Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Pidato dan Debat

Dosen Pengampu : Dr. Idawati, S.pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

 Dede Irendra Mulia / 200512602069


 Asriana Jabir / 200512602059
 St. Naila Masyail / 200512602082
 Nurul Aulia / 200512602052
 Ana Astrini C.N / 200512602048
 Fila Winalda / 200512602083
 Fira Rizky Suciana Z / 200512602049

PROGRAM STUDI BUSINESS ENGLISH COMMUNICATION


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Tahun Ajaran 2021-202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul “Pidato dan Debat” ini dapat kami
selesaikan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kami pada bidang studi
Bahasa Indonesia, yang dimana makalah ini kami susun secara mandiri dan juga
berkat bimbingan bapak/ibu.

Di kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kami


kepada Ibu Dr. Idawati, S.pd., M.Pd, selaku dosen pengampu pada bidang studi
Bahasa Indonesia yang telah mengarahkan dan membimbing kami, sehingga dapat
menambah wawasan serta pengetahuan kami pada bidang studi Bahasa Indonesia ini.

Makalah ini sudah kami susun sebaik-baiknya, tetapi kami sadar bahwa tentu
masih ada kekurangannya. Maka dari itu, kami menerima setiap saran dan masukan
dari pembaca yang tentunya membangun kinerja kami dalam membuat sebuah
makalah.

Demikian hasil makalah yang kami susun, kami berharap semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca dan mohon maaf apabila ada kata yang kurang
berkenan dihati para pembaca.

Enrekang, 12 November 2021

Kelompok
5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pidato
a. Pengertian Pidato
b. Jenis Pidato
c. Langkah-langkah dalam mempersiapkan pidato
d. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berpidato
e. Tujuan berpidato
f. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berpidato
B. Debat
a. Pengertian debat
b. Jenis-jenis debat
c. Tujuan debat
d. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan dalam berdebat

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pidato merupakan ujaran lisan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur
dalam situasi tertentu. Biasanya pidato menggunakan bahasa formal karena bersifat
resmi dan ditunjukkan kepada banyak orang. Gagasan yang disampaikan dalam
pidato bertujuan untuk menyampaikan informasi tertentu, selain menyampaikan
informasi, pidato dapat juga bertujuan untuk mempengaruhi mitra tutur. Setelah
mendengarkan pidato, mitra tutur diharapkan dapat melaksanakan kebenaran dari
ujaran pidato yang disampaikan. Penulis memilih pidato untuk data penelitian karena,
pidato merupakan objek yang cocok untuk dikaji sebagai bahan dalam penelitian
tindak tutur ilokusi ini dan cocok sebagai implikasi bahan pelajaran bahasa Indonesia.

Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu


masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005:
240). Menurut Widyamartaya (1999; 21), berdebat berarti berbicara kepada lawan
bicaranya untuk membela atau menyerang/pendapatnya, saling beradu kepandaian
dan logika. Di dalam konteks pemilu, debat berarti saling beradu kepandaian dan
logika membahas suatu masalah daerah pemilih dengan menyampaikan visi, misi,
rencana program, dan argumenargumen oleh calon pejabat/peserta debat. Sehubungan
dengan situasi tersebut, secara sadar maupun tidak sadar peserta debat tersebut telah
melakukan kegiatan berbahasa dengan berposisi sebagai penutur dan mitra tutur.

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi
pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah
orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur didalam pentuturan. Peran
penutur dan mitra tutur dilakukan silih berganti dalam sebuah tindak tutur. Pelaku
tuturan yang semula berperan sebagai penutur pada tahap tuturan berikutnya dapat
menjadi mitra tutur begitu juga sebaliknya (Rustono, 1999: 27).
1. Rumusan Masalah
1). Bagaimana langkah-langkah dalam berpidato dan berdebat yang baik dan
benar?
2). Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan teks pidato?
3). Apa saja teknik-teknik dalam berpidato dan berdebat?

