Secara luas terjemah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam mengalihkan
seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun nonverbal dari informasi sumber ke dalam informasi sasaran. secara sempit terjemah merupakan proses pengalihan pesan dari bahasa sumber dengan padanan yang sama ke bahasa sasaran . pengertian itu harus diartikan secara luas agar dapat memberikan pesan yang lengkap kepada pembaca. padanan yang dimaksud berupa padanan kata, frasa, kalimat maupun makna , agar tidak merusak gagasan dan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ( Catford. 1978 ) . TERJEMAHAN DALAM LINTAS SEJARAH • Sejauh ini terjemah paling terkenal di dunia lampau adalah terjemahan yang terpatri dalam pada batu rosetta, di sepanjang sungai nil yang ditemukan pada 1799 , yang diperkirakan dikerjakan satu abad sebelum masehi. Namun terjemahan sebenarnya dimulai pada saat masyarakat monolingual menjadi masyarakat bilingual yang mendapat tekanan linguistis ( einar haugen, 1972 ). • Pada tahun 384 , Paus Damasus menugaskan Jerome untuk menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Baru kedalam bahasa Latin secara bebas , yang sebelumnya telah diterjemahkan namun terasa kaku dan buruk karena dikerjakan secara harfiah. • Di Inggris pada abad tahun 1467-1553 penerjemah yang terkenal adalah John Bouchier yang menerjemahkan naskah-naskah pengarang Spanyol , dan Sir Thomas Nort yang menerjemahkan naskah-naskah Yunani Kuno. Lalu pada abad ke-17 , John Florio terkenal karena menerjemahkna karya Mohtaigne Essays ( 1603 ) , dan Thomas Shelton yang menerjemahkan karya Don Quixote ke dalam bahasa Perancis ( 1612) . • Di indonesia sendiri penerjemahan dimulai pada abad ke-4 masehi pada prasasti- prasasti yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur, dari raja Mulawarman dan di Jawa Barat dari raja Purnawarman. * Pada abad ke-18 kegiatan semakin berkembang setelah Alexander Pope dan William Cowper menerjemahkan syair-syair Homerus yang mendapat banyak perhatian ( terjemahan Liad 1715-1720 dan Odyssey 1725-1726 ) yang banyak beranggapan bahwa terjemahan tersebut mendekati aslinya. * Pada abad ke-19 Thomas Charlyle berhasil menerjemahkan karya Goethe Wilhem Meister (1824) seorang penulis genius berkebangsaan Jerman. Yang paling menonjol adalah Edward Fitzgerald yang menerjemahkan drama Calderon yang berasal dari bahasa Spanyol pada 1854 . * Di Timur, Jepang membuka diri dan melakukan penerjemahan besar- besaran pada masa pemerintahan Kaisar Mutsuhito (1868-1912) , mengadakan perubahan besar dalam sistem pemerintahan dan disebut dengan Zaman Pencerahan, pada zaman Meiji berbagai buku asing diterjemahkan terutama buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi. KLASIFIKASI TERJEMAHAN Pembagian yang lazim dikenal dalam kegiatan terjemahan adalah pembagiannya atas terjemahan lisan dan terjemahan tulisan. Kedua kelas kegiatan ini masing‐ masing dengan topangan keterampilan khusus yang berbeda. Dalam kelas kegiatan yang pertama, yaitu terjemahan lisan, dari penerjemah dituntut kecekatan dan kecepatan untuk mengalihkan secara langsung pesan bahasa yang diujarkan penuturnya tanpa tempo lagi untuk melakukan perbaikan terhadap komponen bahasa dan ujaran yang salah atau yang belum tepat padanan terjemahnya. Kemampuan berbicara secara lancar dan fasih menjadi syarat penting bagi penerjemah, baik dalam BSu ataupun dalam BSa, di samping kepemilikan pengetahuan yang luas serta kemampuan menafsirkan apa saja yang diujarkan penutur yang sedang diterjemahkannya. Pada kelas kegiatan kedua, yaitu terjemahan tulisan, masih terdapat tempo bagi penerjemah untuk melakukan perbaikan terhadap komponen bahasa yang salah ataupun terhadap padanan terjemah yang dianggapnya kurang mengena. Dalam kegiatan penerjemahan teks tertulis semacam ini kefasihan berbicara dari seorang penerjemah bukan merupakan bagian persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk menjadi penerjemah tulisan yang baik dapat saja dicapai tanpa keterlibatan berbicara secara aktif, asalkan penguasaan terhadap BSu dan BSa benar‐benar dimiliki secara baik pula. MODEL TERJEMAHAN
