Anda di halaman 1dari 17

PENELITIHAN FOLKLOR

LEGENDA DAN MITOS GUNUNG PEGAT


BABAT LAMONGAN

Diajukan untuk memenuhi nilai tugas UAS mata kuliah FOLKLOR

20019/2020

Dosen Pengampu :

Icha Fadhilasari, M.Pd

Disusun Oleh: Meiyra Nur Laili A72219056

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019/2020
PERSEMBAHAN

Segala puji syukur atas Allah SWT. yang yang telah memberi rahmat pada
penulis, sehingga penulis dapat menyusun makalah penelitian ini dari hasil penelitian
dan pengamatan yang telah penulis lakukan dengan meneliti legenda dan mitos
gunung pegat babat lamongan Indonesia. Dengan ini saya persembahkan penelitian
ini untuk;

1. Allah SWT yang senantiasa mengiringi penulis mengabulkan doa dalam setiap hal.
2. Ibu, Bapak dan kakakku tercinta yang tak pernah lelah memberikan do’a serta
dukungan kepada penulis untuk menjadi orang yang sukses dan yang terbaik.
3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah sabar membimbing dan mendidik penulis dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang.
4. Ibu icha fadhilasari, M. Pd yang selalu membimbing penulis dalam mengerjakan karya
tulis ini.
5. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi
penulis dan saling membantu dalam setiap hal apapun.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’Alamin segala puji atas kehadirat Rabb semesta Allah


SWT, karena dialah pencipta alam semesta beserta seluruh isinya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Terutama nikmat iman dan islam, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

Sholawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah menunjukkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah dengan agama
yang beliau bawah yakni agama Islam.

Dengan ridho Allah Azza wa jalla akhirnya karya tulis ilmiah yang disusun untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah bahasa indonesia ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.

Penulis berharap dengan adanya makalah penelitian yang telah disusun oleh
penulis ini dapat memberikan informasi dan wawasan bagi seluruh pembaca, serta
penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini terdapat
banyak kesalahan.

Surabaya, 26 Maret 2020

Penulis
ABSTRAK
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan
turun temurun. Folklor juga tersebar di antara kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat (Danandja, 1997: 2)
Yang dibagi menjadi tiga yaitu folklor lisan, setengah lisan, dan bukan lisan.
Adapun bagian dari folklor lisan yaitu cerita rakyat yang berbentuk legenda, mite,
dongeng.
Legenda gunung pegat yang menghasilkan adanya mitos gunung pegat,
menyatakan bahwa larangan bagi pengantin baru untuk tidak melintasi kawasan
gunung pegat karena akan menimbulkan dampak bagi si pengantin baru, yaitu
putusnya hubungan pernikahan mereka yang artinya umur dari pernikahan mereka
tidak akan lama. Hal tersebut sangat dipercayai oleh masyarakat daerah kawasan
gunung pegat.
Banyak yang mengatakan bahwa mitos tersebut muncul karena kutukan yang di
lontarkan oleh para pekerja rodi yang menjadi buruh para kolonel belanda yang terlalu
lelah dan marah karena banyaknya perintah dari kolenel belanda tersebut.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

ABSTRAK............................................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iv

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Folklor....................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Folklor ........................................................................3

2.1.2 Bentuk-Bentuk Folklor...................................................................4

2.1.3 Ciri Folklor....................................................................................5.

2.1.4 Fungsi Folklor...............................................................................6

2.2 Legenda Dan Mitos .................................................................................6

2.2.1 legenda..........................................................................................6

2.2.1 Mitos..............................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................10

3.1 Jenis Penelitian....................................................................................10

3.2 Populasi Dan Sampel..........................................................................10

3.2.1 Populasi.......................................................................................10
3.2.2 Sampel.........................................................................................10

