Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK I

PEMBINAAN BAHASA INDONESIA DALAM MASYARAKAT MULTIBAHASA

Dosen Pengampu : Dr. Rohkmat Basuki, M. Hum

Disusun Oleh :
1. Eria Sagita (A1A019041)
2. Jessy Mayang Sari (A1A019042)
3. Meli Jumiyati (A1A019043)
4. Wikhen Reflin (A1A019044)
5. Dian Fitriani Ramadhon (A1A019045)
6. Muhammad Fauzan (A1A019046)
7. Nabila Nur Rizqiyah (A1A019047)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “Pola Pembinaan Bahasa
Indonesia Dalam Masyarakat”  ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Rokhmat Basuki pada mata kuliah Pembinaan dan Pemggembangan Bahasa. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pola Pembinaan Bahasa Indonesia Dalam
Masyarakat  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rokhmat Basuki, selaku Dosen
pada mata kuliah Pembinaan dan Pemggembangan Bahasa, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni.
Penulis menyadari, makalah yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 31 Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………....4

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………...5

2.1 Pengertian Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia……………………………………....5

2.2 Pola Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dalam Masyarakat Multibahasa ………………….....6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….....10

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………10

3.2 Saran …………………………………………………………………………………… .10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………..11

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia merupakan msyarakat multibahas. Dalam hal ini berbagai bahasa
kemungkinan besar akan saling berpengaruh. Sebagai Negara majemuk, yaitu suatu kondisi
dalam masyrakat yang terdapat perbedaan – perbedaan dalam berbagai bidang, termasuk
suku, bangsa, agama, perbedaan letak geografis, idiologi, situasi ekonomi dan lain
sebagainya yang memicu timbulnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
Berdasrkan laporan badan pengembangan dan pembinaan bahasa (2016), tercatat bahwa
dari 7.102 bahasa yang dituturkan di seluruh dunia, 707 bahsa digunakan di Indonesia yang
berpenduduk sekitar 221 juta jiwa. Oleh karena itu kebanyakan masyrakat di Indonesia
memiliki setidaknya bahasa daerah sebagai bahasa pertama ( B1) dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua (B2). Bahkan masyarakat Indonesia sering kali menggunakan bahasa
asing dalam kegiatan berkomunikasi ( bahsa ketiga/B3). Tidak jarang masyarakat memiliki
atau menggunakan dua bahasa daerah secara bergantian ataupun menggunakan bahasa asing
dalam interaksi sosial.
Keudukan bahasa Indonesia seabgai bahasa pemersatu menjadi penting untuk
mneyatukan berbagai suku bangsa. Bahasa Indonesia harus mencerminkan ciri masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, perlunya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia demi
menata bahsa Indonesia agar dapat dihargai oleh bangsa dan Negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pembinaan dan pengembangan bahasa ?
2. Bagaimana pola pembinaan dan pengembangan bahasa dalam masyarakat multi bahasa ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pembinaan dan pengembangan bahasa
2. Untuk mendeskripsikan pola pembinaan dan pengembangan bahasa dalam masyarakat
multi bahasa

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia


Masyarakat Indonesia tersebar di berbagai provinsi dengan bahasa dan adat yang
beragam. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu menjadi penting untuk
menyatukan berbagai suku bangsa. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia harus mencerminkan
ciri masyarakat Indonesia. Adanya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia juga
sangat diperlukan demi menata bahasa Indonesia agar dapat dihargai oleh bangsa lain. Untuk
itu, konsep pembinaan dan pengembangan perlu dipahami.
Pembinaan dan pengembangan bahasa sering didengar, namun tidak semua orang bisa
memahami artinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) dikatakan bahwa
pembinaan adalah perihal membina (negara dsb.), pembaruan, penyempurnaan. Dengan
demikian, pembinaan bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
membina, melakukan pembaharuan, dan melakukan penyempurnaan. Selanjutnya, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Dengan demikian, pengembangan adalah suatu upaya untuk
mengembangkan, membangun secara teratur untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai tentu membutuhkan proses yang dilakukan secara berkesinambungan.
Kegiatan membina bahasa Indonesia harus dilakukan secara berkelanjutan agar bahasa
Indonesia tetap menjadi prioritas utama dalam pemakaian bahasa di Indonesia, dan
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif yang dimaksud dengan
cara penyebaran bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui media massa, baik di surat
kabar, televisi, maupun internet. Pembinaan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan
pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia baik di kantor, sekolah, maupun lingkungan
masyarakat.
Masyarakat Indonesia harus bisa berbahasa Indonesia untuk memperkuat rasa
nasionalisme. Oleh karena itu, usaha pengembangan bahasa Indonesia harus terus dilakukan
baik melalui penelitian maupun usaha lain yang dapat ditempuh agar mampu menyerap
kosakata baru berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah sebabnya
peneliti bahasa Indonesia harus mendapat perhatian dari pemerintah.

