Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rosvita (190202050)

Tugas pemanfaatan teknologi penerjemah

A. Pengertian Konsep Terjemahan

Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita


dapat membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara etimologi
pengertian, dan pengertian secara terminologi.

Secara Etimologi ( Bahasa)


Kata terjemahan berasal dari bahasa Arab ‫ ﺗﺮﺟﻢ‬kata tersebut kedudukannya sebagai masdar
dari fiil madhi ruba'i mujarrad.

Lafadz terjemah di dalam kamus Al-Munjid Al-Lughah wa Al-Além, menunjukan salah satu
dari empat makna berikut:

1. Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain,


2. Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dengan bahasa yang mudah,
3. Menceritakan biografi seseorang,
4. Pendahuluan dari sebuah kitab.

Muhammad bin Salih Al-Asimaini di dalam kitabnya mengatakan bahwa terjemah secara
bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu memberikan kejelasan dan
keterangan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti terjemah, yaitu menyalin
(memindahkan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau mengalih bahasakan. Dari
penjelasan etimologi terjemah di atas dapat dipahami bahwa substansi dari terjemah adalah
memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran dalam hal ini dari bahasa Arab
kepada bahasa Indonesia).

Secara Terminologi (Istilah)


Kata terjemah yang dalam bahasa Arab disebut ‫ ﺗﺮﺟﻤﺔ‬Menurut istilah pengertiannya sebagai
berikut:

Muhammad bin Salihal Basimaini di dalam kitab Isul fi Al-Tafsir, mengatakan: "Terjemah
secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan
bahasa yang lain." Menurut Abu Al-Yazzan Atiyyahal Jaburi di dalam kitab Dirasat fi Al-Tafsir
Wa Rijalih yaitu "Memindahkan suatu kalam / pembicaraan dari satu bahasa kedalam
bahasa yang lain dengan tidak menerangkan makna asal dari kalam yang diterjemahkan

B. Hakikat Terjemahan

Pengertian Terjemahan
Catford yang menyatakan bahwa penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam
satu bahasa ke dalam bahasa lain yang sepadan. Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan
Taber yang mengatakan bahwa penerjemahan meliputi kegiatan menghasilkan kembali
pesan ke dalam bahasa penerima dan dengan kesepadanan yang hampir mirip dengan
bahasa asli, baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Hal ini menunjukkan bahwa
Catford menitikberatkan penerjemahan pada proses pengalihan bahasa sedangkan Nida
dan Taber masuk lebih dalam dengan memperhatikan isi pesan teks bahasa sasaran yang
disampaikan haruslah sepadan baik dalam dalam makna maupun gaya bahasa yang
digunakan dalam teks bahasa sumber.

Masalah-masalah Penerjemahan
Permasalahan penerjemahan bukan hanya mentransfer atau mengubah bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran, permasalahan yang diungkapkan Nida dan Taber mengenai isi
pesan yang harus sepadan juga membawa serta permasalahan pengalihan budaya yang
kompleks. Cahyadi dalam artikelnya, “Kesulitan-kesulitan dalam Penerjemahan,”
menyatakan bahwa
masalah-masalah dalam penerjemahan adalah:
1. Sistem bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda.
2. Kompleksitas semantik dan stilistik.
3. Tingkat kemampuan penerjemah berbeda-beda.
4. Tingkat kualitas teks bahasa sumber.
5. Masalah keterbacaan teks.

