Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah

Dosen Pengampu : H. Mohamad Zaelani

Oleh :

Ajeng Nur Afifah (1801025296)

Arosyid Wahyu Nugroho (1801025011)

Reni Indriani (1801025309)

Vidia Anugerah Rahmadhani (1801025464)

Kelas 3 K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PBSI di kelas
tinggi tentang Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara.

Adapun makalah PBSI di kelas tinggi tentang Strategi Meningkatkan Kemampuan


Berbicara ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah PBSI di kelas tinggi.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah PBSI di kelas tinggi tentang
Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 26 September 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1


a. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
c. Tujuan Penulisan .......................................................................................................................... 1
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
a. Hakikat Berbicara ........................................................................................................................ 2
b. Proses Berbicara ........................................................................................................................... 2
c. Aspek yang mempengaruhi kemahiran berbicara .................................................................... 3
d. Hubungan menyimak dan berbicara .......................................................................................... 3
Strategi Meningkkan Kemampuan Berbicara ............................................................................... 4
a. Kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk latihan menggunakan bahasa
lisan ................................................................................................................................................ 4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 8
a. Kesimpulan.................................................................................................................................... 8
b. Saran .............................................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan
esensi dari apa yang kita bicarakan kata – kata merupakan untuk mengekresikannya.
Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan
keterampilan sosial.
Kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena
kemampuan berbahasa lisan merupakan kode ekpresi yang sering digunakan, kemampuan
bahasa lisan merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak – anak,
dan bias juga merupakan tipe kemampuan bahasa yang paling umum dipakai.
Kemampuan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri dengan
memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian, kegiatan berbicara
diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada
penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut.
Pemberi pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut
juga sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain komunikan
dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut
berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan secara lisan yang
disebut menyimak. Jadi, berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan, sedangkan menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang
disampaikan secara lisan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat dan konsep tentang kemampuan berbicara?
2. Bagaimana proses dan tahapan dalam berbicara?
3. Apa saja asepek yang mempengaruhi kemahiran berbicara?
4. Apa hubungan menyimak dan berbicara?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami hakikat dan konsep tentang kemampuan berbicara.
2. Mengetahui proses dan tahapan dalam berbicara.
3. Memahami aspek yang mempengaruhi kemahiran berbiacara.
4. Memahami hubungan menyimak dan berbicara.

1
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hakikat Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi
hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Mengemukakan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi artikulasi atau kata – kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi yang didalamnya terjadi
pemindahan pesan dari satu sumber ke sumber lain sehingga proses komunikasi terjadi
pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator ialah orang yang menyampaikan pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan terlebih dahulu lalu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah
pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, saluran untuk memindahkannya adalah udara, selanjutnya simbol yang
disallurkan lewat udara diterima oleh komunikan karena simbol yang disampaikan itu
dipahami oleh komunikan, sehingga dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
Komunikan memberi umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi
yang timbul setelah komunikan memahami pesan reaksi dapat berupa jawaban atau
tindakan sehingga komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara
komunikator dan komunikan.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor – faktor fisik,
psikologis, neurologis, semantik dan liguistik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Berbicara juga tidak lepas dari faktor neurologis yaitu jaringan saraf yang
menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lainnya yang ikut dalam
aktivitas berbicara. Ada pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor
liguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa.
B. Proses Berbicara
Proses belajar berbahasa di sekolah, anak – anak diminta untuk mengembangkan
kemampuannya untuk mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna
dalm arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat – kalimatnya