5
2.2 Pola Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dalam Masyarakat Multibahasa
Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari
makhlukmakhluk yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat
komunikasi maupun sebagai suatu cara mengidentifikasikan kelompok sosial. Selain itu
Bahasa juga merupakan cermin kepribadaian bagi seseorang. Melalui bahasa kita bisa
berintraksi baik antarindividu dengan individu, individu denagan kolompok maupun
kelompok dengan kelompok, sehinga masyarakat bisa saling mengenal dan mengetahui
antara yang satu dengan yang lain.
Di dalam kajian sosiolinguistik fenomena sikap bahasa dalam masyarakat
multibahasa merupakan gejala yang sering terjadi dalam masyarakat, baik dari prilaku
bahasa dan penggunaan bahasa di dalam masyarakat, karena melalui sikap bahasa dapat
menentukan keberlangsungan hidup suatu bahasa. Di mana masyarakat dalam perilaku
berbahasa tidak akan pernah terlepas dengan sikap yang ada pada diri seseorang sebagai
pengguna bahasa. Berbagai macam fenomena tentang kebahasaan dalam ranah
kemasyarakatan, tidak sedikit masyarakat mulai berkurang akan kecintaan terhadap
bahasanya sendiri. Sikap yang seharusnya ditanamkan akan kecintaan bahasa sering
diabaiakan terlebih lagi masalah kaidah-kaidah bahasa sering diselewengkan.
Oleh karena itu perlu diketahui apa itu sikap bahasa dan apa saja yang harus
dilakukan guna melestarikan bahasa yang ada pada diri sendiri dan masyarakat bahasa pada
umumnya. Sikap positif terhadap bahasa akan dapat meningkatkan kesejahteraan bahasa
yang ada pada setiap orang dan masyarakat pengguna bahasa. Akan tetapi jika sikap negatif
terhadap bahasa lebih dominan maka secara otomatis dapat memudarkan dan
menghilangkan kaidah-kaidah bahasa yang sudah ditetapkan.
Anderson (1974) membagi sikap atas dua macam, yaitu 1) sikap kebahasaan, dan 2)
sikap nonkebahasaan (sikap potik, sikap social, sikap etnis, dan sikap keagamaan) kedua
jenis sikap ini (kebahasaan dan nonkebahasaan) dapat menyangkut keyakinan atau kognisi
mengenai bahasa. Maka dengan demikian, menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata
keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai
objek bahasa, yang memberikan kecendrungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara
tersentu yang disenanginya (lihat Chair dan Leoni, 2004: 151). Sedangkan menurut Jendra
(1991: 64) sikap bahasa adalah keadaan jiwa atau perasaan seseorang terhadap bahasanya

6
sendiri atau bahasa orang lain. Sikap bahasa yang dimaksud, yakni sebagaimana pendukung
atau penutur suatu bahasa bersikap terhadap bahasanya di tempat asalnya, di lingkungan
masyarakatnya sendiri dan bagaimana pula sikapnya terhadap bahasanya bila penutur bahasa
itu berbicara dengan orang lain baik dalam atau di luar daerah masyarakat bahasanya. Dapat
disimpukan bahwa sikap bahasa merupakan prilaku seseorang dalam berbahasa yang tidak
terlepas dari etika, kesopanan, dan mental pada diri sesorang dalam berbahasa serta
diperoleh melalui proses belajar untuk menumbuh-kembangkan jiwa atau perasaan terhadap
bahasanya sendiri.
Sedangkan Lambert (1967) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen,
yaitu komponen  kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (lihat Chair, 2004: 150).
1. Komponen Kognitif berhubungan dengan pengetahuan alam sekitar dan gagasan yang
biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses berfikir;
2.Komponen Afektif menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak suka, terhadap
sesuatu atau suatu keadaan. Jika seseorang memiliki niali rasa baik atau suka terhadap
sesuatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Jika sebaliknya disebut
memiliki sikap negatif;
3. Komponen Konatif adalah bagian dari jiwa seseorang yang mengacu pada perbuatan atau
prilaku. Bila sesorang ingin mengetahui sikap orang lain sering ditafsirkan melalui asfek
konatif ini. Namun tentu saja dengan cara demikina belum sepenuhnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Pateda (1987: 29) sikap terhadap bahasa dan berbahasa dapat dilihat dari
dua segi, yakni sikap positif dan sikap negatif.
a. Sikap positif terhadap bahasa. Sikap positif terhadap bahasa menghasilkan perasaan
memiliki bahasa. Maksudnya bahasa sudah dianggap kebutuhan pribadi yang esensial,
milik pribadi, dijaga dan dipelihara. Sikap positif terhadap bahasa tercermin bentuk
antara lain:
1. Kesetiaan akan bahasa (language loyality)
Kesetiaan bahasa pada umumnya dapat berwujud sikap sesorang atau
kelompok masyarakat untuk tidak cepat dipengaruhi oleh pemakai bahasa bahasa
asing.
2. Kebanggaan Bahasa (language pride)

