Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENERJEMAH PROFESIONAL

Dibuat untuk memenuhi mata kuliah bahasa bantu (Teori Penerjemah)

Dosen Pengampu: Abdulloh, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama kelompok 2

1. Ayu Resti Anjani (171210019)

2. Juliadi Dwi Satrio (171210042)

3. Maria Septi Dwi Haryani (171210049)

4. Mesi Saputri (171210055)

5. M. Ilham (171210057)

6. Pipit Putri Kurnia Sari (171210076)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG

2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang penerjemah sungguh-sungguh menyandang tanggung jawab yang besar, dan

dapat memberikan sumbangan yang besar kepada nusa, bangsa, dan dunia: tidak hanya

bangsa sendiri yang akan maju, tetapi juga seluruh dunia akan maju, dengan pengertian

kemajuan seperti dilukiskan oleh Sultan Takdir Alisjahbana –“dunia yang lebih aman

dan damai, lebih seimbang dan teratur, girang dan bahagia”. Untuk itu, pertama-tama,

penerjemahan sendiri harus mengetahui dan memahami tugasnya (A.Widyamartaya,

1989: 11).

Eugene A. Nida dan Charles R Taber, dalam buku mereka The Theory And Practice of

Translation, memberikan definisi penerjemahan sebagai berikut:

Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural

equivalent of the source language message, first in terms of meaning and

secondly in terms of style.

Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali dialam bahasa

penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan

pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua

menyangkut gayanya.

Penerjemahan merupakan reproduksi dalam bahasa sasaran yang memiliki padanan

pesan yang paling dekat dan wajar dari bahasa sumber, pertama dalam makna dan yang

kedua dalam gaya bahasa (Nida dan Taber, 1969: 12).


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tugas penerjemah profesional?

2. Apa saja syarat menjadi penerjemah profesional?

3. Kemampuan apa yang harus dimiliki seorang penerjemah?

4. Bagaimana pengakuan masyarakat terhadap penerjemah profesional?


BAB II PEMBAHASAN

A. TUGAS PENERJEMAH

Seorang penerjemah tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang.

Penerjemah harus menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan sosial,

politik, ekonomi, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Penerjemah yang

berspesialisasi, misalnya hukum, teknik, atau kedokteran, harus menguasai substansi

yang diterjemahkannya (Benny, 2006: 271)

Sering terjadi, seorang penerjemah "dipaksa" menerjemahkan teks dengan substansi apa

saja. Penerjemah adalah profesi. Mempekerjakan penerjemah harus berdasarkan kriteria

profesional dan tidak sekadar karena kenal atau karena kata orang saja. Bila kita belum

mengenal kemampuannya, ia harus diminta menerjemahkan satu halaman untuk kita

nilai kualitasnya.

Tugas penerjemah dibagi menjadi dua yaitu, bertugas dalam penerjemahan pedagogis

dan dalam penerjemahan profesional. Penerjemahan pedagogis adalah latihan yang

bagus untuk memantapkan kemahiran berbahasa asing dan tentu saja berbahasa ibu

asalkan diselenggarakan sesuai dengan hakikat penerjemahan. Jelas bahwa penerjemah

dalam penerjemahan pedagogis adalah pembelajar dan pembaca terjemahannya adalah

pengajar yang bersangkutan. Secara sadar pembelajar mengerjakan tugasnya untuk

memuaskan pengajarnya sehingga kesalahan yang dilakukan akan diperbaiki oleh

pengajar. Penerjemah profesional adalah siapapun yang melakukan penerjemahan

sebagai profesi atau menjalankan tugasnya dan mampu memuaskan pesanannya dengan

menerjemahkan sebaik-baiknya dan bersikap profesional. Berbeda dengan


penerjemahan pedagogis penerjemahan profesional harus bertanggung jawab sendiri

atas karyanya dan kesalahan yang dilakukan beresiko kehilangan pemesan.

Tugas teori terjemah ialah (1) mengidentifikasi dan mendefinisikan masalahmasalah

penerjemahan, (2) menunjukkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

memecahkan masalah tersebut, (3) menyenaraikan prosedur penerjemahan yang dapat

diterapkan, dan (4) merekomendasikan prosedur penerjemahan yang paling sesuai.