2. Tujuan
1). Mengetahui langkah-langkah dalam berpidato dan berdebat yang baik dan
denar.
2). Mengidentifikasi langkah-langkah dalam penyusunan teks pidato.
3). Mengetahui teknik-teknik apa saja yang harus dilakukan dalma berpidato
dan berdebat.
BAB II
PEMBAHASAN
I.1 Pidato

A. Pengertian pidato

Pidato merupakan salah satu keterampilan berbicara. Pidato adalah


pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak
atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (KBBI, 1990: 681).
Pidato bersifat dua arah, yaitu pembicara harus memperhatikan lawan bicaranya
walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan. Lawan bicara harus
mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan pembicara baik berupa kata-kata
(verbal) atau bukan kata-kata (non verbal) sehingga apa yang disampaikan dapat
diterima dipahami dengan sempurna. Pidato biasanya disampaikan oleh pemimpin
atau orang yang dianggap penting untuk memberikan arahan atau nasihat kepada para
pendengarnya, karena fungsi dari pidato adalah untuk memberikan informasi, nasihat,
motivasi, peringatan, dan pengetahuan. Agar pidato kita bisa diterima dengan baik
oleh audien, ucapan atau kalimat harus disusun dengan baik dan rapi sesuai dengan
kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat yang tersusun secara runut dan sistematis
supaya enak didengarkan serta dapat memberikan kesan positif bagi orang yang
mendengarkan.
Menurut Saksomo (2009:53), berpidato merupakan penampilan diri
seseorang di hadapan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran
dengan rangkaian kata-kata dengan harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya
dan tergerak pikirannya. Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan
orang untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-
hari besar dan lain sebagainya (Karomani, 2011: 12). Pidato dalam bentuk khotbah
juga merupakan salah satu keterampilan berbicara yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari- hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M.
Moeliono, 2008: 498), khotbah berarti pidato (terutama yang menguraikan tentang
agama). Kata khotbah berasal dari bahasa Arab khutbah arti nya adddres, speech,
harangue, orati on ‘amanat, pi dato’ (Baal -Baki ,1993: 515) dalam (Saddhono &
Putu Wijana, 2018)

Sintesis dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disintesiskan bahwa pidato
adalah salah satu bentuk penampilan diri seseorang di hadapan orang banyak untuk
menyampaikan pesan atau gagasan pikiran berupa rangkaian kata dengan maksud dan
tujuan tertentu.
B. Jenis-jenis pidato

Setiap pidato memerlukan persiapan. Dalam persiapan dapat meliputi Pemilihan


topik, penentuan tujuan yang jelas dan pengembangan pokok bahasan. Berdasarkan
ada tidaknya persiapan, maka ada 4 macam pidato, yaitu :impromptu, manuskrip,
memoriter dan ekstempore.

 Impromtu yaitu pidato tanpa naskah, biasanya dilakukan tanpa persiapan


lebih dahulu,. penyampai pidato langsung berbicara sesuai apa yang ia tahu
dan terlintas di benaknya. Metode ini hanya bisa disampaikan oleh orang
yang memiliki jam terbang tinggi sebagai orator. Ia terbiasa
dan profesional dalam menyampaikan pikiran di hadapan publik.
Keunggulannya adalah sajian materi pidato terasa lebih segar dan menarik.
Kelemahannya adalah pidato tidak lancar dan kacau bagi pembicara pemula
dan kemungkinan gagal menyampaikan isi pidato dengan baik cukup besar.
 Mauskrip yaitu pidato dengan naskah. Naskah tersebut disusun, kemudian
dibaca lengkap dari awal sampai akhir pidato. Metode pidato ini biasa
digunakan dalam menyampaikan pidato formal dan resmi, seperti pidato
kenegaraan, sambutan pemerintah, atau laporan dari lembaga resmi.
 Memoriter yaitu pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Pada
memoriter memerlukan persiapan lebih lama karena harus menulis isi
pidato dan menghafalkannya. Kesalahan yang sering terjadi adalah bila juru
pidato lupa pada satu kata yang harus diungkapkan sehingga bias
mengakibatkan lupa kelanjutan isi pidato.
 Ekstempore yaitu jenis pidato yang paling baik. Pidato terlebih dahulu
disiapkan berupa garis besar dan pokok penunjang. Garis besar itu menjadi
pedoman saja dan tidak perlu mengingat kata demi kata. Juru pidato
mengembangkan sendiri pokok-pokok atau garis besar pidato, menurut
bahasa dan gayanya sendiri.

