Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“FRASA ADJEKTIVAL DAN NUMERALIA”

DISUSUN OLEH :

APRILIA DWI YUSTIKA 1951041021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Sintaksis

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Johar Amir, M.Hum

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah subhanahu


wata'ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam yang
selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah subhanahu wata'ala atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
akhir individu mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia dengan judul “Frasa
Adjektival dan Numeralia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jeneponto, 9 Mei 2020

Penulis

Aprilia Dwi Yustika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I 1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II 3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian Frasa Adjektival dan Numeralia......................................................3

B. Hubungan Fungsi Antar Unsur dalam Frasa Adjektival dan Numeralia serta
Makna Gramatikalnya.......................................................................................4

C. Perluasan Frasa Adjektival dan Numeralia........................................................8

BAB III............................................................................................................................10

PENUTUP.......................................................................................................................10

A. Kesimpulan.....................................................................................................10

B. Saran...............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia kebahasaan dipelajari beberapa macam ilmu yang sangat
penting. Dari beberapa cabang ilmu tersebut dikenal salah satu cabang ilmu
yang disebut sintaksis. Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu sun 'dengan' dan tattein 'bersama-sama, menempatkan'. Dari kata yang
telah disebutkan, dapat diambil pengertian sintaksis yaitu suatu cabang ilmu
yang mempelajari tentang penempatan secara bersama–sama kata–kata
menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok–kelompok kata menjadi
kalimat atau dengan kata lain sintaksis adalah suatu cabang ilmu dalam
kebahasaan yang mempelajari bagaimana menyusun suatu kelompok kata
menjadi kalimat. Dalam suatu kalimat, terdapat unsur–unsur penyusun yang
membentuk kalimat tersebut. Adapun unsur–unsur penyusun yang dimaksud
salah satunya adalah frasa. Frasa merupakan unsur sintaksis terkecil jika
dibandingkan dengan unsur sintaksis lainnya yaitu klausa dan kalimat. Hal ini
ditegaskan oleh Djajasudarma (2010:55), unsur sintaksis yang terkecil adalah
adalah frasa dan dapat dikaji berdasarkan kelas frasa dan tipenya. Frasa hanya
mengisi atau menduduki salah satu fungsi sintaksis dalam satu klausa atau
dalam satu kalimat. Artinya, Satu fungsi sintaksis yaitu: S,P,O,Pel,K hanya
diisi atau diduduki satu frasa. Unsur klausa yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak melampau batas fungsi atau yang bersifat nonpredikatif
disebut frasa (lihat Verhaar,1995:97; Ramlan,1995:151; Putrayasa, 2007:3;
Arifin dan Junaiyah, 2008:18). Sebuah frasa sekurang-kurangnya mempunyai
dua anggota pembentuk konstruksi. Unsur-unsur tersebut berhubungan secara
fungsional satu dengan yang lainnya dalam konstruksi. Hubungan fungsi
antarunsur terdiri atas unsur pusat yang menjadi inti frasa, sedangkan pewatas
sebagai unsur yang menjelaskan tentang inti frasa (Khairah dan Sakura
Ridwan,2014: 22). Hubungan antarunsur ini akan menghasilkan makna. Frasa