Karena itu, teori penerjemahan yang berguna ialah yang tumbuh dari masalah-masalah

yang muncul dari praktik penerjemahan. Tidak ada praktik berarti tidak ada teori

penerjemahan (Newmark, 1988: 9–10).

B. SYARAT MENJADI PENERJEMAH

Untuk menjadi seorang penerjemah setidaknya melibatkan tiga aspek yaitu, teks

sumber, penerjemah, dan teks terjemahan. Dari tiga aspek ini penerjemah menduduki

peran sentral posisinya berada ditengah-tengah. Di tangannyalah kegiatan penerjemahan

berlangsung. Untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas seseorang penerjemah

harus memenuhi persyaratan tertentu, persyaratan ini terkait dengan sejumlah

kompetensi yang harus dimilikinya, sehingga proses penerjemahan sebagai dwitindak

komunikasi yang kompleks ini dapat menghadirkan terjemahan yang diterima. Dua

kompetensi tersebut adalah kompetensi bahasa, kompetensi budaya, dan kompetensi

transfer. Pertama, kompetensi kebahasaan dapat dimatangkan dengan pembiasaan.

Seperti halnya perilaku-perilaku yang lain, perilaku berbahasa juga memerlukan

pembiasaan.sebagai dwibahasawan penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik

dua bahasa sekaligus. Dengan begitu, penerjemah dapat melakukan analisis sintakmatik

dengan mengidentifikasi relasi sebagai kata dalam kalimat. Kedua, kompetensi tekstual.
Kompetensi ini terkait dengan kemampuan penerjemah memahami isi pembicara. Perlu

dilakukan analisis sintakmatik untuk menghasilkan pemahaman tekstual. Pemahaman

tekstual diperoleh setelah penerjemah mengidentifikasi relasi antarkata dalam kalimat.

Dengan kompetensi tekstual penerjemah dapat menyelami makna yang tertuang dalam

setiap ragam kalimat. Pemahan tekstual mesti ditunjang oleh “pengetahuan umum

“seorang penerjemah. Oleh karena itu, kiranya perlu penerjemah terlebih dahulu

membaca teks sumber secara utuh atau membaca aneka buku yang relevan dengan

materi teks sumber. Dengan cara ini, penerjemah dapat menangkap konteks situasi yang

mudah. Semata-mata mengandalkan analisi sintakmatik boleh jadi hanya menghasilkan

penerjemahan “padanan satu lawan satu”.

C. KEMAMPUAN MENERJEMAHKAN

Kemampuan seorang penerjemah dapat dinilai dari kemampuannya dalam

menghasilkan suatu terjemahan yang baik. Suatu terjemahan yang baik adalah suatu

terjemahan yang berterima, artinya suatu terjemahan yang dapat dengan mudah

dimengerti dan dipahami oleh pembaca. Ia mengemukakan bahwa terdapat tiga hal yang

perlu diperhatikan dalam menilai sebuah hasil terjemahan, (1) ketepatan, bila

menyimpang dari isi atau informasi yang terdapat dalam teks asli bahasa sumber; (2)

kejelasan, artinya terjemahan tersebut dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah

oleh pembaca; dan (3) kewajaran, maksudnya hasil terjemahan tersebut menggunakan

kalimat-kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi

pembaca (Machali, 2000: 11). Cara belajar bahasa ibu adalah alami sehingga penutur

asli tidak hanya menyerap bahasa ibu tetap lebih dari itu, ia mempunyai naluri untuk

menggunakan bentuk yang tepat.