C. Langkah-langkah dalam mempersiapkan pidato

Dalam berpidato, ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan. Persiapan


tersebut mulai dari persiapan fsik, persiapan mental dan persiapan materi.

 Persiapan fsik bisa dilakukan dengan olahraga secara teratur dan rutin,
menghindari makanan dan minuman yang dapat mengganggu atau merusak
tenggorokan (suara), istirahat yang cukup sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan dan usahakan untuk menghindari berbagai masalah yang tidak ada
kaitannya dengan topik pembicaraan.
 Yang harus dipersiapkan selanjutnya adalah persiapan mental antara
lain dengan meningkatkan keimanan terhadap Tuhan yang Maha
,meningkatkan akhlak / moral, melakukan dialog dengan diri sendiri.
 Terakhir adalah persiapan materi, antara lain menentukan topik terlebih
dahulu, tetapkan judul pembicaraan, periksa pengetahuan yang ada dalam
pikiran kita sendiri,cari berbagaibuku atau sumber yang mendukung materi
tersebut dan membuat kerangka pidato.

D. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berpidato

Sebelum melakukan pidato, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan,


diantaranya antara lain :

 Menentukan topik dan tujuan pidato. Topik merupakan persoalan yang


dikemukakan, sedangkan tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan
yang diharapkan dari para pendengar berkenaan dengan persoalan yang
dikemukakan.
 Menganalisis pendengar dan situasi, dengan menganalisis situasi akan
didapatkan jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara bagaimana pembicara
harus menyesuaikan diri dalam menyampaikan uraiannya dan memberi jalan
untuk menentukan suatu sikap yang harus diambil dalam menghadapi para
pendengar.

 Memilih topik dan menyempitkan topik, pemilihan topik hendaknya


disesuaikan dengan sifat pertemuan serta data dan informasi tentang situasi
dan pendengar yang akan hadir dalam pertemuan.
 Mengumpulkan materi pidato,materi pidato harus berhubungan dengan
persoalan atau topik yang akan dibahas, lebih banyak dan lebih lengkap
bahan yang diperoleh akan memperlancar pembicara dalam menyusun
suatu naskah.
 Menyusun dan mengembangkan kerangka pidato kerangka pidato dibuat
terperinci dan tersusun baik, dalam kerangka tersebut persoalan yang akan
dibahas dibagi menjadi beberapa bagian / sub-subtopik.
 Menguraikan secara mendetail,dalam penyusunan naskah hendaknya
dipergunakan kata-kata yang tepat, penggunaan kalimat yang efektif,
pemakaian istilah-istilah dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga dapat
memperjelas uraian.
 Melatih dengan suara nyaring, dengan melakukan latihan, seorang
pembicara akan dapat membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang
tepat.

E. Tujuan Berpidato
Pidato memiliki tiga tujuan penyajian yaitu:
1. Untuk menyampaikan informasi (informative) yaitu pidato yang bertujuan
memberikan laporan atau pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk
pendengar. Contoh: pidato penyuluhan cara pemakaian kompor gas.
2. Meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasive) yaitu pidato
yang berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak
pendengar untuk melakukan suatu hal. Contoh: pidato calon legislatif.
3. Menghibur pendengar (rekreatif) yaitu pidato yang bertujuan untuk
menghibur atau menyenangkan pendengar. Contoh: pidato di posko bencana,
pidato dalam acara bakti sosial.

Menurut Rachman Hakim (2004 : 15), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain berpakaian yang rapi, bersih, dan terasa nyaman dipakai.
Warna pakaian juga sangat berpengaruh sehingga harus dipilih warna yang
tidak mencolak. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti kancing baju, dasi,
kerudung maupun assesoris lainnya. Apabila melakukan pidato dalam posisi duduk,
maka sebelum duduk juru pidato harus berdiri tegak tanpa gerak. Kemudian kuasai
dan pandanglah pendengar dari baris depan sampai belakang dengan penuh phu
perhatian. Sebelum pendengar/khalayak tenang, jangan mengucapkan kata-kata.
Beri salam terlebih dulu baru kemudian duduk dengan posisi dada tegap,
angkat kepala dan tarik bahu ke belakang. Posisi seperti tersebut dilakukan dengan
wajar dan tidak kaku. Apabila berpidato dalam posisi berdiri, kedua tangan dibiarkan
menggantung di sisi badan dan jangan mempermainkan jari. Bila dengan cara
tersebut dirasakan kurang nyaman dan masih gugup, maka tarik kedua tagan ke
belakang dan dalam batas kewajaran.

F. Hal-hal yang harus diperhatkan dalam berpidato

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang juru pidato saat berpidato
yaitu;

Media (alat untuk menyampaikan) dan bahasa. Ketika seorang berpidato, maka
pendengar dapat menangkap dan memahami isi pidato melalui beberapa cara, yaitu :
pendengaran, penglihatan, pendengar dan penglihatan, atau pun dengan alat peraga.
Bahasa yang digunakan dalam berpidato adalah bahasa yang sesuai dengan keadaan
pendengar, masyarakat pedesaan, masyarkat kota atau kelompok pelajar. Hindari
bahasa yang tidak dimengerti oleh khalayak. Tidak hanya itu, penampilan saat
membawakan pidato juga sebaiknya menggunakan pakaian yang nyaman,
sopan dan tidak mengundang perbincangan dari pendengar. Sehingga di
dalam menyampaikan pidato bisa fokus, konsentrasi dan merasa nyaman.Selain itu,
persiapan sebelum membawakan pidato juga harus diperhatikan dengan baik
dan sungguh- sungguh. Sebaiknya, sebelum membawakan pidato tidak memiliki
urusan atau kepentingan yang sekiranya dapat memecah belah konsentrasi.
Apabila memikirkan banyak hal sebelum menyampaikan pidato, maka akan
dapat berakibat fatal. Misalnya, bisa tidak fokus terhadap materi yang sudah
dipersiapkan, grogi dan keringat dingin saat membawakan pidato. Oleh karena itu,
saat akan menyampaikan pidato harus mempersiapkan materi, mental, fsik agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan juga pidato dapat tersampaikan dengan baik
sesuai dengan rencana.

2.1 Debat
A. Pengertian debat

Debat adalah kegiatan argumentasi yang bertujuan untuk menyampaikan


pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang lain. Penyebab terjadinya debat
adalah adanya perbedaan pendapat oleh pihak-pihak yang meyakini pendapatnya
merupakan suatu kebenaran. Debat terjadi secara alami di dalam kehidupan
bermasyarakat. Isu yang umum dijadikan sebagai bahan debat adalah
isu agama, negara, ekonomi, budaya, politik, dan hukum. Pelaksanaan debat untuk
menyatakan sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran, dilakukan dengan
penyampaian pendapat yang sistematis. Debat resmi digunakan dalam ketatanegaraan
yang menganut demokrasi dengan berlandaskan pada musyawarah. Menurut  J. S.
Kamdhi debat ialah suatu pembahasan atau tukar pendapat tentang suatu pokok
masalah dimana setiap peserta memberikan alasan untuk mempertahankan
pendapatnya.

B. Struktur debat
1. Pengenalan

Pada tahap ini, setiap tim (baik itu tim afirmasi, tim negatif, maupun tim netral)
akan juga diminta untuk dapat memperkenalkan diri

2. Penyampaian Argumentasi
Setelah banyak memperkenalkan diri, setiap tim akan dapat menyampaikan
argumennya terhadap topik, mulai dari tim afirmasi, tim oposisi, hingga tim
netral.

3. Debat

Pada tahap debat, setiap tim akan diberi kesempatan untuk membuat
mengomentari tim lain.

4. Simpulan

Pada tahap simpulan, setiap tim akan mengutarakan kalimat penutup terhadap
pernyataan topik sesuai dengan posisi yang akan dimilikinya.

C. Tata Cara Melakukan Debat


 Memahami dan menjalankan peraturan debat yang telah disepakati oleh
peserta dan anggota debat. Jika seorang anggota debat melanggar peraturan
maka akan berpengaruh kepada timnya.
 Pertanyaan yang diajukan sebaiknya disampaikan dengan profesional, tidak
menghina, menguji, maupun merendahkan lawan, pertanyaan juga tidak boleh
menyerang lawan secara pribadi namun fokus ke permasalahan yang sedang
dibahas.
 Ajukan argumen dengan analisis yang kritis, masuk akal, dan runtut. Ketiga
hal ini akan lebih baik jika dilakukan dengan kemampuan retorika yang baik.
 Dalam menyampaikan gagasan kenali dan pahami kelemahan maupun
kelebihan yang dimiliki lawan. Hal ini sangat penting untuk menyusun
strategi debat sehingga efektif dalam menyangkal dan mempengaruhi lawan
bahkan seluruh peserta debat.
 Argumen yang disampaikan tidak perlu terlalu banyak karena waktu yang
terbatas. Susun argumen ke dalam poin-poin yang singkat dan lugas yang
merujuk langsung ke permasalahan yang sedang didebatkan.
 Memahami dengan baik tentang kesalahan-kesalahan dalam berpikir terutama
pada penyelesaian masalah.
 Hal ini juga berfungsi untuk mengetahui kelemahan argumentasi yang
diberikan oleh lawan.
 Menyajikan gagasan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sertakan
juga data-data yang valid yang dapat mendukung argumen atau gagasan.
 Buatlah kesimpulan yang menunjukkan pernyataan final dengan kalimat yang
lugas dan langsung menuju ke titik celah lawan. Penyampaian kesimpulan
tidak perlu terlalu panjang cukup poin-poin yang menegaskan argumentasi
dan disampaian dengan tegas untuk menunjukkan rasa percaya diri bahwa
argumentasi tersebut benar.
D. Etika Debat

1. Bertanya Secara Serius

Ketika bertanya kepada lawan debat harus bersungguh-sungguh,


bandingkan paparannya dengan data-data yang memang sudah dihimpun.

2. Tidak Menyinggung Lawan Debat

Tidak boleh menyinggung lawan debat mengenai kekurangan fisik dalam


debat, kondisi yang diutamakan yaitu pertarungan ide gagasan. Untuk itu,
jika hendak menyinggung atau menyerang lawan debat dalam debat maka
harus menyerang ide gagasannya, bukan fisik dari lawan debat.

3. Bicara Sesuai Data dan Fakta

Agar dapat mematahkan argumentasi lawan debat, maka harus mengadu


argumentasinya dengan data dan fakta. Jangan adu ide gagasan lawan
dengan informasi-informasi yang belum jelas.

4. Patuhi Peraturan Debat

Pada saat melakukan debat dengan pebisnis, teman sekolah atau lainnya
harus mematuhi peraturan yang berlaku dalam melaksanakan debat
tersebut. Jika melanggar atau tidak mematuhi peraturan pada saat debat,
maka akan di diskualifikasi atau hal lainnya.

E. Jenis-jenis debat
1. Debat Parlemen

Debat parlemen merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau
lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan.Secara formal, debat banyak dilakukan dalam
institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan
sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan
hasil dari debat dapat melalui [voting]. Contoh lain debat yang diselenggarakan
secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon
presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
2. Debat Kompetitif

Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan
di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai
pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang
masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh
satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah
debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan
pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan
untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk
mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat
yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa
asing). Namun, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan
atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat
parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui
adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British
Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship
(WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas. Kompetisi debat bertaraf internasional
umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan
penerjemah bagi peserta manapun. Namun, beberapa kompetisi memberikan
penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language -
ESL). Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara
lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap
relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.

F. Tujuan debat

Adapun tujuan debat sebagai berikut:

1.  Melatih mematahkan pendapat dari orang lain atau lawan debat.


2. Melatih diri dalam bersikap kritis terhadap semua materi yang diperdebatkan.
3. Meningkatkan kemampuan dalam merespon atau menghadapai suatu
masalah.
4. Melatih diri dalam memantapkan pemahaman tentang konsep dari materi
yang diperdebatkan.
5. Melatih keberanian dan mental dalam mengemukakan pendapat di depan
umum atau di depan banyak orang.

G. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berdebat

Sebelum melakukan kegiatan berdebat, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Menyusun Model

Dalam berdebat salah satu unsur yang paling penting adalah Mosi. Mosi
merupakan salah satu unsur yang dapat membuat jalannya debat menjadi menarik.
Oleh karena itu, mosi harus dibuat sebaik mungkin. Berikut beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mosi.

1. Seimbang

Mosi yang dibuat harus seimbang. Seimbang maksudnya mosi terseut


memiliki kekuatan argumen pro dan kontra yang sama kuat. Jika mosi tidak
seimbang, tentunya pihak yang mendapatkan bagian lebih mudah akan unggul dalam
perdebatan.

2. Menarik

Debat akan menarik untuk disaksikan ketika memiliki mosi yang menarik.
Mosi yang menarik adalah mosi yang kontroversi dan hangat (aktual). Sementara itu,
mosi yang aktual dapat menambah nilai sehingga debat akan menjadi lebih menarik.

3. Fokus

Agar perdebatan fokus pada satu pembicaraan. Maka mosi yang dibuat juga
harus fokus dan tidak terlalu luas. Sebaiknya juga mosi dibuat lebih rinci dan fokus.

4. Punya Solusi

Mosi yang dibuat harus memiliki solusi. Solusi akan dijadikan kesimpulan
pada akhir debat. Mosi yang memiliki solusi akan lebih menarik daripada mosi yang
hanya bertujuan beradu argumen.

5. Mosi Debat Layak


Mosi yang dibuat harus mosi yang layak diperdebatkan. Mosi yang tidak
layak diperdebatkan adalah mosi yang berkaitan hak seseorang, seperti hak asasi
manusia. Jangan juga menggunakan mosi yang seharusnya tidak layak untuk
diperdebatkan seperti mosi tentang SARA

b. Menyusun Pendapat

Sebelum berdebat harus menentukan tim yang pro dan kontra. Masing-masing
tim harus menyiapkan argumen sesuai dengan sikap kelompoknya terhadap mosi.
Dalam debat, setiap tim mengambil sikap sebagai pihak yang mendukung mosi
(afirmasi) atau pihak yang menolak mosi (oposisi).

c. Melaksanakan Debat Sesuai dengan Peran

Sebelum melaksanakan debat, peserta debat harus menyepakati beberapa hal


sebagai tata tertib. Beberapa hal yang perlu disepakati sebagai tata tertib, antara lain
lamanya menyampaikan pendapat dan mendapatkan tanggapan,lamanya debat akan
filsngdungksn. siapa yang memimpin dan apa saja tugasnya, serta bagaimana
pembagian peran dalam debat. Setelah itu laksanakan debat sesuai dengan peran
masing-masing. Debat dilaksanakan sesuai dengan aturan dan dalam menyampaikan
pendapat harus dengan sikap yang santun.

H. Adapun hal-hal yang harus disiapkan dalam berdebat


1. Memahami mosi dengan baik
2. Berdiskusi dengan ahli
3. Kritis dalam menganalisis
4. Koordinasi dengan tim
5. Latihan verbal
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pidato merupakan salah satu keterampilan berbicara. Pidato adalah
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak
atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (KBBI, 1990: 681).
Pidato bersifat dua arah, yaitu pembicara harus memperhatikan lawan bicaranya
walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan. Lawan bicara harus
mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan pembicara baik berupa kata-kata
(verbal) atau bukan kata-kata (non verbal) sehingga apa yang disampaikan dapat
diterima dipahami dengan sempurna. Pidato biasanya disampaikan oleh pemimpin
atau orang yang dianggap penting untuk memberikan arahan atau nasihat kepada para
pendengarnya, karena fungsi dari pidato adalah untuk memberikan informasi, nasihat,
motivasi, peringatan, dan pengetahuan. Agar pidato kita bisa diterima dengan baik
oleh audien, ucapan atau kalimat harus disusun dengan baik dan rapi sesuai dengan
kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat yang tersusun secara runut dan sistematis
supaya enak didengarkan serta dapat memberikan kesan positif bagi orang yang
mendengarkan. Pidato memiliki tiga tujuan penyajian yaitu:
1. Untuk menyampaikan informasi (informative) yaitu pidato yang bertujuan
memberikan laporan atau pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk
pendengar. Contoh: pidato penyuluhan cara pemakaian kompor gas.
2. Meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasive) yaitu pidato
yang berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak
pendengar untuk melakukan suatu hal. Contoh: pidato calon legislatif.
3. Menghibur pendengar (rekreatif) yaitu pidato yang bertujuan untuk
menghibur atau menyenangkan pendengar. Contoh: pidato di posko bencana,
pidato dalam acara bakti sosial.