1
dapat dibedakan berdasarkan dua hal yaitu: yang pertama berdasarkan sama
tidaknya distribusi frasa dengan unsur-unsur pembentuknya dan yang kedua
berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori unsur-runsur yang menjadi
inti frasa. Berdasarkan sama tidaknya distribusi frasa dengan unsur
pembentuknya, frasa terdiri atas frasa endosentris dan frasa eksosentris (lihat
Ramlan;1996:154; Putrayasa,2007:7; Arifin dan Junaiyah,2008:18;
Parera,2009:55; Khairah dan Sakura Ridwad, 2014:22). Selanjutnya, frasa
berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori unsur yang menjadi inti,
frasa terdiri dari frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa numeralia,
frasa pronominal, frasa adverbial, dan frasa preposisional (lihat Ramlan, ISSN
2339-1162 13 1996:155; Khairah dan Sakura Ridwan, 2014:29- 78).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud frasa adjektival dan frasa numeralia?
2. Bagaimana hubungan antarfungsi dalam frasa adjektival dan numeralia,
serta makna gramatikalnya?
3. Bagaimana perluasan dari frasa adjektival dan numeralia?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang
pengertian frasa adjektival dan frasa numeralia, hubungan antarfungsi dalam
adjektival dan frasa numeralia, serta makna gramatikalnya dan perluasan dari
frasa adjektival dan frasa numeralia. Juga untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia yang telah di pelajari dan dibimbing oleh
dosen pembimbing mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia yaitu Ibu Prof.
Dr. Johar Amir, M.Hum dan Ibu Rizki Herdiani.

D. Manfaat
Mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang materi
frasa adjektival dan frasa numeralia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Frasa Adjektival dan Numeralia

Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih
yang dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti.
Kontruksi frasa adjektival bisa tersusun secara endosentris subordinatif dan
endosentris koordinatif. Konstruksi frasa seperti semakin gemuk disebut
endosentris subordinatif karena tersusun atas adjektiva inti dan pewatas. Pewatas
ini memberi tambahan keterangan bagi adjektiva inti. Kata yang di depan
adjektiva dinamakan pewatas depan, biasanya berupa adjektiva dan adverbia,
sedangkan yang dibelakang adjektiva disebut pewatas belakang, biasanya berupa
nomina, adverbia, dan juga adjektiva. Adapun konstruksi frasa seperti cerdas dan
cermat disebut endosentris koordinatif karena kedua adjektiva yang menyusun
frasa tersebut merupakan inti yang saling melengkapi.

Frasa numeralia adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau
lebih,yang dapat menggantikan kategori numeralia. Numeralia berfungsi sebagai
inti. Umumnya, frasa ini dibentuk dengan menambahkan kata penggolong,
advderbia, atau kata gugus setelah numeralia.

Contoh : dua ekor,dua saja,dua belas

Bentuk dua ekor tersusun atas dua (numeralia) berfungsi sebagai inti dan ekor
(penggolong) berfungsi sebagai pewatas. Bentuk dua saja tersusun atas dua
( numeralia) berfungsi sebagai inti dan saja (adverbial) berfungsi sebagai pewatas.
Bentuk dua belas tersusun atas dua (numeralia) sebagai inti dan belas (gugus)
sebagai pewatas.

3
B. Hubungan Fungsi Antar Unsur dalam Frasa Adjektival dan Numeralia
serta Makna Gramatikalnya

1. Hubungan Fungsional Antarunsur dalam Frasa Adjektival dan Makna


Gramatikalnya
a. Hubungan fungsional antara adverbia sebagai pewatas depan dan
adjektiva sebagai inti, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh
hubungan tersebut.

FAdj : adv + Adj Pewatas Inti Makna

lebih pintar lebih Pintar komparatif


(tingkat tinggi)

kurang pintar kurang Pintar komparatif


(tingkat rendah)

paling pintar paling Pintar Superlative

sangat pintar sangat Pintar elatif (tingkat tinggi)

amat pintar amat Pintar elatif (tingkat tinggi)

terlalu pintar terlalu Pintar eksesif (tingkat berlebih)

terlampau pintar terlampau Pintar eksesif (tingkat berlebih)

kelewat pintar kelewat Pintar eksesif (tingkat berlebih)

agak pintar agak Pintar atenuatif


(tingkat melemah)

sedikit pintar sedikit Pintar atenuatif


(tingkat melemah)

makin pintar makin Pintar augmentatif


(tingkat bertambah)

semakin pintar semakin Pintar augmentatif


(tingkat bertambah)

sungguh sungguh Menakutkan intensif (tingkat mutlak)


menakutkan

harus sembuh harus Sembuh Keharusan

sudah sembuh sudah Sembuh Keselesaian

4
belum sembuh Belum Sembuh Keselesaian

hanya sedih Hanya Sedih Pembatasan

tidak sedih Tidak Sedih Pengingkaran

b. Hubungan fungsional antara adjektiva sebagi inti dan adverbia sebagai


pewatas belakang. Adverbia yang bisa berfungsi sebagai pewatas
belakang adalah lagi, kembali, juga, saja dan sekali. Contoh : kecil
sekali. Kata kecil termasuk adjektiva yang berfungsi sebagi inti,
sedangkan kata sekali termasuk adverbia yang berfungsi sebagai pewatas.
Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah sangat. Adverbia lagi dan
kembali mengangdung makna perulangan, Contoh: sakit lagi dan aman
kembali. Adverbial juga bermakna penyertaan, contoh: miskin juga.
Adverbia hanya bermakna pembatasan, contoh: malas saja.

FAdj : adj + Adv Inti Pewatas Makna

Lagi sakit lagi perulangan

kembali aman kembali perulangan

Juga miskin juga penyertaan

Saja malas saja pembatasan

Benar setia benar intensif (tingkat mutlak)

Betul sakit betul intensif (tingkat mutlak)

c. Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan nomina sebagai


pewatas belakang. Contoh: gagah perwira. Kata gagah termasuk
adjektiva yang berfungsisebagai inti, sedangkan kata perwira termasuk
nomina yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari kontruksi
ini adalah menyerupai.

5
d. Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan adjektiva sebagai
pewatas belakang. Contoh: hijau tua. Kata hijau termasuk adjektiva yang
berfungsi sebagai inti, sedangkan kata tua termasuk adjektiva juga, tetapi
berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari kontruksi ini adalah
jenis.

e. Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai intidan verba sebagai


pewatas belakang. Contoh : berani tempur. Kata berani termasuk
adjektiva yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata tempur termasuk
verba yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari kontruksi
ini adalah untuk.

f. Hubungan fungsional antara dua kata berbentuk adjektiva yang keduanya


berfungsi sebagai inti .Contoh : gelap gulita. Kata gelap dan gulita
termasuk adjetiva. Keduanya saling melengkapi. Makna gramatikal dari
kontruksi ini adalah menyengatkan. Jika kedua unsur frasa adjektival
bersifat antonim,maka makna gramatikalnya adalah pilihan .Contoh : tua
muda (Khairah dan Ridwan 2014).

2. Hubungan Fungsional Antarunsur dalam Frasa Adverbial dan Makna


Gramatikalnya
a. Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti dan kata penggolong
sebagai pewatas belakang. Contoh : empat ekor. Kata empat termasuk
numeralia yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata ekor termasuk kata
penggolong yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari
konstruksi ini adalah penggolongan. Dalam Alwi,dkk. (2003 : 282 )
disebutkan kata penggolong sebagai berikut.

Orang Untuk manusia


Ekor Untuk binatang
Buah Untuk buah-buahan atau hal lain yang ada diluar golongan

6
manusia dan binatang
Batang
Untuk Untuk pohon,rokok,atau barang lain yang berbentuk bulat
panjang
Bentuk Untuk cincin, gelang atau barang lain yang dapat dibengkokkan
atau dilenturkan
Bidang Untuk tanah, sawah, atau barang lain yang luas dan datar
Belah Untuk mata, telinga, atau benda lain yang berpasangan
Helai Untuk kertas, rambut, kain, atau benda lain yang tipis dan halus
Bilah Untuk pisau, pedang, atau benda lain yang tajam
Utas Untuk benang, tali, atau benda lain yang kecil dan panjang
Potong Untuk baju, celana, atau bagian/potongan suatu barang
Tangkai Untuk bunga, pena, atau benda lain yang bertangkai
Butir Untk kelereng, telur, atau benda lain yang bulat dan kecil
Pucuk Untuk surat atau senapan
Carik Untuk kertas
Rumpu Untuk padi, bambu, atau tumbuhan lain yang berkelompok
n

keping Untuk uang logam


Biji Untuk mata, jagung, kelereng, padi
Kuntum Untuk bunga
Patah Untuk kata
Laras Untuk senapan
Kerat Untuk roti,daging

Saat ini,orang sering meniadakan penggolong, misalnya empat potong


baju menjadi empat baju. Bahkan dalam pemakaiannya, ada
kecenderungan untuk memadatkan jumlah penggolong yang banyak itu
menjadi tiga saja, yakni orang, ekor dan buah. Orang mengacu pada
penggolongan manusia, ekor mengacu pada penggolongan binatang,
sedangkan buah mengacu pada penggolongan sesuatu yang bukan

7
manusia dan binatang. Contoh : dua orang, tiga ekor (kerbau),empat buah
(baju), dan enam buah (pendapat).

b. Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti dan adverbia sebagai


pewatas depan. Adverbia yang bisa mengisi fungsi ini adalah hanya,
hampir, sudah, dan sedikitnya. Makna gramatikal yang dihasilkan oleh
adverbial hampir, sudah, dan sedikitnya adalah capaian, sedangkan
makna gramatikal yang dihasilkan oleh adverbia hanya adalah
pembatasan. Contoh : hanya satu. Kata hanya termasuk adverbia yang
berfungsi sebagai peawatas depan,sedangkan kata satu termasuk
numeralia yang berfungsi sebagai inti.

c. Selain berfungsi sebagai pewatas depan, ada adverbia yang dapat


berfungsi sebagai pewatas belakang, yaitu saja. Contoh : lima saja. Kata
lima sebagai inti dan kata saja sebagai pewatas belakang. Makna
gramatikalnya adalah pembatasan.

d. Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti dan kata gugus belas,
puluh, ratus, ribu, juta, biliun, triliun, miliar sebagai pewatas belakang.
Makna gramatikalnya adalah jumlah. Contoh : dua belas, empat ribu,
lima juta, dan enam miliar.

e. Hubungan fungsional antara dua kata yang berbentuk numeralia.


Keduanya berfungsi sebagai inti. Di antara kedua nomina itu biasanya
diselipi oleh kata dan yang menghasilkan makna gramatikal
penjumlahan, dan kata atau yang bermakna pemilihan. Contoh : satu dan
dua; tiga atau empat.

C. Perluasan Frasa Adjektival dan Numeralia


1. Perluasan Frasa Adjektival

8
Frasa adjektival dapat diperluas dengan menambah pewatas, baik peawatas
depan, maupun pewatas belakangnya.

Contoh :

lincah

Tak lincah

Tak lincah lagi

Sudah tak lincah lagi

Sudah sangat tajk lincah lagi

2. Perluasan Frasa Numeralia

Frasa numeralia dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan


menambahkan unsur-unsur pewatas pada numeralia inti.

Contoh :

dua

Hanya dua belas

Hanya dua belas ribu

Hanya dua belas ribu ekor

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berlandasan dengan data diatas, bahwa makalah berjudul “Frasa Adjektival
dan Numeralia” yaitu dua di antara frasa-frasa berdasarkan persamaan
distribusi dengan kategori unsur yang menjadi inti. (Tarmini dkk. 2013)

 Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau
lebih yang dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi
sebagai inti.
Contoh : semakin kurus, makin gemuk
 Frasa Frasa numeralia adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua
kata atau lebih,yang dapat menggantikan kategori numeralia. Numeralia
berfungsi sebagai inti.Umumnya,frasa ini dibentuk dengan menambahkan
kata penggolong,advderbia,atau kata gugus setelah numeralia.
Contoh : dua ekor,dua saja,dua belas

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah
pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari beberapa sumber. Penulis
akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Khairah, Miftahul, dan Sakura H. Ridwan. 2014. Sintaksis: Memahami Satuan


Kalimat Perspektif Fungsi. Bumi Aksara.

Tarmini, Wini, M. Hum, Rr Sulistyawati, dan M. Hum. 2013. Sintaksis Bahasa


Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

iii

Anda mungkin juga menyukai