam-macam Permainan pada Keterampilan Berbahasa

1. Permainan Untuk Maharah al-Istima’


Diantara contoh-contoh permainan untuk Maharah Istima adalah:
1) Bisik Berantai (Al-Asrar al-Mutasalsil)
Permainan ini terdiri dari dua kelompok, masing-masing terdiri dari 6-7 siswa, guru
membisikkan kata atau kalimat yang diperlihatkan kepada siswa terdepan pada masing-
masing kelompok, untuk selanjutnya dibisikkan pada siswa dibelakangnya demikian sampai
siswa terakhir, kelompok yang tercepat dan benar dialah yang menang.
2) Perintah Bersyarat (al Amr bi Syartin atau Qola Saiman)
Guru memberikan perintah kepada siswa yang ditunjuk di depan kelas akan tetapi
perintah baru boleh dilaksanakan jika diawali dengan kata “qola saiman” misalnya, jika
siswa melaksanakan perintah tanpa diawali kata tadi maka tidak sah dst.
3) Siapa yang Berbicara (Man al Mutahaddis?)
Guru memperdengarkan sebuah percakapan kemudian siswa disuruh menebak siapa
yang berbicara. Misalnya, suara antara siswa dan guru, pedagang dan pembeli dll.
4) Bagaimana Saya Pergi (Kaifa Adzhabu ‘ila..?)
Guru menyuruh siswa untuk menunjukkan rute perjalanan yang terdapat di peta yang
tergambar di papan tulis, setelah memperdengarkan penjelasan singkat tentang perjalanan
yang ingin ditempuhnya.
2. Permainan Untuk Maharah al-Kalam
Contoh-contoh permainan dalam pembelajaran sangat banyak. Hal itu disesuaikan
dengan tingkat kekreatifan guru. Permainan yang digunakan pun harus sesuai dengan tingkat
siswa. Diantaranya adalah:
1) Dimana Saya (aina ana?)
Guru memperagakan gerakan dari suatu perbuatan tertentu kemudian menyuruh siswa
untuk menebak dimana dilakukan perbuatan tersebut, seperti gerakan orang sedang makan,
menulis, dll.
2) Kotak Barang (Shundu’ al asy’ya’)
Guru memasukkan berbagai benda yang sebelumnya dipertunjukkan satu persatu pada
siswa kedalam sebuah kotak, setelah itu bertanya pada mereka, benda apa yang dipegangnya,
jika siswa menebak dengan benar maka benda tadi dikeluarkan, demikian sampai habis.
3) Menyebut Gambar (Sifis Shuroh)
Guru memperlihatkan beberapa gambar orang-orang yang terkenal (tokoh) kepada siswa
kemudian menyuruh satu orang siswa untuk mengomentari satu gambar, demikian sampai
akhir.
4) Apa yang Saya Kerjakan (Madza A’mal?)
Guru memperagakan perbuatan tertentu atau menyuruh salah satu siswa untuk
melakukan perbuatan tersebut, kemudian menyuruh siswa lain untuk menebak apa yang
sedang dilakukannya.
5) Pantomim (Fikrotun Dunal Kalam)
Seperti halnya permainan no 4, hanya saja soalnya lebih panjang atau perbuatan yang
lebih kompleks, sehingga siswa menceritakannya kedalam beberapa kalimat.
6) Kata Beruntun (al-kalimah al-mutasalsil)
Berikan kosakata awal kepada siswa yang ditunjuk pertama kali kemudian siswa
mengucapkannya. Setelah diucapkan, kemudian tunjuklah salah satu siswa yang duduk
disampingnya untuk mengucapkan kata - kata yang tersusun dari huruf terakhir. Begitu
seterusnya sampai semua siswa dapat bagian. Durasi waktu berpikir hanya beberapa detik
saja, berikan hukuman yang menyenangkan apabila siswa tidak bisa menjawab atau
meneruskan kata.
3. Permainan Untuk Maharah al-Qiraah

1) Sobekan Cerita (al- auroq al- mumazzaqoh).


Guru memilih cerita-cerita pendek dari buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.
Kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Selanjutnya guru menceritakan cerita
tersebut. Setelah selesai siswa disuruh mengurutkan sesuai dengan cerita yang telah
dibacakan. Begitu seterusnya sesuai dengan tingkatan materi yang diberikan.
2) Antonim (al- Mudhod).
Guru menunjukkan kata yang ditulis di sebuah kartu, atau siswa disuruh mengambil kartu
secara acak, dan siswa yang mendapatkan kartu langsung menyebutkan lawan katanya.
Apabila siswa tidak dapat menyebut, maka ia harus mendapat hukuman.
3) Mengeluarkan kata yang asing (Takhrij al-kalimah al-ghoribah).
Guru memperlihatkan secara cepat beberapa kelompok kata. Satu di antara kelompok
kata tersebut ada yang asing. Siswa harus mencarinya dan menyebutkan atau membacanya.

4. PermainanUntuk Maharah al-Kitabah

1) Teka-Teki Silang (al -Kalimah al- mutaqaathi’ah).


Guru menyiapkan beberapa pertanyaan dalam bentuk TTS. Kemudian guru menyurh
siswa menjawab soal TTS secara individu atau kelompok.

2) Permainan huruf yang kurang / hilang.


Guru menyuruh siswa menuliskan satu huruf yang hilang pada kata tertentu, dibantu
dengan gambar yang menunjukkan kata dari jawaban yang dimaksud.

3) Menyempurnakan gambar dan menulis namanya.


Guru menampilkan sebuah gambar dengan titik-titik terputus, atau gambar yang belum
jelas. Kemudian guru menyuruh siswa untuk menyempurnakannya dan menulis gambar apa
yang dimaksud.

4) Apakah kamu tahu (Hal ta’rif).


Guru memberi beberapa soal secara tertulis dan menyuruh siswa menjawbnya secara
tertulis juga. Terkait dengnaa sesuatu yang ada di lingkungan siswa atau peristiwa yang
aktual.

5) Mengurutkan kalimah (Tartiibul jumal).


Guru menyuruh siswa mengurutkan beberapa kata sehingga menjadi kalimat sempurna,
atau menyuruh siswa untuk mengurutkan beberapa kalimat sehingga menjadi paragraf yang
sempurna. Alangkah baiknya kosa kata tertulis di kartu dilengkapi dengan gambar.

E. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Bahasa

a. Kelebihan Permainan Bahasa


Diantara kelebihan permainan bahasa adalah sebagai berikut:
1) Permainan bahasa bukan hanya aktifitas fisik semata tetapi juga aktifitas mental.
2) Permainan bahasa dapat membangkitkan kembali gairah siswa yang sudah mulai
melesu.
3) Sifat kompetitif dalam permainan dapat menjadi motivasi siswa untuk berlomba-
lomba untuk maju
4) Selain menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, permainan
bahasa juga memupuk rasa solidaritas (dalam pemainan beregu)
5) Materi yang dikomunikasikan lewat permainan biasanya mengesan sehingga sukar
dilupakan.

b. Kekurangan Permainan Bahasa


Diantara kekurangan permainan bahasa adalah sebagai berikut :
1) Jika jumlah siswa banyak maka perlu pengkondisian yang ekstra saat pelaksanaan
permainan karena siswa yang tidak terlibat kemungkinan akan mengganggu jalannya
permainant
2) Tidak semua materi dapat dikomunikasikan melalui permainan
3) Permainan bahasa biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut dapat
mengganggu pembelajaran di kelas yang berdekatan
4) Banyak yang memperlakukan permainan bahasa sebagai kegiatan pengisi waktu
luang saja
5) Permainan bahasa banyak mengandung unsur spekulasi. Siswa yang menang belum
mengukur ketercapaian kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai