Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KELOMPOK 4 RETORIKA

PEMBINAAN TEKNIK BICARA

Disusun Oleh:

Meli Jumiyati A1A019043

Mata Kuliah : Pragmatik dan Retorika


Dosen Pembimbing : Dr. Suryadi, M.Hum

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “Pembinaan Teknik Bicara”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr.
Suryadi, M.Hum pada mata kuliah Pragmatik dan Retorika. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pembinaan Teknik Bicara bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Suryadi, M.Hum, selaku Dosen


pada mata kuliah Pragmatik dan Retorika, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 18 April 2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia terlahir sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dapat
berinteraksi dengan sesamanya melalui salah satu kegiatan yaitu berbicara. Kemahiran berbicara
seseorang dipengaruhi oleh tingkat pemahamannya berkaitan dengan kebahasaan, karena dalam
kegiatan berbicara seseorang dituntut untuk memakai kaidah-kaidah berbahasanya dengan baik,
agar pesan yang ingin disampaikan dimengerti oleh orang lain. Seiring perkembangan peradaban
manusia dan pentingnya kajian yang lebih mendalam mengenai kegiatan berbicara, maka lahir
dan berkembang sebuah ilmu mengenai berbicara yaitu retorika.

Retorika atau Rhetoric menurut Yani (Rahim, 2010 hal : 76) merupakan ilmu berbicara atau
seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Hal ini
serupa dengan Aristoteles (Freese, 1926) bahwa retorika di definisikan sebagai kemampuan
dalam menampilkan kecerdasan yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengajak dalam hal –
hal tertentu yang dipengaruhi oleh karakter dari seorang orator, kecerdasan emosi, dan
pemikirannya.

Dalam kamus bahasa Indonesia, retorika diartikan sebagai seni dalam berbicara. Dalam bahasa
Inggris retorika diartikan sebagai rhetoric yang berasal dari bahasa latin yakni rethorika yang
berarti ilmu berbicara atau seni dalam berbicara. Secara istilah, retorika diartikan sebagail ilmu
yang mempelajari tentang kecakapan seseorang berbicara didepan massa. Jika dilihat secara
laksikal (makna kamus) retorika mempunyai tiga makna yaitu:

1) Mempunyai keterampilan berbahasa secara efektif.


2) Ilmu tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang (improfisasi).
3) Dan seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.

Menurut Aristoteles dalam jurnal penelitian karya Abdullah terdapat 3 bagian dalam ilmu
retorika yaitu:
1. Ethos (ethical)
Yaitu karakter seorang komunikator (pembicara) yang dapat dilihat dari cara
berkomunikasi.
2. Pathos (emotional)
Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat difahami dengan menggunakan
pendekatan “psikologi massa”.
3. Logos (logika)
Yaitu pemilihan kata, kalimat atau ungkapan dari pembicara.

Dari ketiga bagian tersebut Aristoteles mengungkapkan bahwa retorika merupakan seni
untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan, karena
retorika harus mencari kebenaran bukan hanya mempermainkan kata-kata kosong. Retorika
berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan yang bertujuan untuk membujuk dan meyakinkan
pendengarnya dengan menunjukakkan kebenaran dalam logika

Aristoteles menyebutkan bahwa ada tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama,
Anga harus memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang
terhormat (ethos). Kedua, anda harus mendapatkan hati khalayak, perasaan, emosi, harapan,
kebencian, dan kasih sayang mereka (pathos). Ketiga, anda meyakinkan khalayak dengan
memberikan bukti data dengan melakukan pendekatan secara logis melalui pemikiran audiens
(logos).

Hal lain yang harus diperhatikan oleh komunikator adalah kemampuan menyampaikan pesan
dengan menggunakan logika. Retorika merupakan bagian ilmu bahasa (linguistik) khususnya
ilmu bina bicara (sprecherziehung). Menurut Dori retorika mempunyai beberapa bagian yaitu:

1) Monologika.
2) Dialogika.
3) Pembinaan Teknik Bicara.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pembinaan Teknik Bicara.

Efektifitas monologika dan dialogika tergantung pada teknik bicara. Teknik bicara
merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan tehnik bicara merupakan bagian yang
penting dalam retorika. Dalam pembagian ini lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,
teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.

Retorika juga mempunyai pengertian dari beberapa ahli yang berbeda-beda. Corax
berpendapat bahwa retorika adalah sebuah kecakapan seseorang untuk menyampaikan isi
pesannya di depan khalayak umum. Dalam hal tersebut, maka diperlukan kefasihan dan
kelancaran untuk mengucapkan kata-kata dari sebuah kalimat.

Seorang komunikator yang pandai berbicara (berpidato, ceramah dan orasi) didepan umum
dengan lantang belum tentu mereka dapat menarik perhatian audiens Hal tersebut dapat terjadi
karena seorang pembicara yang tidak berhasil dalam melakukan retorika dengan baik, sehingga
mereka kurang mampu dalam menarik perhatian komunikan

Dalam hal tersebut retorika didefinisikan sebagai “the art constructing arguments and
apeechmaking” (seni membangun argumentasi dan seni berbicara). Perkembangan retorika juga
mencangkup tentang proses untuk menyesuaikan ide dengan orang atau menyesuaikan orang
dengan ide melalui berbagai macam pesan.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa retorika merupakan sebuah
ilmu yang mempelajari tentang prinsip-prinsip yang efektfif, sehingga komunikator dapat dengan
mudah untuk menyampaikan pesan tersebut melalui pendekatan persuasif. Secara umum retorika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah penyampaian pesan yang efektif baik
melalui tulisan ataupun lisan yang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak.

Style, merupakan gaya penyampaian yang digunakan oleh seorang pembicara dalam
penggunaan bahasa untuk menyampaikan pendapat atau ide didalam sebuah pidato. Dalam
penggunaan bahasa harus menghindari kosa kata yang sulit dimengerti oleh orang awam dan
dianjurkan untuk menggunakan metafora yang dapat membantu untuk membuat hal yang samar
menjadi jelas. Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat dan ide dari
pembicara diperjelas. Style dibagi lagi menjadi dua yaitu formal style yang secara keseluruhan
membuat nada dan suasana sebuah pidato berada dalam puncaknya. Sedangkan figurative style
mewakili elemen – elemen dari sebuah desain pidato untuk mendapatkanperhatian dan memikat
hati serta telinga para pendenganya. Figurative style fokus dalam menyediakan sebuah pidato
yang ringkas dan efektif yang memberikan kejelasan dan kekuatan pada ide – ide dan gambaran
yang lebih spesifik

Delivery, merupakan bentuk kanon retorika terakhir yang berurusan dengan prilaku
pembicara yang secara fisik menampilkan pidato melalui nada suara dan gesture yang telah
dibentuk sedemikian rupa agar penyampaian pidato menjadi menarik. Komponen – komponen
penting yang harus ada dalam penyampaian adalah : penampilan pembicara, gestur tubuh, posisi
tubuh dalam menyampaikan pidato, kontak mata kepada audiens, artikulasi bicara, pengucapan
yang baik, dialek atau logat yang digunakan sesuai dengan adat setempat, nada bicara dalam
penyampaian pidato, suara pembicara yang lantang dan jelas, pause atau posisi diam.

Selain itu, kiat – kiat dalam menyampaikan pidato adalah: mengingat isi pidato dengan baik
dan benar, ketahui audiens agar tepat sasaran, ketahui diri sendiri, mengetahui situasi lingkungan
dalam berpidato, memiliki hal untuk disampaikan, masukkan pidato kedalam aksi dramatis agar
audiens tergugah dan tertarik untuk mendengarkan, berlatih dengan menunjukkan gestur tubuh
tanpa berbicara, variasikan nada, volume suara, dan pauses, serta berlatih sebelum berpidato
dengan cara akting seolah sedang berpidato didepan umum. Inti dari hukum terakhir ini adalah
pembicara harus memiliki kemampuan seni peran dan bergerak yang baik dan harus
memperhatikan olah suaranya (Keraf, 1991 hal: 9-10)
b. Lima Hukum Retorika Pembinaan Teknik Berbicara

Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan the five connons rethoric
atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku diksi dan gaya bahasa yang ditulis
oleh Gorys Keraf, berikut penjelasannya.

A. Invention atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi.

Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan,


menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk pidato, Menurut Aristoteles argumen-
argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang
sangat penting.

B. Disposition atau Taxis atau Oikonomia,

Adalah penyusunan dan pengurutan materi argumen dalam sebuah pidato.

C. Elocutio atau lexis,

Yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang
menjadi dasar elucutio, yaitu komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa dari pidato; kerapian,
kemurnian, ketajaman, dan kesopanan dalam bahasa; kemegahan, hiasan pikiran dengan upaya
retorika.

D. Memoria atau Mneme

Yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang
sudah disususn.

E. Actio atau Hypokrisis,

Yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari sebuah pidato akan ditentukan juga oleh
suara, sikap, dan gerak-gerik tubuh.

Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik berbicara
merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan
pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan bercerita.
Setiap orang bisa menyampaikan pidato, karena pidato adalah satu hal yang dapat dipelajari
asalkan dia mau mengetahui dan mempelajari serta mempraktekkan tiga prinsip pidato atau yang
biasa disebut trisila pidato, yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak kontak.


b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda memberikan
makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda olah vokal.
c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan tubuh
anda olah visual.

Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa pidato adalah satu
bakat yang dapat dipelajari dengan menguasai trisila pidato tersebut.

C. Teknik Pembinaan Bicara Pada Bagian Pendahuluan Pidato

1. Teknik menjadikan pendahuluan efektif

a. Memancing perhatian pendengar (jelas, sederhana, percakapan, pengalaman pribadi


dengan tokoh)
b. Cerita yang memukau ( cerita kejadian, anekdot, pengalaman pribadi)
c. Mengemukakan pertanyaan (Dimana kita berdiri sekarang?, Apa usaha kita untuk
mengubah dunia?)
d. Langsung ke tema : kampanye, rutinitas, waktu singkat

2. Sifat pendahuluan :

A. Tidak terlalu panjang ; Meja makan siap & tepat = nafsu makan.
B. Jelas dan menyenangkan ; ” Pertanyaan ini akan dibahas…”, ” Saya akan
menguraikan tema ini menjadi tig bagian,…..”
C. Jangan memulai pidato dengan ” kalau, andaikan, apabila.
DAFTAR PUSTAKA

Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984, Cet.
Ke-7, hal.9-10 15

P. Rudi Wuwur Hedrikus, Retorika, Jakarta: CV. Firdaus, 1993, hal. 16-17

A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, Surabaya:


PT. Usaha Nasional, 1982, hal.5

Anda mungkin juga menyukai