2
semakin bervariasi dan dengan kata lain, pengembangan tersebut tidak secara horizontal
melalui dari fonem, kata, frse, kalimat, dan wawancara.
C. Aspek yang Mempengaruhi Kemahiran Berbicara
Adapun dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara tersebut, hal yang perlu
mendapatkan perhatian dalam membina keefektifan berbicara menurut arsyad ada dua
aspek, yakni: aspek kebahasaan mencakup; (a). Lafal, (b). intonasi tekanan dan ritne, (c).
sikap berbicara (d). gerak dan mimik, (e). penalaran, dan (f). satuan berbicara .
Jalonggo menyatakan pendapat bahwa dalam praktik berbahasa baik dalam bentuk
reseptif maupun produktif atau ekspresif komponen berbahasa akan selalu muncul.
Komponen berbahasa tersebut adalah; (a) fonologi (b) sintaktis (c) semantik (d) pragmatik.
Komponen sintaksis menurut penguasaan sistem gramatikal. Tingkah laku sintaktik
pada diri anak adalah pengenalan struktur ucapan, serta pemproduksian kecepatan struktur
ujaran. Komponen semantik berkaitan dengan penguasaan sistem makna tingkah laku
semantik pada diri anak adalah pemahaman akan makna, sedangkan produksinya berupa
ujaran yang bermakna. Sedangkan komponen pragmatik menurut anak akan sistem
interaksi sosial makna tingkah laku pragmatik yang tampak pada diri anak adalah
pemahaman terhadap implikasi sosial dari suatu tujuan. Produksinya berupa ujaran –
ujaran yang sesuai dengan situasi sosial, sistuasi sosial itu berhubungan dengan: (a). siapa
yang berbicara, (b). dengan siapa berbicara, (c). apa yang dibicarakan, (d). bagaimana
membicarakan, (e). kapan dan dimana dibicarakan, dan (f). menggunakan media apa
dalam membicarakan (Hymes, 1971)
D. Hubungan Menyimak dan Berbicara
Kemampuan menyimak berkaitan erat dengan kemampuan berbicara. Menyimak dan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah dengan cara tatap muka. Keterkaitan
antara berbicara dan menyimak antara lain :
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi) contoh :
yang disimak serta direkam oleh sang anak penting penguasaan serta kecakapan
berbicara.
b) Kata – kata yang akan dipakai serta dipejari sang anak biasanya ditentukan oleh
stimulus yang diterima.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan dalam masyarakat
tempat hidup.
d) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat – kalimat yang jauh lebih
panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya.

3
Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara
A. Kegiatan yang Memberikan Kesempatan pada Anak untuk Latihan Menggunakan
Bahasa Lisan
Tomskin dan Hoskisson (1991) membagi kegiatan bahasa lisan sebagai berikut : (a)
kegiatan berbicara formal, (b) kegiatan berbicara interpretatif, (c) kegiatan interpretatif,
dan (d) kegiatan dramatik.
Menutut Ellis, Standal, Pennau, dan Rammel (1989) kegiatan dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk berlatih menggunakan bahasa lisan. Adapun cara untuk
mengembangkan kemampuan berbicara siswa dapat dilakukan dengan cara : (a) menggali
minat siswa, (b) melatih kefasihan dan kemampuan kejelasan berbicara, (c) kecakapan
menyimak, (d) mendiaknosa keadaan siswa, dan (e) masalah suara. Pauline Gibbons
(1993) menyarankan bahwa untuk mengembangkan bahasa lisan, guru yang harus
mengusahakan kelas yang interaktif. Adapun di dalam kelas yang interaktif biasanya
terdapat aktivitas yang menuntut anak untuk berpartisipasi serta menggunakan
kemampuan, pengalaman serta pengetahuannya.
Jenis kegiatan yang cocok utuk mendorog siswa aktif berbicara ialah :
a) Pelaporan
Laporan lisan merupakan salah satu cara untuk mendorong anak supaya mampu
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain.
b) Diskusi
Diskusi kelas atau kelompok kecil dapat dilakukan setiap hari. Diskusi dapat
digunakan untuk merencanakan, menyampaikan dan menggali masalah serta
mengembangkan ekspresi verbal. Diskusi kelompok kecil dapat diorganisasikan
untuk membicarakan beberapa topik yakni topik bilangan, kronologi, dan
perbandingan.
c) Menceritakan kembali atau reproduksi cerita dalam bahasa sendiri
Reproduksi cerita dapat dimulai dari guru atau menunjuk salah satu siswa untuk
membacakan suatu cerita di depan kelas guna untuk melatih siswa dalam
menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri. Apabila cara tersebut masih mengalami
hambatan, maka guru dapat memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada cerita tersebut.
d) Paduan suara

4
Keuntungan dari paduan suara adalah meningkatkan efektivitas ungkapan lisan,
menambah minat anak pada sastra dan meningkatkan kesenangan anak. Selain itu,
paduan suara merupakan tteknik yang tepat untuk membangunkan rasa percaya diri.
e) Improvisasi
Improvisasi diguunakan untuk melatih berbicara, mengembangkan imajinasi, dan
menentukan makna.
f) Kegiatan komunikasi lisan yang lain
Hal ini bertujuan agar siswa dapat berkommunikasi dengan lingkungannya karena
pembinaan keterampilan berbicara di sekolah perlu diperhatikan beberapa aspek,
yakni aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Adapun strategi yang lain dapat
dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan bebicara siswa antara lain :
1. Ulang-ucap
Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru tetapi suara guru yang
direkam haruslah jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal.
2. Lihat-ucap
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan
nama benda tersebut.
3. Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan
sesuatu.
4. Menjawab
Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan
menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama, usia,
tempat tinggal, pekerjaan orang tua.
5. Bertanya
Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keingintahuan siswa terhadap satu hal.
6. Pertanyaan menggali
Hal ini ditujukan untuk merangkasang daya berpikir siswa supaya dapat
digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap
suatu masalah.
7. Melanjutkan cerita
Dua, tiga, empat orang siswa bersama – sama menyusun cerita spontan.
8. Menceritakan kembali

5
Hal ini ditujukan untuk melatih siwa menceritakan kembali isi cerita dengan kata
– katanya sendiri.
9. Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik antara
dua atau lebih pembicara. Dalam percakapan ada dua kegiatan yakni, menyimak
dan berbicara silih berganti. Guna menciptakan suasana akrab, spontan, dan
wajar.
10. Parafrase
Hal ini ditujukan untuk memprosakan puisi atau sebaliknya memuisikan prosa.
Di sekolah kegiatan ini memprosakan puisi sering dilakukan daripada
memuisikan prosa.
11. Reka cerita gambar
Merupakan sarana ampuh untuk memancing, mendorong atau memotivasi
seorang siswa untuk berbicara.
12. Bercerita
Kegiatan bercerita ditujukan supaya siswa dapat bercerita untuk melatih intonasi
yang tepat, urutan kata sistematik, menguasai masa pendengar, dan berperilaku
menarik.
13. Memberi petunjuk
Memberi petunjuk mengajarkan sesuatu mengenai arah atau letak suatu tempat
menuntut sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat.
14. Melaporkan
Melaporkan berarti menyampaikan, gambaran, lukisan, peristiwa yang terjadi,
dan sesuatu hal.
15. Bermain peran
Hal ini bertujuan agar siswa dapat bermain peran, bertindak, berlaku, dan
berbahasa seperti orang yang diperankannya.
16. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab, pewawancara
biasanya wartawan atau penyiar radio. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan berbicara pada siswa.
17. Diskusi
Diskusi adalah proses perlibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah dicapai.

6
18. Bertelepon
Bertelepon adalah percakapan antara pribadi dalam jarak yang jauh.
19. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau cerita. Melalui
dramatisasi siswa dilatih untuk mengespresikan perasaan dan pemikirannya
dalam bentuk bahasa lisan.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam berbicara itu sendiri merupakan suatu cara
manusia berkomunikasi, dimana menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh
manusia umumnya. Berbicara adalah suatu cara manusia mengekspresikan, menyatakan
serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan. Adapun di dalam meningkatkan
kemampuan berbicara, diperlukan adanya strategi-strategi yang mendukung dan di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi bermakna rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Meningkatkan kemampuan berbicara sangatlah
penting dalam menunjang setiap aktifitas yang ada. Kemampuan berbicara yang baik tentu
akan mendukung kesempurnaan aktivitas tertentu.

Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan mereka
bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada berbagai tipe
interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat memberikan
strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek pemahaman.

B. Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita mengenai tujuan, batas dan kemungkinan pendidikan. Penulis
mengakui bahwa dari pembahasan materi ini, kami mengalami beberapa kendala dalam
penyusunan makalah ini. Maka dari itu pasti ada beberapa kesalahan oleh kami atau
kekurangan. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Novi Resmini, M.Pd; Drs. Dadan Juanda. M.Pd. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

9
PERTANYAAN
Pertanyaan Kelompok Penyangga (Kelompok 7) :
1. Penanya : Anggita Nur Cahyani
Jelaskan apa yang dimaksud kegiatan berkegiatan interpretatif serta kegitan dramatik,
serta berikan contoh kepada peserta didik !
2. Penanya : Prayoga Yulistiadi
Apa pengaruh bagi anak untuk bahasa formal? Anak lebih baik dibiasakan bahasa formal
atau informal?
3. Penanya : Maulivia Noor Fauziah
Apa saja kegiatan yang mendorong anak untuk aktif berbicara?
4. Penanya : Lutfiyyah
Apa perbedaan bercerita dengan drama? Bagaimana supaya anak berani bercerita di muka
umum?
Pertanyaan Sesi Umum :
1. Penanya : Eka Febrianti
Kelompok : 1
Faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berbicara?
2. Penanya : Alief Syah Hafidz
Kelompok : 2
Bagaimana cara menumbuhkan kemampuan anak SD dalam memahami karya sastra?
3. Penanya : Indah Nur Ramdhani
Kelompok : 1
Jelaskan komponen tentang berbahasa !
4. Penanya : Soraya Rizki Ananda
Kelompok : 1