C. Unsur-unsur Penerjemahan

Dalam menerjemah, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seorang penerjemah.
Diantaranya adalah :
Aspek Bahasa
- Penguasaan Bahasa.
Kemampuan memilih bahasa yang sesuai dari arti kosa kata maupun struktur kalimat.
Penerjemah juga harus memahami arti kata secara leksikal, tekstual, konotatif dan denotatif.
- Sharaf
Kemampuan memahami ilmu sharaf dan perubahan tasrif serta memahami fungsi
penambahan huruf baik untuk transitif (ta’diyah), menerima akibat (mutawa’ah), maupun
saling
berbalasan (musyarakah). Sharaff sangat vital dalam proses penerjemahan. Sebab jika
salah akibatnya akan sangat fatal. Bandingkan: jalasa dengan ajlasa, fataha dengan
infataha, asyara dengan istasyara, dan seterusnya.
- Nahwu
Dalam konteks terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekedar teoritis tapi
kompetensi praktis empiris. Penerjemah harus mempu membedakan perbedaan irab secara
konkrit akurat, apakah itu fail, maful, malum majhul, mudhaf, atau man'ut, bentuk kalimat
taajjub atau istifham dan seterusnya. Sharaf memproduksi kata-kata untuk direkayasa oleh
nahwu sehingga menghasilkan makna yang indah.
- Balaghah
Dalam terjemahan, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa ditinggalkan, karena
merupakan alat untuk mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar
penerjemah mampu membedakan arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya.
Mampu membedakan antara pemaknaan alegoris, silogis maupun, majazi. Karena tidak
selalu yang tertulis merupakan arti harfiyahnya.
Aspek Non Bahasa
- Isi
Materi naskah bermacam-macam, diantaranya adalah buku ajar, novel, puisi atau
syair,makalah, dan lain-lain.
- Pembaca
Pembaca bermacam-macam tergantung kepada siapa terjemahan ditujukan. Terjemahan
untuk ahli bahasa dan orang awam berbeda.
- Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Dibuat
Keadaan yang tenang akan melahirkan terjemahan yang baik, begitu juga dengan keadaan
yang tergesa-gesa atau ramai akan membuat terjemahan kurang baik.
- Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Diterima
Situasi lingkungan dan hati akan mempengaruhi penghayatan pembaca.

D. Syarat Penerjemah yang Baik

Untuk menghasilkan kualitas terjemahan yang baik, penerjemahan dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa arab atau sebaliknya, para penerjemah disyaratkan, diantaranya, tidak saja
memiliki penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga menguasai atau
paling tidak mengetahui dengan baik bidang, disiplin ilmu, atau masalah yang hendak
diterjemahkan nya. Untuk menunjukkan arti penting dari ketiga syarat ini, hampir semua
pakar penerjemahan selalu memasukkan ketiga syarat tersebut ke dalam syarat-syarat lain
yang dirumuskannya. Misalnya, Anton M. Moeliono mengajukan syarat utama
yang harus dimiliki penerjemah meliputi :
a) penguasaan bahasa sumber;
b) penguasaan bahasa sasaran,
c) penguasaan bidang yang diterjemahkan,
d) meyakini penerjemahan bukanlah sekedar kiat,
tetapi kegiatan yang berdasarkan teori penerjemahan.

Rochayah Machali, seorang pakar penerjemahan yang mengajar di University of New South
Wales, Australia, mensyaratkan lima perangkat intelektual yang harus dimiliki seorang
penerjemah, yakni:
a) kemampuan yang baik dalam bahasa sumber; b) kemampuan yang baik dalam bahasa
sasaran; c) pengetahuan mengenai pokok masalah yang
diterjemahkan,
d) penerapan pengetahuan,
e) keterampilan.

Referensi
- Larson, Midred L. Penerjemahan Berdasar Makna : Pedoman untuk Pemadanan
Antarbahasa, ter. Kencanawati Taniran. Jakarta : Arcan, 1988.
- Zuchridin Suryawinata, Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek (Jakarta :
Depdikbud, Dikti, 1989), dan Zuchridin Suryawinbata dan Sugeng Hariyanto,
Trsnaltion : Bahasa Teori & Penuntun Praktis Menterjemahkan (Yogyakarta:
Kanisius, 2003)
- Taryadi, Alfons, "Kritik Terjemahan di Indonesia," dalam harian Kompas (Rabu, 5
November 2003).

Anda mungkin juga menyukai