A. Metode Hermeunetik Hermeuneutik adalah Teori atau
ilmu penafsiran lambang/nas. Model ini dlakukan dengan empat cara, yaitu : a. amanatnya layak untuk disampaikan b. Mendalami maknanya c. Menyajikannya dalam bahasa penerima yang berkepentingan d. Menyelaraskan pernyataan amanat dalam bahasa sasaran dengan daya tangkap penerima B. Model situasional Memahami makna ujaran berdasarkan situasi bahasa itu diucapkan, konteks situasi atau keadaan memberikan arti lain, pada makna ujaran yang sama. C. Model Stilistika Model untuk menyesuaikan dengan bentuk gaya bahasa berdasarkan struktur keseluruhan bahasa sumbernya, atau hanya ingin mengikuti isinya D. Model Kata demi kata Model penerjemahan dengan mencari ekuivalen kata satu lawan satu. E. Model Sintaktik Suatu model tentang cara menguaraikan struskutr atau jenis-jenis kalimat, mulai dari satuan terkcil hingga lebih besar, hubungan gagasan atara satuan dan jabatan-jabatan satuan itu, dapat disebut juga dengan upaya deskripsi struktural. F. Model Transformasional Model transformasional berfungsi dalam memecahkan masalah kalimat yaitu kalimat dalam bahasa sumber itu dipecah atau dipenggal-penggal menjadi kalimat –kalimat inti, menjadi kalimatkalimat yang pendek: tiap kalimat tunggal hanya ada satu subyek, satu predikat dan satu obyek (bila perlu). G. Model Interlingua Dalam model ini disamping penerjemahan menggunakan bahasa sasaran dan bahasa sumber, juga dibutuhkan bahasa lain , untuk mendukung arti penrejemahan. H. Model Semantik Model ini merupakan upaya penerjemah memahmai komunikasi melalui lambang bahasa. Penerjemah perlu memahami hubungan anatar lambang, gagasan dan sesuatu di luar. I. Model Teori Informasi Model teori informasi itu dikemukakan perlu dan pentingnya redundancy “informasi berlebih” dalam penerjemahan. J. Model Nomenklatif Model terjemahan dalam rangka memberikan istilah yang tepat bagi bidang ilmu tertentu K. Model Modulasi Model modulasi cara menerjemahkan disesuaikan berdasarkan budaya bahasa yang berbedabeda. L. Model Generatif Model ini menunjukkan bahwa dalam penerjemahan melibatkan banyak keputusan, dan satu keputusan mempengaruhi keputusan-keputusan yang lainnya. M. Model Integral Model ini adalah bentuk penerjemahan yang menyeluruh dan menjamin terjaganya konsistensi dan keindahan dalam bahasa terjemahan (produk perakitan). Model integral ini digunakan untuk menerjemahkan bentuk sajak atau puisi. N. Model Normatif dan Model Pengecekan Tiga Tahap Dua model ini untuk mengecek hasil terjemahan, model pengecekan tiga tahap berjalan sebagai berikut : pertama, terjemah lurus yang dicek pesannya (makna dan maksudnya). Kemudian terjemahan ini pun dicek ulang, dari segi keselarasan dengan situasinya dan bentuk ragamnya. Tahap ketiga membuat bentuk terjemahan yang selaras dengan situasi meski maknanya agak kabur. O. Model Interaktif Model ini dianjurkan dalam tahap pembicaraan. Dalam model ini dilakukan interaksi yang baik dan saling memberi antara penerjemah dan penasihat dalam bidang yang diterjemahkan. Kesimpulan Penerjemahan kalimat dapat dilakukan dengan berbagai model dan teknik yang sesuai. Tidak melulu menggunakan model dan teknik terjemahan kata per kata. Selanjutnya, untuk mencapai makna yang sepadan dalam bahasa Arab, penerjemahan perlu diungkapkan dalam kalimat bahasa Indonesia yang tepat. Yaitu suatu kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar yang memiliki bentuk dan aturan pola kalimat Subyek, Predikat, Obyek dan Keterangan (SPOK) yang berbeda dengan aturan dan bentuk kalimat bahasa Arab. Penerjemahan dalam bentuk kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar itu diharapkan memudahkan penerima hasil terjemahan menangkap pesan atau makna yang dimaksudkan dalam bahasa Arab. TERIMAKASIH ATAS PERHATIANYA SEMOGA BERMANFAAT ☺️