JAWABAN
Jawaban Kelompok Penyangga (Kelompok 5) :
1. Penanya : Anggita Nur Cahyani
Penjawab : Arosyid Wahyu Nugroho
Jawaban : Kegiatan interpretatif merupakan suatu kegiatan yang besifat menyaluran
kesan dan pesan atau penyampaian perasaan dari komunikator ke komunikan
baik melalu meminta siswa untuk menyampaikan kesan dan pesan mereka
ketika selesai berlibur dan sebagainya, sedangkan kegiatan dramatik
merupakan metode dimana pengarang menampilkan tokoh secara tidak
langsung atau tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan serta tingkah
laku tokoh. Contohnya Rojo adalah anak kuliah. Kamarnya tak terlalu kecil
sekitar 4x8. Tetapi banyak sekali barang berserakan disana. Bungkus
makanan siap saji tergeletak di dekat tv. Buku – buku kuliah berada di
berbagai sudut kamar.
2. Penanya : Prayoga Yulistiadi
Penjawab : Arosyid Wahyu Nugroho
Jawaban : Pengaruh anak menggunakan bahasa formal yaitu anak dapat berkomunikasi
secara langsung dengan orang lain, misalnya ada yang menanyakan alamat
ke anak, tetapi orang tersebut menggunakan bahasa daerahnya dan anak
tidak mengerti apa yang dibicarakan orang tersebut, lalu anak menanya
kembali apa yang orang lain itu bicarakan dengan menggunakan bahasa
formal, dan orang tersebut akhirnya memberi tahu dengan menggunakan
bahasa formal. Kemudian anak tersebut memberitahukan alamat yang

10
ditanya orang tersebut. Menurut kelompok kami, anak biasakan bahasa
formal dan informal tetapi anak tersebut harus bisa menempatkan kepada
siapa ia berbicara. Misalnya, dengan orang tua, guru, dan orang yang lebih
tua sebaiknya anak tersebut menggunakan bahasa formal, sedangkan ke
teman sebayanya menggunakan bahasa informal.
3. Penanya : Maulivia Noor Fauziah
Penjawab : Ajeng Nur Afifah
Jawaban : Pertama, membiasakan siswa berdiskusi kelompok untuk memancing
keaktifan peserta didik di dalam kelas. Hasil diskusi dipresentasikan lalu
kelompok lain dapat menambahkan pendapat atau menyanggah dari
kelompok diskusi lain. Kedua, melakukan kegiatan tanya jawab. Pancing
peserta didik agar bertanya mengenai kejelasan dari materi yang sudah
dijelaskan. Jika tidak ada yang merespon, dapat melakukan pewajiban
pembuatan pertanyaan untuk membiasakan mereka aktif dalam tanya jawab
di dalam kelas. Jika berhasil, buat siswa lain untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta didik yang bertanya, lalu guru meminta pendapat
peserta didik lain untuk menanggapi atau menambah jawaban dari guru
maupun teman mereka. Ketiga, guru memberikan apresiasi atau penilaian
bagus kepada murid yang pasif, setidaknya murid tersebut akan merasa
dirinya diperhitungkan. Ini akan baik untuk perkembangan siswa yang pasif.
4. Penanya : Lutfiyyah
Penjawab : Ajeng Nur Afifah
Jawaban : Bercerita adalah menyajikan penggambaran, menampilkan penggambaran
latar cerita, dan dapat dipentaskan setelah diubah menjadi naskah drama.
Drama adalah menyajikan adegan secara langsung berupa akting, memiliki
unsur tata artistik (tata rias, tata busana, tata panggung), dan dapat
dipentaskan.
Cara agar anak berani bercerita dengan menyuruh siswa untuk bercerita
pengalaman yang menyenangkan baginya. Bagi yang memberanikan diri
maju ke depan, guru memberikan reward bisa berupa bintang, nilai atau
yang lainnya kepada siswa tersebut. Otomatis siswa lain semangat untuk
bercerita di depan.
Jawaban Sesi Umum :
1. Penanya : Eka Febrianti
Kelompok : 1
Penjawab : Reni Indriani
Jawaban : Faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.
2. Penanya : Alief Syah Hafidz
Kelompok : 2
Penjawab : Reni Indriani
Jawaban : a. Teknik Bermain Peran
Aplikasinya saat mempelajari karya sastra. Misalnya menganalisis naskah
drama. Penerapannya: Pertama, kumpulkan beberapa siswa dalam satu
kelompok. Kedua, pilihlah seorang sutradara dan lainnya menjadi pemain.
Sutradara bertugas untuk memilih pemain dan mengarahkan mereka.
Dengan demikian, seluruh siswa aktif dalam pembelajaran.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara juga dapat diterapkan dalam pembelajaran kebahasaan
untuk memperlancar berbagai jenis keterampilan. Penerapannya, siswa
diminta berpasangan. Satu sebagai penanya dan lainnya penjawab.

