Kelas : PBSI-C
Kelompok Besar : 4. Canopus
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PENDAHULUAN
Akibatnya, kosakata bahasa Indonesia semakin banyak berasal dari bahasa asing.
Oleh karena penyerapan yang tidak sempurna oleh orang awam, penggunaan
bahasa Indonesia bukanlah yang baik dan benar melainkan bahasa asing versi
utuh. Keadaan ini semakin diperparah dengan maraknya penggunaan bahasa asing
di sekolah terutama bahasa Inggris. Padahal, euforia berbahasa asing guna
internasionalisasi pendidikan Indonesia bertolak belakang dengan undang –
undang, khususnya UU No 24/2009. Menurut Dendy Sugono, seorang peneliti
bahasa, internasionalisasi standar pendidikan seharusnya menyentuh mutu
pendidikan dan wawasan para siswanya, tak sebatas pada penggunaan bahasa
asing di sekolah.
Tidak hanya bahasa asing, penggunaan bahasa gaul oleh sebagian generasi muda
modern, telah mendarah daging dalam komunikasi sehari-hari. Terlebih lagi, para
pemuda menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi di sekolah, kampus, dan
tempat-tempat lainnya. Para generasi muda menggangap bahwa penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar terkesan terlalu kaku dan sulit untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, bahasa gaul terasa nyaman
digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan dianggap tidak ketinggalan zaman.
Padahal, tanpa disadari, kebiasaan tersebut menyebabkan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara merosot kualitasnya. Sebenarnya, hal ini
tak sepenuhya kesalahan dari pemuda yang kurang menerapkan penggunaan bahsa
Indonesia yang baik dan benar. Suburnya penggunaan bahasa gaul di berbagai
media tentu membuat pemuda lebih mudah beradapthasi dengan bahasa gaul itu
sendiri. Contohnya, hampir seluruh tayangan sinetron di televisi beserta iklan-
iklan pendukungnya menggunakan bahasa gaul. Selain itu, para penulis pun
sepertinya lebih senang bermain dengan bahasa gaul daripada menjunjung bahasa
Indonesia dalam tulisan-tulisan mereka. Inilah salah satu pemicu surutnya
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri banyak pulau.
Hal ini tentunya membutuhkan alat komunikasi yang dapat menjangkau semua
wilayah itu. Anggota masyarakat yang tersebar luas itu memiliki minat berbeda
dalam hal mengakses informasi, terutama kaula muda. Ada yang senang
menonton TV, mendengarkan radio, atau bahkan membaca surat kabar. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pemuda yang tersebar luas itu merupakan
konsumen media massa. Hal itu menyebabkan media massa memiliki andil yang
dominan dalam membentuk kebiasaan penggunaan bahasa.
Pada intinya, setelah berinteraksi dengan media massa, para pemuda dapat saja
menyimpulkan bahwa bahasa yang dipakai di media itu adalah bahasa yang
digunakan secara nasional. Buktinya, di berbagai forum, pertemuan, dan
perkumpulan komunitas lebih sering memakai bahasa gaul daripada bahasa
Indonesia. Contoh lain terlihat pada saat seorang pemuda bertanya kepada orang
yang belum dikenalnya. Dapat dipastikan dengan akurat bahwa ia akan
menggunakan bahasa gaul unutk betanya. Bukan bahasa Indonesia, bahasa
persatuan negaranya.
Media massa, baik itu media cetak ataupun media elektronik memiliki jangkauan
yang sangat luas. Melihat aspek media massa yang selama ini dijadikan konsumsi
sehari-hari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, media massa dapat
ditempatkan sebagai upaya pembinaan bahasa Indonesia yang cukup efisien.
Apalagi kepada para pemuda. Hal ini dikarenakan para pemuda dianggap sebagai
sarana yang paling tepat. Mengingat pemuda lebih sering dan mudah berinteraksi
dengan khalayak secara nasional. Interaksi yang dimaksud adalah frekuensi tampil
di tengah masayarakat seperti di berbagai media massa yang begitu tinggi. Jika
bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar, berarti
secara tidak langsung pula masyarakat telah diarahkan untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jalan lainnya yang dapat ditempuh dalam upaya membina sikap positif terhadap
bahasa Indonesia yaitu melalui pemimpin dan pemuka masayarakat. Pemimpin
disini adalah pemimpin formal yang dikenal dengan sebutan pejabat dan
pemimpin nonformal yang dalam masyarakat disebut pemuka masyarakat. Pejabat
adalah seseorang yang memangku jabatan, baik itu jabatan sipil ataupun militer.
Pemuka masyarakat adalah seseorang yang disegani masyarakat karena
kewibawaannya. Para pejabat dan pemuka masyarakat pada umumnya menjadi
teladan bagi masyarakat. Seringkali, masyarakat mencontoh apa yang dikatakan
dan diperbuat pemimpinnya. Jika pejabat dan pemuka masyarakat bertutur kata
dengan baik dan sopan, tentu masyarakat pun meneladani cara bertutur kata yang
baik dan sopan tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Tidak hanya itu, lingkungan pendidikan juga berperan penting dalam upaya
penggunaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk
menanam dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri
generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pemerintah
perlu membuat kebijakan mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
ibu di sekolah. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan
benar pada saat ini dan masa depan akan meningkat. Pada akhirnya, diharapkan
generasi muda secara otomatis akan menjadi penutur-penutur bahasa Indonesia
yang baik dan benar.