Debat adalah kegiatan argumentasi yang bertujuan untuk menyampaikan


pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang lain. Penyebab terjadinya debat
adalah adanya perbedaan pendapat oleh pihak-pihak yang meyakini pendapatnya
merupakan suatu kebenaran. Debat terjadi secara alami di dalam kehidupan
bermasyarakat. Isu yang umum dijadikan sebagai bahan debat adalah
isu agama, negara, ekonomi, budaya, politik, dan hukum. Pelaksanaan debat untuk
menyatakan sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran, dilakukan dengan
penyampaian pendapat yang sistematis. Debat resmi digunakan dalam ketatanegaraan
yang menganut demokrasi dengan berlandaskan pada musyawarah. Menurut  J. S.
Kamdhi debat ialah suatu pembahasan atau tukar pendapat tentang suatu pokok
masalah dimana setiap peserta memberikan alasan untuk mempertahankan
pendapatnya. Adapun tujuan debat sebagai berikut:

1). Melatih mematahkan pendapat dari orang lain atau lawan debat.

2). Melatih diri dalam bersikap kritis terhadap semua materi yang diperdebatkan.
3). Meningkatkan kemampuan dalam merespon atau menghadapai suatu masalah.
4). Melatih diri dalam memantapkan pemahaman tentang konsep dari materi yang
diperdebatkan.
5). Melatih keberanian dan mental dalam mengemukakan pendapat di depan umum
atau di depan banyak orang.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
kami akan lebih fokus dan lebih detail lagi dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi dan tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Koki, M. (n.d.). Optimalisasi Pembelajaran Keterampilan Berpidato Melalui Strategi


Modeling Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Kulawi
.
Jurnal Tadulako, 2(3), 219- 232.Leanne Shel. (2009).
Berbicara dan Menang Seperti Obama Jakarta: Gramedia.Mushlikah, d.
Tata Cara Berpidato.

Ngalimun, & Alfulalila, N. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Sabila, A. (2015). Kemampuan Berpidato dengan Metode Ekstemporan.


Jurnal Pesona, 1(1),28-41.

Sugiono;Harsiati Titik. (2012). Meningkatan Pembelajaran Berpidato Dengan Metode


Pemodelan.
Jurnal Penelitian, 3.

wulan mariani ;rustini pola. (2016). Peningkatan Kemampuan Berbicara


Dengan
Menggunakan Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 4. Jurnal
Santiaji Pendidikan
, 88.

Hapsari, Y. R., Sutama, I. M., & Wendra, I. W. (2017). Pelaksanaan Pembelajaran


BIPA
Siswa Kelas XI di Gandhi Memorial Intercintinental School Bali. E-Journal
Universitas
Pendidikan Ganesha 6(1), 1–13.

Ningsih, S. (2013). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bercerita


Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.
Jurnal Kreatif Tadulako Online
,
Dan Budaya Untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Kebangsaan 2
(2354–614X), 243–256.
Rafika Dewi, N. (2011). Pengembangan Keterampilan Berbicara,

Macam-Macam Debat Beserta Penjelasan, Ketahui Pengertiannya Menurut Para Ahli


Faozan Tri Nugroho

https://id.wikipedia.org/wiki/Debat#Format_World_Schools

Anda mungkin juga menyukai