11
Kemudian bergantian. Adapun dengan teknik ini, siswa memahami teori
wawancara dengan langsung mempraktikkannya.
c. Teknik Penyelesaian Masalah
Misalnya siswa diberi rekaman tentang suatu permasalahan, banjir dan
bencana alam. Kemudian, siswa diminta untuk menulis karangan cara
mencegah banjir. Teknik ini juga dapat dijadikan alternatif agar guru tidak
selalu memberikan ceramah di kelas. Misalnya, siswa diberi teks pantun.
Kemudian siswa diberi soal untuk mengidentifikasi bagian-bagiannya.
Siswa akan mengerti perbedaan sampiran dan isi pada pantun saat
menemukan bagian-bagian tersebut.
d. Teknik Permainan
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang pengajar agar siswa tidak
bosan di kelas adalah memberikan permainan. Misalnya, belajar dengan
permainan Who Wants To Be A Millionaire. Anda dapat memodifikasi
permainan ini untuk menguji salah satu materi. Siswa diminta untuk maju
dan menyelesaikan soal ejaan misalnya. Soal tersebut ditampilkan di layar
sehingga siswa lainnya bisa membaca. Lalu, guru memberikan skor untuk
soal yang bisa dijawab. Adapun dengan teknik ini, siswa akan tertarik dan
lebih berusaha menjawab soal, apalagi dengan hadiah menarik maka kelas
akan makin semarak.
e. Teknik Pembelajaran di Luar Kelas
Sekali waktu mengajak siswa belajar di luar kelas akan membuat kesan
yang mendalam bagi mereka. Misalnya, saat menulis puisi dengan
pengawasan dari guru, siswa dapat mencari inspirasi di mana pun asalkan
masih di dalam lingkungan sekolah. Teknik belajar kebahasaan tersebut
mengarahkan siswa sebagai pusatnya. Guru sebagai fasilitator. Guru yang
membuat konsep pembelajaran, mengawasi, dan mengonfirmasi hasil
belajar siswa. Siswa tidak hanya diberi ceramah dan soal-soal. Mereka
mempraktikkan materi pelajaran secara langsung.
3. Penanya : Indah Nur Ramadhani
Kelompok : 1
Penjawab : Vidia Anugerah Rahmadhani
Jawaban : a. Fonologi, yaitu aturan yang mengatur distribusi dan sikuen fonem di dalam
suatu bahasa. Fonem adalah unit terkecil dari bunyi dalam suatu bahasa
yang dapat dikombinasikan dengan aturan tertentu untuk membentuk unit
bahasa yang dikenal dengan kata.
b. Morfologi yaitu ilmu yang mempelajari bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
c. Semantik adalah aturan yang mengatur hubungan antar bahasa dengan
benda, kejadian dan hubungan antar kata, serta kombinasi kata-kata
tersebut.
d. Grammar yaitu aturan struktural yang mengatur komposisi klausa, frase,
dan kata-kata dalam setiap bahasa alami yang diberikan.
4. Penanya : Soraya Rizki Ananda
Kelompok : 1
Penjawab : Vidia Anugerah Rahmadhani
Jawaban : iya, karena menurut kelompok kami di dalam dramatikal ada tata bahasa
yang tersusun dengan baik sehingga pesan yang di sampaikan menlalui dialog
pemeran dapat tersampaikan oleh komunikan dengan baik dan jelas.

12

Anda mungkin juga menyukai