D. PENGAKUAN MASYARAKAT

Penerjemah merupakan penyambung lidah penutur bahasa; ketika dua penutur bahasa

yang berlainan memerlukan bantuan untuk saling memahami, penerjemah datang

menyelesaikan masalah mereka. Bedanya, pengarang menciptakan (create) dunia,

penerjemah menciptakan kemabli dunia; pengarang menulis (write) unsur kisah,

penerjemah menulis kembali unsur (lain) untuk kisah yang sama. Maka, seseorang

penerjemah sebaiknya juga mengikuti perkembangan masyarakat bahasa sumber

tersebut, baik melalui berita dikoran dan di televisi, film-film yang diproduksi negara

bahasa sumber dan yang lebih ampuh lagi dengan terjun langsung kemasyrakatanya

menjadi bagian keseharian mereka. Profesi penerjemah sendiri sebenarnya ada banyak

ragamnya, tergantung kemampuan yang mana yang paling dikuasai. Masyarakat

biasanya menganggap penerjemah sebagai profesi yang penting dalam dunia politik

maupun perfilm’an, karena dengan adanya penerjemah masyarakat yang tidak

menguasai bahasa asing akan merasa terbantu akan adanya penerjemah.

E. PENDIDIKAN PENERJEMAHAN

Pertama-tama yang harus ditentukan adalah tujuan pendidikan penerjemahan itu. apakah

tujuan itu untuk: (1) melahirkan teoretisi di bidang penerjemahan; (2) penerjemahan

praktik yang berorientasi kepentingan umum; (3) mencetak praktisi penerjemahan yang

dapat mencari hubungan dialektika antara teori dan praktik penerjemahan.

Masing-masing tujuan akan menemukan isi kurikulum pendidikan. Apabila tujuan

pertama yang dipilih, misalnya, isi kurikulum pendidikan akan lebih disandarkan

kepada teori dan kegiatan penelitian di bidang penerjemahan. Contoh pendidikan seperti

ini di Australia dilaksanakan di Macquarie University, Sidney. Dalam hal ini,


pendidikannya lebih diarahkan untuk melahirkan teoretisi dan peneliti (Rochayah, 2009:

192). Contoh berikut dapat memberikan gambaran:

1. Gelar : Master of Arts dalam Kejurubahasaan dan Penerjemahan

2. Lembaga : Macquarie University

3. Penyelengara : School of English, linguistics and media

4. Lama Pendidikan : 1 tahun atau 2 tahun (paruh-waktu)

5. Bahasa : Cina, Jepang, Rusia, Kroasia

F. PELUANG PENERJEMAH

Dilembaga pemerintah maupun sektor swasta, diperlukan penerjemah. Di sektor publik

bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus digunakan dalam segala situasi komunikasi

yang resmi. Sementara itu, di sektor swasta, transaksi dan dokumentasi niaga, nota

kesepahaman dan perjanjian, forum nasional dan internasional. Oleh sebab itu, status

penerjemah. Pertama, penerjemah lepas yang bekerja secara mandiri maupun dalam

hubungan dengan biro penerjemah. Jumlah penerjemah semacam ini paling besar karena

tidak banyak yang memperoleh pekerjaan di lembaga swasta sebagai penerjemah.

Bahkan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi belum menempatkan penerjemah

dalam jajaran profesi sehingga penerjemah belum mendapat perlindungan selain tidak

memadai hak dan kewajibannya.

G. ORGANISASI PROFESI

Tenaga profesional dalam profesi yang sama membentuk suatu organisasi profesi untuk

mengawal pelaksanaan tugas-tugas profesional mereka, melalui tridarma organisasi

profesi, yaitu: (1) ikut serta mengembangkan ilmu dan teknologi profesi, (2)
meningkatkan mutu praktik pelayanan profesi, dan (3) menjaga kode etik profesi.

Organisasi profesi ini secara langsung peduli atas realisasi sisi-sisi objek praktik spesifik

profesi, keintelektualan, kompetensi dan praktik pelayanan, komunikasi, kode etik, serta

perlindungan atas para anggotanya. Organisasi profesi membina para anggotanya untuk

memiliki kualitas tinggi dalam mengembangkan dan mempertahankan kemartabatan

profesi. Organisasi profesi ini disamping membesarkan profesi itu sendiri juga sangat

berkepentingan untuk ikut serta memenuhi kebutuhan (Prayitno, 2005: 468).


BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Nida, A. Eugene dan Taber, R. Charles. 1969. The Theory and Practice of Translation.
Leiden: E.J Brill.
Machali Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kalifa.
Farisi, M.Zaka (2011). Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Widyamartaya, A. (1989). Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai