Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Jakarta, 01 April 2023

HAKIKAT DAN CONTOH DERETAN MORFOLOGIK

Ila Nafilah, S.S., M.Pd.1


Rahmah Novilian Anggraini2, Regina Amelia Putri3, Yuri Deviandri4
1
Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
2
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
3
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
4
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
5
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hakikat dan contoh deretan morfologik. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu masalah dengan mendalam dan dilakukan dengan mengumpulkan data sedalam-
dalamnya. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari berbagai sumber untuk dianalisa sehingga
tercapai kesimpulan akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat kesimpulan
bahwa hakikat deretan morfologik adalah suatu deretan kata atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang
berhubungan baik dalam bentuk maupun dalam artinya (Ramlan, 1983: 28-29). Mempelajari deretan
morfologik berguna untuk mengetahui bahwa satuan itu terdiri dari satu morfem atau lebih dari satu
morfem (beberapa morfem).

Kata Kunci : deretan morfologik, morfologik, morfem

Abstract

The purpose of this research is to know the nature and examples of morphological sequences. This
study used qualitative research methods. Qualitative method is a method that aims to explain a problem
in depth and is done by collecting data as deep as possible. In this case the researchers collects data
from various sources to be analyzed so that a final conclusion is reached. Based on the results of the
research that has been done, the researcher can conclude that the essence of a morphological sequence
is a series of words or a list containing words that are related both in form and in meaning (Ramlan,
1983: 28-29). Studying morphological sequences is useful to know that a unit consists of one morpheme
or more than one morpheme (several morphemes).

Keywords: morphological row, morphological, morpheme


PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena
bahasa memungkinkan orang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan
masyarakat sekitar. Dengan bantuan bahasa, hal itu juga dimungkinkan bagi manusia
mengembangkan dan mengabstraksikan berbagai gejala yang terjadi di sekitarnya.
Jelas bahwa bahasa memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan
manusia berbahasa setiap hari sejak bangun tidur sampai tertidur lagi, bahkan dalam
manusia bermimpi pun bisa berbahasa. Bahasa semakin berkembang dan dibutuhkan
dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat yang melibatkan kegiatan masyarakat
seperti perdagangan, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, agama dan lain-lain.
Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian
fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa
merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Sistem struktur bahasa sering disebut
sebagai struktur gramatik atau tata bahasa. Linguistik memiliki salah satu kajian yang
disebut morfologi. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan bentuk kata atau struktur kata dan pengaruh perubahan bentuk kata pada jenis
kata dan makna kata. Morfologi merupakan bagian dari kajian linguistik mikro untuk
menelaah morfem dan kata serta kombinasinya. Morfologi adalah ilmu yang
mempelajari pembentukan kata. Ketika kita ingin berkomunikasi sesuatu ke orang
lain, penggunaan kata-kata yang tepat akan mudah dipahami sehingga terjadi
kemudahan dalam memberi pemahaman apa yang akan disampaikan
Diantara pembahasan tersebut ada sebuah kajian yang disebut deret morfologik.
Deret morfologik adalah deret yang mengandung kata-kata yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya. Kata-kata ini dibandingkan dan diidentifikasi untuk menemukan
bentuk asalnya.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan deret morfologik?
2. Apa saja contoh yang termasuk deret morfologik?
3. Bagaimana cara menggunakan deret morfologik?
Di samping rumusan masalah, terdapat juga tujuan dari penelitian ini yaitu,
untuk mengetahui hakikat atau pengertian dari deret morfologik sehingga pembaca
bisa memahami; untuk mengetahui kata apa saja yang termasuk deret morfologik; dan
untuk mengetahui cara menggunakan deret morfologik sehingga pembaca berhasil
mengidentifikasi morfem.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Penggunaan metode ini bertujuan untuk menjabarkan temuan data-data pada
deret morfologik di dalam kajian morfologi, menyajikannya apa adanya sesuai fakta
atau temuan yang didapatkan dari berbagai sumber yang jelas. Kemudian penulis
menggunakan beberapa tahap teknik penelitian, tahapannya yaitu, mendefinisikan
deret morfologik dan menganalisa hakikat serta contohnya, dan melengkapi temuan
tersebut dengan sebuah kajian ilmiah.
Teknik pemeriksaan keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi.
Sugiyono (2015: 330) mengatakan bahwa triangulasi adalah suatu cara mengumpulkan
data dengan menggabungkan banyak teknik pengumpulan data yang sudah ada.
Triangulasi yaitu teknik untuk mencari validitas data dengan cara menghimpun dan
menelaah beberapa pendapat teori dari ahli yang berbeda-beda untuk menganalisis
permasalahan yang dikaji.

PEMBAHASAN
Hakikat Deretan Morfologik
Morfologi mengkaji tentang satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi,
dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Selain objek kajian, dalam morfologi juga
terdapat istilah deretan morfologik atau disebut juga paradigma.

(Tarigan, 1985 : 9) Deretan Morfologik adalah suatu daftar atau deretan yang
memuat atau berisi kata-kata yang berhubungan, baik dalam bentuk maupun
maknanya. Agar kita mengetahui suatu kata terdiri dari beberapa morfem, maka kita
harus membandingkan kata terebut dengan kata-kata lain dalam deretan morfologik.
Selain itu, menurut (Simpen, I.W. 2021 : 97) Deretan morfologik atau paradigma
adalah deretan dua kata atau lebih yang mempunyai hubungan lebih dalam hal bentuk
maupun dalam hal arti. Jadi dapat disimpulkan deretan morfologik ialah deretan yang
berisi kata-kata yang saling berhubungan dalam bentuk dan arti.

Misalnya kata-kata disusun, susunan, menyusun, penyusun, dan tersusun dapat


dimasukkan ke dalam suatu deretan morfologik karena kelima kata ini mempunyai
hubungan dalam hal bentuk dan arti. Hubungannya dalam hal bentuk terbukti dengan
adanya bentuk susun pada setiap kata tersebut. Adapun hubungannya dalam hal arti
dapat dilihat pada arti leksikal setiap kata tersebut.

Contoh Deretan Morfologik


Kata berumah, serumah, dan perumahan mempunyai hubungan dalam hal
bentuk karena di dalam ketiga kata ini ditemukan bentuk rumah. Demikian pula
ketiganya mempunyai hubungan dalam hal arti (lihat arti leksikalnya). Oleh karena
berhubungan dalam hal bentuk dan arti, maka ketiga kata tersebut dapat disusun
menjadi satu deretan morfologi atau satu paradigma sebagai berikut.

berumah /berumah/
serumah /serumah/
perumahan /perumahan/
_____________________
rumah {rumah}

Kata pendidik dan terdidik mempunyai hubungan dalam hal bentuk karena
sama-sama mengandung bentuk didik. Demikian pula dalam hal arti, kedua kata
tersebut mempunyai hubungan (lihat arti leksikalnya). Dengan demikian, kedua kata
tersebut dapat disusun menjadi satu deretan morfologik atau satu paradigma sebagai
berikut:

pendidik /pendidik/
terdidik /terdidik/
__________________
didik {didik}

Kegunaan Deretan Morfologik


Salah satu prinsip penentuan morfem berbunyi sebagai berikut. “Bentuk-bentuk
yang sama atau bentuk-bentuk berulang yang mempunyai arti sama termasuk morfem
yang sama atau merupakan satu morfem.” Dengan demikian, deretan morfologik dapat
digunakan untuk menemukan morfem suatu bahasa.
Dari setiap deretan morfologik hanya dapat diperoleh satu morfem. Oleh karena
itu, deretan morfologik dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kata terdiri
atas satu morfem atau lebih. Misalnya, kata minuman /minuman/ terdiri atas satu
morfemkah atau lebih? Jawaban yang pasti dapat diketahui setelah kita membuat satu
deretan morfologik berdasarkan kata tersebut. Untuk mendapatkan satu deretan
morfologik, maka kita harus mencari satu kata atau lebih yang mempunyai hubungan,
baik dalam hal bentuk maupun dalam hal arti dengan kata minuman /minuman/.
Misalnya, kita berhasil menemukan kata diminum /diminum/ dan peminum /peminum/.
Kata minuman /minuman/, diminum /diminum/, dan peminum /peminum/ ternyata
mempunyai hubungan dalam hal bentuk dan arti. Oleh karena itu, ketiganya dapat
disusun menjadi satu deretan morfologik:

minuman /minuman/
diminum /diminum/
peminum /peminum/
____________________
minum {minum}

Dari deretan morfologik ini diperoleh satu morfem, yaitu minum {minum}.
Kembali kita perhatikan kata minuman /minuman/. Oleh karena bentuk minum
/minum/ sudah dapat dipastikan sebagai morfem, maka jelas bahwa kata minuman
/minuman/ terdiri atas lebih dari satu morfem. Akan tetapi, kita belum dapat
memastikannya terdiri atas dua morfem sebelum kita menentukan bentuk -an yang ada
di dalamnya.
Untuk dapat mengetahui apakah bentuk -an tersebut satu morfem atau lebih,
maka digunakan pula deretan morfologik. Misalnya, ditemukan kata makanan
/makanan/ ‘sesuatu yang dimakan’ dan kiriman /kiriman/ ‘sesuatu yang dikirim’.
Kedua kata ini mempunyai hubungan dalam hal bentuk dan arti. Oleh karena itu,
keduanya dapat disusun menjadi satu deretan morfologik:

makanan /makanan/ ‘sesuatu yang dimakan’


kiriman /kiriman/ ‘sesuatu yang dikirim’
_____________________________________
-an {-an} ‘sesuatu yang di …’
Dari deretan morfologik ini diperoleh satu morfem, yaitu {an} ‘sesuatu yang di
…’ Oleh karena bentuk minum dan -an masing-masing telah dapat dipastikan sebagai
morfem, maka kata minuman pun dapat dipastikan terdiri atas dua morfem.
Deretan morfologik sangat berguna dalam menentukan morfem-morfem. Kata
terlantar misalnya, apakah terdiri satu morfem atau dua morfem, dapat diketahui dari
deretan morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain yang
berhubungan dengan bentuk dan artinya dalam deretan morfologik:

terlantar /terlantar/
menterlantarkan /menterlantarkan/
diterlantarkan /diterlantarkan/
keterlantaran /keterlantaran/
_____________________________
terlantar {terlantar}

Berdasarkan deretan morfologik di atas, kata terlantar hanya terdiri dari satu
morfem. Memang dalam peristiwa bahasa dijumpai kata lantaran, dan jika terlantar
dibandingkan dengan lantaran, niscaya dapat ditentukan adanya morfem lantar:

terlantar /terlantar/
lantaran /lantaran/
________________
lantar /lantar/

Tetapi secara deskriptif, kedua kata itu hanya memiliki pertalian bentuk, tidak
memiliki pertalian arti. Sesuai dengan yang dimaksud dengan deretan morfologik,
kedua kata itu tidak dapat diletakkan dalam satu deretan morfologik, dan berarti juga
tidak dapat diperbandingkan. Contoh lain, kata-kata yang kelihatannya terdiri dari dua
morfem atau lebih tetapi setelah diteliti benar-benar hanya terdiri satu morfem: segala,
terlentang, perangai, pengaruh, selamat, jawatan, pura-pura, seperti, kelola, dan
banyak lagi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan deretan
morfologik kita dapat memastikan jumlah morfem suatu kata. Dari setiap deretan
morfologik diperoleh satu morfem.

SIMPULAN
Deretan Morfologik adalah daftar yang berisi kata-kata yang saling berhubungan
dalam bentuk dan arti. Dengan adanya hubungan ini kata-kata tersebut dibandingkan
dan diidentifikasi morfemnya sehingga ditemukan bentuk asal sekaligus jumlah
morfem yang membentuk dalam kata tersebut.

Deret Morfologik sangat berguna dalam menentukan morfem-morfem. Dengan


itu deret morfologik menjadi salah satu metode mengidentifikasi morfem pada suatu
kata. Dilihat dari objeknya deret morfologik erat kaitannya dengan bentuk asal dan
bentuk dasar, namun bentuk asal memiliki hubungan yang lebih erat dengan deret
morfologi daripada bentuk dasar sehingga jurnal ini lebih menekankan pada bentuk
asal sebuah kata.

DAFTAR PUSTAKA
Rachman, B. “Tanpa Tahun Terbit”. BBM 5 Klasifikasi Morfem, Prinsip Pengenalan
Morfem, Serta Bentuk Asal, dan Bentuk Dasar. Diakses dari BBM 5
KEBAHASAAN (upi.edu)
Ramlan, M. (1983). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Simpen, I.W. (2021). Morfologi : Kajian Proses Pembentukan Kata. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian. Bandung: Alfabeta. Asih, D.K.
Taqwim, M.A. dan Muhammad H. (2013). Deret Morfologik: Identifikasi Bentuk Asal
Dalam Morfologi Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Airlangga. Diakses
dari https://www.academia.edu/17341671/DERET_MORFOLOGIK

Anda mungkin juga menyukai