7
Kebanggan bahasa adalah sikap yang mewarnai seseorang atau masyarakat
penutur bahasa yang bersangkutan untuk menjadikan bahasanya sebagai lambang
identitas pribadinya atau masyarakatnya, pemakaian bahasanya, harga dirinya, dan
wibawa penampilannya.
3. Kesadaran akan adanya norma bahasa (awareness of the norm)
Kesadaran akan norma bahasa akan memberi dorongan yang positif terhadap
pemakai bahasa yang sesuai dengan kaidah atau norma bahasa secara akurat dan
sesuai dengan situasi penuturnya.
b. Sikap negatif terhadap bahasa. Sikap negatif terhadap bahasa adalah tiadanya gairah atau
dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu penanda
bahwa kesetiaan bahasanya mulai melemah, yang berlanjut menjadi hilang sama sekali.
Sikap negatif terhadap suatu bahasa bisa terjadi juga bila sesorang atau sekelompok
orang tidak mempunyai lagi rasa bangga terhadap bahasanya, dan mengalihkan rasa
bangga itu kepada bahasa lain yang bukan miliknya. Banyak factor yang menyebabkan
hilangnya rasa bangga terhadap bahasa sendiri, dan menimbuhkan pada bahasa lain,
antara lain factor politik, ras, etnis, gengsi, dan sebagainya. Pada tahun lima puluhan
banyak orang Indonesia yang merasa dirinya Belanda bukan hanya tidak memiliki rasa
bangga terhadap bahasa Indonesia, malah malu untuk menggunakannya. Takut dirinya
disebut “orang Indonesia”. Sikap negatif terhadap bahasa akan lebih terasa lagi akibat-
akibatnya apabila sesorang atau sekelompok orang tiidak mempunyai kesadaran akan
adanya norma bahasa. Sikap ini akan tampak dalam keselurahan tindak tuturnya mereka
tidak merasa perlu untuk menggunakan bahasa secara cermat dan tertib, mengikuti
kaidah yang berlaku.
Bahasa bagaian dari bawaan dari kebudayaan (subsistem budaya) akan
dipengaruhi oleh system budaya bahasa tersebut. Sebagaimana sikap berbicara sebagai
bagian yang lebih kecil dari prilaku berbahasa termasuk ruang lingkup tata karma
berbahasa (linguistics etiquette) yang meliputi beberapa norma pada waktu berbicara
dengan orang lain. Norma yang harus diperhitungkan dalam tata karma berbahasa adalah
sebagai beriku: (Jendra, 2007: 70-71)
1) Pokok persoaalan apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu, keadaan, dan tempat
tertentu. Misalkan pada waktu resmi dibicarakan pada waktu upacara kenegaraan,

8
masalah keluarga tentu harus di bicarakan pada ruang lingkup kekeluargaan karena
tidak sesuai atau tidak seharusnya dibicarakan ditempat umum atau dalam situasi
yang ramai.
2) Ragam bahasa apa yang sebaiknya dipilih untuk keadaan, tempat, dan waktu tertentu,
misalkan sedang santai di rumah dengan keluarga tentu akan menjadi kaku kalau
memilih ragam bahasa resmi yang baku.
3) Bagaimana jarak harus diatur kalau berbicara dalam keadaan, tempat, waktu dan
pokok persoaalan tertentu dengan siapa berbicara. Misalkan berbicara dengan teman
yang akrab di tempat yang kurang sepi dan situasi resmi, tentang pokok persoalan
yang rahasia, tentu wajar menggunakan cara berbisik dalam jarak yang dekat.
4) Harus tahu menggunakan kesempatan yang baik untuk berbicara, tidak asal
memotong dan menyela giliran orang lain berbicara dan kapan pula sebaiknya dengan
tekun dan diam kalau orang lain berbicara sungguh-sungguh.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang pembinaan dan pengembangan masyarakat
multibahasa dapat disimpulkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa di masyarakat
Indonesia terjadi karena beragamnya kebuadayaan Indonesia, mulai dari ras, agama, suku,
letak geografis, bahasa dan sebagainya. Dengan keberagamaan ini, diperlukan sebuah
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam masyarakat demi menata bahasa
Indonesia agar dapat dihargai oleh bangsa dan negara lain.
Pola pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam masyarakat multibahasa
tidak dapat terlepas dari sikap bahasa yakni sikap positif dan negatif, serta tata krama
berbahasa.

3.2 Saran

Sebagai masyarkat Indonesia yang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa


Indonesia,maka sudah selalayaknya kita senantiasa tetap memelihara bahasa nasional kita,
yaitu bahasa Indonesia dengan berusaha menggunakan bahasa indonesesia yang baik dan
benar serta berusaha mengajarkanya agar bangsa Indonesia lebih mengenal lagi bagi
pemersatu di seluruh Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azis. 2016. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jawa Tengah. Pena indis


Dewi, Lisa Septia. 2021. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Medan. Guepedia
E.Zaenal Arifin, Buku Pengembangan dan Pembinaaan Bahasa, pada era teknologi informasi
Pustaka Mandiri, penerbit Buku Super 2. warsiman.lecture.ub.ac.id
Balawa, La Ode. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kendari : FKIP Unhalu.

11

Anda mungkin juga menyukai