3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................10

3.3.1 Wawancara.................................................................................10

3.3.2 Dokumentasi...............................................................................10

3.4 Teknik Analisis Data..........................................................................11

3.4.1 Editing.........................................................................................11

3.4.2 Klarifikasi....................................................................................11

3.4.3 Analiting......................................................................................11

DAFTAR PUTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan
turun temurun. Folklor juga tersebar di antara kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat (Danandja, 1997: 2)
Folklor merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai
tradisi budaya. Folklor juga termasuk salah satu unsur dan bagian dari suatu
kebudayaan. Adapun secara garis besar Folklor dibagi menjadi tiga bentuk yaitu
folkor lisan, folklor setengah lisan, dan folklor bukan lisan.
Mitos adalah suatu cerita yang benar-benar menjadi milik mereka yang paling
berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan menjadi contoh model
bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan pemikiran intelektual dan
bukan hasil logika, tetapi terlebih dulu merupakan orientasi spiritual dan mental yang
berhubungan dengan illahi (Susanto 1987: 91).
Mitos merupakan bagian dari folklor lisan. Mitos adalah suatu tradisi lisan yang
terbentuk di suatu masyarakat, dan di percayai bahwa itu benar benar terjadi. Di zaman
sekarang ini, mitos juga masih di percayai oleh sebagian masyarakat yang masih
memegang nilai nilai budaya oleh para leluhur mereka. kepercayaan mereka terhadap
hal tersebut akan semakin kuat apabila sesuatu yang diyakini itu benar-benar terjadi.
Sehingga hal tersebut membuat mitos masih ada walau hingga di zaman modern ini.
Membahas mengenai mitos yang banyak di yakini oleh banyak masyarakat mengenai
kebenaranya, penulis akan menyinggung mitos yang ada di wilayah babat-lamongan
yang tepatnya berada di kawasan desa karang kembang.
Cerita rakyat gunung pegat mungkin sudah banyak di dengar oleh banyak orang
di daerah lamongan dan sekitarnya. Pasalnya cerita ini memiliki mitos yang sangat di
takuti oleh kebanyakan masyarakat sekitar kawasan tersebut khususnya oleh pasangan
yang baru saja melepas masa lajang mereka dengan menikah dan menjadi pengantin
baru. Mereka percaya bahwa siapa saja yang melewati kawasan jalan gunung pegat
umur dari pernikahan mereka tidak akan lama serta salah satu mereka akan terkena
celaka.
Dari cerita rakyat yang memiliki mitos menakutkan ini membuat penulis tergerak
untuk melakukan penelitian terhadap mitos tersebut. Sehingga penulis mengangkat
judul “ LEGENDA DAN MITOS GUNUNG PEGAT BABAT LAMONGAN ”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana legenda dari mitos gunung pegat babat lamongan?
1.2.2 Bagaimana faktor yang membuat mitos gunung pegat diyakini?
1.2.3 Bagaimana tindakan masyarakat terhadap keyakinan mereka?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui legenda dari mitos gunung pegat babat Lamongan.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor yang membuat mitos gunung pegat di yakini.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap keyakinan mereka.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Folklor

2.1.1 pengertian folklor

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan


diwariskan turun temurun. Folklor juga tersebar di antara kolektif macam apa
saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat
(Danandja, 1997: 2)

Alan Dundes (dalam Danandjaja, 1997: 1-2) menjelaskan bahwa folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan
sehingga dapat dibedakan dari kelompokkelompok lainnya. Maksud dari lore
adalah tradisi folk yang berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan secara
turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Folklor biasanya mempunyai bentuk yang berpola sebagaimana dalam cerita


rakyat atau permainan rakyat pada umumnya. Folklor pada umumnya mempunyai
kegunaan atau fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif misalnya cerita
rakyat sebagai alat pendidik, hiburan, protes sosial, dan proyeksi suatu keinginan
yang terpendam. Folklor bersifat pralogis yaitu logika yang khusus dan kadang
berbeda dengan logika umum. Hal tersebut karena folklor sebagai bentuk
kebudayaan milik bersama. Fang (1991: 4) menyebut sastra rakyat (folklor)
dengan nama tradisi lisan. Tradisi lisan ini mencakup suatu bidang yang cukup
luas, seperti cerita-cerita, ungkapan, peribahasa, nyanyian, tarian, adat resam,
undang-undang dan teka-teki permainan (games).

Purwadi (2009: 3) mengungkapkan bahwa hakikat folklor merupakan


identitas lokal yang terdapat dalam kehidupan masyarakat tradisional. Folklor
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-
temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat (James Danandjaja, 1997: 2).

Dapat kita tarik kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut bahwa folklor
adalah bagian dari suatu kebudayaan yang tersebar luas di masyarakat, yang di
adatkan secara turun temurun dalam bentuk perbuatan dalam kolektif apa saja,
secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun
contoh lain yang disertai gerak bentuk isyarat atau alat bantu pengingat,
mencangkup satu bidang yang cukup luas, seperti cerita, ungkapan, pribahasa,
nyanyian, tarian, adat, undang-undang dan lainya, serta di gunakan sebagai alat
atau sarana untuk memahami prilaku masyarakat yang menciptakannya atau yang
masih menerapkannya.

2.1.2 Bentuk Bentuk Folklor

Menurut Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor dari Amerika Serikat
(dalam Danandjaja, 1986:21) folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.

1) Folklor Lisan (verbal folklore)


Folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuknya (genre)
folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain: 1) bahasa
rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel
kebangsawanan, 2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan
pameo, 3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki, 4) puisi rakyat, seperti
pantun, gurindam dan syair, 5) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda dan
dongeng, 6) nyanyian rakyat.
2) Folklor Sebagian Lisan (partly verbal folklore)
Folkor yang sebagian bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan
lisan. Bentuk-bentuk folklor yang termasuk kelompok besar selain
kepercayaan rakyat adalah permainan rakyat, tarian rakyat,adat istiadat,
upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3) Folklor Bukan Lisan (non verbal folklore)
Folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya
disampaikan secara lisan. Kelompok ini dibagi menjadi yang material dan
yang bukan material. Bentuk yang material antara lain: arsitektur rakyat
(bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi dsb). Kerajinan tangan
rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat obat-
obatan tradisional. Yang termasuk bukan material adalah : gerak isyarat
tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di
Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan
masyarakat Afrika) dan musik rakyat (Dananjaya 1984 : 21-22).

2.1.3 Ciri Ciri Folklor

Danandjaja mengemukakan ciri-ciri pengenal folklor sebagai berikut.

a) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni melalui


tutur kata dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya,
b) folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau
dalam bentuk standar, dan juga di antara kolektif tertentu dalam waktu yang
cukup lama (paling sedikit dua generasi),
c) folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal
ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan),
sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (interpolation)
folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian
perbedaannya hanya terletak pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk
dasarnya dapat tetap bertahan,
d) folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui oleh
orang lagi,
e) folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat
biasanya selalu menggunakan kata-kata klise seperti bulan empat belas hari
untuk menggambarkan seorang gadis, seperti ular berbelit-belit untuk
menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional,
ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan
penutup yang baku,
f) folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu
kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik
atau pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam,
g) folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama
dengan logika umum,
h) folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah
tentu diakibatkan karena penciptaan pertama sudah tidak diketahui lagi
sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya,
i) folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali kelihatan
kasar dan terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat banyak
folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya
(Danandjaja, 1997: 3-4).

2.1.4 Fungsi Folklor

.Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:

1) fungsi folklor sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-
angan suatu kolektif.
2) fungsi folklor sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-
lembaga kebudayaan.
3) fungsi folklor sebagai alat pendidik anak.
4) fungsi folklor sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

2.3 Legenda Dan Mitos

2.3.1 Legenda

Legenda adalah suatu cerita yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite,
yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, namun tidak dianggap suci. Berbeda
dengan mite, legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunyai
sifat-sifat yang luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.
Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu
terjadinya belum terlalu lampau.

Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap oleh sang pemilik cerita
sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda berbeda
dengan mite. Legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa lalu
yang belum lampau dan bertempat di dunia yang dikenal sekarang (Danandjaja,
1997: 66).

Haviland (1993: 230−231) mengatakan bahwa legenda adalah cerita


semihistoris yang menerangkan perbuatan para pahlawan, perpindahan
penduduk, dan terciptanya adat kebiasaan lokal dan yang istimewa, berupa
campuran antara realisme, supernatural dan luar biasa. Legenda juga memuat
keterangan-keterangan langsung atau tidak langsung tentang sejarah,
kelembagaan, hubungan nilai, gagasan-gagasan, peribahasa, cerita-cerita
insidental dan dihubungkan dengan bentuk kesenian verbal. Menurutnya
legenda tidak harus dipercaya, namun hanya berfungsi menghibur, memberi
pelajaran, menambah kebanggaan orang kepada keluarga, suku, atau bangsa.

Brunvand (dalam Danandjaja, 1997: 67) menggolongkan legenda menjadi


empat golongan, yaitu: a) legenda keagamaan (religius legends), b) legenda
alam gaib (supernatural legend), c) legenda perseorangan (personal legends),
dan d) legenda setempat (local legends).

Ada kemungkinan besar bahwa jumlah legenda disetiap kebudayaan jauh


lebih banyak daripada mite atau dongeng. Hal ini disebabkan jika mite hanya
mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal
mula terjadinya kematian, namun legenda mempunyai jumlah tipe dasar yang
tidak terbatas, terutama legenda (local legends), yang jauh lebih banyak jika
dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke
daerah lain (migratory legends).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa legenda adalah cerita
rakyat yang dianggap oleh sang pemilik cerita sebagai suatu kejadian yang
sungguh-sungguh pernah terjadi, bersifat semihistoris dan migratoris.

2.3.2 Mitos

Mitos adalah suatu cerita yang benar-benar menjadi milik mereka yang
paling berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan menjadi
contoh model bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan pemikiran
intelektual dan bukan hasil logika, tetapi terlebih dulu merupakan orientasi
spiritual dan mental yang berhubungan dengan illahi (Susanto 1987: 91).

Mitos yang dipercayai oleh masyarakat pendukung cerita rakyat ada dua
macam yaitu mitos pembebasan dan pengukuhan. Mitos pembebasan adalah
mitos pendobrak, yang dapat diterobos oleh masyarakat yang sifatnya bebas.
Dan mitos pengukuhan adalah mitos yang masih dipercaya masyarakat dan
sampai sekarang diyakini dan dilestarikan keberadaannya serta dikukuhkan oleh
pendukungnya (Dananjaya 1984:51)

Fungsi mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan -kekuatan gaib itu
tetapi membantu manusia agar dapat menghayati sebagai suatu yang
mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan kolektifnya. Fungsi mitos
memberi jaminan masa kini, dalam pementasan kembali atau menghadirkan
kembali suatu peristiwa yang dahulu pernah terjadi masih terpelihara. Mitos
dapat memberikan gambaran pada manusia bahwa para dewa menciptakan
manusia dan memberikan bermacam-macam pelajaran tentang tingkah laku
sosial dan tentang pekerjaan-pekerjaan yang mudah. Sehingga mitos yang
terkandung dalam cerita rakyat mampu memberikan jaminan pada manusia
untuk masa sekarang.

Berdasarkan uraian di atas maka mitos memiliki kekuatan gaib dan dapat
memberikan jaminan pada masa kini serta memberikan pengetahuan tentang
dunia. Dari mitos tersebut terkandung memberikan dorongan dan motivasi
kepada masyarakat untuk selalu berusaha dalam menjaga alam supaya tempat
tersebut tetap memiliki nilai-nilai religius yang tinggi serta tetap terpelihara.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mitos adalah suatu


cerita yang paling berharga karena sesuatu yang suci dan bermakna, sehingga
mitos mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia sehingga
mampu bersikap bijaksana. Namun mitos juga merupakan jawaban dari
penghayatan manusia ketika ilmu pengtahuan belum sanggup menjelaskan hal-
hal yang dianggap supranatural. Mitos merupakan cerita yang sanggup
memberikan arah serta pedoman dalam kehidupan, karena manusia tidak dapat
dilepaskan dengan mitos begitu saja. Meskipun kebenaran mitos belum
menjamin dan dapat dipertanggungjawabkan dari kebenarannya, Mitos adalah
sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok
orang.
BAB III

METODE PENELITIHAN

3.1 Jenis Penelitihan


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. https://wikipedia.org. Diakses pada 8
Februari 2020)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari variabel yang menyangkut


masalah yang diteliti (Nursalam. 2003). Adapun populasi yang akan penulis
teliti adalah warga sekitar kawasan Gunung Pegat Babat Lamongan.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian populasi untuk diambil dari keseluruhan


obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo.
2005:79). Adapun untuk sampel yang penulis teliti adalah juru kunci yang
mengetahui hal tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teknik wawancara


sebagai pengumpulan data. Yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
narasumber.

3.3.2 Dokumentasi

Penulis juga menggunakan teknik dokumentasi sebagai kelengkapan


pengumpulan data. Yang dimaksud teknik dokumentasi adalah cara
pengumpulan data yang memuat foto kegiatan penelitian serta untuk
memperkuat data, yaitu wawancara..

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Editing

Editing merupakan tahap awal dalam analisa data kualitatif. Dalam tahap
ini dilakukan pemilihan data sesuai fokus penelitian agar data mudah dibaca
dan dipahami.

3.4.2 Klarifikasi (Pengelompokan Data)

Pada tahap ini penulis memeriksa kembali data yang telah diperoleh serta
mengelompokannya berdasarkan jenisnya masing-masing.

3.4.3 Analiting (Menganalisa Data)

Langkah terakhir dalam menganalisa data adalah analiting yang


merupakan kegiatan mengolah data dengan cara memberikan kesimpulan
pada akhir analisis.

Anda mungkin juga menyukai